Laporan Uji Fisiologi Bakteri.docx

  • Uploaded by: choirus zakinah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Uji Fisiologi Bakteri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,353
  • Pages: 17
LAPORAN PRAKTIKUM UJI FISIOLOGI BAKTERI Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Mikrobiologi Lanjut yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 5 Ali Mustofa

180341863024

Choirus Zakinah

180341863014

Putri Fitria Sartika

180341863051

Risnani Naovalia

180341663062

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI OKTOBER 2018

I.

TOPIK Uji Fisiologi Bakteri

II. TUJUAN 1. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis amilum 2. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis protein 3. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis lemak

III. WAKTU PELAKSANAAN Hari/Tanggal : Senin, 15 Oktober 2018 Pukul

: 09.35 s/d 12.10 WIB

Tempat

: Laboratorium Mikrobiologi Lantai III (O5. 305) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

III. DASAR TEORI

Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang pada umumnya tidak mempunyai klorofil. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di dalam air, pada sumber air panas, dalam tubuh hewan, manusia dan tumbuhan. Pada umumnya, untuk mendapatkan bakteri yang potensial dilakukan dengan penapisan mikroorganisme dari lingkungan. Umumnya isolat bakteri yang diperoleh sesuai dengan lingkungan tempat hidupnya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan tersebut biasanya digunakan bakteri sebagai substrat utamanya. Misalnya, bakteri amilolitik dapat diisolasi dari sampel yang berasal dari limbah pengolahan singkong, limbah sayur (Chakrabarty and Sen, 1984), rumen (Freer, 1993), serta hasil fermentasi ikan dan bahan makanan dari beras (Olympia et al., 1995). Dalam proses pengambilan nutrisi, Bakteri memiliki enzim-enzim yang dapat menghidrolisis glukosa, lemak maupun protein. Enzim merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan berfungsi untuk mengkatalisis reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup, sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Enzim bersifat spesifik terhadap reaksi yang dikatalisis

dan molekul yang menjadi substratnya. (Puspitasari,2007). Enzim sangat di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pH, suhu,setiap enzim berfungsi optimal pada pH dan temperatur tertentu. Suhu yang sangat

rendah

dapat

menghentikan

aktivitas

enzim

tetapi

tidak

menghancurkannya. Aktivitas enzim diatur melalui 2 cara yaitu, pengendalian katalis secara langsung pengendalian genetik. Proses metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi menghasilkan sub satuan makromolekul dari hasil metabolisme yang bergun sebagai penyediaan tahap awal bagi komponen-komponen sel menghasilkan dan menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP lewat ADP dengan fosfat. Energi ini sangat penting untuk kegiatan proses lain yang dalam prosesnya hanya bisa berlangsung kalau tersedia energi. Bakteri

memperlihatkan

aktivitas

biokimia

(pertumbuhan

dan

perbanyakan) dengan menggunakan bahan baku (nutrisi) dari lingkungan sekitarnya. Setiap bakteri memiliki enzim yang dapat mengurai

karbohidrat,

lemak, protein, atau asam amino. Metabolisme atau penggunaan molekul organik ini biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pencirian bakteri. Karena itu pengamatan aktivitas biokimia atau metabolisme mikroorganisme digunakan untuk identifikasi dan pencirian mikroorganisme (Reddy, 2003). Untuk keperluan identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri, selain dipelajari sifat-sifat morfologinya

perlu pula dipelajari sifat-sifat

biokimianya dan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ada beberapa cara pengujian sifat biokimia, diantaranya ialah uji adanya hidrolisis amilum, uji adanya hidrolisis lemak, dan uji adanya hidrolisis protein. (Hastuti, 2012).

