LAPORAN FIELD LAB KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE): PEMBINAAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS TERAS KABUPATEN BOYOLALI
KELOMPOK A2
ABDULLAH FAQIH
G0015001
HAFIZH NUR SANTOSO
G0015099
MUHAMMAD FADHLY
G0015163
MUHAMMAD YOGATAMA W.
G0015171
ANNISA SOLECHAH S.
G0015025
ELISABET DHUITASARI S.
G0015067
HASNA AULIA LABIBAH
G0015105
LINDA KARTIKANINGRUM
G0015139
NADIYA NUR HALIMA
G0015179
VIRA ANINDYA PRAMESWARA
G0015237
SEKAR AYU KUSUMONINGTYAS
G0015211
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB TOPIK KIE PEMBINAAN POSYANDU LANSIA
Disusun Oleh
: Kelompok A2 (1502)
Angkatan
: 2015
Program Studi
: S-1 Kedokteran
Institusi
: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Tempat Pelaksanaan
: Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali
Tanggal Pelaksanaan
: Lapangan 1, 16 Mei 2018 Lapangan 2, 22 Mei 2018 Lapangan 3, 5 Juni 2018
Laporan ini telah disetujui dan disahkan di Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali pada tanggal 5 Juni 2018 oleh :
Kepala Puskesmas Teras
Instruktur Lapangan
Febti Nila Utami, dr. NIP. 197902162009032001
Bambang Eko S., S.Kep. NIP. 196602011989031017
Dosen Pembimbing Lapangan Fakultas Kedokteran UNS
Joko Sudarsono, S.Farm, MPH., Apt. NIP. 1986121120130201
ii
DAFTAR ISI
Halaman Cover ........................................................................................................ i Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii Daftar Isi................................................................................................................. iii BAB I Pendahuluan .................................................................................................1 A. Latar Belakang ........................................................................................1 B. Tujuan Pembelajaran ...............................................................................3 BAB II Kegiatan yang Dilakukan ............................................................................4 A. Field Lab Hari Pertama ...........................................................................4 B. Field Lab Hari Kedua ..............................................................................4 C. Field Lab Hari Ketiga ..............................................................................5 BAB III Pembahasan................................................................................................6 A. Puskesmas Teras sebagai Puskesmas Santun Lansia ..............................6 B. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia .........................................................8 C. Analisis Data Hasil Lapangan Posyandu Lansia Desa Kadireso ...........17 BAB IV Penutup ....................................................................................................20 A. Simpulan ..............................................................................................20 B. Saran .....................................................................................................20 Daftar Pustaka ........................................................................................................21 Lampiran ................................................................................................................22
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lansia makin bertambah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6% dr total penduduk), pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta (Depkes,2017). Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitianpenelitian kedokteran, perbaikan status gizi, peningkatan usia harapan hidup, pergeseran gaya hidup dan peningkatan pendapatan perkapita. Hal tersebut menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif. Penduduk lanjut usia secara biologis akan mengalami proses penuaan secara terus menerus, dengan ditandai menurunnya daya tahan sehingga rentan terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (S Febrina,2016; Depkes 2017). Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak
1
adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia (Depkes,2017). Oleh karena itu, peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi), membantu penyelenggaraan yankes (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif), dan Ikut dalam proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia. Selain itu, yang terpenting dari pelayanan kesehatan itu sendiri adalah kesadaran dari setiap individu untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin (Depkes,2013). Disebutkan dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 138, bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Kebijakan
pelayanan
kesehatan
lanjut
usia
bertujuan
untuk
meningkatkan Kualitas hidup Lansia agar sehat, mandiri, produktif, berguna dan sejahtera. Secara khusus tujuan dari kebijakan ini diantaranya guna meningkatkan kesadaran lansia untuk menjaga kesehatan, meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat, meningkatkan mutu pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi lansia (Depkes,2017). Jenis pelayanan yang dikembangkan oleh Kemenkes yaitu dengan melibatkan lintas program terkait di Kemenkes, melalui pelayanan dasar di puskesmas santun lansia, pelayanan rujukan di Rumah Sakit, pelayanan Kesehatan Jiwa bagi lansia, pelayanan Home Care yang terintegrasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, peningkatan inteligensia kesehatan bagi lansia, pencegahan Penyakit Tidak Menular melalui Posbindu PTM, dan pelayanan Gizi bagi Lansia (Depkes,2017).
