Laporan Praktikum Fisiologi Sensori.docx

  • Uploaded by: soudwals
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Fisiologi Sensori.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,671
  • Pages: 19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MODUL SENSORI

Disusun oleh : Kelompok 1 Amril Nur Ismail (11) Rizka Putri (22) Rifka Annisa Dongoran (30) Souvufta Dwalasono (42) Nada Ashahra Wibawa (43) Amira Mega Pramesti (61) Ajeng Nadia (83) Aditya Rifki Arsana (85) Zuhal Adam Bayhaqqi (87) Sefina Munqidza Kamil (112) Qosita (124) Nur Lailatul Nofisah (126)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2018/2019

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum fisiologi Modul Muskulo, Sensori, & Integumen. Kami ucapkan terima kasih kepada para dosen serta semua pihak yang telah membantu serta mendukung penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran masukan sebagai perbaikan. Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Januari 2019

Tim Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1 DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2 SIKAP & KESEIMBANGAN ...................................................................................................... 3 1. Model-model Kanalis Semisirkularis ............................................................................... 3 2. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis ......................................................... 5 3. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan

.................................................................................................. 6

4. Percobaan dengan Kursi Barany ....................................................................................... 7 a) Nistagmus ............................................................................................................. 7 b) Tes Penyimpangan Penunjukan ............................................................................ 7 c) Tes Jatuh ............................................................................................................... 8 d) Kesan (Sensasi) ..................................................................................................... 9 PENDENGARAN......................................................................................................................... 11 1. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garpu Tala ..................................................... 11 a) Cara Rinne ............................................................................................................ 11 b) Cara Weber ........................................................................................................... 13 c) Cara Schwabah...................................................................................................... 14 DOKUMENTASI ......................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

SIKAP DAN KESEIMBANGAN A. TUJUAN Tujuan Instruksional Umum 1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh 2. Memahami peran alat vestibular dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh Tujuan Perilaku Khusus 1.1.Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh 1.2.Mendemonstrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh 2.1.Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh 2.2.Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada Krista ampularis dengan menggunakan model kanalis semisirkularis 2.3.Mendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Barany

B. ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Model-model kanalis semisirkularis 2. Tongkat atau statif yang panjang 3. Kursi Barany

C. TATA KERJA I.

Model-Model Kanalis Semisirkularis 1. Pelajari pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis semisirkularis. 2. Pelajari pengaruh pemutaran terhadap aliran endolimfe dan perubahan posisi krista ampularis.

HASIL & PEMBAHASAN

Kanalis semisirkularis merupakan salah satu bagian telinga yang terdapat dalam labirin osteon. Terdapat 3 kanalis semisirkularis berdasarkan posisinya yaitu, kanalis semisirkularis anterior, kanalis semisirkularisposterior, dan kanalis semisirkularis lateral. Pada ujung masing-masing kanalis semisirkularis terdapat suatu pelebaran yang dinamakan ampulla. Di dalam ampulla terdapat struktur yang dinamakan krista ampularis yang berfungsi sebagai reseptor untuk mendeteksi akselerasi atau deselarasi rotasi kepala seperti ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Ketika kanalis semisirkularis ini terletak tegak lurus satu sama lain. Dalam kanalis semisirkularis terdapat cairan endolymph. Saat kepala kita bergerak ke arah tertentu, cairan endolymph dalam kanalis semisirkularis akan mengalami pergerakan juga. Hal ini yang menyebabkan kita dapat mengetahui ke arah mana kepala kita bergerak. Kita juga sangat sensitif terhadap jumlah dan kecepatan cairan endolymph saat bergerak, sehingga kita dapat mengetahui seberapa kuat kepala kita bergerak. Cupula dapat ditemukan melekat pada sel-sel rambut krista ampularis. Cupula dikelilingi oleh cairan endolymph. Saat kepala berputar, dinding kanalis semisirkularis dan duktus semisirkularis akan bergerak, tetapi cairan endolymph yang bersifat gel akan ketinggalan karena adanya inersia. Pembelokan stereocilia pada ruangan sempit antara sel-sel rambut dan cupula akan menghasilkan impuls-impuls saraf pada ujungujung saraf yang berkaitan.

II.

Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis. 1. Suruhlah OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30°, berputar berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik. 2. Suruhlah OP berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke depan. 3. Perhatikan apa yang terjadi. 4. Ulangi percobaan nomor 1–3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan jarum jam.

HASIL & PEMBAHASAN P-SK.1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30° ke depan? Agar posisi kanalis semisirkularis anterior berada dalam posisi horizontal.

P-SK.2. a. Apa yang Saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalanlurus ke depansetelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?  Badan OP cenderung jatuh kearah kanan. b. Bagaimana keterangannya?  Saat OP berputar dengan penundukan kepala OP 30° ke depan, cairan endolimf dalam duktus semisirkularisnya akan ikut berputar juga. Cairan endolimf yang berputar ini membuat krista ampluarisnya mengikuti arah gerakan endolimf, lalu krista ampularis ini mengirimkan sinyal ke otak sehingga otak dapat mengetahui arah putarannya. Ketika OP berhenti berputar, cairan endolimf masih berputar dan krista ampularisnya masih ikut bergerak yang mengirimkan sinyal ke otak, sehingga saat diperintahkan untuk berjalan lurus OP akan berjalan cenderung kearah gerakan krista ampularis tersebut yaitu kearah kanan.

