Laporan Besar Ekoper K2 Agri.docx

  • Uploaded by: Colby Al Gaza
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Besar Ekoper K2 Agri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,951
  • Pages: 59
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di bumi banyak tercipta alam yang beraneka ragam. Sehingga terdapat pula banyak jenis tanaman dan binatang. Karena banyaknya jenis tanaman dan binatang itu, beberapa diantaranya masih ada yang belum teridentifikasi. Mahasiswa perlu mengetahui, mengenal dan memahami tentang keanekaragaman spesies tanaman dan binatang tersebut, sehingga dapat terbantu dalam proses belajar di perkuliahan. Salah satu keanekaragaman yang terdapat di alam ini adalah keanekaragaman pada vegetasi. Vegetasi merupakan keseluruhan komunitas tumbuh-tumbuhan disuatu tempat, mencakup baik perpaduan komunal dari jenis-jenis tmbuhan penyusunnya maupun tutupan lahan yang dibentuknya. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Dengan beragamnya habitat, otomatis akan menyebabkan keragaman spesies tumbuhan yang membuat persaingan dan kompetisi meningkat. Karena adanya perbedaan faktor lingkungan, maka akan menyebabkan adanya perbedaan vegetasi.. Contohnya saja adalah Vegetasi hutan. Vegetasi Hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Kita bisa menggunakan Analisis Vegetasi. Analisis Vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Faktor abiotik dan biotik juga sangat mempengaruhi adanya pertumbuhan dan perkembangan. Faktor abiotik seperti suhu, cahaya dan kelembapan. Sedangkan faktor biotik seperti tumbuhan dan hewan yang mempengaruhi keadaan suatu mahkluk hidup.

1

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari laporan akhir praktikum ekologi pertanian studi lapang di Cangar, Jatikerto, dan Nursery FP UB yaitu: 1. Perbedaan jumlah vegetasi pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery. 2. Jumlah SDR tertinggi pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery. 3. Perbedaan jumlah serta jenis arthopodan pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nusery. 4. Perbedaan pertumbumbuhan pada tiap perlakuan di Nursery.

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini yaitu: 1.

Untuk mengetahui bagaimana peranan faktor biotik dan abiotik terhadap tanaman pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery.

2.

Untuk mengetahui nilai SDR pada setiap tanaman pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery.

3.

Untuk mengetahui jumlah jenis arthopoda pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery.

4.

Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan pada tiap perlakuan di Nursery.

2

1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini yaitu : 1. Mampu mengidentifikasi jenis tanaman, menganalisa vegetasi pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery. 2. Mampu mengidentifikasi faktor biotik dan abiotik pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery. 3. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis anthropoda yang terdapat dalam ekosistem semusim atau tahunan pada daerah Cangar, Jatikerto, dan Nursery.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentangg rumah tangga makhluk hidup. Ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. (Ernest Haeckle) Ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah. (C. Elton, 1927) Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. (Resosoedarmo dkk, 1985) Sedangkan pengertian ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup dan lingkungan terkait dengan budidaya tanaman aspek pertanian yang diusahakan oleh manusia. 2.2 Pengertian Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan Ekosistem alami adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh dari ekosistem alami antara lain ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang lumut, padang rumput, dan lain-lain. Ekosistem buatan, adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia untuk keperluan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi, dan lain-lain.

4

2.3 Faktor Biotik dan Faktor Abiotik Komponen biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di dunia.

Makhluk

hidup

terdiri

atas

tumbuhan,

hewan,

manusia,

dan

mikroorganisme. Tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan dan manusia berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme sebagai pengurai (dekomposer). Faktor-faktor biotik dapat dibagi menjadi suatu sistem tingkatan organism makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan makhluk hidup tersebut akan saling berinteraksi dan membentuk suatu system yang menunjukkan kesatuan. (Karmana, Oman. 2007) Sedangkan semua benda tidak hidup yang ada di sekitar makhluk hidup merupakan komponen abiotik. Komponen abiotik suatu ekosistem, diantaranya cahaya matahari, tanah, air, udara, suhu, dan kelembapan. 2.3.1 Cahaya matahari Pada suatu ekosistem, cahaya matahari merupakan sumber energy yang digunakan langsung oleh produsen untuk fotosintesis. Tumbuhan hujau menyerap energy cahaya matahari melalui klorofil pada daun. Proses fotosintesis menghasilkan zat makanan, yaitu karbohidrat. Hasis fotosintesis tersebut, selanjutnya digunakan oleh makhluk hidup lain, yaitu hewan dan manusia. Oleh karena itu, hewan dan manusia memanfaatkan energi cahaya matahari secara tidak langsung. 2.3.2 Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi hampir semua organisme, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikoorganispe. Bagi tumbuhan, selain untuk menancapkan akarnya, tanah juga merupakan sumber bahan-bahan mineral (zat hara). Tanah yang kaya akan bahan-bahan mineral memugkinkan tumbuhan dapat tumbuh subur. 2.3.3 Air Sebagian besar tubuh organisme terdiri atas air. Oleh karena itu, air mutlak dibutuhkn oleh semua organisme. Di dalam tubuh, air berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut zat-zat yang dibutuhkan oleh semua

5

organisme. Pada tumbuhan, air digunakan untuk membuat zat makanan melalui fotosintesis. Mineral-mineral di dalam tanah, umumnya terlarut dalam air. Dengan demikian, akan lebih memudahkan penyerapan mineral-mineral oleh akar tumbuhan. Bagi makhluk hidup tertentu, air merupakan habitat untuk hidup dan berkembang biak. Adapun untuk makhluk hidup yang hidup di darat, air merupakan zat yang diperlukn untuk metabolisme tubuh. 2.3.4 Udara Lingkungan abiotik yang berupa gas, biasa disebut udara. Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang menyelimuti bumi. Gas-gas yang digunakan dengan jumlah banyak dalam kehidupan makhluk hidup adalah oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen. Oksigen (O2) digunakan oleh makhuk hidup untuk bernapas. Nitrogen merupakan bagian terbesar dalam atmosfer bumi, taitu seitar 80%. Semua makhluk hidup membutuhkan nitrogen. Akan tetapi, tidak seua makhluk hidup dapat langsung memanfaatkan ntrogen bebass yang ada atmosfer ini. Sementara itu, karbon dioksida diperlukan oleh tumbuhan untuk dapat melangsungkan fotosintesis. (Arisworo, Djoko, et al. 2004) 2.3.5 Suhu Suhu adalah derajat energi panas. Suhu sangat berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu tertentu. Suhu juga mempengaruhi perkembangbiakan makhluk hidup. (Benyamin, 2002)

2.4 Pengaruh Faktor Biotik dan Faktor Abiotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Banyak

faktor

penyebab

yang

mempengaruhi

pertumbuhan tumbuh-tumbuhan,tanaman,pohon, dll.

perkembangan

dan

Apabila faktor tersebut

6

kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi / dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor pengaruh tersebut yakni : 

Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.



Faktor Kelembaban Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.



Faktor Cahaya Matahari Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.