2
Untuk mencapai tujuan agar Lansia dapat tetap sehat, aktif dan produktif, maka diperlukan peran aktif dari setiap generasi dalam masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa FK. Perlu keterlibatan mahasiswa FK dalam upaya menyusun strategi pemberdayaan kaum lansia khususnya pada tingkat pelayanan dasar berbasis masyarakat. Dalam hal ini melalui program Komunikasi Informasi dan Edukasi : Posyandu Lansia. Field Lab FK UNS bekerja sama dengan Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali, dimana Puskemas Teras merupakan Puskesmas Santun Lansia.
B. Tujuan Pembelajaran Setelah
melakukan
kegiatan
laboratorium
lapangan
diharapkan
mahasiswa memiliki kemampuan : a.
Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.
b.
Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.
c.
Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta pencegahan dan pengobatannya.
d.
Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.
e.
Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu Lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia.
f.
Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.
g.
Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric Depression Scale dan MMSE (mini mental state examination).
h.
Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat dengan standar program posyandu lansia
3
BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN Pelaksanaan field lab dengan topik Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia kali ini dilaksanakan di Puskesmas Teras. Kegiatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan rincian sebagai berikut:
A. Field Lab Hari Pertama Hari/tanggal
: Rabu, 16 Mei 2018
Waktu
: 07.30 - 11.00
Tempat
: Puskesmas Teras
Kegiatan
: Apel pagi, bimbingan, dan pengarahan
Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2018. Pada hari pertama, kami mengikuti apel pagi bbersama seluruh staff Puskesmas Teras. Setelah apel pagi, kami mendapat bimbingan dan pengarahan dari pihak Puskesmas Teras. Pengarahan diberikan oleh dr Febti Nila Utami selaku kepala puskesmas. Beliau memberikan materi seputar posyandu lansia dan memaparkan program – program posyandu lansia yang sudah berjalan di Puskesmas Teras. Selanjutnya diberi pengarahan oleh Bapak Bambang Eko Suwarno selaku instruktur lapangan perihal pelaksanaan pada hari ke dua field lab di posyandu lansia.
B. Field Lab Hari Kedua Hari/tanggal
: Selasa, 22 Mei 2018
Waktu
: 08.00 - 12.00
Tempat
: Puskesmas Teras dan Posyandu Lansia desa Kadireso
Kegiatan
: Pelaksanaaan kegiatan posyandu lansia
Kegiatan Field Lab hari kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018. Di puskesmas Teras kami diberikan pengarahan bagaimana pelaksanaan tentang posyandu lansia. Sembari menunggu
4
keberangkatan menuju posyandu lansia, kami mempersiapkan pamflet untuk kegiatan penyuluhan yang akan kami laksanakan. Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan di salah satu rumah kader. Kegiatan yang kami lakukan bersama kader dan petugas Puskesmas Teras adalah anamnesa,
pengukuran tekanan darah, penyuluha. Materi
penyulahan yang kami sampaikan meliputi hipertensi dan diabetes mellitus. Kami juga membagikan pamflet tentang hipertensi kepada para lansia.
C. Field Lab Hari Ketiga Hari/tanggal
: Selasa , 5 Mei 2018
Waktu
: 08.00 - selesai
Tempat
: Puskesmas Teras
Kegiatan
: Laporan dan Presentasi kegiatan
Kegiatan hari ketiga ini adalah memberikan laporan kegiatan field lab yang kami lakukan di Puskesmas Teras. Kami juga mempresentasikan hasil laporan kegiatan KIE pembinaan posyandu lansia di hadapan Kepala Puskesmas, Instruktur serta pegawai Puskesmas Teras.
