Laporan Irigasi.docx

  • Uploaded by: Nur Eviana Rambe
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Irigasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,965
  • Pages: 19
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengambilan, pembagian, dan pemberian air ke lahan usahatani. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan tanaman dan makanan utama penduduknya adalah beras, maka peran irigasi sangatlah penting bagi persawahan. Untuk pembangunan sarana dan prasarana irigasi memerlukan investasi yang besar, tertama untuk pengoperasian dan pemeliharaan. oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik, benar, dan tepat sehingga pemakaian air untuk irigasi dapat seoptimal mungkin. (Penuntun praktikum Irigasi dan Drainase, 2017). Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi: perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran

1

drainase. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : 1. Tujuan Langsung, yaitu untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. 2. Tujuan Tidak Langsung, yaitu mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya. (Penuntun Praktikum Irigasi dan Drainase, 2017). Irigasi Jambo Aye di Langkahan dibangun sejak tahun 1972 hingga diresmikan tahun 1990 oleh PT, PP. hingga sekarang irigasi tersebut masih sangat aktif dan masih dapat di manfaatkan oleh semua orang baik dalam hal pertanian atau bahkan dalam hal apa saja yang membutuhkan air. Irigasi langkahan tergolong kedalam irigasi sederhana yang bentuk bendungnnya setengah permanen. Kebutuhan akan air irigasi untuk sistem pertanian yang ada di Aceh Utara yaitu di aliri oleh Irigasi Langkahan .Untuk mengenal lebih sepesifik tentang bagaimana hal tersebut berlanjut, maka telah dilaksanakan praktikum mengenai sistem irigasi dengan mata kuliah Irigasi dan Drainase di Program Studi Agroekoteknologi, dimana lokasi praktikumnya yaitu di Langkahan Kabupaten Aceh Utara, pada tanggal 11 November 2017. Selengkapnya tentang sistem irigasi langkahan akan dijelaskan dalam laporan praktikum ini.

1.2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilkukan praktikum

Irigasi dan Drainase adalah untuk

mengenal secara langsung bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi, mengenal fungsi-fungsi, kegunaan dan jenis bangunan irigasi.

2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Irigasi Dari keterangan sejarah dan arkeologi yang tersedia, nampaknya sawah pertama-tama berpusat di lembah-lembah sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan pusat usahatani di pulau tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Geertz, perluasan sawah hingga ke luar batas daerah yang sangat cocok tersebut pada zaman prakolonial, dan sesungguhnya hingga pertengahan abad yang lalu, berjalan bertahap bersifat coba-coba, mengalami pasang surut serta tidak menyeluruh. Daerah pesisir utara sering dilanda banjir dan merupakan daerah rawa. Daerah bersangkutan baru dijadikan sawah sewaktu pemerintah kolonial membangun jaringan irigasi besar. Di ujung timur Pulau Jawa daerah sebelah timur Malang yang persediaan air sungainya sangat sedikit, terdapat sawah tadah hujan yang luas, kehandalan dan produktivitasnya terbatas sampai saat kepentingan perusahaan perkebunan Belanda mendorong pembuatan wadukwaduk modern sekitar permulaan abad ini. Selain di ujung timur Jawa, sawah juga nampaknya tidak begitu banyak berkembang di daerah Sunda di Jawa Barat pada masa prakolonial. (Pasandaran, 1988). Jumlah air yang tepat untuk diberikan ke petak sawah, waktu pemberian air, dan tersedianya saluran drainase, merupakan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan panen padi. Bendung tidak hanya harus dibangun dan dipelihara dengan hati-hati, akan tetapi saluran-saluran yang mengatur aliran air masuk keluar dari petak seorang petani harus dibuat dan dipelihara dengan dasar keterampilan teknik minimum. Saluran-saluran ini memerlukan usaha gotong royong dari masyarakat petani, baik dalam mengumpulkan modal yang perlu bagi pembangunannya maupun dalam memeliharanya setelah dibangun. (Pasandaran, 1988). Proyek kolonial : Pelzer mengemukakan bahwa jaringan irigasi pertama yang dibangun orang Eropa berlokasi di Buitenzorg ( sekarang disebut Bogor) pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff (1743-1750). Akan tetapi usaha awal dari orang-orang Eropa ini bersifat sangat terbatas, dan nampak