IV. Alat dan Bahan Alat

Bahan :

1. Jarum inokulasi lurus

1. 2 biakan murni bakteri

2. Pipet

2. Larutan Iodium

3. Tabung reaksi

3. Medium Amilum Agar

4. Inkubator

4. Medium Skim Milk Agar

5. Gelas ukur 10 ml

5. Medium NA+Minyak

6. Kaki tiga dan kasa

zaitun+Neutral Red

7. Lampu spiritus 8. Beaker glass 400 ml 9. Rak tabung reaksi 10. Tabung durham

V. Prosedur Kerja Menyediakan medium Amilum Agar, Skim Milk Agar, dan medium NA yg mengandung 1% minyak zaitun dan indikator Neutral Red Membuat garis tengah pada bagian dasar cawan petri masing-masing medium Menginokulasi 1 biakan bakteri (bakteri A) pada salah satu bagian masingmasing medium dan memberi label identitas (A) Menginokulasi 1biakan bakteri (bakteri B) pada salah satu bagian yang lain dan memberi label identitas (A) Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 1x 24 jam

A

B

Medium Amilum Agar

A

B

Medium Skim Milk Agar

A

B

Medium NA+ Neutral Red

Setelah 1x 24 jam, pada medium Amilum Agar pengamatan dilakukan dengan menuangkan larutan iodium ke permukaan medium. Apablia warna medium menjadi bening artinya bagian tersebut mengalami hidrolisis amilum oleh bakteri, dan sebaliknya, apabila medium berwarna biru kehitaman artinya tidak terdapat hidrolisis amilum

Pengamatan pada medium Skim Milk Agar dilakukan pada pengamatan warna medium, apabila daerah sekililing bakteri berwarna jernih maka bakteri tersebut dapat menghidrolisis protein

Pengamatan pada medium NA yg mengandung 1% minyak zaitun dan indikator Neutral Red dilakukan dengan mengamati medium apabila bakteri mampu menghidrolisis lemak maka koloni bakteri akan berwarna merah pada bagian dasar, jika tidak menghidrolisis lemak, maka koloni bakteri akan berwarna kuning pada bagian dasar

VI. DATA Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Hidrolisis Bakteri N o 1

Kemampua n Hidrolisis Amilum

Medium

Gambar

Amilum Agar (AA)

Koloni A Koloni B

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2

Protein

Skim Milk Agar (SMA) Koloni B

Koloni A

Sumber: Dokumentasi Pribadi 3

Lemak

NA+minyak zaitun+Neutra l Red Koloni A

Koloni B

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kemampuan Hidrolisis Bakteri No

Koloni Bakteri

1.

Kemampuan Menghidrolisis Amilum

Protein

Lemak

-

-

+

A

(ada sedikit

(banyak

zona bening)

terbetuk warna merah pada bagian dasar koloni bakteri)

2. Keterangan:

B

+

-

-

(-)

Tidak mampu menghidrolisis

(+)

Memiliki kemampuan menghidrolisis

VII. ANALISIS DATA 1. Uji kemampuan hidrolisis amilum Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Koloni A mampu menghidrolisis

amilum, namun

lemah. Hal

ini

dibuktikan dengan

terbentuknya sedikit zona bening di sekeliling koloni setelah medium diberi reagen Iodin, sedangkan Koloni B mempunyai kemampuan menghidrolisis amilum, karena terbentuk zona bening disekitar koloni bakteri setelah medium diberi larutan iodium 2. Uji kemampuan hidrolisis protein Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Koloni A dan Koloni B tidak mampu menghidrolisis protein karena tidak terbentuk zona bening di sekitar koloni. Medium pada kedua koloni yang tumbuh tetap berwarna putih susu. 3. Uji kemampuan hidrolisis lemak Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Koloni A mampu menghidrolisis lemak karena terbentuk koloni berwarna merah di bagian dasar. Sedangkan, Koloni B tidak mampu menghidrolisis lemak karena tidak terbentuk koloni berwarna merah pada medium NA+minyak zaitun+Neutral Red.