5
BAB III PEMBAHASAN A. Puskesmas Teras sebagai Puskesmas Santun Lansia Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2014). Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM) (Kemenkes RI, 2016). Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lanjut usia ini cukup besar, yang diawali pada tahun 1996 dengan ditetapkannya tanggal 29 Mei yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia. Selanjutnya pada tahun 1998, perhatian ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum keberadaan para lanjut usia. Di bidang kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia (Kemenkes RI, 2016).
6
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan. Program pembinaan kesehatan lanjut usia telah dikembangkan sejak tahun 1986, sedangkan pelayanan geriatri di rumah sakit mulai dikembangkan sejak tahun 1988 oleh Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Kariadi di Semarang Jawa Tengah. Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana pengembangan
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Puskesmas Santun Lansia adalah Puskesmas yang menyediakan ruang khusus untuk melakukan pelayanan bagi kelompok usia lanjut yang meliputi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2014). Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri dan produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila) (Kemenkes RI, 2016). Ciri-ciri Puskesmas Santun Lansia yaitu pelayanannya secara pro-aktif, baik, berkualitas, sopan, memberikan dalam pelayanan kesehatan kepada lansia, memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan bagi lansia yang tidak mampu, memberikan berbagai dukungan dan bimbingan kepada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor (Kemenkes RI, 2014). Puskesmas Santun Lansia salah satunya sudah dilaksanakan pada Puskesmas Teras, Boyolali, Jawa Tengah. Puskesmas Teras Boyolali menyediakan ruang khusus untuk melakukan pelayanan bagi kelompok lansia, dimana kelompok lansia pun memiliki nomor
7
antrian tersendiri tanpa bercampur dengan nomor antrian kelompok pasien lain. Dalam praktiknya, Puskesmas Santun Lansia sangat membantu meningkatkan kesejahteraan kesehatan bagi kelompok lanjut usia.
B. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia 1. Pengertian KMS Lansia KMS Lansia adalah alat untuk mencatat kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun mental emosionalnya, yang di isi tiap bulan dan di simpan oleh lanjut usia dan keluarga, dan selalu dibawa setiap kunjungan ke Puskesmas atau kelompok Posbindu. 2. Tujuan KMS Lansia a. Memantau dan menilai kemajuan kesehatan lanjut usia. b. Menentukan secara dini penyakit pada lansia. c. Bahan informasi bagi lanjut usia dan keluarganya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. 3. Bagian-bagian KMS Lansia KMS usia lanjut terdiri dari dua halaman; halaman luar dan dalam. Halaman luar dan dalam dibagi menjadi 3 bagian : a. Bagian kanan luar Bertuliskan judul, nama Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, nomor register dan identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS b. Bagian tengah luar Berisi ruang catatan untuk mencatat keluhan yang perlu diperhatikan
sebagai
upaya
deteksi
dini
terhadap
kemungkinan penyakit yang diferita usia lanjut. c. Bagian kiri luar Berisi pesan dan isi untuk hidup sehat serta keluhan yang perlu diperhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diderita usia lanjut. d. Bagian dalam
8
Catatan pemantauan yang meliputi : tanggal kunjungan, kegiatan sehari-hari, status mental/ masalah emosional, indeks masa tubuh (IMT), tekanan darah, nadi, hasil pengukuran Hb, hasil pemmeriksaan reduksi urine dan protein urine, disertai nilai normal dari IMT, tekanan darah dan HB. Grafik IMT utnuk menunjukkan keadaan IMT yang berlebih, normal, kurang. 4. Isi dari KMS a. Identitas klien dan tanggal kunjungan b. Hasil Pemeriksaan c. Pengkategorian Kegiatan Kehidupan Sehari – hari Kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, BAB/BAK, dan lain-lain. Kegiatan melakukan pekerjaan di luar rumah, seperti : pengajian, berbelanja, dan lain – lain. Pengkategorian kegiatan hidup sehari – hari terdiri dari 3 kategori, yaitu : 1) Kategori A : Tidak mampu melakukan kegiatan sehari – hari (ketergantungan) 2) Kategori B : Ada gangguan dalam melakukan sendiri, kadang – kadang butuh bantuan 3) Kategori C : Mandiri d. Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada tiap kunjungan, timbang berat badan tanpa alas kaki dan dicatat pada kolom yang tersedia. Nilai normal indeks masa tubuh untuk pria dan wanita lanjut usia berkisar antara 18,5 – 25. Untuk mengetahui indeks masa tubuh dapat dilihat di monogram IMT dengan menemukan titik temu antara garis berat badan dan tinggi badan. Untuk IMT terdapat tiga kategori yang diberi warna, yaitu : 1) Warna merah : IMT lebih
9
2) Warna hijau : IMT sesuai/normal 3) Warna kuning : IMT kurang e. Tekanan Darah Dilakukan pengukuran tekanan darah dan dicatat pada kolom yang tersedia, nilai normalnya, yaitu systole/atas antara 120 – 150 mmHg dan diastole/bawah kurang dari 90 mmHg. Penilaian tekanan darah terdapat tiga kategori, yaitu : 1) Tinggi : Bila salah satu systole/diastolenya atau keduanya diatas normal. 2) Normal : Berada dalam batas 160/90 mmHg 3) Rendah : Bila systole/diastolenya atau keduanya dibawah normal f. Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan darah dan air kencing dan tidak harus dilakukan tiap bulan hanya sewaktu – waktu. Pemeriksaan darah meliputi : hemoglobin dan kadar gula dalam darah. Pemeriksaan protein dalam air kencing, dimana dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan ginjal. g. Catatan Keluhan dan Tindakan Dilakukan pada pemeriksaan dengan menanyakan keluhan dan dilakukan tindakan yang diperlukan dan bila tidak diperlukan tindakan berilah nasehat/penkes pada lansia untuk mempertahankan kesehatannya. 5. Cara pengisian KMS Lansia a. Identitas usia lanjut Tulis identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS yang terdapat pada halaman luar bagian kanan. Coretlah data yang tidak sesuai. Lalu ukur tinggi badan dalam centimeter
10
tanpa alas kaki dalam keadaan berdiri tegak dan catatlah hasil pengukuran di tempat yang tersedia. b. Tanggal kunjungan Isilah tanggal dan bulan pada kolom kunjungan pertama, kedua dan seterusnya pada setiap bulan pada saat diadakan pemantauan usia lanjut di Puskesmas / kelompok. Apabila usia lanjut tidak dating pada bulan tersebut kosongkan kolom untuk bulan tersebut dan pencatatan berpindah utnuk bulan berikutnya. c. Kegiatan hidup sehari-hari Tanyakan kepada usia lanjut atau keluarganya, apakah usia lajut masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan sama sekali? ( mandiri = kategori C ) Ataukah ada gangguan dalam melakukan kativitas sendiri, hingga kadang-kadang perlu bantuan ? ( ada gangguan = kategori B) Ataukah sama sekali tidak mampu melakukan egiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung dengan orang lain? (ketergantungan = kategori A ) Yang dimaksud dengan kehidupan sehari-hari adalah kegiatan dasar dalam kebidupan, seperti : makan, minum, berjalan, mandi berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau buang air kecil dan sebagainya. Kegiatan pekerjan di luar rumah, seperti berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian dll. Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (mandiri, ada gangguan, ketergantungan). Pemeriksaan ini dilakukan setiap bulan. d. Status mental Lakukan pemeriksaan status mental yang berhubungan dengan keadaan mental emosional, dengan menggunakan
11
pedoman berikut yang disebut metode 2 menit. : Pada tahap ini perlu dipersiapkan oleh petugas/ kader, hal-hal sebagai berikut : 1) Ciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman, agar usia lanjut betah. 2) Sikap ramah dan penuh perhatian akan kebutuhan usia
lanjut
secara
menyeluruh
sehingga
mempermudah hubungan yang terbuka dan lancara antara usia lanjut dan petugas/ kader. 3) Ajukan pertanyaan dengan ramah dan tanpa menyinggung perasaan Dapat dipergunakan acuan dan tahapan :
PERTANYAAN TAHAP SATU : 1) Apakah Anda mengalami sukar tidur ? 2) Apakah Anda merasa sering gelisah ? 3) Apakah Anda sering merasa murung dan atau menangis sendiri ? 4) Apakah Anda sering merasa khawatir ?