3

realistis kalau orang menganggap bahwa sebagian besar dari 1,27 juta ha merupakan sawah irigasi desa atau hampir merupakan sawah tadah hujan. Hingga sebelum 1880-an pembangunan jaringan irigasi tidak dilakukan menurut asas-asas teknologi. Sebagai contoh, Bangunan irigasi Demak yang karena dilengkapi dengan saluran irigasi dan saluran drainase, dapat melayani daerah seluas 33.800 ha sehingga kelaparan akibat kegagalan panen tidak lagi mengganggu penduduk di daerah bersangkutan. (Pasandaran, 1988). Pembuatan bendung pertama di Indonesia untuk irigasi dilakukan di Jawa Timur yaitu bendung Sampean di Kali Sampean. Ir. Van Thiel yang diutus pemerintahan Belanda ke Situbundo membangun bendung tersebut pada tahun 1832 dari struktur kayu jati diisi dengan batu kali dengan panjang bentang bendung 45 meter serta tinggi 8 meter. Selanjutnya pada tahun 1852 sampai dengan 1857 dibangun pula bendung Lengkong di Mojokerto untuk mengairi areal seluas 34.000 hektar. (Mawardi, 2007). Bendung Glapan dikali Tuntang Jawa Tengah dibangun tahun 1852 dan selesai tahun 1859. Namun baru bisa berfungsi 20 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1880-1890. Bendung Glapan adalah bendung pertama yang dibangun di bawah pemerintahan colonial untuk tanaman rakyat. (Mawardi, 2007). Selain itu disebutkan juga bahwa setelah Pemerintahan Hindia-Belanda mendirikan Departemen BOW mulailah dibentuk “Irrigatie-Afdeling”. Tepatnya tercatat pada tanggal 1 januari 1889 pertama kali dibentuk daerah irigasi yaitu Irrigatie-Afdeling Serayu yang meliputi karesidenan Banyumas dan Bagelan di Jawa Tengah. Kemudian diikuti dengan Irrigatie-Afdeling Brantas yang meliputi daerah Malang-Kediri-Surabaya pada tahun 1982, Irrigatie-Afdeling Serang yang meliputi daerah Semarang-Demak dan Purwodadi. Dengan semua itu Pulau Jawa dalam tahun 1910 telah terbagi habis oleh daerah-daerah irigasi. (Mawardi, 2007). Di daerah irigasi yang direncanakan secara ilmiah, bendungan dibangun demikian rupa sehingga bisa tahan terhadap banjir besar. Air disalurkan melalui pintu air ke saluran primer, yang berarti bahwa persediaan air dapat diatur sebaikbaiknya. dari saluran primer air disalurkan ke salurkan ke saluran sekunder, terus

4

ke saluran tersier, lalu ke saluran tingkat usahatani dan akhirnya ke petak-petak sawah. pada tempat air disadap ke saluran lainnya, telah dipasang pintu air yang sesuai. (Pasandaran, 1988). 2.2. Macam-Macam Bangunan Irigasi Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap Menurut

Direktorat

Jenderal

Pengairan

(1986)

bangunan

utama

dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa. Direktorat Jenderal Pengairan,(1986) memberikan

penjelasan mengenai

berbagai saluran yang ada dalam satu sistem irigasi sebagai berikut : 1.)Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir. 2.)Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir. 1.Bangunan Utama Dalam irigasi, ada istilah bangunan utama. artinya bangunan ini sangat penting dan sangat berpengaruh. Bangunan utama ini dibuat sebagai sarana pembagian air irigasi. Terdiri atas : 

Waduk 5



Bendung



Mesin Pompa



Bangunan pengambilan bebas

2.Bangunan Pembawa Bangunan pembawa ini sebagai penunjang dari bangunan utama diatas. Fungsinya tidak lain yaitu menyalurkan atau menyuplai air untuk lahan pesawahan yang ingin dialiri oleh air. Terdiri atas : 

Saluran pembawa o

Saluran pembawa primer : Membawa air dari bangunan utama sampai bangunan terakhir

o

Saluran pembawa sekunder : Membawa air untuk saluran primer sampai ke sadap terakhir

o

Saluran pembawa tersier : Mengaliri petak tersier yang menyadap saluran sekunder

o

Saluran kuarter : Saluran yang airnya langsung digunakan oleh tanah



Saluran pengendap lumpur

3. Bangunan Sadap Bangunan yang terletak diantara saluran primer dan sekunder yang fungsinya mengalirkan air ke saluran tersier. Bangunan ini juga hampir sama fungsinya dengan bangunan sekunder cuma bedanya bangunan yang satu ini menyalurkan air langsung ke petak tersier.

