Laporan Kasus Besar Soraya.docx

  • Uploaded by: SorayaGrenavada
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Besar Soraya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,264
  • Pages: 21
LAPORAN KASUS BESAR SEORANG PEREMPUAN 24 TAHUN DENGAN MATA KANAN KALAZION

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Bagian IlmuKesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusunoleh: Soraya Hardiyanti Harahap 22010117220098

Penguji kasus

:dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing

: dr. Kartika Cindy Fibrian

Dibacakan tanggal

: 2018

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus

:Seorang Perempuan 24 Tahun dengan Mata Kalazion

Penguji kasus

: dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing

: dr. Kartika Cindy Fibrian

Dibacakan oleh

: Soraya Hardiyanti Harahap

Dibacakan tanggal

: 2018

diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, ……….. Mengetahui,

Penguji

dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing

dr. Kartika Cindy Fibrian

LAPORAN KASUS MATA KANAN KALAZION

Penguji kasus

: dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing

: dr. Kartika Cindy Fibrian

Dibacakan oleh

: Soraya Hardiyanti Harahap/ 2201011722098

Dibacakan tanggal

: …2018

I.

PENDAHULUAN

Kelopak mata atau palpebra merupakan bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata berperan dalam memberikan proteksi fisik untuk mata. Selain itu, kelopak mata juga berperan dalam mempertahankan film air mata serta drainase air mata.Kelopak mata berfungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata keseluruh permukaan mata dan memompa air mata ke seluruh permukaan mata serta memompa air mata melalui punctum lakrimalis.1 Bermacam-macam kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata, baik yang disebabkan karena proses inflamasi, infeksi, dan trauma maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis.1,2 Salah satu infeksi pada kelopak mata yang cukup sering ditemukan pada praktek kedokteran adalah kalazion. Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis yang tersumbat. Penyebabnya tidak diketahui dan mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak. Dapat mengenai satu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara perlahanlahan sampai beberapa minggu.2,3 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus. kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar

tersebut. Kalazion dapat mengenai semua umur.1,4 Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya1,5 Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Nodul terdiri dari limfosit, magrofag, neutrofil, sel plasma dan sel raksasa. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi. Kalazion umumnya tidak nyeri pada palpebra yang disebabkan oleh inflamasi kelenjar meibom (kalazion dalam), kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda peradangan akut.1,6

II. LAPORAN KASUS

SEORANG PRMPUAN 24 TAHUN DENGAN MATA KANAN KALAZION

A.

IDENTITAS PENDERITA Nama

: Nn. T

Umur

: 24 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Mugasari, Semarang

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

PendidikanTerakhir

: SMA

NoCM

B.

: 252

ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis di Poli Mata RS Wiliam Booth tanggal 22 Novembet 2018 pukul 10.30.

KeluhanUtama : Benjolan pada kelopak mata kanan atas

RiwayatPenyakitSekarang : Kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas. Benjolan muncul setelah pasien kemasukan debu saat mengendarai motor. Benjolan berukuran kecil, berwarna merah dan terasa mengganjal. Nyeri (+) ketika ditekan, gatal (+), pandangan kabur(-), pandangan dobel (-), silau (-), nerocos (-), mata merah (-), kotoran mata (-), mata cekot-cekot (-), mata lengket saat bangun tidur (-), demam (-). Kurang lebih 2 minngu yang lalu, pasien merasa benjolan semakin membesar tanpa disertai nyeri (+) ketika ditekan, mata merah (+), terasa gatal (+), nyerocos (+) dan terasa

mengganjal (+).Pandangan kabur (-), pandangan dobel (-), silau (-), kotoran mata (-), mata cekot-cekot (-), mata lengket saat bangun tidur (-), demam (-).. Pasien sempat menggunakan obat tetes mata kemudian keluhan mata merah hilang, namun benjolan masih menetap dan tidak ada perubahan. Kemudian pasien datang ke Poli Mata RS Wiliam Booth untuk memeriksakan diri.

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal

-

Riwayat menggunakan kacamata disangkal

-

Riwayat tekanan darah tinggi disangkal

-

Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal

-

Riwayat kencing manis disangkal

-

Riwayat alergi disangkal

-

Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal

-

Riwayat operasi pada daerah mata dan wajah disangkal

-

Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

RiwayatPenyakitKeluarga : -

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

-

Riwayat lingkungan sekitar menderita sakit mata disangkal

RiwayatSosialEkonomi : - Penderita adalah seorang pegawai swasta - Pasien tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya, tidak ada anggota keluarga satu rumah pasien yang menderita sakit serupa - Biayapengobatan : BPJS - Kesan : sosial ekonomi cukup

C.

PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada hari Kamis, 22 November 2018 pukul 10.30 WIB di Poli Mata RS Wiliam Booth Status Praesen Keadaanumum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis (E4M6V5=15)

Tanda vital

: Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 80x/menit Frekuensi napas : 18x/menit Suhu : 36,5°C Kepala

: Mesosefal

Thorax

: Tidak ada kelainan

Abdomen

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas

: Tidak ada kelainan

Pemeriksaan nnll

: Preaurikula (-/-) Submandibuler (-/-)

Status Oftalmologi (Tanggal 22 November 2018)

Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeritekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)

Foto Klinis (Tanggal 22 November 2018)

Oculus Dextra

Oculus Sinistra

6/6 emetrop

VISUS

6/6 emetrop

Tidak dilakukan

KOREKSI VISUS

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

SENSUS COLORIS

Tidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke segala

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke

arah Tidak ada kelainan,

segala arah SUPERCILIA

krusta (-)

Tidak ada kelainan, krusta (-)

Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)

PALPEBRA

Edema (-), spasme (-),massa(-

SUPERIOR

), nyeritekan (-)

Edema (-), spasme (-), massa(-),

PALPEBRA

Edema (-), spasme (-),

nyeritekan (-)

INFERIOR

massa(-), nyeritekan (-)

Hiperemis (-), nodul (-),sekret (-

KONJUNGTIVA

Hiperemis (-), nodul (-),sekret

), cobble stone (-)

PALPEBRALIS

(-), cobble stone (-)

Hiperemis (-), sekret (-), papil (-

KONJUNGTIVA

Hiperemis (-), sekret (-), papil

), folikel (-)

FORNIKS

(-), folikel (-)

Injeksi (-), Jaringanfibrovaskular KONJUNGTIVA

Injeksi (-),

(-), Injeksi

Jaringanfibrovaskular (-),

(-), sekret (-)

BULBI

Injeksi(-), sekret (-)

Tidak ada kelainan

SKLERA

Tidak ada kelainan

Jernih

KORNEA

Jernih

Kedalamancukup, Tyndal Effect

KAMERA OKULI

Kedalamancukup, Tyndal

(-)

ANTERIOR

Effect(-)

Kripte (+), sinekia(-), atrofi (-)

IRIS

Bulat, sentral, regular,

PUPIL

d : 3 mm, RP (+) N

Kripte (+), sinekia(-), atrofi (-) Bulat, sentral, regular, d : 3 mm, RP (+) N

Jernih

LENSA

Jernih

(+)cemerlang

FUNDUS REFLEKS

(+)cemerlang

Tidakdilakukan

FUNDUSKOPI

Tidakdilakukan

T dig (N)

TENSIO OKULI

T dig (N)

Tidak dilakukan

SISTEM KANALIS

Tidak dilakukan

LAKRIMALIS

D.

RESUME Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke poliklinik mata RS William Booth dengan keluhan terdapat massa pada palpebra superior okuli dextra sejak 2 bulan yang lalu. Massa semakin lama semakin membesar, dirasakan mengganjal dan gatal. Massa (+), nyeri (-) ketika ditekan, mata merah (+), gatal (+), nyerocos (-), terasa mengganjal (+), pandangan kabur(-), silau (-), demam (-), kotoran mata (-), mata lengket saat bangun tidur (-).Riwayat alergi (-), riwayat menderita sakit mata yang sama sebelumnya disangkal. Status praesens

: Dalambatas normal

Status generalis

: Dalam batas normal

Status Oftalmologi :

Oculus Dextra

Oculus Sinistra

6/6 emetrop

VISUS

6/6 emetrop

Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)

PALPEBRA

Edema (-), spasme (-),massa(-

SUPERIOR

), nyeritekan (-)

E.

DIAGNOSIS DIFERENSIAL OD

: Hordeolum internum Hordeolum externum Kalazion

F.

DIAGNOSIS KERJA OD

G.

H.

: Kalazion

TERAPI -

pro insisi dan kuretase

-

Xytrol eye oint/ 6jam OD

-

Asam mefenamat 500 mg tab 3x1 PROGNOSIS OD

I.

Quo Ad Visam

Ad Bonam

Quo Ad Sanam

Ad Bonam

Quo Ad Vitam

Ad Bonam

Quo Ad Cosmeticam

Ad Bonam

SARAN Menjaga kebersihan mata Kontrol 7 hari kemudian untuk evaluasi kondisi pasien.

J.

