BAB I. PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah Tujuan Hidup Muslim Manusia sebagai makhluk hidup di muka bumi disebut juga sebagai makhluk sosial,
makhluk
yang
berakal,
makhluk
agamis,
dan
makhluk
yang
monodualistik (perpaduan antara jasad dan ruh). Keistimewaan manusia terletak pada peranan yang diembannya yaitu sebagai Khalifah Fil-Ardh atau khalifah di bumi. Kelebihan ini merupakan pembeda yang jelas dengan makhluk ciptaan Allah yang lain seperti malaikat, jin, iblis, setan, hewan, tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya yang tidak diketahui oleh manusia. Wewenang dan tanggung jawab yang diamanahkan oleh Allah SWT. Kepada manusia untuk mengelola alam ini bukanlah sesuatu yang sulit dan berat, karena Allah SWT. tidak akan membebankan kewajiban kepada seseorangmelainkan sesuai dengan kemampuannya. Kita diberikan akal oleh Allah SWT. dan dengan akal itu pula kita dapat bertindak dan memulai sesuatu. Memfungsikan sebagai
uapaya
manusia
akal
dapat
kita
pahami
dalam menetapkan langkah-langkah secara terarah dan
terukur dan menentukan tujuan hidup serta merealisasikannya dalam kehidupan nyata. Karena akal bukanlah benda yang statis, maka akal haruslah dilatih, dikembangkan, dan disempurnakan kemampuannya. Menggembangkan akal adalah suatu kewajiban manusia dan dengan cara demikian daya pikir, daya nalar, daya analisa, daya cipta, rasa, dan karsa manusia dapat tumbuh dan bersemi dalam diri seseorang. Pemanfaatan potensi atau berbagai macam daya
yang
dimiliki
seseorang
pada
hakekatnya dapat dijadikan sebagai kriteria dala menentukan berperan atau tidaknya seseorang sebagai khalifah Allah SWT. Mengambil peran itu pada hakekatnya adalah bagian dari usaha mencapai tujuan penciptaan manusia di muka bumi. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa mannusia diciptakan oleh Allah SWT. hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Mengabdi dalam artian secara sungguh- sungguh (hanif) merencanakan, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Perintah itu bisa berupa ibadah mahdhah dan bisa juga ibadah ghairu mahdhah. Kedua macam ibadah ini pada dasarnya tidak dapat dipisah-pisahkan, dia menyatu dalam diri
pribadi
seorangg
muslim. Melaksanakan kedua
ibadah
tersebut secara
berimbang, utuh dan saling mendukung adalah tujuan hidup seorang muslim.
1
Melaksanakan kedua macam ibadah tersebut yang disesuaikan dengan kemampuan dan tuntunan yang benar dari Rasulullah SAW. akan memberikan dampak positif dalam membentuk perilaku muslim sehari-hari. Dampaktersebut sesuai dengan tingkat kemampuan pengamalan ibadah manusia dan sesuai pula dengan kehendak Allah SWT. namun demikian, realitas kehidupan kita menunjukkan bahwa sebagian
besar
muslim
cenderung
untuk memisahkan ibadah dengan kehidupan
duniawi. Mereka perpendapat bahwa yang dikataka ibadah hanyalah sebatas ibadah mahdhah saja seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain, sedangkan ibadah yang berhubngan dengan kehidupan dunia dipersepsikan sebagai aktifitas yang bukan termasuk dalam ruang lingkup atau ranah (domain) ibadah kepada Allah SWT. Kecenderungan seperti itu sudah mendarah daging bahkan telah mengakar secara salah kaprah di kalangan kita, dan pemahaman seperti ini cenderung diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara tradisional. Hal ini mengakibatkan kita jauh tertinggal
dari
kehidupan
duniawi
sebagai wahana menuju kemajuan kehidupan
yang dijanjikan oleh Allah Swt. Pada zaman Rasulullah Saw. dan para sahabat, umat Islam berusaha melaksanakan ajaran atau isi Al-Qur’an secara benar dan menyeluru dalam segala segi kehidupan seorang muslim betapa pun kecilnya, di setiap saat, dan di setiap tempat. Dengan meningkatkan kualitas ibadah ritual (mahdhah), maka akan memberikan kekuatan ruhaniah dalam diri seseorang dan selanjutnya akan meningkatakan
kekuatan
lahiriyah
untuk
mmemperbaiki
kualiitas
kehidupan
duniawinya. Dengan perkataan lain, seorang muslim seyogyanya memandang bahwa kehidupan dunia ini sebagai suatu medan peperanggan
yang harus dimenangkan
olehnya dan sekaligus sebagai ladang menumbuhkan amal shalih untk bekal kehidupan akhirat. Menggunakan ibadah mahdhah sebagai sumber kekuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan sekaligus mengharapkan ridho-Nya adalah tujuan mereka. Demikian pula, membentuk dan mengembangkan kekuatan ruhaniyah sebagai tenaga
pendorong
kehidupan
duniawi
(driving juga
force)
merupakan
dala tujuan
menyelesaikan setiap
problematika
hidup manusia. Dapat disimpulkan
bahwa semua itu adalah ibadah manusia yang sekaligus juga tujuan hidup manusia. Setelah manusia berusaha sekuat tenaga dalam mempersembhkan ibadahnya kepada Sang Pencipta, maka hasil dari semua ibadah itu diserahkan kepada Allah SWT. setelah segenap potensi dan kemampuan manusia telah dicurahkan secara baik, benar, terarah, dan teukur, maka kita tinggal bertawakal, berserah diri dan menerima apapun yang dikaruniakan-Nya.