Faktor air Air bermanfaat bagi makhluk hidup, sebagai pelarut bahan-bahan yang

diserap dan sebagai pengantar dalam siklus yang ada dalam tubuh tanaman. Air juga bermanfaat untuk penetral suhu atau menyeimbangkan penguapan. (Nasir, A. 1990)

7

2.5 Faktor Biotik dan Faktor Abiotik Tanah  Faktor Biotik Tanah Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan

mineral,

kemudian

dan

mendekomposisi

bahan

organik

yang

menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk

pertumbuhan tanaman. Yang membuat tanah itu subur diantaranya pelapukan lanjut, bahan mineralogi, kapasitas pertukaran kation yang tinggi, kelembaban air dan pH netral. Tanah

bersifat

sangat

penting

bagi

kehidupan,

sehingga

perlindungan kualitas dan kesehatan tanah sebagaimana perlindungan terhadap kualitas udara dan air harus sangat dijaga. Namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan tanah tersebut, misalnya kadar hara yang terkandung dalam tanah, vegetasi, iklim, sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Faktor yang mempengaruhi kualitas tanah pada bagian fisiknya adalah tekstur tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air, drainase, topografi, dan iklim. Sedangkan yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah Intensitas pengolahan tanah, penambahan organik tanah, pengetesan pH tanah, aktivitas mikrobia dan garam. Tanah sebagai habitat biota tanah sebagai medium alam untuk pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air dan sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitasnya. Di dalam hal ini, lingkungan tanah seperti faktor abiotik (yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah) dan faktor biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut. Tanah sebagai habitat mikrobia berfungsi sebagai medium alam untuk pertumbuhan dan untuk melakukan segala aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air dan sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktifitasnya. Di dalam hal ini, lingkungan tanah seperti faktor abiotik (yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah) dan biotik 8

(adanya mikrobia lain dan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan aktifitas mikrobia tersebut. Struktur tanah, aerasi tanah, ketersediaan air dan suhu tanah merupakan sifat-sifat fisik yang berperan dalam menentukan kelangsungan proses fisiologi mikrobia. Sementara diantara sifat kimia tanah yang berpengaruh adalah pH tanah, potensial redoks serta ada tidaknya substrat yang bersifat toksik. Sebagai habitat mikrobia, tanah dihuni oleh lebih satu jenis mikrobia merupakan spesies yang saling pengaruh-mempengaruhi, saling bergantung dan bahkan tidak jarang satu dengan yang lain melakukan persaingan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Di dalam tanah, mikroba tidak saja berinteraksi dengan sesama mikrobianya, tetapi juga dengan organisme tingkat tinggi yaitu dengan tanaman yang tumbuh di sekitarnya. Dalam hal ini akar tanaman akan membebaskan sejumlah senyawa organik yang bermanfaat sebagai sumber karbon dan energi bagi kehidupan mikrobia, sekalipun adakalanya terdapat pula senyawa yang bersifat toksik bagi satu jenis mikrobia tertentu. Adanya senyawa toksik tersebut menyebabkan pertumbuhan ataupun aktivitas mikrobia dalam memperbaiki tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman sekaligus penyerapannya oleh tanaman akan terhambat atau bahkan terhenti. (Fitri, 2011)  Faktor Abiotik Tanah Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup tersebut antara lain di dasar perairan, di bawah bebatuan, atau di dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah sebabnya pada tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang khas dan tidak

9

dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal dengan istilah habitat. Untuk melakukan berbagai aktivitas hidupnya, setiap makluk hidup membutuhkan energi dan nutrien. Kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai proses yang dapat menentukan kedudukan mereka dalam suatu ekosisitem. Dalam hal ini, makhluk hidup dapat berperan sebagai produsen, konsumen, dekomposer, predator, mangsa, parasit, atau pesaing. Masing-masing makhluk hidup dengan peranannya yang berbeda-beda secara bersama-sama dengan lingkungan abiotiknya akan membentuk suatu relung ekologi. Istilah relung (niche) dalam ekologi dapat diartikan sebagai tempat atau cara hidup. Relung ekologi setiap spesies meliputi semua macam hubungan antara spesies dengan lingkungannya. Contohnya tikus sawah yang dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya struktur, air, dan iklim di sawah. Sebaliknya tikus sawah juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan membuat lubang-lubang di pematang sawah tempat berlindung dan menyembunyikan makanan. Setiap spesies memerlukan habitat yang sesuai dengan cara hidupnya. Dengan demikian, relung ekologi merupakan cara hidup suatu makhluk hidup pada suatu habitat. (Kartasapoetra, 1987)

2.6 Peran Arthropoda dalam ekosistem Serangga pada umumnya memiliki peranan penting dalam ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila tidak adanya serangga dalam ekosistem, hal itu akan menyebabkan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan terjadi keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya sebagai :

10

 Polinator Secara umum serangga tidak berperan langsung dalam proses polinasi, serangga hanya bertujuan mencari nectar dari tumbuhan sebagai sumber makanannya. Namun dalam hal ini serangga memiliki peranan yang begitu penting, secara tidak sengaja polen atau serbuk sari menempel dan terbawa pada tubuh serangga sehingga polen tersebut menempel pada kepala putik bunga lain dan terjadilah proses polinasi.  Dekomposer Kotoran atau feses dari hewan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan dipermukaan tanah dapat memperlambat pertumbuhan tanaman rumput, serta menyebabkan tanaman di sekitarnya kurang disukai ternak sapi. Selain itu kotoran atau tinja tersebut terdapat pula sebagai tempat meletakan telur bagi vektor pembawa penyakit, dan merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada saluran pencernaan ruminansia. Namun dengan keberadaan beberapa seperti spesies kumbang pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et al., 2005). Kumbang yang bersifat dekomposer biasanya merupakan anggota dari ordo Coleoptera, dan famili Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja. Kumbang ini memiliki perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar tinja, dengan demikian kumbang tinja sangat membantu dalam menyebarkan dan menguraikan tinja sehingga tidak menumpuk di suatu tempat. Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya. Dengan membenamkan tinja, kumbang dapat memperbaiki kesuburan dan aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi.  Predator

Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga

11

lain. Predator–predator tersebut cocok untuk pengendalian wereng batang coklat karena kemampuannya memangsa spesies lain (polyfag) sehingga ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat populasi wereng tersebut rendah atau di luar musim tanam.  Bioindikator Serangga merupakan hewan yang sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau tekanan pada suatu ekosistem. Penggunaan serangga sebagai bioindikator kondisi lingkungan atau ekosistem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Serangga akuatik/air selama ini banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera,Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kehadirannya mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Adapun untuk serangga daratan (‘terrestrial insect’) studi sejenis ini telah banyak dilakukan pada berbagai kawasan hutan di berbagai negera termasuk di kawasan hutan tropis (Shahabuddin, 2003)

12

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Alat, Bahan, dan Fungsinya 3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik T No.

Alat dan Bahan

Fungsi

1.

Gunting

Untuk memotong raffia

2.

Termometer

Untuk mengukur suhu

3.

Penggaris Besi

Untuk mengukur lebar daun

4.

Termohigrometer

Untuk mengukur kelembaban

5.

Luxmeter

Untuk mengukur radiasi matahari

6.

Rafia

Untuk membuat plot dan petak

7.

Buku KDS

Untuk mengidentifikasi jenis serangga

8.

Meteran Jahit

Untuk mengukur diameter batang dan kanopi

T Tabel 1. Alat dan Bahan Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik 3.1.2 Tanah a. Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah) No. 1.

Alat dan Bahan Thermometer Tanah

Fungsi Mengukur suhu tanah

b. Faktor Biotik Tanah (Biota Tanah, Seresah) No. 1. 2.

Alat dan Bahan Meteran Jahit Penggaris Besi

Fungsi Untuk mengukur lebar kanopi Untuk mengukur tebal seresah

c. Tinggi Tanaman (Tahunan) No. 1. 2.

Alat dan Bahan Klinometer Busur Modifikasi

Fungsi Untuk mengukur tinggi tanaman (Cangar) Untuk mengukur tinggi tanaman (Jatikerto)

13

3.1.3 Arthropoda ( HPT) a. Sweepnet NO.

Alat dan Bahan

Fugsi

1.

Alat Sweepnet

Untuk menangkap serangga yang ada di udara

2.

