251494478-laporan-diskusi-kasus-askep.docx

  • Uploaded by: eka kurniati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 251494478-laporan-diskusi-kasus-askep.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,956
  • Pages: 19
LAPORAN DISKUSI KASUS ASKEP

KELOMPOK 1 : 15766

Claudia Liska Kusuma Wardhani

15778

Arfiana Fani Astuti

15787

Widowati Budi Pratiwi

15795

Lita Handianti

15803

Putri Anjaweni

15811

Ernita Dewi Nuraini

15819

Eria Risky

15882

Sandy Dwi Aryanto

15893

Nakhoda Rizky P S

15903

Marsita Nugraheni

16032

Adisty Rose Artistin

16126

Zahwa Putri

16156

Siska Fitriana W W

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014

BAB I PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG Masa kini keluarga merupakan hal yang penting bagi kehidupan sosial. Keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga yang biasanya dipegang oleh ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ). Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anakanak yang dilahirkannya.“ (Kartono, 1982 : 27) Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anakanak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dalam kasus ini terdapat satu keluarga yang dimana terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak. Anak tersebut memiliki riwayat lahir premature dan pernah didiagnosis dengan penyakit jantung defek septum ventrikuller. Lima bulan setelahnya anak tersebut mengalami necrotizing enterocolotis (NEC) yang mengakibatkan ia harus kehilangan kehilanan sebagian dari ususnya dan dilakukan illeustomi. Sayangnya kedua orang tua anak adalah pekerja kantor yang sangat sibuk yang hanya merawat anaknya berdua tanpa bantuan orang lain, sehingga anak tersebut kurang diperhatikan oleh kedua orang tuanya. b. RUMUSAN MASALAH 1. Apa permasalahan dari caregiver untuk anak terssebut dan bagaiana cara mengatasinya? 2. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk anak tersebut?

c. TUJUAN 1. Untuk mengetahui permasalahan caregiver dan cara mengatasinya 2. Untuk mengetahui asuhan keperaawatan yang tepat bagi anak terebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Defek Septum Ventrikuler 1.1 Pengertian Defek Septum Ventrikuler VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri. Secara normal lubang tersebut akan menutup selama akhir minggu keempat massa embrio. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. VSD merupakan penyakit kelainan bawaan yang paling sering ditemukan sekitar 30,5 %. Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu: 1) Perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars membranaceae septum interventricularis, 2) Subarterial doubly commited, bial lubang terletak di daerah septum infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup pulmonal, 3) Muskuler, bial lubang terletak di daerah septum muskularis interventrikularis. Adanya lubang pada septum interventrikularis memnungkian terjadinya aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan oleh karena gradien tekanan sehingga aliran darah ke paru bertambah. Gambaran klinis tergantung dari besarnya defek dan aliran darah (shunt) serta besarnya tahanan pembuluh darah paru. Apabila defek kecil atau restriktif tidak tampak adanya gejala (asimptomatik). Pada defek kecil gradien tekanan ventrikel kiri dan kanan sebesar > 64 mmHg, tekanan sistolik ventrikel kanan dan resistensi pulmonal normal. Pada defek moderat dengan restriksi gradien tekanan ventrikel kiri dan kana berkisar 36 mmHg, resistensi pulmonal dan tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat namun tidak melebihi tekanan sistemik. Pada keadaan ini, ukuran ventrikel kiri dan atrium kiri dapat membesar akibat bertambahnya beban volume. Defek besar non-restriktif akan ditandai dengan tekanan systole ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga terjadi penurunan aliran darah dari kiri ke kanan, bahkan dapat terjadi aliran darah dari kanan ke kiri. Pada keadaan ini memberikan keluhan seperti sesak napas dan cepat capek serta sering mengalami batuk dan infeksi saluran napas berulang. Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan.