2
Menggembalikan pemahaman umat Islam secara benar haruslah dimulai dengan
meluruskan
dan
membenarkan
terlebih
dahulu
penetapan
atau
perumusan tujuan hidupnya. Mengapa demikian? Pertanyaan ini dapat kita jawab secara sederhan karena sudah terlalu banyak para hli filsafat dan pemikir-pemikir Islam yang telah menyimpang dari inti ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. mereka mendefinisikan
berbagai
macam tujuan hidup manusia dengan rumusan-rumusan
yang cenderung berorientasi pada materialisme, eksistensialisme, ataupun hedonisme sebagaimana tercermin dalam konsep pahala dan dosa. Di tengah-tengah ketidaksengajaan menyerap bbahkan mendarah dagingkan tujuan hidup yang telah dirumuskan oleh para filsuf, para pemikir Islam, dan diri kita masing-masing, maka Islam telah merumuskan tujuan hidup itu yang lebih universal, sempurna dan menyeluruh untuk setiap pemeluknya untuk mencapai dunian
dan
akhirat.
Mengetahui
tujuam
kebahagiaan
hidup manusia secara utuh, jelas dan
gamblang akan dapat membawa umat Islam kepada tingkat kualitas kehidupan tertinggi di dunia dan di akhirat karena juga dengan
kan
memberikan
kehidupan
yang
penuh
ketenanggan, keberuntungan, kebahagiaan yang hakiki dan sesuai dengan
harapan kodrat kemanusiaan itu sendiri. Tujuan hidup manusia dalam pandangan Islam telah tercantum dalm ayat suci Al-Qur’an. Bukan hanay rusmusan tujuan hidupnya saja tetapi
bagaimana
cara
mencapainya
pun
juga
secara
yang dicantumkan,
jelas disebutkan. Pada
kesempatan ini melalui modul baha diskusi, kita mencoba memberi dengan cara menganalisis tujuan hidup muslim dalam Al-Qur’an dan merumuskan cara mengaplikasikan ayat tersebut dalam kehidupan nyata kita sehari-hari.
3
I.II. Latar Belakang Masalah Fungsi Hidup Muslim Sebagaimana yang telah kita bicarakan pada sessi pertama diskusi tentang “Tujuan Hidup Muslim”, maka pada pertemuan kedua ini kita akan mengkaji apa fungsi hidup muslim itu? Secara sederhan, fungsi dapat didefinisikan sebagai suatu akibat atau konsekuensi dari dilakukannya suatu sebab. ‘Akibat atau konsekuensi’ itu kadangkadang dapat
kita kenali
dengan
jelas
dan gamblang, sebagaimana jelasnya
pemahaman kita mengenai fingsi utama air sebagai dahaga.
