Laporan Laporan Kuliah Fapet.docx

  • Uploaded by: Dwi suci rhamdanita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Laporan Kuliah Fapet.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,421
  • Pages: 21
Laporan - laporan kuliah FAPET Senin, 27 Juli 2015 Laporan Manajemen Ternak Perah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi perah dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah. Dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa faktor penting yang harus di terapkan secara profesional yaitu perlunya penanganan manajemen pemeliharaan sapi perah yang baik. Karena hal tersebut mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas produk susu sapi perah. Salah satu aspek yang mempunyai pengaruh penting terhadap peningkatan produksi susu sapi adalah pemeliharaan atau penanganan sapi perah masa kering kandang. Masa kering kering pada sapi perah dilakukan pada waktu kira-kira delapan minggu sapi menjelang melahirkan anaknya. Pada masa ini pemerehan di hentikan total dengan tujuan memberi kesempatan sapi untuk beristirahat serta mengoptimalkan peran pakan ternak meningkatkan bobot yang ideal dan tepat untuk perkembangan janin bukan untuk produksi susu. Dengan adanya penanganan pemeliharaan sapi perah masa kering yang baik ini di harapkan juga menghasilkan bibit sapi perah yang unggul sehingga kebutuhan akan swasembada susu di Indonesia segera terpanuhi. Susu sebagai salah satu produk peternakan merupakan sumber protein hewani yang semakin dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan susu tersebut dilakukan peningkatan populasi, produksi dan produktifivitas

sapi perah. Untuk itu bibit sapi perah memegang peranan penting dalam upaya pengembangan pembibitan sapi perah. Saat ini sebagian peternakan sapi perah telah dikelola dalam bentuk usaha peternakan sapi perah komersial dan sebagian lagi masih berupa peternakan rakyat yang dikelola dalam skala kecil, populasi tidak terstruktur dan belum menggunakan sistem breeding yang terarah, walaupun dalam hal manajemen umumnya telah bergabung dalam koperasi, namun masih sederhana sehingga bibit ternak yang dihasilkan kurang dapat bersaing. Pengembangan pembibitan sapi perah memiliki potensi yang cukup besar dalam rangka mengurangi ketergantungan impor produk susu maupun impor bibit sapi perah. Untuk itu pemerintah berkewajiban membina dan menciptakan iklim usaha yang mendukung usaha pembibitan sapi perah sehingga dapat memproduksi bibit ternak untuk memenuhi kebutuhan jumlah dan mutu sesuai standar, disamping pemberian fasilitas bagi peningkatan nilai tambah produk bibit seperti antara lain pemberian sertifikat. Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Keberhasilan suatu produksi bergantung kepada faktor genetik dan lingkungan, diantaranya meliputi peningkatan kemampuan teknis peternakan, yang terdiri dari; peningkatan kemampuan tatalaksana reproduksi, tatalaksana pemberian pakan, dan tatalaksana pemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak harus dimiliki. Masalah penyebab kerugian suatu usaha peternakan sapi perah diakibatkan belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik dalam usaha peternakan sapi perah, sehingga berpengaruh lebih lanjut terhadap aspek-aspek lainnya, terutama menghambat peningkatan produksi susu. Sebagian peternak, kenyataannya belum melaksanakan

tatalaksana peternakan yang baik atau sesuai dengan harapan dalam menjalankan usaha peternakannya (Suherman, 2010). Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang salah satunya mencakup aspek pemberian pakan. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,54% dari bahan kering. Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Salah satu hewan ternak penghasil protein yang sangat penting adalah sapi perah. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu, dan 85% kebutuhan kulit. Sapi perah merupakan penghasil air susu yang kaya akan protein yang merupakan sumber gizi yang penting untuk bayi, anak dalam masa pertumbuhan serta lanjut usia. Protein dalam air susu sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kecerdasan dan daya tahan tubuh. Selain bermanfaat bagi tubuh, sapi perah juga berperan besar dalam menunjang perekonomi dan kelestarian ekosistem. Sapi perah bisa dijadikan komoditas bisnis, selain itu bahan bakar dari fefesnya dapat menjadi solusi untuk pencemaran udara. Dilihat dari segi ekonomi pula, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai peluang usaha yang sangat besar dikarenakan kebutuhanan permintaan masyarakat terhadap susu mulai

meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah yang tidak seimbang dengan permintaan tersebut. Hal itu menyebabkan kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah cukup baik dan menjanjikan. Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga dilakukan praktikum Manajemen ternak Perah mnegenai Pemeliharaan Sapi Perah.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah memberi pengetahuan kepada praktikan dalam melakukan manajemen pemeliharaan sapi perah yang meliputi pemberian pakan, pembersihan kandang, dan pemandian sapi dan Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah praktikan dapat memperoleh ilmu manajemen peternakan sapi perah sehingga dapat melakukan manajemen peternakan sesuai dengan cara yang benar. Serta mengetahui aspek-aspek pemeliharaan, manfaat yang diberikan sapi perah bagi manusia, dan peran dokter hewan dalam pemeliharaan sapi perah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Aberle et al. (2001). Pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuranlingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberipakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. Akramuzzein (2009), Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Blakely and Blade (1991), Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi pemasaran saat ini Mahaputra, (1983), Pemeliharaan jenis sapi perah Friesian Holstein memang sangat tepat ditinjau dari produksi susunya karena sapi ini memiliki produksi susu yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sapi perah seperti, Jersey dan Friesian Sahiwal. Parakkasi (1995). Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas Reksohadiprojo (1985), menyatakan bahwa Hijauan adalah bahan pakan utama khusus ternak ruminansia yang berfungsi sebagai pengenyang, sumber protein, dan karbohidrat, sumber energi, mineral, dan vitamin. Sudono.,et al (2000). Sapi Fries Holland atau FH berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya, tetapi kadar lemak susunya rendah. Sebagai gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika Serikat rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65 % Soetarno, (2003).Asal sapi jenis Friesian Holstein adalah Friesland, Belanda. Di Indonesia sapi ini dikenal dengan nama Fries Holland Soetarno, (2003).Agar diperoleh hasil seoptimal mungkin diperlukan susunan ransum yang seimbang, artinya ransum tersebut mengandung semua zat-zat maknan (nutrisi) yang diperlukan dalam imbangna yang tepat Susilorini, dkk, (2008), yang menyatakan bahwa jenis kandang terbagi atas duya yaitu kandang tunggal yaitu terdiri dari satu garis memanjang dan dipetak – petak. Sementar kandang ganda terdiri dari dua baris berhadapan dan dipisahkan oleh jalanan untuk pengelolaan. Sutarno, (1994). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit. Tillman et al., (1991). Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandungdidalamnya Timan, (2003).Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari cuaca buruk, hujan, panas matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian.

Utomo, (2010).Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet) Williams (1982). Pertumbuhan adalahperubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan denganpanjang, volume ataupun massa.

III. MATERI DAN METODA

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum Manajemen Ternak Perah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 Juni 2013,di Fapet Farm Universitas Jambi. 3.2.Materi Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Manajemen Ternak Perah ini adalah selang, air, sekop pembersih, Arit/ sabit, sepatu bot, cangkul, sapu lidi, ember, baskom, Sapi, dedak, garam, Mineral Feed Suplements, Hijauan (rumput unggul dan rumput alam), dan Obatobatan (Intermectin, Hematopan, Vit. B, Vit-B kompleks). 3.3. Metoda Adapun Cara kerja yang dilaksanakan dalam praktikum ini terbagi atas 4 bagian, yaitu: Pertama Pembersihan kandang ternak dilakukan dengan membuang feces terlebih dahulu dengan menggunakan skop feses dan dipindahkan ke tempat pengumpulan feces, kemudian kandang dibersihkan dengan menggunakan air dan sapu lidi, kemudian sisa feces yang terbawa ke selokan di angkat dengan cangkul dan dipindahkan ke samping kandang. Yang kedua adalah memandikan ternak sapi dilakukan setelah kandang dibersihkan, sapidimandikan dengan menyiram sapi terlebih dahulu dengan air bersih, lalu badan, kaki, dan bagian kotor lainnya dibersihkan dengan menggunakan sikat, dan sapi disiram kembali dengan air bersih. Dan yang ketiga adalah menimbang sisa pakan yang kemudian dibersihkan bak tempat pakannya, kemudian adalah Pemberian pakan hijauan dan kosentrat diberikan sebanyak 2 kali sehari, yakni pada pagi hari dan sore hari, pakan yang diberikan adalah berbentuk hijauan