Dalam perjalanannya, beberapa VSD dapat menutup secara spontan (tipe perimembranous dan muskuler), terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi infundibuler, atau prolaps katup aorta yang dapat disertai regurgitasi (tipe subarterial dan perimembranous). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bising holosistolik (pansistolik) yang terdengar selama fase sistolik, keras, kasar di atas tricuspid di sela iga 3-4 parasternal kiri menyebar sepanjang parasternal dan apex cordis. Bising ini sudah dapat terdengar selama defek VSD kecil. Bising mid-diastolik dapat didengar di apex cordis akibat aliran berlebihan. Pada VSD sering bersifat non-sianotik kecuali apabila terjadi eisenmengerisasi (terjadi aliran shunt kanan ke kiri). pada penderita VSD dengan aliran shunt yang besar bias any terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat dan dapat teraba thrill sistolik. Apabila terjadi aliran shunt dari kanan ke kiri dengan defek besar akan tampak stenosis dengan jari-jari tabuh (clubbing of finger). Pada defek cukup besar dapat terjadi komplikasi berupa stenosis infundibuler, prolaps katup aorta, insufiensi aorta, hipertensi pulmonal dan gagal jantung.

Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kardiomegali dengan pembesaran ventrikel kiri., vaskularisasi paru meningkat (plethora) dan bila terjadi penyakit vaskuler paru tampak pruned tree (seperti pohon tanpa ada cabang-cabangnya), disertai penonjolan a. pulmonal. Pada elektrokardiogram dapat ditemukan hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin hipertrofi atrium kiri. bila terdapat hipertrofi kedua ventrikel dan deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipikirkan adanya hipertensi pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan. Dengan ekokardiografi M-mode dapat ditemukan dimensi ventrikel kiri, atrium dua dimensi untuk menentukan ukuran dan lokasi defek Doppler dan berwarna, menentukan arah dan besarnya aliran yang melewati defek. 1.2 Klasifikasi

Defek Septum Ventrikel (DSV) di klasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: (Baraas, 1995 : 51) 1. Defek Septum ventrikel perimembranus Defek pada jaringan membranus disebut sebagai defek septum ventrikel tipe membranus. Sering defek ini melebar sampai jaringan muskuler sekitarnya. Oleh

karena itu banyak yang menyebutnya defek septum tipe perimembranus. Dan karena letaknya di bagian superior septum, kadang-kadang dikenal pula sebagai defek septum ventrikel tipe tinggi . 2. Defek Septum ventrikel muskuler

Defek septum ventrikel tipe muskuler sangat jarang terjadi. Kadang-kadang defek ini disebut sebagai defek septum ventrikel tipe rendah (low ventricular septal defect). Sesuai dengan lokasinya, ada defek septum ventrikel tipe muskuler pada inlet (posterior), pada trabekel (bagian sentral, atau apical) dan pada outlet (infundibuler). Suatu defek multiple di bagian apical dikenal pula sebagai defek septum ventrikel tipe swiss cheese.

3. Defek Septum ventrikel subarterial

Defek ini sebenarnya termasuk tipe muskuler dan terdiri dari defek subpulmonal (yang berada persis di bawah katup pulmonal) dan doubly committed subarterial (yang terletak di bawah jaringan fibrus antara katup aorta dan katup pulmonal). Berdasarkan letaknya terhadap Krista supraventrikuler (lebih tepat disebut sebagai trabekel septomarginal), defek septum ventrikel tipe subpulmonal dan doubly committed subarterial kadang-kadang dinamakan pula defek suprakista. Dan defek septum ventrikel tipe perimembranus subaortik dan subtrikuspid disebut defek infrakista.

Diagnosis defek septum ventrikel dapat dibedakan menjadi: (Baraas, 1995 : 55)

1. Defek Septum ventrikel kecil

Defek berdiameter sekitar < 0.5 cm2 , tekanan sistolik ventrikel kanan < 35 mmHg dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik < 1.75. terdapat suara murmur pansistolik di sekitar sela iga 3-4 kiri sternum pada waktu pemeriksaan fisik. Semakin kecil ukuran defek septum ventrikel, maka murmur pansistolik terdengar makin keras dan murmur ini dikenal sebagai murmur Roger. Bunyi jantung ke-1 dan ke-2 normal. Ukuran jantung pun relative masih normal pada pemeriksaan

elektrokardiografi dan foto torak. Vaskularisasi paru tidak nyata meningkat. Pertumbuhan anak normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan. Toleransi latihan normal, hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DSV kecil tidak memerlukan tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan resiko operasi lebih besar daripada resiko terjadinya endokarditis. Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik dan dapat hidup normal. Tidak diperlukan pengobatan. Bahaya yang mungkin timbul adalah endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan bila dikehendaki oleh orang tua. Pasien dengan DSV kecil diperlakukan seperti anak normal dengan pengecualian bahwa kepada pasien harus diberikan pencegahan terhadap endokarditis.