Alkohol 70%

Untuk membius serangga

3.

Kapas

Untuk menyerap alkohol

4.

Plastik 1 kg

Untuk menempatkan serangga

5.

KDS

Untuk mengenditifikasi serangga

Tabel 2. Alat dan bahan penggunaan Sweepnet b. Pitfall NO.

Alat dan Bahan

Fugsi

1.

Alat Pitfall

Perangkap arthropoda di permukaan

2.

Alkohol 70%

Untuk membius serangga

3.

Kapas

Untuk menyerap alkohol

4.

Plastik 1 kg

Untuk menempatkan serangga

5.

KDS

Untuk mengenditifikasi serangga

Tabel 3. Alat dan bahan penggunaan Pitfall c. Yellowtrap NO.

Alat dan Bahan

Fugsi

1.

Alat Yellowtrap

2.

Alkohol 70%

Untuk membius serangga

3.

Kapas

Untuk menyerap alkohol

4.

Plastik 1 kg

Untuk menempatkan serangga

5.

KDS

Untuk mengenditifikasi serangga

Perangkap serangga berwarna kuning di letakkan diatas tiang

Tabel 4. Alat dan Bahan penggunaan Yellowtrap

14

3.1.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag) NO.

Alat dan bahan

Fungsi

1.

Thermometer

Mengukur suhu lingkungan tanah

2.

Penggaris

Mengukur tinggi tanaman

3.

Luxmeter

Mengukur intensitas cahaya sekitar

Tabel 5. Alat dan bahan factor Lingkungan 3.2 Metode (Diagram Alir) 3.2.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik (Suhu, Radiasi Matahari, Kelembaban Udara) Membuat Plot Ukuran 5x5 (Semusim) atau 10x5 (Tahunan)

Membagi Plot Menjadi 5 Bagian atau Petak

Menghitung Jumlah Spesies Tanaman Perpetak

Mencatat Hasil Pada Form Pengamatan

Mengidentifikasi + foto

Mengukur D1 dan D2

3.2.2 Tanah a. Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah)

Melubangi tanah dengan menggunakan penggaris sedalam 30 cm

Mengambil termometer tanah untuk diikat dengan menggunakan tali atau benang

Mengukur suhu dengan cara memasukkan ke dalam tanah tanpa menyentuh permukaan tanah

Catat perolehan angka terakhir pada form pengamatan

Perhatikan perubahan angka pada termometer tersebut hingga angka tersebut tidak bertambah atau berkurang lagi.

15

b. Faktor Biotik Tanah (Biota Tanah, Seresah) membuat plot ukuran 5x5 (semusim) atau 20x5 (tahunan)

membagi plot menjadi 4 bagian atau petak

membuat petak sampel 6 buah (0.5x0.5) m

Mengukur tebal sersah

Menyimpan Anthropoda pada plastik (berisi kapas+alkohol)

Menangkap Anthropoda dengan Swept Net + foto

Menyimpan Anthropoda pada plastik (berisi kapas+alkohol)

Mengambil Anthropoda di Pitfall + Foto

Identifikasi

Mencatat hasil pada Form Pengmatan

c. Tinggi Tanaman (Tahunan) Mengukur jarak pohon dengan pengamat sejauh 10 m

Mengukur tinggi pengamat dan catat dalam Form Pengamatan

Meletakkan ujung busur (ada bandul) di depan salah satu mata (mata lain ditutup)

Mencatat dalam Form Pengamatan

kemudian melihat kearah puncak kanopi pada bagian atas pohon

Mengamati letak bandul yang mengarah pada derajat kemiringan pada busurnya

Menghitung data-data tersebut dengan menggunakan rumus

16

3.2.3 Arthropoda a. Sweepnet Mengayunkan Swept Net kearah tanaman sebanyak tiga kali

Menutup Swept Net dengan membalikan bagian yang terbuka ke arah bawah

Menyiapkan plastik yang berisi kapas dan alkohol

Identifikasi dan mencatatnya ke Form Pengamatan

Mengambil Anthropoda dan memasukkan ke dalam plastik

Membuka resleting bagian bawah Swept Net

b. Pitfall

Menyiapkan Pitfall Traps dengan mengguanakan air detergen atau dengan feromon

Memasang pitfall traps pada masing-masing plot

Tunggu beberapa saat

Identifikasi dan mencatat dalam Form Pengamatan

Memasukkan Anthropoda tersebut dalam plastik (berisi alkohol+kapas)

Mengambil Anthropoda yang berada di Pitfall

c. Yellowtrap Menggunakan botol bekas sebagai media yellow trap

Menempelkan kertas kuning berpelekat di sekeliling botol

Meletakkan yellow trap di setiap plot

Memasukkan Anthropoda ke dalam plastik (berisi kapas+alkohol)

Mengmbil Anthropoda yang menempel pada yellow trap

Tunggu beberapa saat

Identifikasi dan catat dalam Form Pengamatan

17

3.2.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag)

siapkan alat dan bahan

membagi menjadi 4 kelompok dan masing masing kelompok mendapatkan 3 polibag

setiap polibag diisikan tanah hampir penuh disisakan 5 cm dari ujung polibag

Memberi tanda pada masing - masing polibag

Menyiram dengan air secukupnya

Menaburkan benih tanaman pada polibag yang berisikan tanah

Mengamati tiap minggu + foto dan siram secara berkala

Mencatat hasil pengamatan

3.3 Analisa Perlakuan 3.3.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat plot dengan ukuran 5m x 5m untuk tanaman semusim atau 10m x 5m untuk tanaman tahunan. Lalu membagi plot tersebut menjadi 5 bagian atau 5 petak. Setelah itu menghitung jumlah spesies tanaman disetiap petak. Kemudian mencatat hasilnya pada form pengamatan dengan hasil identifikasi beserta fotonya. Langkah terakhir adalah menghitung D1 dan D2 untuk mengetahui kerapatan lebar kanopinya.

3.3.2 Tanah a. Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah) Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melubangi tanah dengan menggunakan penggaris sedalam 30 cm. Lalu mengukur suhu tanah dengan menggunakan termometer tanah yang diikat dengan tali atau benang tanpa menyentuh permukaan tanah. Selanjutnya perhatikan perubahan angka pada termometer sampai angka tersebut tidak bertambah maupun berkurang. Langkah terakhir adalah mencatat hasil perolehan angka terakhir pada form pengamatan. 18

b. Faktor Biotik Tanah (Biota Tanah, Seresah) Langkah pertama adalah membuat plot dengan ukuran 5m x 5m untuk tanaman semusim dan 20m x 5m untuk tanaman tahunan dengan menggunakan tali raffia. Lalu mengambil Anthropoda yang ada di pitfall dan mengambil gambar Anthropoda tersebut. Anthropoda tersebut disimpan dalam kantong plastik berisi kapas yang sudah diberi alkohol. Langkah berikutnya menggunakan sweep net dengan cara mengayunkan kea rah bawah kanan dan kiri sebanyak tiga kali agar mendapatkan anthropoda tersebut. Anthropoda tersebut juga disimpan dalam kantong plastik berisi kapas yang sudah diberi alkohol. Selanjutnya mengidentifikasi dari setiap Anthropoda yang didapat dan mencatat hasil identifikasi dalam form pengamatan. c. Tinggi Tanaman (Tahunan) Pertama yang dilakukan adalah mengukur jarak pohon dengan pengamat sejauh 10m. Lalu meletakkan ujung busur yang diberi bandul, di depan salah satu mata yang terbuka dengan menutup mata yang sebelah. Kemudian melihat ke arah puncak kanopi pada bagian atas pohon untuk mengamati letak bandul yang mengarah pada derajat kemiringan pada busurnya. Selanjutnya mengukur tinggi pengamat dan mencatat semua hasil pengamatan pada form pengamatan. Langkah terakhir menghitung data tersebut dengan menggunakan rumus menghitung tinggi tanaman.