segar yang telah dipotong kecil-kecil untuk mempermudah sapi mengambil pakan tersebut. Pakan tambahan yang diberikan adalah Mineral Feed Suplements. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan asalnya, sapi perah yang ada dibedakan menjadi dua yaitu sapi yang berasal dari daerah tropis (Bos Indicus), antara lain sapi Red Sindhi, Sahiwal, Gir, Hissar, Kankrey dan Halikar. Sedang yang kedua adalah sapi yang berasal dari daerah sub tropis (Bos Taurus) antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Red Danish dan Ducth Belted. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan peningkatan produksi dan ekonomi. Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi berdiri pada bulan Juli 2002 yang berlokasi di dalam kawasan kampus Pinang Masak di Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Luas Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi ± 8 Ha, yang terdiri dari kandang sapi potong, sapi perah jenis PFH, kandang kambing, kandang ayam petelur, kandang ayam pedaging, gudang makanan ternak, areal kebun rumput dan rumah petugas kandang Dari kegiatan ini penulis mendapat pengalaman mengenai kedisiplinan dan keteraturan. Untuk beterna sapi perah ini dibutuhkan kedisiplinan waktu dan keteraturan dimana kandang sudah harus dibersihkan pagi hari dan sore hari. Selain itu, penulis juga mendapat pengalaman mengenai pentingnya kebersihan kandang karena kandang yang bersih dapat mencegah munculnya bibit-bibit penyakit. Tetapi setelah penulis melaksanakan Manajemen pemeliharaan ternak perah jenis PFH selama satu minggu penulis melihat kelemahan mengenai ransum yang diberikan karena tidak diketahui secara pasti bahan penyusunnya dan kandungan zat makanannya. Disamping itu, walaupun kandang dan perlengkapannya sudah dibersihkan setiap hari, kotoran kandang dibuang pada tempat yang berdekatan dengan kandang sehingga disekitar kandang menjadi terlihat kotor dan bau.

Sapi perah yang ada di Fapet Farm diantaranya memiliki ciri-ciri yaitu warana bulu hitam dengan putih disekitar badan, badan langsing, dan mempunyai tanduk yang melingkar kedepan Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002), menyatakan sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam gelap, jantan berubah menjadi hitam putih. Pemeliharaan ternak sapi di Fapet Farm Universitas Jambi bersifat intensif. Ternak sapi tersebut dipelihara dengan cara ditempatkan pada kandang. Jenis rumput yang diberikan pada ternak sapi di Fapet Darm adalah rumput Gajah, rumput Raja, dan rumput Alam, pemberian dengan cara di potong-potong terlebih dahulu sebelum diberikan keternak, guna pemotongan pakan ini adalah supaya ternak mudah mengkonsumsinya. Pakan yang diberikan pada ternak sapi yang ada di Fapet Farm ini sebenarnya kurang tepat untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang singkat (penggemukan), karena hanya terdiri dari satu bahan makanan saja yaitu hijauan, tanpa adanya pakan penguat seperti konsentrat yang dapat mempercepat proses penggemukan sapi. Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan. (Aksi Agribisnis Kanisius, 1978). Sapi perah ini merupakan sapi yang sangat jinak dikarenakan oleh sapi ini sering diperah sehingga sapi ini tidak merasa ketakutan apabila berhadapan langsung dengan manusia akan tetapi sapi perah ini mudah mengalami stres apabila pemelihraannya tidak sesuai. Apabila ternak mengalami stres maka produksinya turun secara drastis dan mudah sekali terserang penyakit.