Sebaliknya,
‘akibat
penghilang
rasa
haus
atau
atau konsekuensi’ bisa juga berkesan samar dan tidak
dapat segera lita kenali dengan baik dan benar karena keterbatasn pemahaman kita. Sebagai contoh misalnya bagi seorang anak yang masih kcil dengan tingkat pemahaman terbatas, akan sangat sulit mengenali apa sebenarnya fungsi dari seorang ayah dibanding dengan ibunya. Dalam kasus seorang ayah menyuruh anaknya belajar atau kalau perlu memaksanya belajar, maka si anak bertanya- tanya apakah memang fungsi seorang ayah selalu berkaitan dengan sesuatu hal yang terkesan kurang bersahabat. Dengan perkataan lain, pada saat itu si anak tidak tahu fungsi seorang ayah dalam rumah tangga. Namun, ketika ia muali besar sejalan dengan meningkatnya kemampuan pemahaman dan penalaran si anak, ia akan menjawab sendiri pertanyaan berikut: ‘Ohh, ya, kalau begitu tindakan dan sikap ayah dahulu kepadaku ketika aku masih kecil, berfungsi untuk manyadarkan aku dari kemalasanku belajar atau dari kenakalanku yang lain’. Manusia sebagai makhluk yang berakal diberi hak dan wewenang oleh Allah SWT. untuk bertindak sesuai dengan hak dan kewenangannya itu. Namun demikian, penggunaan hak dan wewenang yang dimiliki oleh seeorang akan memunculkan suatu konsekuensi
di
kemudian
hari
berupa pertanggungjawaban dari penggunaan hak
dan wewenang tersebut. Apakah dalam pelaksanaan tugasnya atau wewenangnya sudah sesuai dengan tuntutan dan tuntunan pihak yang memberikannya (Allah SWT.) atau sebaliknya hanya menurut selera manusia yang berlandaskan pada akal pikirannya semata yang bersifat terbatas dan nisbi (relatif). Jika manusia lebih cenderung menempatkan akal dan pikiran semata di atas norma agama yang hak dan bersifat absolut karena memang berasal dari Sang Maha Pencipta Allah SWT., maka kehancuran dan malapetaka yang akan terjadi kemudian. Kita
sering
perampasan
menyaksikannya hak,
ketidakadilan,
adanya dan
sutau penindasan, penjegalan
kedholiman
semata-mata sistem kehidupan manusia di bumi yang
dan
di permukaan bumi, karena
serba
kompleks
ini
secara
4
dominan
hanya
dikelola
berlandaskan kemampuan akal pikiran manusia yang
terabatas. Ini bukan beratri bahwa akal
fikiran
tidak
pengguanaan
bermanfaat,
tetapi seharusnya
manusia
sebagai
akal
fikiran
sesuatu itu
yang sinergi
dengan tuntunan Sang Pencipta. Allah SWT. menempatkan manusia setingkat lebih tingggi di taas makhluk lain di muka bumi, karena manusia diharapkan menjadi pelindung dan pemakmur bumi
dengan
memanfaatkan
segala
potensi
yang
ada
untuk memudahkan
manusia dalam melaksanakan peranan hidupnya. Fungsi yang cukup besar dan mulia itu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Untuk melaksanakan fungsi yang demikian, maka manusia akan didoromg untuk lebih giat dan kuat dalam merencanakan sesuatu dan melaksanakan rencana yang telah dibuatnya. Ringkasnya, tidak ada istilah santai apalagi bermalas-malasan dalam berbuat bagi siapa saja yang mengetahui fungsi hidupnya secara utuh dan benar. Kebanyakan kita tidak menyadari tentang fungsi hidupnya, dan sebagian lagimungkin tidak mengetahui sama sekali tentang itu. Akibat ketidaktahuannya tentang fungsi hidupnya menyebabkan seseorang tidak memiliki gairah hidup. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi adalah adanya anggapan bahwa hidup ini sebagai suatu beban yang amat berat yang harus segera diakhiri. Namun, tidaklah demikian halnya bagi kita yang menyadari secara benar tentang
fungsi
hidupnya.
Hidup
ini
sebenarnya sangatlah menarik dan menggairahkan karena memang sebagi salah satu anugerah utama dan sangat berharga dari Allah SWT. kepada manusia. Bahkan di antara kita ada yang bercita-cita dirinya sebagaimana
ingin
hidup
selama-lamanya
untuk
memfungsikan
yang diharapkan oleh Allah SWT. Marilah kita lihat,
apa sebenarnya fungsi hidup seorang muslim itu menurut pandangan Al-Qur’an?
5
I.III. Latar Belakang Masalah Peranan Hidup Muslim Baru saja kita membahas tentang ‘Fungsi Hidup Muslim’ yang sangat berkaitan
dengan
peranan
hidupnya.