VIII. PEMBAHASAN Dalam praktikum kali ini, langkah kerja yang pertama yaitu menyediakan medium Amilum Agar, Skim Milk Agar, dan medium NA yg mengandung 1% minyak zaitun dan indikator Neutral Red. Masing-masing medium memiliki kandungan yang berbeda-beda. Dari penggunaan ketiga media tersebut, bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis amilum protein dan lemak. Penggunaan

medium

Amilum

Agar

digunakan

untuk

mengetahui

kemampuan bakteri menghidrolisis amilum. Ketika bakteri mampu menghidrolisis amilum, maka medium yg telah di inokulasi dan di inkubasi serta diberi iodium akan berwarna bening, sedangkan apabila bakteri tidak mampu menghidrolisis bakteri maka medium akan berwarna biru kehitaman. Larutan iodium merupakan larutan yg digunakan untuk mengetahui kandungan amilum pada suatu bahan. Apabila bahan berwarna biru ketika diberikan larutan iodium, artinya terdapat kandungan amilum didalamnya. Warna biru tua disebabkan karena terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya (Fessenden, 1986). Pada media yg berwarna biru kehitaman, artinya terdapat amilum yg tidak dihidrolisis oleh bakteri. Sedangkan medium yg berwarna bening, artinya medium tersebut sudah mengalami hidrolisis amilum. Medium amilum agar (AA) merupakan medium yang dibuat dengan bahan padat yaitu amilum. Media ini digunakan untuk uji hidrolisis amilum dari bakteri yang mampu memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik. Pati yang terhidrolisis di sekeliling koloni akan membentuk areal bening. Sedangkan pati yang tidak terhidrolisis akan menghasilkan warna biru tua apabila ditetesi larutan iodium (Hadioetomo, 1993). Medium Skim milk agar (SMA) merupakan medium yang terdiri dari PCA steril dan susu skim. Susu skim digunakan sebagai sumber substrat. Susu skim merupakan susu yang mempunyai kandungan protein tinggi yaitu sebesar 3,7%

dan lemak sebesar 0,1%. Susu skim juga mempunyai kandungan kasein sebagai protein susu di mana akan dipecah oleh mikroorganisme proteolitik menjadi senyawa nitrogen terlarut, sehingga pada koloni bakteri akan terbentuk zona bening. Medium skim milk agar terdiri atas 5 gram kasein, 2,5 gram ekstrak yeast, 1 gram skim milk agar, 1 gram glukosa, dan 10,5 gram agar (Hadioetomo, 1993). Penggunaan medium Skim Milk Agar digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghidrolisis protein. Dalam medium Skim Milk Agar terdapat Kasein, kasein adalah salah satu jenis protein. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease yang memutuskan ikatan peptida CO-NH. Hidrolisis protein ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekeliling pertumbuhan bakteri (Susanti, 2003). Apabila bakteri dapat menghidrolisis protein, setalah dilakukan inkubasi selama 1x24 jam maka disekeliling bakteri akan berwarna jernih sedangkan pada bagian lain akan tetap berwarna keruh. Penggunaan medium NA yg mengandung 1% minyak zaitun dan indikator Neutral Red digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghidrolisis lemak. Jika lemak di dalam media dihidrolisis oleh enzim lipase, maka daerah disekitar koloni bakteri menjadi asam akibat terbentuknya asam lemak.Indikator pH yang ditambahkan ke dalam media akan membantu menunjukkan adanya proses hidrolisis yang ditandai dengan perubahan warna (Lay, 1994). M e d i a N A ( Nutrient Agar) merupakan media yang dipakai untuk hidrolisis lemak. Agar dapat digunakan untuk menguji adanya mikroba lipolitik, maka padamedia ini ditambahkan lemak 1%. Komponen-komponen media ini adalah ekstrak sapi sebagai zat hara untuk menyediakan karbohidrat, nitrogen, vitamin dan garam mineral, pepton untuk mengontrol pH, agar, air untuk transportasi nutrient yang dibutuhkan

bagi pertumbuhan mikroba, dan

merah netral sebagai indikator (Fardiaz, 1992). Apabila koloni bakteri berwarna merah pada dasar, maka bakteri tersebut di indikasi mampu menghidrolisis lemak. Apabila pada permukaan dasar terdapat warna kuning pada bagian dasar koloni bakteri maka bakteri tersebut di indikasi tidak dapat menghidrolisis lemak.