EDUKASI 

Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan pada mata pasien terjadi karena adanya peradangan pada kelenjar kelopak mata kanan atas pasien.



Menjelaskan kepada pasien bahwa kemungkinan penyebab peradangan pada kelopak mata pasien adalah karena infeksi pada kelanjar yang memproduksi lemak di kelopak mata kanan pasien.



Menjelaskan kepaada pasien tentang tatalaksana pada penyakit ini pemberian obat tetes mata antibiotik dan obat minum untuk meredakan nyeri.



Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan mata dan tangan. Pasien dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan mata.



Menyarankan kepada pasien untuk selalu menutup kaca helm atau menggunakan kacamata jika berkendara menggunakan motor agar tidak kemasukan debu dan benda asing.



Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga asupan nutrisi yang baik, serta istirahat yang cukup.



Menjelaskan pada pasien untuk mematuhi terapi yang sudah disarankan dokter, agar cepat sembuh dan terhindar dari komplikasi penyakit.



Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali 7 hari guna evaluasi keadaan pasien.

III. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).6 1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Muskulus Orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). 5. Konjungtiva Palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula zeiss dan moll. Glandula zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.7 Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 8

Gambar 1. Anatomi palpebrae superior et inferior9 B. Kalazion 1. Definisi Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan hordeolum karena tidak adanya tanda- tanda radang akut.10

A

B

Gambar 2. Kalazion palpebra superior (a) dan kalazion palpebra inferior (b)

2. Epidemiologi Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan 11 3. Etiologi Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. 1,12

4. Patofisiologi Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadangkadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.10,13

5. Gejala Klinis Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra barubaru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.14

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah: -

benjolan pada kelopak mata

-

tidak hiperemi

-

tidak ada nyeri tekan

-

pseudoptosis

-

tidak ada pembesaran kelenjar pre aurikuler

-

kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata

-

pada anak muda : diabsorbsi spontan

6. Diagnosa Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata, pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior, iris, pupil, serta lensa.14 Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien. Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam.

Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus. b. Pemeriksaan Histopatologi, pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. c.

Pemeriksaan Tonografi Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO) pada mata. Biasanya tidak

terjadi peningkatan, namun pemeriksaan tetap dilakukan untuk

memperkuat diagnosis d. Pemeriksaan Darah Lengkap Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk membedakan antara kalazion dan herdeolum. e. Pemeriksaan Lipid Serum Digunakan untuk memperkuat diagnosis. 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah: 1.

Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.

2.

Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.

3.

Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi

4.

Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion dalam beberapa minggu kemudian.

Eksisi kalazion 1.

Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

2.

Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada kelopak mata.

3.

Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya

4.

Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

5.

Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.

Eskokleasi Kalazion Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.

Gambar 3. Eskokleasi Kalazion

8. Komplikasi Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.15 9. Prognosis Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten. Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu granulomata. Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat

drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.12,16

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal 28-29. 2. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea. Singapura.2008-2009. Hal 87-88. 3. Kara J, Jacqueline K.Hordeolum. Jacksonville University and Desert Regional Medical Center. StatPearls Publishing; 2018. 4. Davis Willmann, Scott W. Melanson. Stye. St. Luke's University Health Network. StatPearls Publishing; 2018. 5. Khurana A. Comprehensive Opthalmology. fourth ed. New Dehli: New Age International (P) Ltd: 2007. p. 350-8. 6. Joanne car, Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20. 7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi14, Cetakan I,Widya Medika, Jakarta ; 2000. 8. Wagner P, Lang Gehard K. The Eyelids. In: G. Lang, editor. Opthalmology. 2ed. New York. Thieme. 37-40 p. 9. Stoppler

M.Stye (Stye, Hordeolum). Available

from:http://www.medicinenet.com/sty/article.htm. 10. Gupta A, Stacey S, Amissah-arthur KN. Eyelid lumps and lesions. 2014;348 (May) : 33-36. 11. American Academy of Ophthalmology. Eyelids. Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. San Francisco, CA: LEO; 2007-2008. 12. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi dokter di pelayanan primer;2014. 13. N.R. Galloway,W.M.K. Amoaku, P.H. Galloway and A.C. Browning. Common Eye Diseases and their Management. Third ed. New York: Springer: 2006. p 33-46. 14. Khaw P, Shah P, Elkington A. ABC Of Eyes. Fourth Edition. London: BMJ Publishing Group Ltd: 2004. p 29-32. 15. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Non-surgical interventions for acute internal hordeolum. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Jan 09. 16. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23 September 2002. Diakses 6 November 2015

Related Documents


More Documents from ""