Ada satu atau lebih jawaban “YA” 1) Apakah lama keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan ? 2) Apakah Anda mempunyai masalah atau pikiran banyak ? 3) Apakah Anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga atau orang lain ? 4) Apakah Anda mempergunakan obat tidur atau penenang atas petunjuk dokter ? 5) Apakah Anda cenderung mengurung diri di dalam kamar ?
12
tidak ada masalah emosional “TIDAK”
tidak ada masalah emosional emosional
Lanjutkan
“TIDAK”
Bila ada keragu-raguan dalam menentukan keadaan mental, emosional, rujuk ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut Ada satu atau lebih jawaban “YA”
Masalah emosional positif (+) Tanda (+) diisi pada kolom “ADA” Catatan : pemeriksaan ini dilakukan pada tiap tiga bulan sekali atau bila diperlukan
e. Indeks Masa Tubuh Pada masa kunjungan, timbanglah berat badan tanpa alas kaki dan catat di kolom yang tersedia. Tentukan indeks massa tubuh dengan mencatat tiitk temu antara garis bantu yangh menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi badan. Nilai normal IMT pria dan wanita usia lanjut berkisar antara 18,5 sampai 25. 1) Bila titik temu terdapat pada daerah grafik berwana merah, berarti IMT lebih 2) Bila titik temu terdapat pada daerah hijau, berarti IMT normal/ sesuai 3) Bila titik temu berada pada daerah kuning, berarti IMT kurang Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (kurang, normal, lebih) f. Tekanan darah
13
Ukur tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop. Catat angka sistole dan diastole pada kolom yang tersedia. Cocokkan dengn nilai normalnya, yaitu sistole antara 120160 mmHg dan diastole 90 mmHg atau kurang. Apabila salah stau sistole atau diastole atua keduanya di atas normal, maka masuk kriteria tinggi Apabila sistole dan diastolenya di bawah normal, maka masuk kriteria rendah Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (tinggi, normal, rendah), tanyakan apakah waktu itu sedang minum obat tekanan darah, beri tanda (V) pada kolom yang tersedia bila menjawab “Ya”. Pada saat itu dihitung juga denyut nadi selama satu menit dan hasilnya diisikan pada kolom yang tersedia. Pemeriksaan ini dilakukan setiap bilan pada saat kunjungan Puskesmas/ kelompok. g. Hemoglobin(Hb) Periksa Hb dengan salah satu cara, yaitu talquist, sahli, atau cupri sulfat. Catatlah hasilnya pada kolom yang tersedia. Tanda % apabila memakai cara talquist, 13 g% untuk pria dan 12 g% untuk wanita bila menggunakan cara sahli atau cupri sulfat. Berikan tanda (V) pada kolom yang sesuai (kurang atau normal). Pemeriksaan hemoglobin idlakukan tiap tiga bulan sekali atau bila ada indikasi h. Kadar gula darah Periksalah kadar gula melalui pememriksaan reduksi urine, dan hasilnya dicatat dengan menndai tanda (V) pada kolom yang tersedia Positif bila terdapat gula dalam urine, dan tulis jumlah positifnya pada kolom yang tersedia
14
Normal bila tidak terdapat gula dalam urine (hasil pemeriksaan kadar gula dalam urine negatif) Tanyakan waktu itu apakah sedang minum obat untuk kencing manis, jika “ya” beri tanda (V) pada kolom yang tersedia. Pemeriksaan kadar gula urine dilakukan tiap tiga bulan sekali atau bila ada indikasi i. Protein dalam urine Periksalah kadar protein uirine melalui pemeriksaan dalam uirne dan hasilnya dicacat dengan memberi tanda (V) pda kolom yang sesuai Positif bila terdapat protein dalam urine dan tulis jumlah positifnya pada kolom yang tersedia Normal bila tidak terdapat protein dalam