6

2.3. Irigasi Langkahan Irigasi adalah suatu usaha manusia untuk menambah kekurangan air dari pasokan air hujan untuk pertumbuhan yang optimum. Irigasi yang terletak di Langkahan didirikan oleh PT. Adi Karya pada tahun 1976 di Gampong Rumoh Rayeuk dan selesai pada tahun 1989. dan diresmikan pada tahun 1990 oleh PT PP. irigasi ini dibangun yang tujuan utamanya adalah untuk mengairi air kesawah petani dan juga untuk menghindari dari pada kekeringan air dan yang kedua tujuan irigasi ini untuk meningkatkan produksi pertanian yang dulunya petani dilangkahan hanya turun kesawah setahun sekali dengan upaya pemerintah membangun irigasi di langkahan hampir seluruh sawah di aceh utara di aliri air dari irigsi langkahan. pembangunan Irigasi langkahan memiliki dua tujuan, yaitu : 1. Tujuan utamanya adalah untuk mengairi air kesawah petani dan juga untuk menghindari dari pada kekeringan air. 2. Tujuan kedua, irigasi ini untuk meningkatkan produksi pertanian yang dulunya petani dilangkahan hanya turun kesawah setahun sekali , dengan upaya pemerintah membangun irigasi di langkahan hampir seluruh sawah di aceh utara di aliri air dari irigasi langkahan. Usaha-usaha irigasi meliputi penyedian sarana dan prasarana untuk membagikan air berupa saluran pemberi dan untuk membuang air kelebihan berupa saluran drainase. Dalam pembuatan saluran pemberi harus didasarkan pada kebutuhan air maksimum untuk menghindari kekurangan air pada areal irigasi. Sedangkan pembuatan untuk saluran drainase didasarkan pada jumlah air yang harus dibuang dalam jangka waktu tertentu untuk menghindari kelebihan air atau meluapnya air pada areal irigasi.

7

III. METODELOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Irigasi dan Drainase adalah : Tempat

: Desa Langkahan, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara.

Hari / Tanggal

: Sabtu, 11 November 2017

Pukul

: 09.00- Selesai

3.2. Pengarahan Praktikum Peserta praktikum mendengarkan arahan dari dosen pengasuh, pembimbing praktikum dan petugas penjaga bendungan sebelum melakukan praktikum lapangan dengan mengunjungi 6 BJA yang terdapat di desa Langkahan Aceh Utara. 3.3. Penjelasan Objek Praktikum Setelah mendengarkan pengarahan, peserta praktikum mendapatkan penjelasan dari pembimbing praktikum yaitu Bapak Adam Azmi dan Bapak Azhari yang merupakan penjaga saluran irigasi langkahan itu sendiri. Dari penjelasan diketahui bahwa terdapat 6 BJA yang menyalurkan saluran irigasi di beberapa kecamatan dan kabupaten termasuk kabupaten Aceh Timur. enam BJA tersebut yaitu: 1. BJA 0 (Pintu Utama) 2. BJA 1 3. BJA 2 4. BJA 3 5. BJA 4 6. BJA 5

8

IV. PEMBAHASAN 4.1. Aliran Irigasi Air irigasi yang terdapat di Langkahan di bendung dari sungai yang ada di langkahan, mengapa airnya dibendung? karena lebih tinggi sungai dari pada saluran, saluran diujung berbentuk runcing. Jumlah air yang di alirkan dari irigasi induk untuk 15 kecamatan sebesar 19.360 ha. Pintu air irigasi dibuka tergantung pada kebutuhan air irigasi untuk masing-masing wilayah. Apabila air irigasi untuk suatu wilayah telah tercukupi maka pintu irigasi akan ditutup karena apabila kelebihan debit air akan mengakibatkan banjir untuk wilayah tersebut. Lain halnya apabila pada musim kemarau maka jumlah air untuk tiap wilayah akan di batasi dan di aliri menurut waktu tertentu yang telah di tetapkan, hal ini dilakukan untuk menghindari kekeringan air pada irigasi induk sehingga air irigasi untuk tiap wilayahnya dapat terpenuhi meski dalam jumlah yang minim. 4.2. Pembagian Air Irigasi Pembagian air irigasi setiap daerah irigasi : 1. Kabupaten Aceh Timur : 