Jika
fungsi
hidup
lebih
banyak
ditekankan pada aspek konsekuensi yang diterjemahkan ke dalam wewenang dan tanggung jawab, maka peranan lebih difokuskan pada segi aplikasi dalam kehidupan seorang muslim. Secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai apa
yang
diharapkan oleh pihak lain yang seharusnya dilakukan oleh seseorang. Pihak lain yang dimaksudkan di sini dapat berarti Tuhan (Allah SWT.) dan secara kolektif dapat
berupa
masyarakat,
lembaga
sosial kemasyarakatan atau bahkan individu
(perorangan). Kita menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun yang dapat hidup sendirian karena secara kodrati manusia memang sebagai makhluk sosial. Dalam kenyataan sehari-hari banyak ditemui orang-orang yang secra sengaja atau tidak sengaja membiasakan hidupnya melawan sunatullah atau melawan arus, yaitu dengan membudidayakan pola hisup individualistis sebagaimana kita saksikan di negara-negara ‘maju’ (sekuler) atau di kota-kota besar di Indonesia. Pola hidup seperti ini justru membuat mereka stres, terpojok, bahkan menyulitkan
dirinya sendiri. Mengapa
demikian? Jawabannya adalah karena mereka melawan fitrah hidupnya sebagai makhluk yang memerlukan orang lain atau karena mereka melawan tuntutan sosial atau harapan sosialnya. Pada kesempatan diskusi ketiga ini, kita mencoba mengenali apa yang tercermin dari sikap perilaku (conduct), keragaan (appearance), dan prestasi (achievment).
Dengan
demikian
maka
kita
bersama-sama
bertanya
dan
sekaligus menjawab apa peranan seorang muslim menurut pandangan Al-Qur’an?
6
BAB II. CAPAIAN KOMPETENSI
II.I. TUJUAN DISKUSI TUJUAN HIDUP MUSLIM Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa: a. Dapat mengerti tujuan hidupnya berdasarkan pemahamn terhadap Al Qur’an. b. Dapat menjelaskan perbedaan antara tujuan hidup muslim dengan tujuan hidup manusia lainnya. c. Dapat menjelaskan pengertian ibadah kepada Allah SWT.
II.II. TUJUAN DISKUSI FUNGSI HIDUP MUSLIM Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa: a. Mampu menjelaskan pengertian fungsi hidup muslim. b. Mampu menjelaskan pengertian “rahmatan lil ‘alamin”. c. Mampu menghayati fungsi hidupnya sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam.
II.III. TUJUAN DISKUSI PERANAN HIDUP MUSLIM Tujuan diskusi atau kuliah aktif ini adalah agar mahasiswa: a. Memahami peranan hidupnya sebagai seorang muslim dalam kehidupan di dunia sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. b. Mampu merumuskan pengertian “khalifah fil ardh” dalam hubungannya dengan pengelolaan potensi alam raya ini. c. Mampu menjelaskan cara pendekatan yang digunakan untuk menyadarkan umat sebagai khalifah di muka bumi.
7
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.I. TUJUAN HIDUP MUSLIM a. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Zaariyaat (51) : 56).
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon ampunan.Tunjukilah jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah (1) : 5-7). Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji Bani Israil, ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berrbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik
kepada
manusia,
laksanakanlah
salat
dan
tunaikanlah
zakat.’