III.

Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan.

1. Suruhlah Orang Percobaan (OP) berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus tersebut. 2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup

3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan : a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

IV.

Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan.

4. Suruhlah Orang Percobaan (OP) berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus tersebut. 5. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup 6. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan : c. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri d. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Hasil dan Pembahasan P-SK.3 Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?  Pada keadaan : 

Kedudukan mata normal dan kepala dimiringkan ke kanan



Kedudukan mata normal dan kepala dimiringkan ke kiri Tidak ada kesulitan bagi OP untuk mengikuti garis lurus.. Hal ini berarti tidak terdapat masalah saat kanalis semi sirkularis superior diubah posisinya dan dengan mata normal.

V.

Percobaan dengan Kursi Barany a) NISTAGMUS OP : Zarisati Nursina 1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. 2. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya 30º ke depan. 3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan. 4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba. 5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan.

6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponen cepat nistagmus tersebut. HASIL & PEMBAHASAN Pada praktikum ini OP diputarkan di atas kursi barany searah dengan jarum jam (ke kanan) dengan mata ditutup dan kepala ditundukan 30º sebanyak 10 kali kemudian putaran diberhentikan. Saat putaran diberhentikan terlihat bahwa terjadi nistagmus pada mata OP dengan fase cepat ke kiri dan fase lambat ke kanan ini disebut dengan nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan dengan arah rotasi. Pada OP ini, nistagmus fisiologis dapat dibangkitkan dengan pemutaran/rotasi angular ke kanan yang menunjukkan nistagmus komponen cepat ke kiri dan komponen lambat ke kanan. P-SK.4 Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca pemutaran?  Nistagmus pemutaran adalah nistagmus yang terjadi selama pemutaran. Nistagmus pasca pemutaran adalah nistagmus yang terjadi segera setelah pemutaran dihentikan. b) TES PENYIMPAGAN PENUNJUKAN (PAST POINTING TEST OF BARANY) OP : Faiq Azzaki 1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dan memejamkan kedua matanya. 2. Pemeriksa berdiri tepat di depan kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya kea rah OP. 3. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya. 4. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no. 1 s.d. 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya, sebagai berikut: 5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP menundukkan kepala 30º ke depan. 6. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan suruh OP menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimoangan penunjukan seperti telah disebutkan di atas (langkah no. 1 sampai 4). 8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh OP. bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa. HASIL & PEMBAHASAN Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, OP disuruh mengangkat lengannya kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan lengan OP kea rah lesi.

P-SK.5.

Bagaimana keterangan terjadinya penyimpangan penunjukan?

 Krista ampularis akan miring ke kiri ketika OP diputar ke arah kanan sehingga ia merasa berputar ke kiri, setelah diberhentikan ia krista ampluaris akan bergerak kekanan yang menyebabkan OP merasakan dunia berputar ke arah kanan sehingga jarinya mengikuti arah gerak dunia sehingga terjadinya penyimpangan ke kanan.

c) TES JATUH OP : Muh. Daffa Murtado 1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk sudut 120º dengan sumbu tegak. 2. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan. 3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Suruh OP menegakkan kembali kepala dan badannya.

4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke mana rasanya ia akan jatuh. 5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan: OP : Umar Affandi a. Memiringkan kepala kea rah bahu kanan sehingga kepala miring 90º terhadap posisi normal. b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60º terhadap posisi normal. 6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang. HASIL & PEMBAHASAN P-SK.6. Apa maksud penundukkan kepala OP 120 derajat dari posisi tegak?  Supaya posisi kanalis semisirkularis posterior berada dalam posisi horizontal. P-SK.7.

Apa maksud tindakan seperti tersebut pada langkah no. 5a dan 5b?

Terangkan.  Saat kepala dimiringkan 90o, kanalis semisirkularis superior berada dalam posisi horizontal sehingga memberikan efek jatuh ke depan.  Saat mengadahkan kepala ke belakang membuat sudut 60º agar kanalis semisirkularis posterior berada dalam posisi horizontal akan menimbulkan efek jatuh ke samping.

d) KESAN (SENSASI) 1. Gunakan OP yang lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan. 2. Putar kedua kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsurangsur pula sampai berhenti. 3. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar : a) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah. b) Sewaktu kecepatan putar menetap.

c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi. d) Segera setelah kursi dihentikan. 4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadiya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh OP.