Perkandangan di Fapet Farm Model kandang sapi perah di fapet farm adalah model kandang terbuka dibangun dengan tujuan agar sirkulasi udara dalam kandang dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abidin (2002) bahwa fungsi ventilasi adalah sebagai tempat aliran udara yang berguna memberikan suplai oksigen untuk kebutuhan pernapasan ternak sekaligus mengusir karbon dioksida dan ammonia keluar kandang. Atap kandang sapi perah di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi terbuat dari asbes yang berfungsi melindungi sapi dari air hujan dan terik matahari serta menyerap panas, sedangkan sistem atapnya adalah sistem atap monitor yang berfungsi menjaga agar keadaan

udara di dalam kandang tetap stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Whendrato (2004) bahwa atap monitor berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam kandang. Lantai kandang terbuat dari semen dan posisinya dibuat agak miring agar lantai tidak becek akibat kotoran. Hal ini didukung oleh pendapat Sugeng (1993) bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran. Kandang sapi perah di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi cukup baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu konstruksi kandang sudah baik dan tidak mudah roboh, pertukaran udara di dalam kandang baik sehingga udara di dalam kandang selalu segar dan nyaman, kandang cukup terang sehingga mempermudah aktifitas di dalam kandang, sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, kandang mudah dibersihkan, tersedianya air yang cukup banyak, letak kandang cukup jauh dari perumahan penduduk. Peralatan kandang seperti tempat air minum (ember) dan tempat pakan dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ternak, lampu penerangan untuk malam hari dan peralatan lain untuk membersihkan kandang seperti skop, serok, timbangan, arit dan sapu. Pembersihan Kandang di Fapet Farm. Pada saat sanitasi (pembersihan kandang dan peralatan) praktikan melakukan kegiatan pembersihan kandang dan memandikan sapi-sapi yang ada dikandang sapi perah yang dilakukan 2 kali/hari. Praktikan memulainya pada pukul 06.0007.30 WIB pagi hari, di siang harinya dilakukan kegiatan penyiraman dan pemberian air minum pada pukul 12.00 WIB dengan tujuan untuk menjaga suhu tubuh ternak dari kondisi panas dan dilanjutkan pada sore hari pukul 16.00-17.30 WIB dengan melakukan pembersihan kandang dan membersihkan bagian tubuh sapi yang kotor sera mencabuti caplak yang terdapat pada tubuh luar

sapi

perah

yang

terserang

ektoparasit.

Sanitasi yang rutin dapat meningkatkan produktivitas dari ternak sapi PFH yang ada di farm sesuai dengan pernyataan Kusnadi, (1979) bahwa untuk program sanitasi pada pemeliharaanm

intensif

sapi-sapi

harus

dikandangkan

sehingga

memudahkan

dalam

pengawasannya. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan sapi yang dipelihara tanpa naungan. Ternak sapi perah dimandikan 2 kali dalam satu hari. 4.1 Konsumsi Ransum

Peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan di dapatkan data sebagai berikut : Perlakuan Pemberian Pakan di Fapet Farm adalah sebagai berikut : a.

Sapi Pedet diberi Kolostrum

b. Sapi Dara diberi perlakuan Hijauan + kosentrat c.

Sapi Bunting diberi perlakuan Hijauan + kosentrat

d. Sapi Jantan diberi perlakuan Hijauan + kosentrat e.

Sapi Laktasi diberi perlakuan Hijauan + kosentrat tetapi dalam jumlah yang banyak

Pemberian Pakan di Fapet Farm Pakan yang diberikan untuk ternak di Fapet Farm Ransum diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.30 WIB dan sore hari pukul 16.30 WIB. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2004) yang menyatakan bahwa pemberian pakan ternak sebaiknya 2 kali dalam satu hari dimana jatah ransum hari tersebut dibagi dua, hal ini dilakukan agar tempat ransum tidak tumpah dikarenakan terlalu penuh.

Kebutuhan Pakan Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula. Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angkaangka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahanTernak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah

konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).

a) Temperatur Lingkungan Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. b) Palatabilitas Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang

menumbuhkan

daya

tarik

dan

merangsang

ternak

untuk

mengkonsumsinya.

Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi. Sapi perah yang ada di farm Fakultas Peternakan menyukai rasa manis yang dihasilkan dari UMB yang diberikan. Selain itu aroma UMB juga memiliki bau (aroma) yang khas dan dapat meningkatkan palatabilitas untuk dikonsumsi oleh ternak tersebut.

c) Selera

Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.

d)Status fisiologi Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.

e) Konsentrasi Nutrisi Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.

f) Bentuk Pakan Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm. Pada saat memberikan hijauan segar untuk ternak perah jenis PFH (Peranakan Friesian Holstein) yang ada di farm fakultas peternakan, praktikan melakukan pencacahan atau pemotongan hijauan sehingga memiliki ukuran yang lebih kecil atau lebih pendek dari sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memudah keternak ddalam mengkonsumsi pakan sehingga tidak banyak pakan yang terbuang.

g) Bobot Tubuh Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu

mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula: Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661 Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75 .Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75

h) Produksi Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan

yang dikonsumsi

(disediakan) lebih

rendah daripada

kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.

Jenis Pakan Ternak Perah 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumputrumputan, tanaman bijibijian/jenis kacang-kacangan. Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi. a.

Rumput-rumputan

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar b. Kacang-kacangan Lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan lain-lain c. Daun-daunan Daun

nangka,

daun

pisang,

daun

turi

dan

daun

petai

cina

1) Jerami dan hijauan kering Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan). 2) Silase Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan. 4) Konsentrat (pakan penguat) Contoh:

dedak

padi,

jagung

giling,

bungkil

kelapa,

garam

dan

mineral.

4.2 Produksi Air Susu Sapi perah di Indonesia pada umumnya bangsa Friesian Holstein (FH) dan keturunannya, dengan tujuan pemeliharaan untuk mendapatkan produksi susu. Produksi susu pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara faktor‐faktor genetik dan lingkungan. Untuk mendapatkan produksi susu yang optimal salah satu cara dilakukan dengan perbaikan mutu genetik dengan tujuan memperbaiki genetik populasi generasi keturunan berikutnya melalui program seleksi yang terarah. Membahas tentang perkembangbiakan produksi ternak sapi perah di Indonesia. produksi susu yang dihasilkan dari berbagai kota serta masalah yang terjadi pada perkembangbikan sapi perah yang diakibatkan oleh banyaknya sapi yang sudah mulai tua dan tidak bisa memproduksi

susu lebih maximal. adanya inseminasi buatan dari bibit sapi perah yang di import dari luar negri. dan juga adanya kawin silang untuk memoptimalkan produksi susu sapi tersebut agar produksi susu yang dihasilkan lebih optimal. Produksi susu dari bebagai kota selalu diawasi perkembangannya guna memperlancar distribusi untuk ke berbagai kota yang sangat membutuhkan suplai susu. Insiminasi buatan juga banyak di import dari luar negri untuk menambah produktivitas sapi perah di indonesia yang sekarang mulai berkurang karena ada beberapa masalah yang ada. Faktor kekurangan asupan makanan pada sapi yaitu rumput juga mempengaruhi hasil produktivitas susu yang dihasilakan. banyak dari beberapa kota yang masalahnya sama yaitu menenai asupan makanan untuk ternak sapi yang hasilnya agar lebih maximal dalam memproduksi susu. Dalam memproduksi susu juga makanan yang dikonsumsi sapi perah juga dapat mempengaruhi hasil produksi susu. Maka dari itu peternak lebih selektif dalam pemilihan makanan atau rumput yang akan dikonsumsi oleh sapi agar produksi susu yang dihasilkan oleh sapi tersebut maximal. Peternak juga harus memperhatikan kesehatan dari sapi sapi tersebut. Sebagai ternak ruminansia yang menghasilkan susu, sapi perah merupakan komoditi ternak yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam peningkatan kualitas serta kuantitas produksinya. Dalam pemeliharaannya, ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh penting terhadap hasil produksi sapi tersebut, diantaranya suhu, kondisi kandang, sanitisi kandang, kebutuhan pakan, kelembaban, dan kondisi lingkungan sekitar. Pada dasarnya secara umum pemeliharaan sapi perah meliputi pemeliharaan sapi dara dan bunting, pemeliharaan sapi laktasi, pemeliharaan sapi kering kandang, dan pemeliharaan pedet (Blakely dan Bade, 1998). Pada saat praktikum di Fapet Farm tidak dilaksanakan pemerahan, karena masa kering kandang. Sehingga sapi tidak menghasilkan susu dan ambing sapi terlihat kecil.