3.3.3 Arthropoda a. Sweepnet Langkah awal adalah mengayunkan Sweep Net kearah tanaman sebanyak tiga kali. Lalu menutup Sweep Net dengan membalikkan bagian yang terbuka menghadap ke bawah. Selanjutnya membuka resleting bagian bawah Sweep Net untuk mengambil anthropoda yang tertangkap dan memasukkanny ke dalam plastik berisi kapas yang sudah diberi alkohol. Langkah terakhir mengidentifikasi dan mencatat hasilnya pada form pengamatan.

19

b. Pitfall Langkah pertama adalah menyiapkan Pitfall Trap dengan menggunakan air detergen atau feromon dan memasangnya pada masing- masing plot. Tunggu beberapa saat agar Anthropodanya masuk dalam Pitfall Traps. Setelah itu ambil Anthropoda tersebut dan memasukkannya dalam kantong plastik berisi kapas yang sudah diberi alkohol. c. Yellowtrap Yellowtrap dibuat dengan menggunakan botol bekas yang diberi kertas kuning berpelekat di sekeliling botol. Kemudian meletakkan yellowtrap tersebut di setiap plot. Tunggu beberapa saat agar Anthropodanya menempel pada Yellowtrap. Setelah itu siram dengan air secukupnya dan memasukkan Anthropoda tersebut ke dalam plastik berisi kapas yang diberi alkohol. Langkah terakhir adalah mengidentifikasi

hasil pengamatan dan mencatatnya pada form

pengamatan.

3.3.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (Polibag) Pengaruh faktor lingkungan pada pertumbuhan tanaman (polybag) Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Lalu membagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok menggunakan 3 polybag berisi campuran tanah dan pupuk tetapi tidak terlalu penuh, minimal 5cm dari ujung polybag. Setelah itu menaburkan benih tanaman pada polybag tersebut dan menyiramnya dengan air. Untuk membedakan antara tanaman ternaungi maupun tidak, masing-masing polybag diberi tanda. Setiap minggu, melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman beserta fotonya dan menyiram secara berkala. Langkah terakhir adalah mencatat hasil identifikasi dalam form pengamatan.

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 AnalisaVegetasi a. Tabel PengamatanVegetasi (Tahunan) + Interpretasi No.

Nama Vegetasi (Spesies)

Jumlah

1.

A. blimbi

1

2.

G. gnemon

3

3.

L. cylindrical

287

4.

M. pudica

47

5.

Pennisetum purpureum

27

Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Jatikerto didapatkan bahwa vegetasi tanaman L. cylindrical memiliki kerapatan yang paling tinggi yaitu sebanyak 287 pohon pada ukuran lahan yang sama.

b. Analisa Vegetasi (Semusim) + Interpretasi Tiap Tabel No.

Nama

D1

D2

Petak contoh ke-

Vegetasi

(cm)

(cm)

1

2

3

4

5

1.

Gandum

38

110

44

24

19

7

5

2.

Teki

30

32

11

-

1

-

1

3.

Wedusan

18

78

4

3

6

-

1

Tabel 6. Analisa Vegetasi

21

NO

1

2

3

NAMA SPESIES Gandum (Triticum Aestivum) Teki (Cyperus rotundus .L) Wedusan ( Ageratum conyzoides) JUMLAH

KERAPATAN FREKUENSI M

N (%)

M

N (%)

18,6

77,5

1

41,67

2,6

10,83

0,6

2,8

11,67

24

100

LBA

DOMINANSI

IV (%)

SDR

63,87

183,04

61,01

30,57

14,66

50,49

16,83

223,56

44,71

21,45

66,45

22,15

1042,02

208,4

42,98

299,98

99,99

M

R (%)

665,60

133,12

25

152,86

0,8

33,33

2,4

100

Tabel 7. Perhitungan SDR

Diketahui gandum memiliki D1 sebesar 38 cm dan D2 sebesar 110 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 665,50 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV gandum sebesar 183,04 % dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies gandum sebesar 61,01%. Sedangkan teki memiliki d1 sebesar 30 cm dan d2 sebesar 32 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 152,86 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV teki sebesar 50,49% dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies teki sebesar 16,83%. Vegetasi terakhir yaitu wedusan yang memiliki d1 sebesar 18 cm dan d2 sebesar 78 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 223,56 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV wedusan sebesar 66,45 % dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies bayam duri sebesar 22,15%.

22

4.1.2 Tanah a. Faktor Abiotik + Interpretasi No

Lokasi

Suhu Tanah

1

Jatikerto

31,9

2

Cangar

18,7

Tabel 8. Faktor abiotik tanah

Perbedaan suhu tanah sangat mempengaruhi jenis tanaman yang dibudidayakan. Pada lahan Cangar teridentifikasi suhu tanah 18,7 celcius. Sedangkan lahan Jatikerto teridentifikasi suhu tanah 31,9 celcius. b. Faktor Biotik Tanah No

Lokasi

Spesies

Jumla h

1

Cangar

Kepik

3

Belalang 4

Peranan Larva dan kepik dewasa memakan telur, larva dan pupa serangga lain (yang ada di dalam maupun di permukaan tanah) serta serangga bertubuh lunak. (penyeimbang ekosistem)

Foto

Gambar 1. Kepik

Sebagai pemakan tanaman yang merugikan dan perusak jaringan tanaman tersebut. Belalang sebagai makanan predator di ladang gandum. Gambar 2. Belalang

23

Ulat tanah

2

Sebagai hama dan bisa memakn batang tanaman

Gambar 3. Ulat Tanah Jangkrik

3

Merupakan serangga predator telur dari hamahama lain. Selain itu jamgkrik juga berfungsi sebagai penggembur tanah. Karena jangkrik membuat lorong-lorong dalam lahan yang berfungsi sebagai rumah Gambar 4. Jangkrik mereka.

Lalat

2

Sebagai serangga lain

Gambar 5. Lalat 2

Jatikerto Semut

8

Semut berperan sebagai penyeimbang ekosistem

Gambar 6. Semut Ngengat

1

1. Hampir semua lepidoptera bersifat sebagai hama tanaman 2. Dewasanya pemakan sari bunga dan membantu di dalam proses penyerbukan tanaman

Gambar 7. Ngengat

24

Nyamuk

1

1. Bertindak sebagai hama ataupun parasit serangga lain 2. Pemakan madu (nectar) 3. Sebagai penyerbuk 4. Sebagai predator

Lalat

10

Sebagai serangga lain

Gambar 8. Lalat

Belalang 9 Kayu

Kutu Ludah

1

1. Memakan daun tanaman 2.Pada musim kering belalang kayu bermunculan bersama-bersama sampai ratusan ribu jumlahnya Biasanya menyerang daun jati, kelapa, pisang dan tanaman lain dekat tanaman jati

Gambar 9. Belalang Kayu

1.Hidup di semak belukar, pepohonan, gulma dan tanaman herba lainnya. Nimpha biasanya menyembunyikan diri dalam massa seperti ludah yang berbusa. 2.Setelah pergantian kulit terakhir akan meninggalkan ludah dan menjadi sangat aktif 3.Nimpha dan dewasa memakan tanaman di sekitarnya

25

Tabel 9. Faktor biotik tanah Ketebalan seresah No Lokasi

Titik Pengamatan

Ketebalan Seresah

1

Plot 1

3,5

Plot 2

2

Plot 3

2

Plot 4

4

Plot 5

8

Plot 1

5

Plot 2

4

Plot 3

0.4

Plot 4

6

Plot 5

2

2

Cangar

Jatikerto

Tabel 10. Ketebalan seresah c. Tinggi Tanaman (Tahunan) + Interpretasi Pengamatan Tinggi Pohon No

Spesies

Tinggi Sudut

Pengamatan (cm)

Jarak (m)

Tinggi

DBH

Pohon

(cm)

(m)

Lebar

Kerapatan

Kanopi

Kanopi

(cm)

(%)

1.