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. (QS. Al-Baqarah (2) : 83). Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji kamu, ‘Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu.’ kemudian kamu berikrar dan bersaksi. (Al-Baqarah (2) : 84)
Dan kepada kaum samud (kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah diskiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih. (QS. Al-A’raf (7) : 73) Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istanaistana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat allah dan janganlah membuat kerusakan di bumi. (QS. Al-A’raf (7) : 74)
8
Dan kepada penduduk Madyan, kami (utus) Syu’aib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari tuhanmu. Sempurnakanlah
takaran
dan
timbangan,
dan
jangan
kamu merugikan
orang sedikitpun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan bagimu jika kamu orang beriman”. (QS. Al-A’raf (7) : 85) Dan
janganlah
kamu
duduk
di
setiap
jalan
dengan
menakut-nakuti
dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-A’raf (7) : 86) Dan kepada kaum ‘Ad (kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada. (QS. Hud (11) : 50) Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah
dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu
mengerti?” (QS. Hud (11) : 51) Dan Hud berkata, “Wahai kaumku! Memohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepadanya,
niscaya
Dia
menurunkan
hujan
yang
sangat
deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa” (QS. Hud (11) : 52)
Dan kepada kaum Samud (kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan
kepada-Nya,
kemudian
bertobatlah
kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud (11) : 61)
Tujuan hidup seorang muslim adalah secara garis besar untuk beribadah kepada Allah SWT. Terlihat dari arti QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56. Beribadah dengan cara menyembah Allah SWT, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Seorang muslim diciptakan menjadi khalifah di muka bumi dan seluruh isinya dan nantinya akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. Hubungan dengan sesama harus berperilaku baik. Baik kepada orangtua,
9
saudara, guru/dosen, teman, dan semua makhluk yang hidup di bumi ini. Jangan berbuat sesat atau menyesatkan saudara-saudara kita. Tujuan lainnya untuk memperoleh ridha Allah SWT. Oleh karena itu, ibada yang bertujuan yang memperoleh ridha Allah SWT akan sia-sia jika ibadahnya hanya untuk dipuji atau dipamerkan.
b. Allah berfirman dalam Surah Adz-Dzaariyaat (51) : 55-58, yang artinya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
Relasinya adalah seorang muslim beribadah kepada Allah SWT, beriman, dan berdzikir, agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Semua bentuk ibadah disyariatkan akan dikembalikan balasannya kepada makhluk-Nya. Allah SWT menegaskan bahwa Allah sekali-kali tidak pernah membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, termasuk rezeki dari manusia. Allah SWT juga memberika ultimatum bahwa hanya Allah yang Maha Perkasa. Semua makhluk berada di bawah kekuasaanNya yang tangguh atau sangat kokoh.
c. Prestasi dapat disebut juga pencapaian. Maksutnya disini adalah pencapaian manusia dalam beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT dan tidak mensekutukan dengan sesuatu apapun. Lalu berlaku baik antar sesama makhluk. Perilaku utama yang ditekankan adalah kepada orangtua. Tanpa orangtua kita, kita tidak dapat dilahirkan ke bumi ini. Tanpa restu orangtua juga, kita tidak bisa mengukir prestasi di sekolah, kampus, atau dimanapun. Berprilaku baik juga kepada kerabat, anak yatim, dan orang miskin. Dengan kita berprilaku baik kepada mereka, urusan kita insyaAllah dipermudah oleh Allah. Ibadah bukan hanya terdiri dari ibadah mahdhah tapi juga gairu mahdhah.
10
d. Iya, benar. Karena menurut QS. Huud (11) 50-52 Allah menyuruh kit untuk beribadah kepada Allah saja dan melarang beribada kepada yang lainnya. Dengan mengharapkan pahala dari Allah. Allah juga menyuruh kita untuk memohon ampunan yang dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan bertaubat dari dosa yang sedang mereka hadapi. Sifat inilah yang Allah akan memudahkan
rezekinya.
Menggampangkan
urusannya
dan
memelihara
keadaannya.
11
III.II. FUNGSI HIDUP MUSLIM a. Dan kami tidak mengutus Engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. AL-Anbiya (21) : 107)
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas
mereka
dari
mereka
sendiri,
dan
kami
datangkan
engkau
(Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan kami turunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (QS. An-Nahl (16) : 89)
Fungsi hidup seorang muslim adalah sebagai rahmat di muka bumi ini. Hendaknya melakukan belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Fungsi lainnya adalah 1. Memakmurkan bumi. Berupa pembangunan materi dengan memanfaatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah di muka bumi dengan arahan dan syariat yang lurus berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. 2. Memelihara bumi. Menjaga bumi dari kerusakan dan kehancuran alam, baik itu disebabkan alam sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil para manusia. 3. Perlindungan. Melindungi bumi dan seisinya yang terkandung atas 5 pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa manusia, harta kekayaan, akal pikiran, dan keturunan (kehormatan).
b. Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. (QS. An-Naml (27) : 17) Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. (AnNaml (27) : 18) Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhoi, dan masukkanlah aku dengan rahmatmu ke dalam golongan hambahamba-Mu yang shaleh”. (QS. An-Naml (27) : 19).