4.3 Efisiensi Pakan Pakan merupakan salah satu faktor yang harus mendapatkan perhatian, oleh karena itu pemberian pakan ternak harus sesuai dengan kualitas pakan dan juga harus diperhatikan dari segi ekonominya yang dibutuhkan. Sugeng (1992), menyatakan pendapatnya bahwa pakan bagi ternak dapat berfungsi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. Jenis pakan yang yang diberikan serta cara memberikan kunci keberhasilan usaha pengemukan sapi perah. Pakan (ransum) yang diberikan merupakan hijauan dan konsentrat.

a.

Air Minum Air minum diberikan dengan mencampurkan garam kedalamnya, air yang diberikan bersih, jernih dan tidak berbau. Air yang ada di kandang diperoleh dari sumur bor yang dialirkan ke tangki air yang kemudian dialirkan ke tempat air minum pada wadah penampungan. Air sangat penting bagi ternak sapi perah sesuai dengan pendapat Rasyaf (2004) bahwa air merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan terjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Keberhasilan produksi sapi perah bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsidigunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Manajemen pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet).

5.2

Saran Perlu adanya tindakan pengolahan kotoran yang menumpuk dipinggir atau pada selokan

untuk di manfaatkan menjadi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan seperti biogas. Sehingga limbah hasil ternak tersebut memiliki nilai additif yang berguna bagi kehidupandan menjadi lebih ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA Abidin. 2002. Pemerahan, Satu Faktor Penentu Jumlah Air Susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24. Aksi Agribisnis Kanisius. 1978. Petunujuk Beternak-Beternak Sapi Potong, Perah dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta Anonim, 2010. Master Kuliah Manajemen Ternak Perah FAPET UNPAD. Bandung. Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. Kasim , S.N. dkk . 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) . Kusnadi, Uka dan E. Juarini. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah Dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. WARTAZOA Vol. 17 No. 2. Muljana. 2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang. Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. John Wiley and Sons Inc. Canada. Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suherman, Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1.

Suprajitna. 2008. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Utomo, Budi dan Miranti D P. 2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan Manajeman Pemeliharaan. Caraka Tani XXV No.1. Wiharto 2000. Teknik Pemeliharaan Sapi Perah. Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN 1. Pembersihann Kandang dan tempat pakan

Gambar 1. Pembersihah tempat pakan Gambar 2. Pembersihan Lantai Kandang 2. Pemberian Pakan

Gambar 3. Pemberian Pakan Hijauan

Gambar 4. Pemberian Pakan Tambahan

3. Pemberian Obat-obatan

Gambar 5. Pemberian Obat-obatan Diposkan oleh nur_blogger di 21.03 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

About Me

nur_blogger saya dilahirkan di Desa kota Baru, kabupaten tanjung jabung timur, saya asli suku jawa, pernah mengenyam pendidikan di SD, SMP, SLTA DI Kab. tanjab Timur Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Laman 127,692

Followers About Me

nur_blogger saya dilahirkan di Desa kota Baru, kabupaten tanjung jabung timur, saya asli suku jawa, pernah mengenyam pendidikan di SD, SMP, SLTA DI Kab. tanjab Timur Lihat profil lengkapku

Blog Archive 

▼ 2015 (15) o ► November (9) o ▼ Juli (6)  LAPORAN PRAKTKUM INTEGRASI PETERNAKAN  LAPORAN SEMESTER TEKHNOLOGI HASIL TERNAK  PRODUKSI TERNAK UNGGAS  LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK  LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG  Laporan Manajemen Ternak Perah



► 2013 (10)



► 2012 (18)

Followers

Followers

Blog Archive 

▼ 2015 (15) o ► November (9) o ▼ Juli (6)  LAPORAN PRAKTKUM INTEGRASI PETERNAKAN  LAPORAN SEMESTER TEKHNOLOGI HASIL TERNAK  PRODUKSI TERNAK UNGGAS  LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK  LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG  Laporan Manajemen Ternak Perah



► 2013 (10)



► 2012 (18)

Followers Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Related Documents


More Documents from "Rizal Jihad Al-dien"