2. Defek Septum ventrikel moderat Pada defek ini, diameter defek biasanya 0.5 – 1.0 cm2, dengan tekanan sistolik ventrikel kanan 36-80 mmHg (lebih kurang separo tekanan sistemik) dan rasio aliran darah pulmonal dengan sistemik > 3. Perjalanan defek septum ventrikel yang moderat ini sangat bervariasi. Anak akan lebih mudah sesak nafas, aktivitas terbatas , mudah terkena batuk pilek dan tumbuh kembang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal.

Pada pemeriksaan fisik terdengar intensias bunyi jantung ke-2 yang meningkat, murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada daerah katup pulmonal. Murmur pansistolik terdengar kasar dank eras. Pada elektrokardiografi, pembesaran jantung bias berupa hipertrofi ventrikel kanan, hipertrofi atrium kiri dan ventrikel kiri, atau hipertrofi biventrikuler, karena beban volume berlebih. Terdapat hipertensi pulmonal yang hiperkinetik, dengan resisitensi pulmonal yang relative masih normal. Dengan demikian, gambaran hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih, biasanya belum tampak pada elektrokardiografi.

Foto torak menunjukkan pembesaran relative ventrikel kiri, atau kanan, dengan pinggang jantung rata dan konus pulmonal menonjol. Konus aorta tampak normal

atau

sedikit

agak

kecil.

Vaskularisasi

paru

tampak

meningkat.

3. Defek Septum Ventrikel Besar

Diameter DSV lebih dari setengah ostium aorta atau lebih dari 1 cm2, dengan tekanan sistolik ventrikel kanan > 80 mmHg (atau menyamai tekanan sistemik). Curah sekuncup jantung kanan seringkali lebih dari 2 kali sekuncup jantung kiri. Aliran darah melaui pirau interventrikuler tercampur tanpa hambatan, menyebabkan berbagai keluhan sejak anak masih kecil. Gejal-gejala gagal jantung bias menonjol sewaktu-waktu. Dan resistensi pulmonal bias berkembang melebihi resistensi sistemik, sehingga tampak sianosis karena pirau dari kanan ke kiri.

Pada pemeriksaan fisik, intensitas bunyi jantung ke-2 terdengar meningkat, karena adanya hipertensi pulmonal. Terdengar bunyi murmur pansistoik pada sela iga 34 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada daerah pulmonal di sela iga 2-3 kiri sternum, serta murmur mid-diastolik pada mitral

1.3 Etiologi Penyebab DSV tidak diketahui. DSV lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD: (Ngastiyah, 2004 : 93) 

Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil



Gizi ibu hamil yang buruk



Ibu yang alkoholik



Usia ibu diatas 40 tahun



Ibu menderita diabetes

1.4 Patofisiologis

Secara klinis, perubahan hemodinamik defek septum ventrikel dipengaruhi oleh besarnya defek dan tingginya resistensi pulmonal. Sewaktu fetus dalam kandungan, resistensi pulmonal memang tinggi, karena paru belum berkembang dan tunika media pembuluh darah paru masih hipertropi. Pada saat lahir, resistensi pulmonal langsung turun karena berkembangnya paru waktu bayi mulai bernafas. Tunika media pembuluh darah paru mengalami atropi dan proses ini secara normal berlangsung sampai usia 6 bulan. Apabila terdapat defek pada septum interventrikuler, aliran darah yang membanjir ke ventrikel kanan dan arteri pulmonal akan menghambat proses alamiah itu. Pada defek septum ventrikel, terjadi beban volume berlebih pada ventrikel kiri, atrium kiri dan ventrikel kanan, karena pirau aliran darah dari kiri ke kanan. Pada mulanya, ventrikel kanan akan mengalami dilatasi, disusul oleh hipertropi ventrikel kiri dan atrium kiri, atau sebaliknya. Dan pirau dari kiri ke kanan ini lama-lama akan mempengaruhi resistensi paru dan tekanan dalam arteri pulmonal. Apabila hipertensi pulmonal makin tinggi-dan ini merupakan beban tekanan berlebih bagi ventrikel kanamaka pirau aliran darah pelan-pelan akan beralih menjadi bidireksional. Resestensi pulmonal dapat melebihi resistensi sistemik pada waktu melakukan exercise, sehingga pirau beralih dari kanan ke kiri; sedangkan pada waktu istirahat masih terjadi pirau yang kecil dari kiri ke kanan. Tekanan dalam ventrikel kanan makin tinggi, sehingga hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh beban tekanan berlebih tampak makin dominant. Sementara itu ventrikel kiri tampak “regresi”, karena tak lagi ada lairan melewati pirau pada saat tekanan dalam ventrikel kanan kian menyamai tekanan dalam ventrikel kiri. Pada stadium lanjut, pirau kemudian sepenuhnya dari kanan ke kiri. Pada jantung yang normal, sebagian septum interventrikuler terdiri dari jaringan muskuler dan hanya sebagian kecil merupakan jaringan membranus yang berada di bawah akar aorta. Bagian anterior dan posterior jaringan membranus ini dikelilingi oleh jaringan muskuler yang meluas ke superior. Bagian anterior septum interventrikuler merupakan bagian dari outlet (infemdibulum) ventrikel kiri dan ventrikel kanan, dibawah katup semiluner. Bagian posterior septum interventrikuler meliputi inlet ventrikel kiri dan ventrikel kanan, di bawah katup atrio-ventrikuler. Dengan demikian, klasifikasi anatomic berbagai tipe defek septum ventrikel

ditentukan oleh lokasi defek pada jaringan septum interventrikuler itu. (Baraas, 1995 : 52)

1.5 Manifestasi Klinis Gambaran klinis dari anak yang menderita DSV adalah: (Ngastiyah, 2005 : 95)  Nafas pendek Nafas pendek  Retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium  Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung hiperdinamik  Pertumbuhan terhambat  Anak terlihat pucat  Banyak keringat  Ujung-ujung jari hiperemik  Diameter dada bertambah  Sering terlihat penonjolan pada dada kiri  Tekanan arteria pulmonalis yang tinggi  Penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga II kiri dekat sternum dan mungkin teraba getaran bisisng pada dinding dada.

1.5 Penataleksanaan Medis Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretika, missal: lasik. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong, karena tanpa tindakan bedah harapan hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil. (Ngastiyah, 2005 : 95)

2. Neonatal necrotizing enterocolitis (NEC) 2.1 Definisi Neonatal necrotizing enterocolitis (NEC) Neonatal necrotizing enterocolitis (NEC) adalah keadaan darurat pencernaan umum dan menghancurkan yang terutama menimpa bayi prematur dan bayi baru lahir pembibitan terlihat dalam perawatan intensif di seluruh dunia. Meskipun kemajuan dalam perawatan neonatal dan penyelidikan ilmu pengetahuan yang signifikan klinis dan dasar, etiologi tetap

tidak sempurna dipahami, strategi pengobatan tertentu kurang, dan morbiditas dan kematian dari penyakit ini tetap tinggi. Bagian ini akan meninjau epidemiologi dan gambaran klinis klasik NEC, dan menggambarkan pemahaman saat ini patofisiologi dan pendekatan untuk pencegahan. 2.2 Manifestasi Klinis NEC dapat hadir dengan berbagai gejala dan tanda-tanda. neonatus prematur mungkin menunjukkan gejala hematochezia, emesis, atau meningkat residu lambung, kembung perut, kelesuan, dan apnea dan bradikardi, dan tanda-tanda neutropenia, trombositopenia, asidosis metabolik, takikardia, nyeri perut, perubahan warna perut, kegagalan pernapasan, dan, jika parah , shock. [337] bangku Guaiac-positif yang cukup umum (60% sampai 75%) pada neonatus prematur makan dengan tabung nasogastrik dan oleh karena itu tidak indikator yang bermanfaat dari NEC. intoleransi makan sering terjadi pada populasi neonatus prematur, namun studi menunjukkan intoleransi yang bukan merupakan penanda yang dapat diandalkan untuk pengembangan cedera usus. 3. Caregiver 3.1 Pengertian Caregiver Menurut Pfeiffer EA caregiver keluarga (family caregiver) di definisikan sebagai individu yang memberikan asuhan keperawatan berkelanjutan untuk sebagai waktunya secara sungguh-sungguh setiap hari dan dalam waktu periode yang lama, bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Henny Tantono, Ike MP Siregar, HM Zaini Hassan, 2006). Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami

ketidakmampuan

dan

memerlukan

bantuan

karena

keterbatasannya

(Natalingrum Sukmarini, 2009). 3.2 Jenis Caregiver Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik dibayar maupun sukarelawan (Natalingrum, 2009). Ada tiga faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver , beban psikologis, dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan

sejumlah waktu, energi, dan uang. Tugas ini acapkali dirasakan tidak menyenangkan menyebabkan stress p sikologis, dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah, dan tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik, dan sebagainya (Djatmiko, 2004). 4. Ileostomi 4.1 Pengertian Ileostomi Ileostomi adalah pembuangan keseluruhan kolon dan rektum dan seterusnya, menjadikan ileum sebagai segmen gastro-usus (gastro-intestinal – GI) terminal. Kemudian, stoma (pembukaan pembedahan membawa ileum ke dinding abdomen) dibentuk untuk membenarkan pembuangan produk sisa. Ini dilakukan apabila terdapat halangan usus, lesi atau tumor, oleh sebab itu, memerlukan pembuangan keseluruhan atau sebahagian usus besar. Prosedur ini mungkin untuk sementara waktu (dua hingga tiga bulan – agar usus pulih) atau kekal. Pembedahan ileostomi dilakukan dalam dua tahap . Operasi pertama melibatkan kolektomi abdomen ,pembuatan kantung illeum,mukosektomi rektum,anastomosis ileoanal dan membuat pengalihan ileostomi. Operasi ke dua dilakukan untuk menurunkan ileotomi sementara dalam upaya untuk mengembalikan kontinuitas aliran feses. Pembedahan ileostomi dilakukan dalam dua tahap . Operasi pertama melibatkan kolektomi abdomen ,pembuatan kantung illeum,mukosektomi rektum,anastomosis ileoanal dan membuat pengalihan ileostomi. Operasi ke dua dilakukan untuk menurunkan ileotomi sementara dalam upaya untuk mengembalikan kontinuitas aliran feses. 4.2 Indikasi Ileostomi Indikasi Illeotomi : 1. Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional 2. Keganasan pada daerah usus halus. 3. Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum ).

BAB III PEMBAHASAN

Kasus : Seorang anak berusia 5 tahun memiliki riwayat lahir premature dan pernah didiagnosis dengan penyakit jantung defek septum ventrikuler yang telah ditangani sesaat setelah dilahirkan yang mengakibatkan anak tersebut harus dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Lima bulan setelahnya, anak mengalami necrotizing enterocolotis (NEC) yang mengakibatkan ia harus kehilangan sebagian dari ususnya dan dilakukan ileustomi. Anak tersebut juga sering mengalami kejang, polamakan yang kurang baik, dan memerlukan oksigen ketika kejangnya kambuh, serta mengalami ketertinggalan perkembangan. Orang tua anak adalah pekerja kantor yang berbagi tugas dalam merawat anak tersebut ketikap Perawat tidak melakukan kunjungan. Tidak ada orang dari keluarga besar ayah atau ibu anak tersebut menemui anda yang bekerja di RS dimana anak tersebut dirawat dan menyatakan bahwa beban yang mereka tanggung berlebih ketika tidak ada perawat yang datang untuk membantu merawat anak mereka. Mereka juga sudah terlalu lama tidak berhubungan dengan orang-orang disekitar mereka dan tidak dapa tmenyempatkan untuk melakukan liburan karena kesibukan bekerja dan merawat anak mereka. Pengkajian : 1. DO ( Data Objektif): -

Orang tua yang berprofesi sebagai pekerja kantor yang berbagi tugas dan sibuk dalam merawat anak yang sedang sakit.

-

Tidak ada keluarga besar yang ikut membantu mereka dalam merawat si anak.

2. DS (Data Subjektif) : -

Orang tua mengatakan beban yang mereka tanggung berlebih ketika tidak ada perawat yang datang untuk membantu merawat anak mereka.

-

Sudah lama tidak berhubungan dengan orang di sekitar mereka karena sibuk merawat anak.

Rencana keperawatan untuk caregiver : Diagnosis

NOC

NIC

1.