Melinjo 1

50

155

10

12,05

66,55

350

30

2.

Melinjo 2

58

155

10

16,15

67,72

360

20

3.

Melinjo 3

52

155

10

12,85

46,49

315

45

4.

Belimbing

45

155

10

11,55

21,33

565

5

Tabel 11. Tinggi Tanaman Untuk mengetahui tinggi tanaman dapat digunakan dengan busur modifikasi pada Jatikerto dan penggaris besi pada Cangar. Didapatkan hasil bahwa kerapatan kanopi tertinggi yaitu tanaman Melinjo 3 sebesar 45% dengan tinggi 12,85 meter. Sedangkan kanopi terendah yaitu tanaman Belimbing sebesar 5% dengan tinggi 11,55 meter. 26

4.1.3 Arthropoda + Interpretasi a) Cangar Jenis perangkap Pitfall

Spesies Semut Parasit menyerupai semut Yellow trap Ngengat hantu Nyamuk Sweep net Lalat tentara Lalat berpunggung bengkok Tabel 12. Anthropoda di Cangar

Jumlah 8 6 1 1 1 1

Arthropoda yang sering didapatkan pada lahan Cangar adalah semut yaitu sebanyak 8 ekor. Sedangkan arthropoda jenis lainnya seperti ngengat hantu, nyamuk, lalat tentara, lalat berpunggung bengkok masing-masing sebanyak 1 ekor. b) Jatikerto Jenis perangkap

Spesies

Jumlah

Pitfall

Jangkrik Ulat Belalang Kepik Lalat Kumbang

3 2 4 1 2 2

Yellow trap Sweep net

Hewan hijau Tabel 13. Anthropoda di Jatikerto

1

Pada lahan Jatikerto didapatkan arthropoda terbanyak adalah belalang sebanyak 4 ekor dengan jenis perangkap Pitfall. Selanjutnya paling sedikit yaitu kepik dan hewan hijau masing-masing sebanyak 1 ekor. 4.1.4 Perlakuan Penanaman Pada nursery, terdapat 3 polybag berisikan selada dan jagung. Dengan perbedaan perlakuan intensitas cahaya dan penyiraman pada tanaman sayur tersebut menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini membuktikan intensitas cahaya berlaku sebagai faktor abiotik dan air mempengaruhi kesuburan tanaman.

27

4.2 Pembahasan 4.2.1 Aspek BP 4.2.1.1 Analisa Vegetasi o Cangar Cangar terletak di kawasan dataran tinggi yang memiliki potensi kesuburan tanah yang baik. Saat fieldtrip kawasan kebun percobaan cangar juga terdapat tumbuhan gandum, padahal, gandum adalah tumbuhan khas dari daerah subtropis. Di kebun percobaan cangar ini dibuat kondisi tanah dan keadaan yang memugkinkan untuk ditumbuhi gandum. Gandum dapat tumbuh pada suhu 10-15o C (Gunawan,2011). Sedangkan rumput teki dan wedusan adalah gulma. o Jatikerto Jatikerto terletak di kawasan dataran rendah disini didominasi oleh tanamn tahunan. Saat fieldtrip didapati tumbuhan melinjo dan belimbing wuluh. Tumbuhan ini sangat cocok tumbuh di daerah dataran rendah karena suhu di jatikerto cukup tinggi dan kondisi tanah yang memungkinkan. Alang-alang, putri malu, dan rumput gajah mini adalah gulma.

a. Klasifikasi Tumbuhan o Cangar 1. Gandum Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Triticum

Spesies

: Triticum Aestivum

Gambar 10. Gandum

28

2. Tekiladang Kingdom

: Plantae

Divisi

: Monocots

Kelas

: Commelinids

Ordo

: Poales

Famili

: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Spesies

: C. Rotundus

Gambar 11. Tekiladang

3. Wedusan Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Ageratum

Spesies

: Ageratum conyzoides L

Gambar 12. Wedusan

o Jatikerto 1. Melinjo Kingdom

: Plantae

Divisi

: Gnetophyta

Kelas

: Gnetopsida

Ordo

: Gnetales

Famili

: Gnetaceae

Genus

:Gnetum

Spesies

: G. Gnemon

Gambar 13. Melinjo

29

2. Belimbing wuluh Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Oxalidalace

Famili

: Oxalidaceae

Genus

: Averrhoa

Spesies

: A. Blimbi

Gambar 14. Belimbing Wuluh

3. Alang-alang Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Imperata

Spesies

: L. Cylindrical

Gambar 15. Alang-alang

4. Putri malu Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Mimosa

Spesies

: M. Pudica

Gambar 16. Putri Malu

30

5. Rumput gajah mini Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Pennisetum

Spesies

: Pennisetum purpureum

Gambar 17. Rumput Gajah Mini

b. Indentifikasi Tumbuhan 

Cangar

No

Nama Vegetasi

Jumlah

1.

Gandum

99

2.

Teki Ladang

13

3.

Wedusan

10

Gambar

31



Jatikerto

No

Nama vegetasi

Jumlah

1.

Melinjo

1

2.

Belimbing wuluh

3

3.

Alang-alang

287

4.

Putri malu

47

5.

Rumput gajah mini

27

Gambar

32

c. Perhitungan SDR KERAPATAN NO

1

2

3

NAMA SPESIES Gandum (Triticum Aestivum) Teki (Cyperus rotundus .L) Wedusan (Ageratum conyzoides) JUMLAH

FREKUENSI

DOMINANSI LBA

M

IV (%)

R (%)

SDR

M

N (%)

M

N (%)

18,6

77.5

1

41,67

665,60

133,12 63,87 183,04

61,01

2,6

10,83

0,6

25

152,86

30,57

14,66

50,49

16,83

2,8

11,67

0,8

33,33

223,56

44,71

21,45

66,45

22,15

24

100

2.4

100

1042.02

208.4

42.98 299.98

99.99

Tabel 14. Perhitungan SDR

d. Interpretasi SDR  Cangar Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi tanaman Gandum (Triticum Aestivum) di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 18,6 dengan kerapatan nisbi sebesar 77,5 % sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 1 dan frekuensi nisbinya sebesar 41,67%. Nilai dominansi mutlak gandum dalam plot sebesar 133,12 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 63,87 % Diketahui gandum memiliki d1 sebesar 38 cm dan d2 sebesar 110 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 665,50 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV gandum sebesar 183,04 % dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies gandum sebesar 61,01%. Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi

33

tanaman Teki (Cyperus rotundus .L) di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 2,6 dengan kerapatan nisbi sebesar 10,83 % sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,6 dan frekuensi nisbinya sebesar 25%. Nilai dominansi mutlak teki dalam plot sebesar 30,57 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 14,66 %. Diketahui teki memiliki d1 sebesar 30 cm dan d2 sebesar 32 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 152,86 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV teki sebesar 50,49% dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies teki sebesar 16,83%. Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi tanaman wedusan (Ageratum conyzoides) di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 2,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 11,67% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,8 dan frekuensi nisbinya sebesar 33.33%. Nilai dominansi mutlak bayam duri dalam plot sebesar 44,71 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 21,45 % Diketahui wedusan memiliki d1 sebesar 18 cm dan d2 sebesar 78 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 223,56 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV wedusan sebesar 66,45 % dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies bayam duri

sebesar

22,15%. 4.2.1.2 Faktor Abiotik (Intensitas Radiasi Matahari, Kelembaban)  Jatikerto Radiasi matahari di daerah percobaan ini dibagi menjadi dua menutut letak tanaman yang ternaungi dan tidak ternaungi. Radiasi matahari yang ternaungi adalah 475 sedangkan yang tidak ternaungi 34

adalah 754. Radiasi matahari lahan percobaan yang ternaungi cukup rendah karena banyak canopy daun yang tebal sehingga daerah dibawah tumbuhan

tersebut

hanya

mendapat

sedikit

radiasi

matahari.