urine (haisl pemeriksaan urine pprotein negatif) Tanyakan pada waktu itu apakah sedang minum obat, misalnya untuk gangguan ginjal, jika “ya” beri tanda pada kolom yang tersedia. Pemeriksaan protein dalam urine dilakukan tiap tiga bulan sekali atau bila ada indikasi j. Catatan keluhan dan tindakan Pada pemeriksaan, tanyakan pada usia lanjut apakah ada keluhan-keluhan yang dirasakan? Gunakan tabel keluhan yang tercantum pada halaman luar bagian tengah KMS sebagai pedoman Tulislah tanggal dan keluhan pada kolom yang disediakan Keterangan atau catatn lain yang diperoleh dari hasil pemeriksaa dituliskan pada kartu atau status yang ada di Puskesmas Bandingkan hasil pemeriksaan-pemeriksaan pada saat itu dengan waktu sebelumnya dan korelasi terhadap hasil pemeriksaan lainnya untuk menentyukan diagnosa dan evaluasi
15
Selanjutnya catatlah yang diperlukan dan beritahukan halk ini pada usia lanjut atau keluarganya untuk dilaksnakan Bila tidak diperlukan tindakan, maka pemeriksaan pada saat itu selesai dan berilah nasehat pada usia lanjut untuk mempertahankan kesehatannya Serahkan KMS kepada usia lanjut untuk disimpan sendiir dan sarankan untuk kembali pada pemeriksaan selanjtnya dengan membawa KMS Jika diperlukan tindkan maka petugas kesehtaan/ kader melakukan tindakan atau merujuk sesuai prosedur yang berlaku Apabila tindakan atau rujukan sudah selesai dilakukan, serahkan KMS kepada usia lanjut san sarankan untuk kembali sesuai jadwal 6. Anjuran untuk Hidup Sehat Lansia a. Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa b. Periksakan kesehatan secara berkala c. Makanan dan minuman : 1) Kurangi gula 2) Kurangi lemak 3) Kurangi garam 4) Perbanyak buah dan sayur 5) Perbanyak susu dan ikan 6) Hindari alkohol 7) Berhenti merokok d. Kegiatan fisik dan psikososial : 1) Pertahankan berat badan secara normal 2) Lakukan kegiatan fisik sesuai dengan kemampuan 3) Biasakan olah raga sesuai dengan kemampuan (jalan kaki, senam untuk lansia) 4) Sempatkan rekreasi
16
5) Tingkatkan silaturahmi 6) Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan 7) Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga e. Keluhan yang perlu diperhatikan : 1) Cepat lelah 2) Nyeri dada 3) Sesak nafas 4) Berdebar-debar 5) Sulit tidur 6) Batuk 7) Gangguan penglihatan 8) Gangguan pendengaran 9) Gangguan mengunyah 10) Gangguan nafsu makan 11) Nyeri punggung 12) Nyeri sendi 13) Gangguan gerak 14) Kaki bengkak 15) Kesemutan 16) Sering BAK dan haus
C. Analisis Data Hasil Lapangan Posyandu Lansia Desa Kadireso Pada posyandu lansia yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2018 kemarin, ada beberapa hal yang dilakukan di Posyandu Kadireso yaitu: pendataan, penyuluhan, dan pengobatan gratis.Pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa berupa pencatatan nama dan umur, tinggi badan, berat badan, tekanan darah, serta hasil wawancara dengan menggunakan pertanyaan seperti yang ada di KMS. Berikut merupakan keseluruhan pencatatan yang dilakukan pada posyandu Kadireso:
17
Tabel Hasil Lapangan Posyandu Desa Kadireso No
Nama
Jenis
BB
TB
Umur
Tekanan Darah
Kelamin
(Kg)
(Cm)
(Tahun)
(mmHg)
1.
Winarti
P
-
-
31
120/90
2.
Suwarti
P
-
-
60
140/90
3.
Kedah
P
-
-
-
120/80
4.
Pawiropami
P
-
-
80
190/90
5.
Wantini
P
-
-
50
130/90
6.
Warso Saroyo
L
-
-
80
180/90
7.
Catur
P
-
-
46
100/80
8.
Warjiyem
P
-
-
58
160/90
9.
Rahmat
L
-
-
43
120/80
10.
Suwardi
L
-
-
60
170/100
11.
Tri Sayekti
P
-
-
-
130/85
12.
Legiyem
P
70
-
50
160/100
13.