Ketegangan

peran

pemberi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan

asuhan b.d gangguan koping diharapkan individu,

stres,

waktu

untuk

dan

memenuhi

pemberi

asuhan keluarga.

-

a. Dukungan support).

Meningkatkan perasaan klien tetap merasa memiliki hubungan sosial.

-

Meningkatkan perasaan klien klien tetap merasa memiliki kesejahteraan spiritual.

-Batasan karakteristik :

-

a. kesulitan menyelesaikan tugas yang diperlukan.

Menghilangkan perasaan klien yang merasa terbebani.

-

Menghilangkan/

mengurangi

perasaan marah, depresi, maupun

b. kesulitan menyelesaikan tugas

frustasi.

yang diperlukan. -

Menghilangkan

c. ketakutan terhadap asuhan

terhadap situasi.

yang diterima penerima asuhan

b. Tekanan caregiver.

pemberi

penerapan lab

a. Kesehatan emosi caregiver.

Batasan karakteristik :

jika

memenuhi mencapai tuju

Indikasi :

- Definisi : kesulitan dalam peran

mampu

kurang indikasi pada label NOC :

kebutuhan personal.

melakukan

klien

asuhan

ya

ambivalensi

-

Membantu perannya.

-

Menggali

kekuatan d -

Memakai p caregiver.

-

Monitor ind

-

Menggali

melakukan -

Memberi

menjaga ke -

Memberita pelayanan

pasien, dan

tidak Indikasi :

persetujuan

mampu memberi asuhan. -

Manghilakngkan konflik peran.

-

Menghilangkan konflik tanggung -

Monitor ke

jawab antara pekerjaan dan menjadi -

Mengkoord

caregiver.

(makan ber

b. Perawata

c. Kesiapan caregiver melakukan c. Perawata perawatan di rumah. Indikasi : -

Meningkatkan pengetahuan tentang peran caregiver.

-

Meningkatkan kepercayaan untuk memanage perawatan di rumah.

-

Mengatur p

d. Penyalahg

perlindun

- Mengidenti

kebutuhan per

- Catat waktu

berada di rum

-

Meningkatkan pengetahuan tentang - Memonitor i

catat hasil obs

perawatan gawat darurat. d. Kesejahteraan caregiver.

-

Indikasi : -

Memba

mengidentifik

Meningkatkan kemampuan untuk stres. beristirahat.

e. Pengetahuan

:

management

e. Dukungan

depresi.

-

Indikasi : -

mengasu Meningkatkan

kemampuan

dukungan keluarga. -

Meningkatkan penanganan

hubungan

antara

dengan hasil yang

diharapkan.

tepat -

Mengajar

untuk me -

Menyedi

pemberia

f. Koping

tindak la

Indikasi : -

Mendoro

asuhan pe

Mampu

meningkatkan

adaptasi

dalam perubahan hidup.

-

Melakuk

-

Mengajar

teknik m

e. Bantuan pe

- Membantu k

dukungan sosi

- Menyediaka

yang cukup se 2.

Ketidakmampuan menjadi orang Setelah dilakukan tindakan keperawatan . Tindakan tua b.d defisiensi pengetahuan diharapkan

klien

mampu

memenuhi mencapai tuju

tentang keterampilan menjadi indikasi pada label NOC : orang

tua,

kurang

edukasi,

perubahan dalam unit keluarga, kesulitan

finansial,

kurang

a. Caregiver-patient relationship. Indikasi :

penerapan lab a. Promosi

promotion

-

persatuan keluarga, dan adanya tekanan (keuangan). -definisi

:

mengasuh

ketidakmampuan primer

untuk

-

-

-

Meningkatkan

-

Kesejahteraan Caregiver.

Meningkatkan

b. Dukungan -

pengetahuan

untuk

mengidentifikasi sumber finansial untuk

perlekatan (kurang dekatnya anak dgn orang tua). b. Defisit interaksi ayah-anak. ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan anak.

perilaku a

managem

- Batasan karakteristik :

adekuatan

Mendisku

kemampuan

Indikasi :

Orang tua :

mengemb

dukungan keluarga. c.

m

Menyedia

Meningkatkan strategi komunikasi yang efektif terhadap anak.

meningkatkan

optimum anak.

tidak

(nonjudg

Indikasi :

pertumbuhan dan perumbuhan

Pernyataan

Mendeng

b. Pengetahuan : mengasuh.

atau memperbaiki lingkunagan

a. Ketidak

-

antara pasien dengan caregiver.

menciptakan,mempertahankan

yang

Meningkatkan komunikasi efektif

menyelenggarakan kegiatan caregiver

Doron

perenc

pasien

struktu

3.

