Laporan Fisiologi Biji.docx

  • Uploaded by: Tri Rohmatul Jannah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Fisiologi Biji.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,232
  • Pages: 15
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIJI “UJI DAYA KECAMBAH, INVIGORASI DAN ACCELERATED AGING TEST”

Dosen Pengampu: Suyono, M.P

Disusun oleh : Nama

: Tri Rohmatul Jannah

NIM

: 15620024

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perbenihan merupakan langkah awal dalam kegiatan budidaya tanaman. Salah satu kegiatan perbenihan yang cukup penting adalah pengujian daya berkecambah dan kekuatan tumbuh suatu benih.Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji. Biji bukan objek pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih. Pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh yaitu dengan mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu (Danuarti, 2005). Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen. Pengujian benih tersebut sangat penting, karena dengan terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian. vigor benih adalah kemampuan benih

menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Definisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi bibit yang tumbuh cepat (Kuswanto, 2001). Allah SWT berfirman dalam QS. Qaf ayat 9 yang artinya : “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan hujan sebagai salah satu manfaat yang kemudian dari air hujan itu ditumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang memiliki biji didalammya. Kemudian biji tersebut dapat ditam kembali untuk menghasilkan tumbuhan baru. Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Oleh karena itu, metode penguian dilaboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah : 1. Bagaimana hasil uji diatas kertas pada benih sawi dan jewawut ? 2. Bagaimana hasil uji kertas digulung didirikan dalam plastik pada benih jagung dan kacang hijau ? 3. Bagaimana hasil uji invigorasi pada benih sawi, kacang hijau dan jagung ? 4. Bagaimana hasil uji accelerated aging test pada benih sawi pada konsentrasi PEG yang berbeda-beda ? 1.3 Tujuan Tujuan dalam praktikum ini adalah : 1. Mengetahui hasil uji diatas kertas pada benih sawi dan jewawut. 2. Mengetahui hasil uji kertas digulung didirikan dalam plasti pada benih jagung dan kacang hijau. 3. Mengetahui hasil uji invigorasi pada benih sawi, kacang hijau dan jagung.

4. Mengetahui hasil uji accelerated aging test pada benih sawi pada konsentrasi PEG yang berbeda-beda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Kecambah Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. (Kuswanto 2001). Viabilitas

benih

menunjukkan

persentase

benih

yang

akan

menyelesaikan

perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Viabilitas benih dapat ditentukan dengan suatu prosedur penguji pengujian yang dibukukan. Hal ini paling nyata dari pengukuran viabilitas adalah persentase perkecambahan yaitu angka rata-rata persentase dari uji suatu spesies yang menghasilkan kecambah normal pada kondisi perkecambahan yang apling normal (Qomara 2003). Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya (Sadjad, 1993). Viabilitas benih merupakan salah satu komponen mutu fisiologi yang terdiri dari viabilitas potensial dan vigor. Viabilitas potensial ditentukan oleh daya berkecambah yang mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi optimum. Sedangkan untuk menjabarkan viabilitas dalam keadaan pertanaman di lapang atau penyimpanan yang suboptimum disebut vigor benih (Sadjad, 1994). Viabilitas potensial dapat diamati berdasarkan tolok ukur dayaberkecambah, berat kering kecambah normal dan berbagai tolok ukur lainnya. Vigor benih umunya dibagi ke dalam vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, spontanitas tumbuh pertumbuhan bibit di lapang atau berbagai uji vigor kekuatan tumbuh yang spesifik (Sadjad, 1994). Keragaman suhu inkubasi, jenis kertas substrat (kertas merang, kertas koran, kertas saring), dan periode pengujian (penentuan final count pada hari ke-7, 11, atau 14 setelah tabur) dapat menyebabkan keragaman hasil pengujian daya kecambah yang melampaui batas toleransi. Satu lot benih yang sama bila diuji oleh laboratorium yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Penggunaan metode pengujian seperti ini tidak mungkin dapat diharapkan untuk