PENDENGARAN TUJUAN Tujuan Instruksional Umum 1. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garpu tala (penala) 2. Memahami

dasar-dasar

pemeriksaan

ketajaman

pendengaran

dengan

menggunakan audiometer Tujuan Perilaku Khusus 1.1.Menjelaskan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran 1.2.Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran 1.3.Mendemonstrasikan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala 1.4.Mendemonstrasikan gangguan hantaran udara pada pendengaran dengan 3 pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Penala berfrekuensi 512 2. Kapas untuk menyumbat telinga TATA KERJA A. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garpu Tala OP : Amril Nur Ismail a. CARA RINNE 1. Getarkan penala berfrekuensi 512 dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda keras. 2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosessus mastoideus salah satu telinga OP . tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari – jari penala. 
 3. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi , jari telunjuk diturunkan.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosessus mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat- dekatnya ke depan liang telinga OP. Tanyakan apakah OP mendengar dengungan itu.

5. Catat hasil pemerikaan rinne sebagai berikut : Rinne positif (+) : Bila OP masih mendengar dengunga melalui hantaran aerotimpanal . Rinne negative (-) : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal. HASIL & PEMBAHASAN Fungsi pendengaran pada OP baik ( Rinne positive ). Fungsi pendengaran dinilai dari dua aspek : fungsi pendengaran dengan hantaran konduksi saat garputala diletakkan di depan aurikula dan fungsi pendengaran dengan hantaran melalui benda padat saat garpu tala diletakkan pada tulang mastoid. Pada OP yang dipraktikumkan, fungsi pendengaran dengan penilaian rinne baik pada kedua telinga. Pada telinga kanan dan kiri OP lebih jelas mendengar melalui hantaran udara. P-PDG.5.

Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada

tindakan butir 3 tadi?  Jenis hantarannya adalah hantaran konduktif. P-PDG.6.

Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada

tindakan butir II.4.?

 Jenis hantarannya adalah hantaran neural. b. CARA WEBER 1. Getarkan penala yang berfreuensi 512 seperti pada butir A.1. 2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP digaris median. 3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penal sama kuat dikedua telinganya atau terjadi lateralisasi. 4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.

HASIL & PEMBAHASAN Fungsi pendengaran pada OP baik pada kedua telinga dan simetris. Saat telinga OP sebelah kanan ditutup dengan kapas, akan terdapat lateralisasi ke sisi kanan. Fungsi pendengaran perlu dinilai kesimetrisannya pada kedua telinga. Pada OP yang dipraktikumkan fungsi pendengaran kedua telinga baik dan simetris. Lateralisasi dapat terjadi karena adanya sumbatan pada telinga sehingga hantaran suara konduktif lemah dibandingkan hantaran melalui tulang yang terdengar lebih jelas.

P-PDG.7.

Apakah yang dimaksud lateralisasi?

 Lateralisasi adalah suara yang terdengar pada satu sisi telinga akibat adanya gangguan neural. P-PDG.8.

Kemana arah lateralisasi dan terangkan mekanisme lateralisasi ini?

 Lateralisasi terjadi ke arah telinga yang tertutup oleh kapas.

c. CARA SCHWABAH 1. Getarkan penala berfrekuensi 512 seperti cara di atas (butir A.1). 2. Tekankan ujung tungkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP. 3. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi menghilang. 4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus pemeriksa sendiri. Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABAH MEMENDEK.

Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabah, telinga pemeriksa dianggap normal. 5. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak

terdengar

oleh

pemeriksa,

maka

hasil

pemeriksaan

ialah

SCHWABAH NORMAL atau SCHWABAH MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut: 

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke prosesus matoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi dengungan.



Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus mastoideus OP. Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialah SCHWABAH MEMANJANG.



Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABAH NORMAL.

Gambar PDG-4. Empat macam uji konduksi tulang klasik menggunakan penala Keterangan :

Panah menunjukkan bahwa bunyi terdengar lebih lama bila penala dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tanda berwarna hitam menunjukkan lokasi kerusakan pada telinga luar, telinga tengah atau koklea.

HASIL & PEMBAHASAN Fungsi pendengaran pada OP melalui pemeriksaan schwabach baik, tidak mengalami pemendekan atau pemanjangan. Fungsi pendengaran perlu dibandingkan antara pemeriksa dan OP sehingga tidak terjadi pemanjangan atau pemendekan. Pemeriksa yang akan melakukan pemeriksaan schwabach harus tidak mengalami kelainan pada fungsi pendengaran.

P-PDG.9.

Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala di klinik? Bagaimana interpretasi masing-masing pemeriksaan?

 Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk menilai fungsi telinga terhadap hantaran bunyi konduksi dan hantara bunyi melalui telinga sehingga dapat dibedakan antara tuli konduksi dan tunli neural.

DOKUMENTASI PRAKTIKUM FISIOLOGI SIKAP & KESEEIMBANGAN

a) Tes Jatuh miring 90º

b) Tes Jatuh 120º dari posisi tegak

c) Tes Penyimpangan Penunjukan

d) Tes Nistagmus

DOKUMENTASI PRAKTIKUM FISIOLOGI PENDENGARAN

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Panduan Praktikum MSI. Ciputat : FK UIN JAKARTA, 2017. 2. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Ed.8. Jakarta: EGC;2012 3. Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera. Ed. 12: Elsevier: 2016

Related Documents


More Documents from ""