Warso
L
-
-
60
150/90
14.
Mardinem
P
68
-
50
130/90
15.
Tartini
P
55
-
72
200/150
16.
Martini
P
65
-
38
135/90
17.
Sugiyem
P
-
-
72
150/110
18.
Martono
L
39
-
70
150/90
19.
Mitro
P
35
-
70
200/100
P
-
-
55
-
20. A Sri Sayekti
Berdasarkan hasil pencatatan yang dilakukan oleh mahasiswa, maka dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi pada lansia di posyandu lansia masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi para lansia untuk merutinkan olahraga dan memperbanyak makan makanan yang kaya akan serat. Selain itu, bagi posyandu lansia yang ada
18
diharapkan bisa memberikan edukasi yang lebih masif lagi kepada lansia untuk menjaga kondisi kesehatannya
19
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 1.
Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali merupakan puskesmas yang mengedepankan kegiatan lansia dengan salah satu progamnya “Posyandu Santun Lansia”. Pada pelaksanannya dibantu oleh beberapa Posyandu lansia yang berperan dan berfungsi meningkatkan kesejahteraan lansia dan
mengatasi
permasalahan
terkait
penuaan.
Namun
terdapat
keterbatasan kader pengelola posyandu lansia tersebut. 2.
KMS lansia terdiri dari diagram berat badan per tinggi badan yang digunakan untuk mengukur status gizi lansia, serta terdapat kolom pencatatan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia, yang diantaranya hipertensi, diabetes melitus, dan osteoarthritis.
3.
Pelaksanaan evaluasi diet, aktivitas, dan pola hidup sehat lansia yang dilaksanakan di Posyandu Lansia bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan menurunkan progresivitas penyakit pada lansia.
B. Saran 1. Pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali telah dilakukan dengan baik dan diharapkan dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan. Perlu dilakukannya penambahan jumlah SDM dari kader posyandu lansia Kadireso untuk lebih meningkatkan cakupan dari posyandu. 2. Perlu dilakukan pelatihan kepada kader posyandu lansia Kadireso terutama dalam hal pencatatan KMS Lansia agar dapat memudahkan tenaga kesehatan puskesmas dalam melaksanakan kegiatan posyandu. 3. Perlu sosialisasi lebih di masyarakat tentang manfaat, peran, dan fungsi posyandu lansia. Manfaat posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan
Lansia
dapat
disosialisasikan
penyuluhan kesehatan komunitas.
20
secara
paralel
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. (2016) Profil tekanan darah pada lansia di panti Sosial Tresna Werdha Sabai nan Aluih Sicincin. [online]. Diakses pada http://scholar.unand.ac.id/3724/2/BAB%201%20upload.pdf Kemenkes RI (2013). Pentingnya Peran Masyarakat dan Keluarga Dalam Meningkatkan
Kualitas
Hidup
Lansia.
[online].
Diakses
pada
http://www.depkes.go.id/article/print/2313/Pentingnya-Peran-MasyarakatDan-Keluarga-Dalam-Meningkatkan-Kualitas-Hidup-Lansia.html Kemenkes RI (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Kemenkes RI (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Republik Indonesia. Kemenkes RI (2017). Analisis Lansia Indonesia. [online]. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lainlain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
21
LAMPIRAN
Mahasiswa berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Teras, Boyolali
Upacara yang dilaksanakan pada koordinasi dan lapangan
Pemaparan materi oleh Kepala Puskesmas dan Instruktur Lapangan
Partisipasi mahasiswa dalam pemaparan materi di Lapangan I
Sambutan Posyandu Lansia Lapangan II oleh pihak Puskesmas Teras, di Desa Kadireso, Teras, Boyolali
Pelaksanaan Posyandu Lansia Lapangan II, di Desa Kadireso, Teras, Boyolali
22
Pemeriksaan tekanan darah pada Posyandu Lansia di Desa Kadireso, Teras, Boyolali
Pemberian obat pada Posyandu Lansia di Desa Kadireso, Teras, Boyolali
Foto bersama petugas Puskesmas Teras dan Perangkat Desa Kadireso, Teras, Boyolali
23
24
A.
25
26
27