mendukung industri dan perdagangan benih yang menuntut reproduksibilitas tinggi (Kartasapoetra, 2002). Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti, 2005). Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan karena masing-masing benih mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan zat makanan serta umur panen yang berlainan. Perbedaan sifat terebut disebabkan oleh faktor genetik masing-masing benih. Faktor genetik yang dimaksud adalah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto, 2001). Menurut (Wahab dan Dewi 2003) kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal pada kondisi yang optimum merupakan parameter daripada suatu viabilitas potensial benih. Selain itu yang menjadi tolok ukur dari viabilitas benih tersebut yaitu daya kecambah dan berat kering dari suatu kecambah yang normal. Pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di Atas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas diMiringkan), UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas diMiringkan), UKD (Uji Kertas Digulung), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), UKDd (Uji Kertas Digulung Didirikan) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur (Sutopo, 2002). 2.2 Invigorasi Sadjad (1994) mendefinisikan invigorasi sebagai suatu proses bertambahnya vigor benih. Hasil proses invigorasi dapat ditunjukkan oleh indikasi fisiologi maupun biokimiawi. Perlakuan

invigorasi untuk meningkatkan performansi benih dan dapat dilakukan antara lain dengan cara perendaman, pembasahan-pengeringan dan conditioning atau priming. Priming atau conditioning merupakan salah satu cara memperlakukan benih sebelum ditanam untuk merangsang kegiatan metabolisme di dalam benih sehingga benih siap berkecambah tetapi struktur penting dari embrio belum muncul. Selama proses perkecambahan terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta dapat mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan ( Hardegree dan Emmerich, 1992). Menurut Khan (1992) conditioning adalah peningkatan proses-proses fisiologi dan biokimia selama penundaan perkecambahan dengan penambahan air secara terkontrol. Conditioning dimulai saat benih mengimbibisi pada media imbibisi yang berpotensial air rendah. Setelah keseimbangan air tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan. Conditioning dapat meningkatkan potensial perkecambahan, kemampuan tumbuh dan produksi di

lapang.

Perlakuan

conditioning

ada

dua

macam

yaitu

osmoconditioning

dan

matriconditioning. Osmoconditioning adalah penambahan air secara terkontrol dengan menggunakan larutan garam yang memiliki potensial osmotik rendah dan potensial matrik yang dapat diabaikan. Sedangkan perlakuan matriconditionig adalah penambahan air secara teratur selama penghambatan perkecambahan pada media padatan yang memiliki potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan (Khan, 1992). Bahan atau media padatan yang dapat digunakan sebagai media matriconditioning secara ideal memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) memiliki potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan; 2) daya larut dalam air rendah dan tetap utuh selama conditioning; 3) merupakan bahan kimia inert, tidak beracun; 4) kapasitas daya pegang air tinggi; 5) kemampuan mengalirkan air tinggi; 6) bermacam-macam ukuran partikel, struktur dan daya serap; 7) luas permukaan besar; 8) kerapatan massa rendah (low bulk density); 9) memiliki kemampuan melekat pada kulit benih (Khan et al., 1990). Penelitian Shalahuddin dan Ilyas (1994) menunjukkan bahwa matriconditioning dengan menggunakan serbuk gergaji mampu memperbaiki perkecambahan benih kacang panjang yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai pemunculan kecambah, daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh serta penurunan waktu yang dibutuhkan untuk 50% total perkecambahan. Tujuan dari osmoconditioning adalah mengurangi waktu perkecambahan,

menyerempakan waktu perkecambahan, dan memperbaiki persentase perkecambahan dan penampakan tanaman di lapang. Hartini (1997) mengatakan bahwa osmoconditioning adalah perlakuan pada benih dengan larutan osmotik untuk memperbaiki kecepatan dan ketidakseragaman perkecambahan. Beberapa jenis osmotik yang dapat digunakan sebagai larutan osmoconditioning antara lain PEG, KNO3, K3PO4, MgSO4, NaCl, dan mannitol. Menurut Khan (1992) presoaking adalah perendaman benih dalam sejumlah air pada suhu rendah sampai sedang (suhu 30C-200C). Hasil percobaan menunjukkan bahwa presoaking pada waktu singkat dapat menghasilkan efek yang cukup baik terhadap peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah dilapangan

(field

emergence),

terhambatnya

pertumbuhan

dan

perkembangan

tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Setyastuti, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Kamil, 1984). Untuk mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan oleh faktor kesalahan dalam penanganan benih, dapat dilakukan dengan melakukan teknik invigorasi. Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau kimia untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami kemunduran mutu (Rusmin, 2007). Kemunduran selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Damanhuri dan Yudono, 1993).

Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini bisa dijelaskan mengingat sifat biji yang higroskopis, biji sangat mudah menyerap uap air dari udara disekitarnya. Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Semakin rendah temperatur kemunduran viabilitas benih dapat semakin dikurangi, sedangkan semakin tinggi temperatur semakin meningkat laju kemunduran viabilitas benih (Lita S, 2002). Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik komplek alami yang disintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon jika tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik. Hormon berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein yang mengandung arti: merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat di definisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses fisiologi tanaman (Andi, 2007).

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 01 – 29 November 2018 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Oven

1 buah

2. Beaker glass

4 buah

3. Cawan petri

32 buah

4. Kertas merang

secukupnya

5. Baki

1 buah

6. Plastik

secukupnya

7. Karet gelang

secukupnya

8. Penggaris

1 buah

9. Alat tulis

1 set

10. Toples jam

4 buah

11. Gelas aqua

3 buah

3.2.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Air

secukupnya

2. Larutan PEG

secukupnya

3. Benih Sawi

secukupnya

4. Benih Jewawut

secukupnya

5. Benih Kacang hijau

secukupnya

6. Benih Jagung

secukupnya

3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Uji Diatas kertas (UDK) Langkah kerja dalam uji diatas kertas yaitu : 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Diambil kertas merang dan dibuat ukuran sesuai ukuran cawan petri 3. Dibasahi kertas merang dengan air 4. Diambil 100 benih sawi dan jewawut, kemudian ditaburkan diatas kertas merang 5. Ditutup cawan petri, kemudian disimpan di suhu kamar selama 7 hari 6. Dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing benih 7. Di amati pesentasi daya kecambah dan panjang kecambah. 3.3.1 Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik (UKDdP) Langkah kerja dalam uji kertas digulung didirikan dalam plastik yaitu : 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Diambil kertas merang 3. Dibasahi kertas merang dengan air 4. Diambil 50 benih jagung dan kacang hijau, kemudian ditata diatas kertas merang 5. Ditutup kertas merang yang telah berisi benih dengan kertas merang baru yang sudah dibasahi. 6. Digulung kemudian simpan (didirikan) di dalam plastik dan disimpan di suhu kamar selama 7 hari 7. Dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing benih 8. Di amati pesentasi daya kecambah dan panjang kecambah. 3.3.3 Invigorasi Langkah kerja dalam praktikum invigorasi adalah : 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Disiapkan baki kecil yang telah diisi separuh air 3. Disiapkan benih sawi, kacang hijau dan jagung di gelas aqua kemudian diletakkan diats baki yang telah berisi air 4. Disimpan di dalam oven dengan suhu 450C selama 2 hari 5. Disiapkan kertas merang kemudian dibasahi dengan air dan diisi dengan 50 benih jagung dan kacang hijau

6. Diambil kertas merang baru yang telah dibasahi, dan diletakkan diatas kertas merang yang berisi benih, kemudian digulung dan disimpan dalam plastik 7. Diambil kertas merang dan dibuat sesuai ukuran cawan petri 8. Dibahasi kertas merang dan diambil benih sawi kemudian diletakkan diata kertas merang 9. Ditutup cawan petri dan disimpan selama 7 hari 10. Dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing benih 11. Diamati jumlah rata-rata daya kecambah dan panjang kecambah. 3.3.4 Accelerated Aging Test Langkah kerja dalam praktikum ini adalah : 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dibuat larutan PEG konsentrasi 0%, 2,5 %, 5% dan 10% 3. Diambil benih sawi secukupnya kemudian direndam pada masing-masing larutan PEG kurang lebih 5 jam 4. Diambil kertas merang kemudian dibuat seukuran cawan petri dan dibasahi 5. Diambil benih yang telah direndam, kemudian di taruh diatas kertas merang dicawan petri 6. Ditutup cawan petri dan diletakkan pada suhu kamar 7. Dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing konsentrasi PEG 8. Diamati setiap sehari sekali pada jam yang sama, yaitu jumlah kecambah yang hidup dan panjang kecambah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik (UKDdP) Panjang kecambah ANOVA PT Sum of Squares Between Groups

df

Mean Square

.904

1

.904

Within Groups

2.207

6

.368

Total

3.111

7

F 2.457

Sig. .168

Persentase daya kecambah ANOVA Persentase Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups

2312.000

1

2312.000

Within Groups

1416.000

6

236.000

Total

3728.000

7

F 9.797

Sig. .020

4.1.2 Uji Diatas Kertas (UAK) 4.1.3 Invigorasi 4.1.4 Accelerated Aging Test 4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik (UKDdP) Metode perkecambahan UKDdp menggunakan kertas buram yang kemudian digulung didirikan dalam suatu plastik untuk mengecambahkan benih yang berukuran besar. Adanya plastik diantara gulungan kertas merang ini membantu pertumbuhan akar antar individu benih tidak terhambat dan tidak menembus kertas sebagai tempat pertumbuhan akar individu benih yang lainnya. Selain itu, dengan metode digulung dan didirikan dapat membentuk plumula benih menjadi tegak serta kemampuan kertas merang menjerap air, memudahkan biji untuk berimbibisi dan menumbuhkan plumula/radikula lebih cepat. Menurut pendapat Suwarno dan Santana (2009) bawha pengujian viabilitas dengan metode UKDdp untuk benih berukuran besar dengan kertas stensil/buram memiliki tingkat kesamaan dengan sustrat kertas merang.

Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdp) dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh akar yang dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi rusak sehingga pengamatan menjadi sulit dilakukan (Qamara, 1990). Media kertas digulung akan mempermudah dalam mengontrol suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kondisi air dari media untuk pertumbuhan benih yang optimal (Kamil, 1979). Metode ini UKDdp sama dengan kegunaannya dengan metode UKDd, hanya perbedaanya UKDdp digunakan untuk menguji bnih yang benih yang berukuran sebesar seprti jagung,kedelai,kacang tanah,dan sebagainya karena benihnya agak besra , metode ini mengggunakan plastik diluarnya (Aryunis, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap daya kecambah (persentase hidup kecambah) dan panjang hipokotil kecambah yang dilakukan yang benih jagung dan kacang hijau diperoleh hasil sebagai berikut : rata-rata panjang hipokotil pada jagung 0,8 cm dan pada kacang hijau 1,52 cm. sedangkan persentase kecambah pada jagung sebesar 55% dan pada kacang hijau sebesar 89%. Adapun hasil analisis anova yaitu Daya kecambah benih sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana benih itu tumbuh, yaitu diantaranya berupa media tumbuh, kadar air, dan cahaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1977) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih adalah kemasakan benih, kadar air, dormansi, oksigen, temperatur, cahaya, dan zat penghambat perkecambahan. Media tumbuh berpengaruh untuk mengatur kadar air (kelembaban) yang dibutuhkan oleh benih. Media yang digunakan adalah berupa tissue sebagai alasnya kemudian benih cabai ditanam di atas media tersebut sehingga metode ini disebut dengan metode UDK. Media tissue kurang efektif dalam menjaga kadar air benih karena tissue cenderung cepat kering bila dibandingkan dengan kertas merang yang mampu menjaga kadar air lebih baik dan lebih lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarno dan Hapsari (2007) yang menyatakan bahwa kertas merang memiliki daya mempertahankan air yang tinggi, walaupun tujuh hari tidak diberi air. Kadar air dan cahaya juga berpengaruh dalam proses perkecambahan, jika terlalu sedikit ataupun terlalu banyak akan berdampak kurang baik pada perkecambahan benih. Kadar air dan cahaya yang dibutuhkan pada proses perkecambahan benih cabai ini sangatlah kurang karena penyiraman tidak dilakukan secara teratur dan benih diletakkan di dalam ruang tertutup. Menurut Setiadi (2009), benih akan mengalami stres jika kekurangan air yang menyebabkan perkecambahan pada benih terganggu. Sadjad (1977) juga berpendapat bahwa intensitas cahaya

yang kurang akan menyebabkan benih mengalami etiolasi, atau jika tidak diimbangi dengan air yang cukup maka benih itu akan terganggu daya kecambahnya.

4.2.2 Uji Diatas Kertas (UAK) 4.2.3 Invigorasi 4.2.4 Accelerated Aging Test

Related Documents


More Documents from "choirus zakinah"