12
Rahmatan lil’alamin adalah rahmat bagi seluruh alam yaitu orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT dan tidak pernah kufur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Karena apabila kita besyukur niscaya Allah akan menambahkan nikmat yang telah kita terima sedangkan apabila kita kufur atas nikmat-Nya maka Allah akan memberikan azab yang sangat pedih. Contohnya adalah Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah ke dunia ini sebagai pencerah kepada manusia dalam kejahiliyahan, membawa kebaikan, dan juga kebahagiaan serta menyelamatkan manusia dari kesengsaraan. Yang dikatakan rahmatan lil’alamin juga adalah seorang yang akan selalu mendoakan kedua orangtuanya tanpa diminta oleh siapapun. Ia juga akan selalu meminta untuk diberikan kekuatan agar selalu dapat mengerjakan amal shaleh dan agar selalu dapat berjuan di jalan Allah. Ia juga senantiasa berpegang teguh dan selalu menegakkan kebenaran. Dan ia akan selalu berserah diri kepada Allah SWT atas segala muamalah yang terjadi pada dirinya.
c. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2) : 218)
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat dan
karunia dari-Nya (surga) dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya. (QS. An-Nisa (4) : 175) Kemudian Kami telah memberikan kepada Musa kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, untk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman akan adanya pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Al-An’am (6) : 154)
Dan janganlah engkau berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah
kepada-Nya
dengan
rasa
takut
dan
penuh
harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang bebuat kebaikan. (QS. Al-A’raf (7) : 56)
Dan
aku
tidak
(menyatakan)
diriku
bebas
(dari
kesalahan),
karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang
13
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yusuf (12) : 53) Dan raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.
(QS.
Yusuf (12) : 54) Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan. (QS. Yusuf (12) : 55) Dan demikianlah kami memberi kepada Yusuf di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (QS. Yusuf (12) : 56) Dan sungguh, pahala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yusuf (12) : 57)
Dan apabila kami memberikan suatu rahmat kepada manusia setelah mereka ditimpa bencana, mereka segera melakukan segala tipu daya (menentang) ayatayat Kami. Katakanlah, “Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” Sessungguhnya malaikat-malaikat Kami mencatat tipu dayamu. (QS. Yunus (10) : 21) Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berrjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba datanglah penjuru,
badai
dan
gelombang
menimpanya
dari
segenap
dan mereka mengira telah terkepung bahaya, maka mereka berdoa
dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau selamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Yunus (10) : 22) Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kedzaliman di bumi tanpa (alasan)
yang benar. Wahai manusia! Sesungguhnya
kedzalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan hidup
duniawi,
selanjutnya
kepada
Kamilah
kembalimu,
kelak
akan
Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Yunus (10) : 23)
14
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu turunlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya adal yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu-waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan tanamannya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. (QS. Yunus (10) : 24).
Untuk mewujudkan fungsi kita sebagai rahmat di alam semesta ini, kita harus 1. Selalu belajar mengenai agama dan juga belajar tentang teknologi/ilmu 2. Berpegang teguh pada agama Islam 3. Berhijrah, berjihad, dan menegakkan kebenaran di jalan Allah 4. Mempercayai kebesaran Allah sehingga bisa mendekatkan diri kepada Allah 5. Berbuat kebaikan 6. Tidak membuat kerusakan di muka bumi 7. Dalam berdoa harus memiliki rasa takut tetapi memiliki rasa harapan akan dikabulkan 8. Mengendalikan hawa nafsu 9. Tidak melakukan tipu daya dan tidak berbuat dzalim 10. Bersyukur kepada Allah
15
III.III. PERANAN HIDUP MUSLIM a. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah
di
bumi.”
Mereka
berkata,
“Apakah
Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah (2) : 30. 1. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku semua (benda) ini, jika kamu yangg benar!” (QS. Al-Baqarah (2) : 31) Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah (2) : 32) Dan (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka namanama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS. Al-Baqarah (2) : 33) Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk gologan yang kafir. (QS. Al-Baqarah (2) : 34) Hubungan khalifah dengan asmaa’ (nama-nama) dan aliimun hakiim (Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana) adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah. Manusia diamanahkan oleh Allah untuk mengelola alam ini, mengaturnya, dan menjaganya sebaik mungkin dengan kemampuan yang kita miliki. Kemampuan disini adalah akal pikiran yang diberikan oleh Allah SWT, sebagai makhluk Allah yang diberi akal pikiran yang bisa mengerti nama-nama (asmaa’) dan diharapkan bisa membantu manusia untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah. Lewat akal pikiran tersebut Allah akan mengajarkan apa saja yang berhak diketahui manusia untuk mempermudah tugas-tugasnya dan juga agar manusia tidak tersesat ke jalan keburukan nantinya akan membuat kerusakandi muka bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, sehingga apa yang telah diketahui manusia tidak akan sia-sia.