Gangguan proses keluarga b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan krisis situasi.

diharapkan

-Definisi : perubahan dalam hubungan dan/fungsi keluarga.

a. perubahan ketersediaan untuk respon

kasih

Meningkatkan dengan

caregiver. perubahan

dalam

penerapan lab

a. Kesejahteraan Caregiver.

-

a. Memeliha

process m perasaan

berbagi

keluarga

atas

dalam

menjadi

- Menentukan

- Menentukan keluarga.

- Mengidentif pada proses

pola

komunikasi.

y

memenuhi mencapai tuju

indikasi pada label NOC :

tanggungjawab

sayang. b.

mampu

Indikasi :

- batasan karakteristik :

menunjukkan

klien

Tindakan

- Dorong unt

dengan angg c. perubahan dalam dukungan

b. Dukungan

bersama.

- Mengidentif keluarga.

d. perubahan partisipasi dalam penyelesaian masalah.

- Menyediaka besar untuk - Menasihati

keterampilan

mereka guna

d. Promosi in -

Mendoron

mempertahank

- Memfasilita

anggota kelua

- Memfasilita keluarga.

4.

Hambatan interaksi sosial b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan kendala

komunikasi

dan diharapkan

ketiadaan orang terdekat. -Definisi

:

insufisiensi

klien

mampu

memenuhi mencapai tuju

indikasi pada label NOC : atau

penerapan lab

a. Gangguan gaya hidup caregiver.

a. Modifikas

kelebihan kuantitas atau ketidak Indikasi : efektifan

kualitas

pertukaran

sosial. -batasan karakteristik : a. penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak efektif.

-

Meningkatkan

ya

sosial interaksi

soasial

-

permasala

caregiver. b. Tekanan caregiver. Indikasi :

Membantu

defisit kete -

Dorong p perasaan

-

Menghilangkan perasaan terisolasi.

masalah in -

Membantu perilaku

ditargetkan

b. Meningka - Mendorong

mengemban - Mendorong - Dorong

k

diperlukan.

c. Konseling -

Menunjuk

dan keasli -

Mengguna

mengklari

perhatian e

d. Meningka -

Mendoron mengenai

orang lain

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan kesimpulan yang dapat diambil dalam Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan riwayat penyakit jantung defek septum ventrikuler dan necrotizing enterocolotis (NEC) adalah perawat menegakkan 4 diagosa yaitu 1. Ketegangan peran pemberi asuhan b.d gangguan koping individu, stres, dan kurang waktu untuk memenuhi kebutuhan personal, 2. Ketidakmampuan menjadi orang tua b.d defisiensi pengetahuan tentang keterampilan menjadi orang tua, kurang edukasi, perubahan dalam unit keluarga, kesulitan finansial, kurang persatuan keluarga, dan adanya tekanan (keuangan), 3. Gangguan proses keluarga b.d krisis situasi, 4. Hambatan interaksi sosial b.d kendala komunikasi dan ketiadaan orang terdekat. B. Evaluasi S : terus mengembangkan hubungan dan menjaga sosialisasi antar keluarga dan komunitas tetap berjalan O : klien (orang tua pasien) mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan masalh interpersonal dengan perawat A : tujuan untuk meringankan konflik tanggung jawab antara pekerjaan dengan caregiver tercapai. P : intervensi terus dilakukan sampai keluarga dapat mengatasi konflik peran yang terjadi dengan cara meningkatkan pengetahuan menjadi caregiver.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311153/bab2.pdf (diakses pada hari Senin, 13 Oktober 2014 pukul 11.52 WIB) http://blogs.ktph.com.sg/nutrition/wp-content/uploads/2014/01/Dietary-Management-forIleostomy_MALAY.pdf (diakses pada hari Senin, 13 Oktober 2014 Pukul 11.58 WIB) NANDA,NOC,NIC

More Documents from "eka kurniati"