Kecamatan Madat



Kecamatan Pante Bidari



Kecamatan Simpang Ulim

2. Kabupaten Aceh Utara 

Kecamatan Langkahan.



Kecamatan Jambo Aye



Kecamatan Seunudon



Kecamatan Baktia



Kecamatan Baktia Barat



Kecamatan Baktia Timur

9

3. Daerah Induk Lhoksukon (Aceh Utara) : 

Kecamatan Cot Girek



Kecamatan Lhoksukon



Kecamatan Baktia Barat



Kecamatan Lapang

4.3. Pembagian Batas BJA BJA itu sendiri merupakan singkatan dari Bangunan Jambo Aye, Sepanjang aliran irigasi terdapat 6 BJA antaranya : 4.3.1. BJA 0 (Pintu Utama) BJA 0 ini disebut juga kantong lumpur karena memiliki saluran pembuang, memiliki 6 pintu yang terbagi untuk beberapa wilayah,di pintu air BJA 0 ada pintu air untuk membuang kotoran air(drainase). Selain BJA 0 terdapat 5 BJA (Bangunan Jambo Aye) yang menyalurkan saluran irigasi di beberapa kecamatan dan kabupaten termasuk kabupaten Aceh Timur. BJA 0 yang memiliki 6 pintu ini memiliki lebar pembukaan sebesar 22 m dengan kedalaman 6 m dan pintu penguras sebanyak 5 pintu. 4.3.2. BJA 1 Wilayah BJA 1 meliputi wilayah di Jambo Aye, yaitu Langkahan, Tanah Jambo Aye, Baktia. Berakhir di batasan lhoksukon (BLS). Untuk BJA 1 terdapat Romin 1 pintu dan untuk BLS terdapat 2 pintu. BJA 1 terdapat di Gampong Kedumplak. Jarak antara BJA 0 – BJA 1 sejauh 2.250 m. panjang romin 60 cm kedalaman 80 cm, dan ukuran volume air sebesar 90 m3 .

10

4.3.3. BJA 2 Pada BJA 2 terdapat 4 pintu, memiliki lebar 18 m, kedalaman 4 m, debit air sebesar 60 m3. BJA 2 berbatasan dengan kawasan Lueng Baro (BLB) dengan jumlah pintu satu pintu yang mengarah ke desa Lueng Baro. terdapat 2 romin dengan lebar 40 cm, dann kedalaman 60 cm. 4.3.4. BJA 3 BJA 3 memiliki 3 pintu dengan lebar BJA 16 m dengan debit air mencapai 80 m3. berbatasan dengan Gampong Luboek Mane. Memiliki 2 pintu romin, kea rah Kiri dan arah Kanan dengan lebar 40 cm dan kedalaman 60 cm. rominnya 1 tidak berfungsi. Pintu romin sebelah kiri BJA 3 mengalir ke desa Luboek Mane sedangkan pintu romin sebelah kanan mengarah ke desa Mon Sukon. Namun romin kanan ini sudah tidak berfungsi lagi. 4.3.5. BJA 4 BJA 4 merupakan saluran kecil yang tidak memiliki pintu, namun memiliki romin. romin Kiri dengan lebar 60 cm dan kedalamannya 60 cm. romin Kanan dengan lebar 30 cm dan kedalamannnya 60 cm. BJA 4 meiliki lebar 12 m dengan kedalaman 4 m. Romin Kiri mengalir ke Gampong kaki bale sedangkan romin Kanan ke desa Matang Ketapang. Ke dua romin tersebut disebut juga sebagai irigasi tersier. 4.3.6. BJA 5 Memiliki dua pintu dan dua romin, romin kiri mengalir ke Jambo Aye yaitu; langkahan, tanah jambo aye, baktia. Sedangkan romin kanan mengalir ke daerah Aceh Timur yaitu, kecamatan Pante bidari, kecamatan simpang Ulim, dan Madat. Kedua romin ini disebut juga sebagai irigasi sekunder. Terletak di desa paya tukai Panjang saluran dari BJA 1 sampai BJA 5 mencapai 14.600 m. Saluran ini juga di sebut sebagai saluran primer. Proses pengaliran air 4 – 5 jam baru sampai ke tujuan.