16
2. Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benarbenar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjukKu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah (2) : 38)
Hubungan antara khalifah dan hudan (petujuk) adalah sebagai khalifak di bumi, manusia harus mengikuti petunjukdari Allah SWT agar dalam pelaksanaannya kelak tidak terjadi kesemena-menaan dan kekhawatiran. Apalagi terkadang apa yang manusia anggap baik belum tentu benar di mata Allah.
3. Peranan hidup yang diharapkan dilksanakan oleh seorang muslim yang sebagai khalifah di muka bumi yang bertugas melindungi, memakmurkan, dan memanfaatkan bumi segala potensi yang ada yang telah diajarkan dan diberikan oleh Allah SWT dengan mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Allah SWT.
b. Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan
indah?
Kamu
tidak
akan
mampu
menumbuhkan
pohon-pohonnya. Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang mmenyimpang. (QS. An-Naml (27) : 60)
Bukankah Dia (Allah) telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. An-Naml (27) : 61)
Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalaifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat. (QS. An-Naml (27) : 62)
17
Bukankah Dia (Allah) yang memberi petunjuk kepada kamu daam kegelapan di daratan dan di lautan dan yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha tinggi Allah terhadap aa yang mereka persekutukan. (QS. An-Naml (27) : 63)
Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan (makhluk) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang yang benar”. (QS. AnNaml (27) : 64)
Dari ayat-ayat tsb, Allah telah menerangkan bahwa Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, menurunkan rahmat kepada makhluknya, memperkenankan doa, dan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Karena bukti-bukti nyata itu. Allah mempertegas dan menegur orang-orang yang mempersekutukan dan berpaling dari Allah. Allah menantang hambaNya yang ingkar untuk menunjukan bukti bahwa ada Tuhan yang lain yang telah memberikan rezeki seperti apa yang Allah berikan. Dengan semua yang telah Allah berikan, Allah juga mempertanyakan kepada hambaNya mengapa hambaNya masih sedikit untuk berdzikir.
c. Dan kepada kaum Samud (kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan
kepada-Nya,
kemudian
bertobatlah
kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud (11) : 61) Kemudian dalam Surah Al-An’am (6) : 165 Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.
18
Manusia sama-sama berperan sebagai khalifah di bumi, namun terjadi perbedaan derajat pada sebagian manusia, ini disebabkan perbedaan amal shaleh dan perilakunya. Semakin tinggi takwa seseorang muslim maka semaki tiggi derajatnya ketakwaan diuji dengan karunia yang Allah berikan, bagaimana sikap kita menghadapinya, itulah yang membuat perbedaan derajat. Hubungan berdzikir, beristighfar, bertaubat, dan memakmurkan bumi yaitu berarti manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi tlah mensyukuri dan melaksanakan tugasnya dengan baik, berdzikir dan beristighfar membuat manusia senantiasa mengingat dan mendekatkan diri dengan Allah. Dan selalu menyadari atas kesalahannya yang pernah ia lakukan di dunia. Berdoa berarti manusia itu meminta petunjuk dan bantuan dari Allah. Dalam menjalankan segala sesuatu sering kali kita melakukan kesalahan dan apabila kita salah maka bertaubat. Pemakmuran bisa berarti berbuat baik yang akan dibalas oleh Allah SWT. Semakin dekat dengan Allah SWT, semakin sadarlah kita akan peran sebagai pemakmur di muka bumi ini.
d. Langkah mengefektifkan peranan hidup seorang muslim: 1. Menyadari bahwa tujuan kita sebagai seorang muslim adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. 2. Menyadari bahwa fungsi kita sebagai seorang muslim adalah untuk menjadi rahmat untuk semesta alam sehingga dalam melakukan sesuatu kita bisa membawa kebaikan bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang banyak juga. 3. Menjalankan amanah yang diberikan Allah SWT sesuai dengan petunjukNya yang dirahmati. 4. Mengimani bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. 5. Selalu mengikuti petunjuk yang telah Allah SWT berikan. 6. Shalat, menunaikan zakat, senantiasa berdzikir, beristighfar, dan bertaubat kepada Allah SWT. 7. Berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan. 8. Bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. 9. Memakmurkan dan melindungi bumi serta tidak berbuat kerusakan. 10. Memiliki sifat aliimun hakim, berilmu, dan bijaksana. 11. Ikhlas dan tulus dalam beribadah. 12. Bijaksana dalam perilaku.