Kelembaban di lahan percobaan ini tidak didapatkan karena alat yang digunakan rusak.

4.2.2 Aspek Tanah 4.2.2.1 Faktor Biotik Tanah Faktor biotik tanah terdiri dari serangga dan ketebalan seresah yang bisa mempengaruhi tanah tersebut. Pada lahan percobaan di cangar diketahui bahwa terdapat serangga yang berperan sebagai musuh alami dan menguntungkan bagi tanah itu sendiri. Pada lahan percobaan di cangar ditemukan beberapa serangga yaitu kumbang, undur-undur, dan laba-laba. Serangga ini mempunyai peran masing-masing, kumbang, berperan sebagai penyeimbang ekosistem. Undur-undur berperan sebagai penggembur tanah yang menguntungkan bagi tumbuhan, sendangkan kumbang berperan sebagai predator alami. Pada lahan percobaan ini juga terdapat seresah yang memiliki ketebalah. Ketebalan seresah sangat berguna untuk kesuburan tanah dan suhu tanah. Pada lahan percobaan di cangar tepatnya pada tumbuhan gandum ketebalan seresahnya adalah 4cm. Hal ini menunjukan banyak kandungan organik pada tanah tersebut. Pada lahan percobaan di jatikerto ditemukan serangga yaitu semut. Semut ini berperan sebagai penyeimbang ekosistem yang dapat menguntungkan untuk tumbuhan. Selain itu, ketebalan seresah di lahan percobaan ini adalah 3,48cm. Hal ini menunjukan bahwa banyak kandungan

organic

yang

terdapat

pada

tanah

itu

tinggi.

4.2.2.2 Faktor Abiotik Tanah Tanah sangat penting bagi kehidupan, tanah juga sangat penting bagi tanaman. Pada lahan percobaan di cangar diketahui bahwa suhu di daerah tesebut 20,05C, karena semakin tinggi tempat atau dataran tersebut maka suhu semakin rendah.

35

Kelembapan tanah (RH) memiliki fungsi utama untuk mengontrol pembagian air hujan yang turun ke permukaan menjadi run off ataupun infiltrasi. Kelembaban cangar waktu itu adalah 60% kelembapan ini tergolong tinggi. Pada saat fiedtrip diketahui bahwa suhu tanah di daerah jatikerto tersebut 31,9C karena daerah jatikerto adalah dataran rendah sehingga suhu tanah di daerah tersebut tergolong tinggi.Kelembapan tanah (RH) di lahan percobaan ini tidak ditemukan karena alat untuk mengukur kelembaban tanh rusak dan tidak dapat digunakan. Jadi kita tidak bisa mengetahui berapa kelembapan yang ada pada lahan tersebut.

4.2.3 Aspek HPT Peranan Arthropoda A. Cangar

Jenis Perangkap

Nama Spesies

Jumlah

Pitfall

Peran Merupakan serangga predator telur dari hama-hama lain. Selain itu jamgkrik juga berfungsi sebagai

Jangkrik

3

penggembur tanah. Karena jangkrik membuat lahan

lorong-lorong

yang

berfungsi

dalam sebagai

rumah mereka. Sebagai pemakan tanaman yang merugikan dan perusak jaringan Belalang

4

tanaman tersebut. Belalang sebagai makanan

predator

di

ladang

gandum Ulat tanah

2

Sebagai hama dan bisa memakn batang tanaman

36

Yellowtrap

Berperan

sebagai

predator,

memangsa hama pada fase telurdewasa. Ada juga yang berperan Kepik

1

sebagai hama dengan melubangi jaringan

mesofil

daun

dan

kemudian menjalar jke tangkai daun 2

Lalat Sweepnet

Sebagai serangga lain Berperan

sebagai

predator,

memangsa hama pada fase telurdewasa. Ada juga yang berperan Kepik

2

sebagai hama dengan melubangi jaringan

mesofil

daun

dan

kemudian menjalar jke tangkai daun Tabel 15. Peranan Arthropoda di Cangar 1. Jangkrik Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Famili

: Gryllidae

Genus

: Gryllids

Spesies

: Gryllus mitratus

2. Belalang Kingdom

: Animalia

Filum

: Artropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Famili

: Acrididae 37

Genus

: Dissosteira

Spesies

: Dissosteira carolina

3.Lalat Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthopoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Drosophilidae

Genus

: Drosophila

Spesies

: Drosophila melanogaster

4. Kepik Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Klas

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Famili

: Coccinellidae

Genus

: Coccinella

Spesies

: Coccinella Novemnotata

5. Ulat tanah Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Noctuidae

Genus

: Agrotis

Spesies

: Agrotis ipsilon

38

Bioekologi serangga di cangar 1. Jangkrik Siklus hidup : Jangkrik termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis jangkrik meliputi fase telur, nimfa dan imago. Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari. 2. Belalang Siklus hidup: Selama reproduksi, belalang jantan memperkenalkan sperma ke dalam vagina melalui aedeagus nya atau organ reproduksinya. Setelah itu, memasukkan spermatophore, sebuah paket berisikan sperma ke dalam betina ovipositor.Akhirnya sperma memasuki telur melalui saluran halusnya yang sering disebut micropyles. 3. Lalat Siklus hidup : Jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordoDiptera.

Secara

morfologi

lalat

dibedakan

dari

nyamuk

(subordo

Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang. Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. 4. Ulat tanah Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman

39

pada puncaknya. Titik hitam tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru-biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari. Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira-kira sedalam 5 - 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1 - 2 mm. Sehari kemudian larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman. Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 - 50 mm.

Bila larva diganggu akan

melingkarkan tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati. Stadium larva berlangsung sekitar 36 hari. Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah. Pupa berwarna cokelat terang atau cokelat gelap. Lama stadia pupa 5 – 6 hari. 5. Kepik Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa.

40

B. Jatikerto Jenis Perangkap Pitfall

Nama Spesies

Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) Parasit seperti semut

Jumlah

Peran

8

Pada pohon bunga tertentu cenderung menyebabkan pohon tersebut lapuk pada batangnya, dikarenakan ammonia yang ditinggalkan pada batangnya sebagai tanda buat kloninya

6

1.Sebagai parasite 2.Sebagai predator

Yellowtrap Ngengat hantu

1

Nyamuk ( Stromonor Hunata)

1

Lalat tentara (hermetia illucens)

1

Lalat berpunggung bongkok

1

Bersifat parasit atau hidup bersama di sarang semut atau rayap.