Medium NA+minyak zaitun+Neutral Red merupakan medium yang digunakan dalam uji hidrolisis lemak. Seperti telah diketahui bahwa medium NA memiliki komposisi yaitu mengandung beef extract, bacto pepton, agar powder, dan akuades, namun pada uji hidrolisis ini medium NA ditambah dengan 1% minyak zaitun dan indikator neutral red. Minyak zaitun mengandung dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat (ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Lemak atau minyak adalah senyawa organik yang bersifat non polar dan merupakan senyawa ester dari triasilgliserol, sedangkan neutral red adalah pewarna euhordin yang digunakan untuk pewarnaan jaringan. Neutral red dapat digunakan sebagai pewarna penting untuk sel hidup. Neutral red bertindak sebagai indikator pH yang dapat berubah warna dari merah ke kuning antara pH 6,8-8,0. Kandungan lemak yang ada pada medium ini dapat dipecah mikroorganisme lipolitik, karena mokroorganisme lipolitik mampu menghasilkan enzim lipase, di mana lipase merupakan enzim yang dapat mendegradasi lemak atau minyak melalui pemutusan ikatan ester dari triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol yang larut dalam air (Nurhasanah & Dian, 2008). Langkah kedua yaitu Membuat garis tengah pada bagian dasar cawan petri masing-masing medium. Langkah ini digunakan untuk membagi media menjadi 2 bagian. Bagian pertama akan di inokulasikan biakan bakteri A, dan bagian kedua akan di inokulasikan bakteri biakan B pada masing-masing medium. Dengan membagi media menjadi 2 bagian ini, dapat digunakan sebagai pembanding kemampuan hidrolisis bakteri A dan B. Langkah ketiga yaitu menginokulasi 1 biakan bakteri (bakteri A) pada salah satu bagian masing-masing medium dan memberi label identitas (A). dan langkah ke empat Menginokulasi 1biakan bakteri (bakteri B) pada salah satu bagian yang lain dan memberi label identitas (B). Pemberian label dilakukan untuk menandai agar koloni bakteri tidak tertukar dan memudahkan proses identifikasi. Langkah selanjutnya yaitu menginkubasi medium pada suhu 370C selama 1x 24 jam. Waktu 24 jam merupakan waktu panen, dimana waktu tersebut telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial yang jumlah selnya terbanyak yaitu mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter (Pleczar dan Chan, 2008).

Setelah inkubasi selama 1x24 jam, langkah kerja selanjutnya yaitu melakukan pengamatan pada masing-masing medium. Pada saat proses pengamatan, bakteri A diketahui memiliki kemampuan dalam menghidrolisis amilum, namun tidak terlalu kuat, tidak mampu menghidrolisis protein, dan mampu menghidrolisis lemak. Hal ini dapat dilihat dari warna merah pada dasar koloni bakteri. Sedangkan pada bakteri B, diketahui mampu menghidrolisis amilum,tidak mampu menghidrolisis protein, dan tidsk mampu menghidrolisis lemak. Berdasarkan hasil pegamatan, diketahui bahwa koloni bakteri A

dapat

menghidrolisis amilum namun lemah, sedangkan koloni bakteri B mampu menghirolisis amilum dengan kuat pada medium amilum terbukti dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri, sehingga bakteri A dan B tergolong bakteri amilolitik. Bakteri amilo litik mampu menghidrolisis amilum menjadi gula sederhana karena bakteri tersebut menghasilkan enzim α-amilase. Larutan iodium disini berfungsi sebagai indikator adanya amilum, bila medium yang mengandung pati atau amilum diberi iodium maka akan nampak warna biru. Namun jika pati atau amilum tersebut telah terhidrolisis maka warnanya akan jernih atau bening. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri (Hadioetomo, 1990). Hasil pengmaatan menunjukkan bahwa koloni B lebih kuat menghidrolisis amilum dari pada koloni A dikarenakan zona bening pada koloni B lebih besar dari koloni A. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya bakteri yang diinokulasikan pada medium, semakin banyak bekteri yang diinokulasikan dapat mengakibatkan hasil bentukan jernih ini juga semakin besar. Terlepas dari banyak maupun sedikit zat yang dihirolisis, peristiwa ini dapat menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu menghidrolisis makanan di luar selnya. Kemampuan bakteri untuk menghidrolisis atau mencerna makanan di lingkungan luar dikarenakan bakteri tersebut dapat mengeluarkan enzim dari dalam sel. Enzim tersebut disebut sebagai ekso-enzim (Dwidjoseputro, 1989).

Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel (Campbell, 2002). Amilum tidak dapat langsung digunakan, karena memiliki ukuran molekul yang terlalu besar, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel. Untuk menghidrolisis amilum dibutuhkan enzim amilase. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum menjadi maltosa (suatu disakarida), reaksinya adalah sebagai berikut(Dwijoseputro, 1994):

Kemampuan bakteri untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Menurut Volk (1984), fungi atau bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus polimexa, dan Bacillus subtilis. Pengamatan selanjutnya, menunjukkan bahwa koloni bakteri A dan B tidak dapat menghidrolisis protein pada medium skim milk sehingga keduanya tidak termasuk bakteri proteolitik. Hal ini disebabkan tidak terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri karena medium tumbuh tetap berwarna putih susu.bakteri proteolitik menghasilkan enzim protease yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino. Menurut Winarwi (2006), protease dihasilkan oleh mikroba proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Protease dibutuhkan secara fisiologi dibutuhkan untuk kebutuhan organisme pada tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Tidak terbentuknya zona bening pada media skim milk agar diduga karena biakan bakteri yang diinokulasikan pada media tersebut bukan bakteri proteolitik karena tidak mampu menghidrolisis protein.

Pengamatan

ketiga

yaitu

mengamati

kemampuan

bakteri

dalam

menghidrolisis lemak. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Koloni bakteri B tidak dapat menghidrolis lemak sedangkan bakteri A mampu menghidrolisis lemak pada medium NA + neutral red terbukti dengan adanya warna merah pada koloni A sehingga

koloni A tergolong bakteri lipolitik. Kemampuan

menghidrolisis lemak ini ditunjukkan dengan intensitas terbentuknya warna merah pada bakteri yang diinokulasikan. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemungkinank koloni A tergolong bakteri lipolitik yang menghasilkan enzim lipase sedangkan koloni B tidak termasuk bakteri lipolitik. Kemampuan bakteri untuk menghidrolisis lemak dikarenakan pada tubuh bakteri dihasilkan enzim lipase. Enzim lipase ini termasuk golongan ester yaitu esterase. Dimana enzim ini memiliki kemampuan menghidrolisis lemak dan memecahkan menjadi 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol. Lemak merupakan campuran trigleserida yang terdiri atas 1 molekul gliserol yang berikatan dengan 3 molekul asam lemak. Lemak memiliki sifat antara lain: tidak larut dalam air, bila dipanaskan akan terjadi perubahan pada titik cair, titik asap dan titik nyala, serta plastis dan bentuknya mudah berubah- ubah bila mendapat tekanan, bisa mengalami ketengikan, dan reaksi dengan alkali akan membentuk sabun dan gliserol. Lemak lebih sulit dipecah oleh mikroorganisme daripada karbohidrat dan protein sehingga hanya mikrooganisme lipolitik yang menghasilkan enzim lipasesaja yang dapat memecah lemak menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol dengan bantuan (Fardiaz, 1992), selanjutnya gliserol dimetabolisasi melalui jalur EMP dan asam lemaknya diuraikan melalui asetat pada siklus asam sitrat (Volk dan Wheeler, 1993). Reaksi hidrolisis akan dipercepat dengan adanya asam, basa, dan enzim-enzim (Winarno, 1995). Jika lemak di dalam media dihidrolisis oleh enzim lipase, maka daerah disekitar koloni bakteri menjadi asam akibat terbentuknya asam lemak. Indikator pH yang ditambahkan ke dalam media akan membantu menunjukkan adanya proses hidrolisis yang ditandai dengan perubahan warna. Indikator pH

yang dipakai akan mempengaruhi perubahan warna (Lay, 1994). Reaksi kimia proses hidrolisis lemak yakni sebagai berikut;