19
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.I. TUJUAN HIDUP MUSLIM Dari pembahasan yang ada pada bab pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan hidup muslim adalah beribadah dan menyembah hanya kepada Allah SWT semata. Beribadah dengan cara menyembah Allah SWT, melaksanakan perintahNya, dan menjauhi laranganNya. Setelah mengetahui tujuannya tersebut, maka seorang muslim dapat
menjalani
hidupnya
dengan
terarah
karena
telah
mengetahui
tujuan hidupnya. Untuk mencapai tujuan hidup tersebut, seorang muslim akan berusaha mendekatkan diri kepada penciptanya, Allah SWT, agar mendapatkan ridho-Nya, yaitu dengan beribadah kepada-Nya. Akan sia-sia jika ibadahnya hanya untuk dipuji atau dipamerkan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat (51) : 56. Saran yang dapat diberikan pada pembahasan ini yaitu manusia, khususnya seorang muslim harus mengetahui tujuan hidupnya terlebih dahulu, setelah itu dia baru bisa menjalankan hidupnya dengan baik dan terarah.
IV.II. FUNGSI HIDUP MUSLIM Fungsi hidup seorang muslim telah disebutkan di dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya (21) : 107, yaitu sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Rahmat di sini mengandung arti luas, di antaranya kebahagiaan yang hakiki, keselamatan ampunan.
Sebagai
pembawa
rahmat,
manusia
diharapkan
dapat
dan
membawa
kebahagiaan, kedamaian, dan kebaikan bagi makhluk dan alam di sekitarnya.
Selain
itu juga bertugas menyeru kepada seluruh umat untuk menyembah, tunduk dan patuh hanya kepada Allah SWT. Berdasarkan fungsi hidup seorang muslim tersebut, manusia hendaknya dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Cara mewujudkan fungsi tersebut yang pertama harus dimiliki manusia ialah beriman kepada Allah. Dengan iman yang kokoh, manusia dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam dengan baik dan dapat mencapai tujuannya, yaitu menyembah hanya kepada Allah SWT. Selain itu terdapat fungsi tambahan seperti berhijrah dan berjihad di jalan Allah SWT, berpegang teguh dengan agama Allah SWT, berbuat kebaikan, tidak berbuat kerusakan di bumi, membebaskan diri dari kesalahan, pandai dan berpengetahuan, senantiasa berbuat
20
kebaikan, tidak melakukan tipu daya dan tidak berbuat dzalim, bersyukur kepada Allah SWT, dan mempercayai kebesaran Allah SWT.
IV.III. PERANAN HIDUP MUSLIM Peranan hidup muslim diterangkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) : 30-34, terutama pada ayat 30. Peranan hidup yang diharapkan dilaksanakan oleh seorang muslim adalah sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah di bumi, seorang bertugas
melindungi
dan
memakmurkan
bumi
muslim
dengan memanfaatkan segala
potensi yang ada yang telah diajarkan dan diberikan oleh Allah SWT. Peranan tersebut dapat terlaksana jika manusia mampu mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Allah SWT. Untuk mengefektifkan peranan hidup muslim bisa dilakukan dengan mengimani bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, selalu mengikuti petunjuk Allah SWT, berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan, shalat, menunaikan zakat, senantiasa berdzikir, beristighfar, dan bertaubat kepadaNya, bersyukur atas nikmat Allah SWT, dan bijaksana dalam perilaku. Untuk menjalankan peranan hidupnya dengan baik, manusia harus mengetahui tujuan hidupnya terlebih dahulu dan mengetahui dan menjalankan fungsi hidupnya dengan baik. Untuk itu diperlukan pemahaman yang benar tentang masalah keagamaan dalam kehidupannya. Agar mendapatkan pemahaman yang benar, maka seorang muslim harus selalu mempelajari tujuan, fungsi dan peranannya. Kemudian menjalankan fungsi dan peranannya agar dapat mencapai tujuannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Af, A. Toto Suryana, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung: PT. Tiga Mutiara. Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: PT. Syamil Cipta Media.
22