11

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengambilan, pembagian, dan pemberian air ke lahan usahatani. 2. Tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : -

Tujuan Langsung, yaitu untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut.

-

Tujuan Tidak Langsung, yaitu mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya.

3. Irigasi yang terletak di Langkahan didirikan oleh PT. Adi Karya pada tahun 1976 di Gampong Rumoh Rayeuk dan selesai pada tahun 1989. dan diresmikan pada tahun 1990 oleh PT PP. 4. Irigasi Langkahan dibangun yang tujuan utamanya adalah untuk mengairi air kesawah petani dan juga untuk menghindari dari pada kekeringan air dan yang kedua tujuan irigasi ini untuk meningkatkan produksi pertanian yang dulunya petani dilangkahan hanya turun kesawah setahun sekali dengan upaya pemerintah membangun irigasi di langkahan hampir seluruh sawah di aceh utara di aliri air dari irigsi langkahan. 5. Penyebaran air irigasi yang di aliri dari irigasi induk di desa Langkahan meliputi beberapa wilayah yaitu, wilayah Aceh Timur yang didalam nya termasuk kepada daerah Kecamatan Pante Bidari, Kecamatan Simpang Ulim, dan Desa Madat. Wilayah Aceh Utara yaitu, Desa Langkahan,

12

Tanah Jambo aye, Baktia (Alue ie puteh). Wilayah DI Mon sukon yaitu, kecamatan Baktiya Barat, Kecamatan Jambo Aye, Seuneudon, Baktia Timur. Wilayah Lhoksukon (Aceh Utara) yaitu, meliputi Desa Cot Girek, Lhoksukon, Baktia Barat, Kecamatan Lapang. 6. Dari penjelasan diketahui bahwa terdapat 6 BJA yang menyalurkan saluran irigasi di beberapa kecamatan dan kabupaten termasuk kabupaten Aceh Timur, yaitu : BJA 0 (Pintu Utama), BJA 1, BJA 2, BJA 3, BJA 4, dan BJA 5.

5.2. Saran Adapun saran yang ingin saya sampaikan adalah, dengan fasilitas Irigasi yang cukup memadai seharusnya apa yang telah di berikan oleh pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan pertanian dapat kita jaga. Atau bahkan akan lebih baik dapat kita kembangkan secara baik dan secara bersama dalam menjaga dan memperbaiki segala sesuatu untuk dapat lebih berfungsi secara maksimal sehingga kegiatan pertanian khususnya lahan persawahan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dengan tersedianya fasilitas irigasi yang bagus dan baik.

13

DAFTAR PUSTAKA

Catatan Praktikum Irigasi dan Drainase. 2017. Fakultas Pertanian. Universitas Malikussaleh.

Erman, Mawardi. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung : Alfabeta.

Pasandaran, Effendi. 1988. Irigasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Penuntun Praktikum Irigasi dan Drainase. 2017. Fakultas Pertanian. Universitas Malikussaleh

Intan. 2014. “laporan praktikum irigasi dan drainase”. (Internet), (http:// intanagroeypspmp.wordpress.com.). Diakses tanggal 24 Desember 2017.

14

LAMPIRAN

Gambar Bendungan dan BJA 0

15

Gambar BJA 1

Gambar BJA 2

16

Gambar BJA 3

Gambar BJA 4

17

Gambar BJA 5

Gambar Romin

18

Pengarahan Oleh Penjaga Bangunan Irigasi

19

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Isi Laporan.docx
November 2019 16
Laporan Irigasi.docx
November 2019 18
Bisnis Bakpia.docx
November 2019 16
Handout Olahrag1.docx
November 2019 17