Media NA (Nutrient Agar) merupakan media yang dipakai untuk hidrolisislemak. Agar dapat digunakan untuk menguji adanya mikroba lipolitik, maka padamedia ini ditambahkan lemak 1%. Komponen-komponen media ini adalah ekstrak sapi sebagai zat hara untuk meyediakan karbohidrat, nitrogen, vitamin d a n garam mineral, pepton untuk mengontrol pH, agar, air untuk transportasi nutrientyang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroba, dan merah netral sebagai indikator (Fardiaz, 1992). IX. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan disimpulkan bahwa: 1. Koloni bakteri A dapat menghidrolisis amilum namun lemah, sedangkan koloni bakteri B mampu menghirolisis amilum pada medium amilum terbukti dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri, sehingga bakteri B tergolong bakteri amilolitik 2. Koloni bakteri A dan B tidak dapat menghidrolisis protein pada medium skim milk sehingga keduanya tidak termasuk bakteri proteolitik 3. Koloni bakteri B tidak dapat menghidrolis lemak sedangkan bakteri A mampu menghidrolisis lemak pada medium NA + neutral red terbukti dengan warna merah pada koloni A sehingga koloni A tergolong bakteri lipolitik

X. DISKUSI 1. Adakah perubahan yang terjadi pada masing-masing pengujian? Jawab: Perubahan hanya terjadi pada medium amilum agar (pengujian amilum) sedangkan medium NA + neutral red (pengujian lemak) dan medium skim milk (pengujian protein) tidak mengalami perubahan 2. Bagaimanakah perubahan tersebut dapat terjadi? Jelaskan Jawab: Indikator yang dipakai pada uji hidrolisis amilum adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk warna biru hitam yang terlihat pada media. NA yang mengandung amilum digunakan sebagai media. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk kompleks warna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodine masuk ke dalam bagian kosong pada amilum yang berbentuk spiral. Hidrolisis amilum terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam. Uji

proteolitik

ditujukan

untuk

mengetahui

kemampuan

mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Pada praktikum ini protein yang digunakan dalam bentuk kasein susu. Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan monomernya berupa asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis. Aktivitas proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zona jernih di sekeliling koloni. Untuk mendapatkan energi lipid mikroba menghasilkan enzim lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak. Pengujian ini menggunakan indikator neutral red yang mampu mendeteksi keberadaan asam lemak yang terbentuk akibat hidrolisis lemak. Jadi apabila terdapat warna merah di bawah bakteri dapat diartikan bahwa asam lemak yang dihasilkan dari aktivitas hidrolisis lemak oleh bakteri.

XI.

DAFTAR PUSTAKA

Chakrabarty, S.L. and S. Sen. 1984. Amylase from Lactobacilus Isolate from. Vegetables Wastes. Technol. 62: 407-413 Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Fardiaz, Srikandi. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan. J a k a r t a : P T Raja Garfindo Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hadioetomo,R.S.1990. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: Gramedia. Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek (Teknik dan prosedur dasar laboratorium). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hastuti, Sri Utami.2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press. Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. M. Freer dan H. Dove (Ed). Sheep Nutrition. CSIRO Plant Industry, Canberra Australia. p: 73 – 80. Nurhasanah & Dian H. 2008. Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal dan Aplikasinya Dalam Reaksi Esterifikasi di dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, Universitas Lampung Olympia M, Fukuda H, Ono H, Kaneko Y, and Takano M. 1995. Characterization of starch-hydrolyzing lactic acid bacteria isolatd from a fermented fish and rice food, “Burong Isda,” and its amylolytic enzyme. J Ferment Bioeng 80: 124–130. Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta: UI Press. Puspitasari F., Nurachman Z., Noer AS, Radjasa OK, Maarel M., and Natalia D. 2011.Characteristics of Raw Starch Degrading Amylase from Bacillus aquimaris MKSC 6.2. Associated with Soft Coral Sinularia sp. Starch. 63: 461-467. Reddy N.S., Nimmagadda A., and Rao KR. 2003.An Overview of Themicrobial α-amylase Family. African Journal of Biotechnology. 2: 645-648.

Susanti, E. 2002. Isolasi dan karakterisasi protease dari Bacillus subtilis 1012M15. Program Studi Kimia Jurusan FMIPA FKIP. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Volk, Wesley A., dan Wheeler, Margaret F. 1984. Mikrobiologi dasar. Jakarta: Erlangga.

Related Documents


More Documents from "soudwals"