9

1. Memakan daun tanaman 2. Pada musim kering belalang kayu bermunculan bersamabersama sampai ratusan ribu jumlahnya 3. Biasanya menyerang daun jati, kelapa, pisang dan tanaman lain dekat tanaman jati

Sweepnet Belalang Kayu (Valanga nigricornis zehntneri Krauss)

1.Hampir semua lepidoptera bersifat sebagai hama tanaman 2.Dewasanya pemakan sari bunga dan membantu di dalam proses penyerbukan tanaman 1.Bertindak sebagai hama ataupun parasit serangga lain 2.Pemakan madu (nectar) 3.Sebagai penyerbuk 4.Sebagai predator Dewasa sering ditemukan di bunga-bunga ; larva di berbagai keadaan, beberapa aquatic dan makan ganggang, bahan lapuk, serangga-serangga air yang kecil, ada juga yang hidup dibawah kayu

41

Kutu ludah

1

1.Hidup di semak belukar, pepohonan, gulma dan tanaman herba lainnya. Nimpha biasanya menyembunyikan diri dalam massa seperti ludah yang berbusa. 2.Setelah pergantian kulit terakhir akan meninggalkan ludah dan menjadi sangat aktif 3.Nimpha dan dewasa memakan tanaman di sekitarnya

Tabel 16. Peranan Anthropoda di Jatikerto 1. Kutu daun coklat Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Homoptera

Ciri-ciri : Dapat meghisap cairan tanaman yang membuat helaian daun menggulung. Menghasilkan embun madu (embun jelaga) yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh. Dapat mengeluarkan toksin dari air ludahnya, gejala kerdil, deformasi, dan terbentuk puru pada helaian daun Siklus Hidup : telur - larva - pupa - kutu dewas

2. Carrot fly Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Inscta

Ordo

: Diptera

Ciri-ciri : Magots ada yang bertindak sebagai hama ataupun parasite serangga lain. Dewasa sebagai pemakan madu (nectar), penyerbuk, dan sebagai predator. Siklus Hidup : telur – larva – pupa – lalat dewasa

42

3. Nyamuk Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Culicidae

Ciri-ciri : sayap panjang, sempit dengan sisik sepanjang tepi sayap, proboscis panjang, tidak mempunyai ocelli. Siklus Hidup : telur – larva – pupa – dewasa

4. Lalat Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Ciri-ciri : mempunyai 2 sayap (1 pasang), membraneus, sayap belakang mereduksi menjadi halters yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat terbang. Siklus Hidup : telur – larva – pupa – lalat dewasa

5. Kumbang Koksi Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Family

: Coccinellidae

Ciri-ciri : sebagian bertindak sebagai hama, larvanya umumnya merusak akar. Sebagian lagi bertindak sebagai predator. Siklus Hidup : telur – larva – kepompong – kumbang dewasa

43

6. Semut hitam Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Family

: Formicidae

Ciri-ciri : ruas pertama abdomen berbentuk seperti bonggol yang tegak. Antenna 13 ruas atau kurang dan sangat menyiku, ruas pertama panjang. Susunan vena normal atau agak mereduksi. Tidak berambut banyak. Siklus hidup : Telur- telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid), jantan (haploid)-metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan pupa yang exarate) – dewasa

7. Parasite seperti semut Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Family

: Dryinidae

Ciri-ciri : ukuran tubuh kecil, berbentuk seperti semut. Biasanya berwarna hitam atau coklat dan venasi sayam mereduksi. Sayap belakang dengan jugal lobe. Antenna 10 ruas. Betina umumnya tidak bersayap, mempunyai sepasang kuku depan seperti penjapit untuk menangkap mangsa. Jantan bersayap. Siklus Hidup : biasanya ditemui di lahan sawah. Larva dalam pertumbuhannya berada dalam tubuh inang dengan ditutupi kantung hitam keabu-abuan, sering terlihat ada tonjolan pada abdomen inang. Betina mampu hidup 6-7 hari, memangsa2-4 ekor per ahri dalam waktu bersamaan memarasit 4-6 inang. Umumnya bersifat poliembrioni, dari 1 telur dapat muncul 40-60 ekor individu baru.

44

8. Ngengat hantu Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Noctuidae

Ciri-ciri : ukuran tubuh kecil sampai sedang, badan gemuk, tegap. Sayap depan agak sempit, biasanya berwarna suram dengan garisgaris teratur merah, kuning, oranye; sayap belakang lebih lebar. Siklus Hidup : telur - larva (ulat) – kepompong (pupa) – ngengat

9. Lalat Tentara Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Stratiomyidae

Ciri-ciri : tubuh sedang sampai besar, jalam kenampakannya seperti lebah. Ruas atenna ketiga membulat, tanpa stylus atau arista; abdomen kuat, tegap, ada yang lebar ada yang memanjang. Biasanya berwarna gelap. Siklus Hidup : telur – larva – pupa – lalat dewasa

10. Lalat berpunggung bongkok Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Phoridae

Ciri-ciri : ukuran tubuh sangat kecil sampai kecil, punggung Nampak bongkok (punuk), venasi sayap khas. Berwarna hitam dengan antenna

45

sangat pendek, 2 ruas pertama sangat kecil, ruas ke tiga membulat dan mucul arista (rambut-rambut) yang cukup panjang. Siklus Hidup : telur – larva – pupa – lalat dewasa

11. Belalang Kayu Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: acrididae

Ciri-ciri : atenna pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang. Ditemukan di daerah berumput, daerah kering, pepohonan, padi, tembakau, jagung, tebu. Siklus Hidup : telur - nimfa - belalang dewasa

12. Kutu ludah Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Homoptera

Family

: Cercopidae

Ciri-ciri : bentuk tubuh seperti katak kecil, panjang tidak lebih dari 1,3 mm. biasanya berwarna abu-abu atau coklat, beberapa jenis mempunyai bagian dengan warna tertentu. Antenna kaku seperti rambut. Tibia belakang dengan satu atau dua gerigi yang kuat, tarsi tiga ruas. Nimpha biasanya menyembunyikan diri dalam massa seperti ludah yang berbusa. Setelah pergantian kulit terakhir akan

46

meninggalkan ludah dan menjadi sangat aktif. Nimpha dan dewasa memakan tanaman di sekitarnya. Siklus hidup : telur - larva - pupa - kutu dewasa

4.2.4 Perlakuan Penanaman 4.2.4.1 Perlakuan Cahaya Hasil pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman Jagung yang ternaungi Minggu

1

Pertumbuhan Tinggi 3,6 tanaman Jumlah daun 2

2

3

4

5

6

7

7,8

10,5

11,7

12,8

17

17,5

4

5

6

6

6

7

Tabel 17. Tinggi dan jumlah daun tanaman Jagung yang ternaungi Hasil pengukuran tinggi tanaman jagung tidak ternaungi No

Minggu kepertumbuhan

1

2

3

4

5

6

7

8

1

Tinggi

2 cm

7 cm

10 cm 10 cm 11 cm 12 cm

15 cm 16 cm

2

jumlah daun

1

4

4

7

5

5

7

7

Tabel 18. Tinggi dan jumlah daun tanaman Jagung yang tidak ternaungi Perbedaan pada tinggi tanaman jagung yang tidak ternaungi dan ternanungi tampak jelas pada tabel diatas. Waktu dan ukuran penyiraman adalah sama. Dapat disimpulkan bahwa cahaya mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga jumlah daun. Pada tanaman yang tidak ternaungi, pertambahan tinggi tanaman sangat besar, bila dilihat pada minggu ke-4 dan terus menerus bertambah. Pada tanaman jagung yang ternaungi, terjadi peningkatan tinggi yang cukup besar pada minggu ke-2 dan ke-3, tetapi penambahan tinggi tanaman semakin -berkurang pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8. Sedangkan pada jumlah daun, tanaman jagung yang ternaungi dan tidak ternaungi relatif sama. Kesimpulannya, cahaya menghambat pertumbuhan tinggi tanaman jagung. 47

2.2.4.2 Perlakuan Air Hasil pengukuran tinggi tanaman selada KL50% Minggu

Pertumbuhan Tinggi tanaman Jumlah daun

1

2

0,5 2

1 2

Tabel 19. Tinggi dan Jumlah daun tanaman selada KL 50%

Tanaman Jagung kelompok K2 disiram setiap sore hari dengan air secukupnya. Penyiraman dilakukan secara merata dan diusahakan tidak terlalu banyak sehingga air tidak menggembung di polybag. Tanaman selada di siram setiap sore dengan kapasitas air secara penuh. Pengaruh perlakuan air tidak dapat dilihat dari tabel diatas, karena tanaman selada yang mendapat perlakuan KL 100% tidak tumbuh..

48

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Sesuai dengan hasil pengamatan, jumlah vegetasi yang terdapat di daerah Cangar lebih banyak dibandingkan pada daerah Jatikerto. Jumlah spesies pada daerah Cangar sebanyak 3 spesies yaitu. Triticum aestivum L, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus. Sedangkan pada daerah Jatikerto terdapat 2 jenis tanaman, yaitu pohon melinjo dan pohon belimbing Jumlah SDR tanaman terbanyak pada daerah Cangar terdapat pada tanaman Triticum aestivum L sebanyak 61,01%. Sedangkan pada daerah Jatikerto pada tanaman rumput gajah mi. Namun pada setiap spesies arthopoda nya, daerah Cangar memiliki jumlah yang lebih banyak (10 jenis arthopoda) dibandingkan dengan jumlah spesies yang ada di Jatikerto (8 jenis arthopoda).Perbedaan ini terjadi karenak adanya perbedaan jumlah tanaman, keadaan lingkungan atau yang sering dikatakan sebagai faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik dan biotik dalam kedua daerah tersebut sangatlah berbeda. Karena perbedaan tersebut terdapat juga perbedaan dalam penyusun ekosistemnya. Hal yang paling membedakan lagi, pohon-pohon yang terdapat dalam satu plot besar yang ada di daerah Jatikerto lebih banyak, dari pada di daerah Cangar. Hal ini menyebabkan kandungan biomassa di daerah Jatikerto lebih banyak dari pada di daerah Cangar. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi ini adalah faktor abiotik yaitu suhu yang ada di Jatikerto adalah suhu tinggi (panas). 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan maka dapat dikemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut : 5.2.1 Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan Fieldtrip di Cangar dan Jatikerto. 49

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Laporan Fieldtrip ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan perlu adanya penelitian lebih lanjut. 5.2.3 Bagi Masyarakat Sebagai wacana guna menambah pemahaman dan kesadaran masyarakat terutama bagi para petani.

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Arti Kata Ekologi Menurut Beberapa Ahli. 06-09-2011. (http://ubaid-boyand.blogspot.com/2011/09/06/arti-kata-menurut-beberapaahli.html) Anonim. 2012. Pengertian Ekosistem. 09-04-2012. pithik.blogspot.com/2012/04/09/pengertian-ekosistem.html)

(http://iwak-

Anonim. 2012. Peranan Serangga (www.Adietsbios.wordpress.com)

20-09-2012.

dalam

Ekosistem.

Dianti, Sri. 2012. Peranan Arthropoda Bagi Manusia dan Lingkungan Ekosistem. (www.sridianti.com) DjokoArisworo, Yusa, Nana Sutresna. 2004. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi, Kimia). Bandung: Grafindo Media Pratama Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi untuk kelas X Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama Program Nasional PHT. 1991. KUNCI DETERMINASI SERANGGA. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Silmina dina et al., 2010. Efektifitas Berbagai Media Budidaya Terhadap Pertumbuhan Maggot Hermetia illucens. Bogor. Institut Pertania Bogor

51

LAMPIRAN

 Perhitungan Tinggi Tanaman Jatikerto 𝒙

Tan Ɵ =( 𝟏𝟎 ) + 0.155 m 1. Pohon Melinjo I 𝑥

Tan Ɵ = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

Tan 50 = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

1.19 = ( 10 ) + 0.155 m X = 11.9 + 0.155 m X = 12.05 m

2. Pohon Melinjo II 𝑥

Tan Ɵ = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

Tan 58 = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

1.6 = ( 10 ) + 0.155 m X = 16 + 0.155 m X = 16.15 m

3. Pohon Melinjo III 𝑥

Tan Ɵ = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

Tan 52 = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

1.27 = ( 10 ) + 0.155 m X = 12.7 + 0.155 m X = 12.85 m 52

4. Belimbing Wuluh 𝑥

Tan Ɵ = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

Tan 45 = ( 10 ) + 0.155 m 𝑥

1 = ( 10 ) + 0.155 m X = 10 + 0.155 m X = 10.15 m 

Perhitungan SDR

1. KERAPATAN MUTLAK KM =

𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡

a. KM Gandum

=

b. KM Rumput Teki

=

93 5 13 5 14

c. KM Tanaman Wedusan =

5

= 18.6 = 2.6 = 2.8

TOTAL KM = 24 2. KERAPATAN NISBI KN =

𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ

× 100% 18.6

a. KN Gandum

=

b. KN Rumput Teki

=

c. KN Tanaman Wedusan

= 24 × 100% = 11.67 %

24 2.6 24

× 100% = 77.5 %

× 100% = 10.83 %

28

3. FREKUENSI MUTLAK FM =

𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑙𝑜𝑡

a. FM Gandum

=

b. FM Rumput Teki

=

c. FM Tanaman Wedusan

=

5 5 3 5 4 5

=1 = 0.6 = 0.8

TOTAL FM = 2.4

53

4. FREKUENSI NISBI 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

FN = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 × 100% a. FN Gandum

=

b. FN Rumput Teki

=

c. FN Tanaman Wedusan

=

1 2.4 0.6 2.4 0.8 2.4

× 100%= 41.67 % × 100%= 25 % × 100%= 33.33 %

5. LUAS BASAL AREA ( LBA) LBA = [ ( d1 × d2 ) ÷ 4] × (2 ÷ 𝜋 ) a. LBA Gandum

= [ ( 38 × 110 ) ÷ 4] × (2 ÷ 3.14) = 665.60

b. LBA Rumput Teki

= [ ( 30 × 32 ) ÷ 4] × (2 ÷ 3,14)

c. LBA Tanaman Wedusan= [ ( 18 × 78 ) ÷ 4] × (2 ÷ 3,14)

= 152.86 = 223.56

6. DOMINANSI MUTLAK DM =

𝐿𝐵𝐴 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎

Luas seluruh area = 5 cm × 5cm = 25 cm

persegi a. DM Gandum

=

b. DM Rumput Teki

=

c. DM Tanaman Wedusan =

665.60 5 152.86 5 223.56

= 133.12 = 30.57 = 44.71

5

TOTAL DM = 208.4 7. DOMINANSI NISBI 𝐷𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

DN = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑚 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 × 100% a. DN Gandum

=

b. DN Rumput Teki

=

c. DN Tanaman Wedusan

=

113.12 208.4 30.57 208.4 44.71 208.4

× 100% = 63.87 % × 100% = 14.66 % × 100% = 21.45 %

8. NILAI PENTING ( IV ) IV = KN + FN + DN

54

a. IV Gandum

= 77.5 % + 41.67 % + 63.87 % = 183.04 %

b. IV Rumput Teki

= 10.83% + 25% + 14.66 % = 50.49%

c. IV Tanaman Wedusan= 11.67 % + 33.33%+21,45% = 66.45%

9. SDR SDR =

𝐼𝑉 3

a. SDR Gandum

=

b. SDR Rumput Teki

=

c. SDR Tanaman Wedusan

=

183,4 % 3 50.49% 3

= 61.01% = 16,83%

66.45% 3

= 22.15%

TOTAL SDR = 99.99

55

 Lampiran Dokumentasi Jatikerto

Kupu-kupu

Belalang

Lalat

56

 Lampiran Dokumentasi Cangar

57

58

59

Related Documents


More Documents from "Hadi Riyan Pangestu"