LAPORAN KASUS BESAR SEORANG PEREMPUAN 24 TAHUN DENGAN MATA KANAN KALAZION
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Bagian IlmuKesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusunoleh: Soraya Hardiyanti Harahap 22010117220098
Penguji kasus
:dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)
Pembimbing
: dr. Kartika Cindy Fibrian
Dibacakan tanggal
: 2018
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus
:Seorang Perempuan 24 Tahun dengan Mata Kalazion
Penguji kasus
: dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)
Pembimbing
: dr. Kartika Cindy Fibrian
Dibacakan oleh
: Soraya Hardiyanti Harahap
Dibacakan tanggal
: 2018
diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang, ……….. Mengetahui,
Penguji
dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)
Pembimbing
dr. Kartika Cindy Fibrian
LAPORAN KASUS MATA KANAN KALAZION
Penguji kasus
: dr. Arief Wildan, M.Si.Med, Sp.M(K)
Pembimbing
: dr. Kartika Cindy Fibrian
Dibacakan oleh
: Soraya Hardiyanti Harahap/ 2201011722098
Dibacakan tanggal
: …2018
I.
PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra merupakan bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata berperan dalam memberikan proteksi fisik untuk mata. Selain itu, kelopak mata juga berperan dalam mempertahankan film air mata serta drainase air mata.Kelopak mata berfungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata keseluruh permukaan mata dan memompa air mata ke seluruh permukaan mata serta memompa air mata melalui punctum lakrimalis.1 Bermacam-macam kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata, baik yang disebabkan karena proses inflamasi, infeksi, dan trauma maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis.1,2 Salah satu infeksi pada kelopak mata yang cukup sering ditemukan pada praktek kedokteran adalah kalazion. Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis yang tersumbat. Penyebabnya tidak diketahui dan mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak. Dapat mengenai satu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara perlahanlahan sampai beberapa minggu.2,3 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus. kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar
tersebut. Kalazion dapat mengenai semua umur.1,4 Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya1,5 Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Nodul terdiri dari limfosit, magrofag, neutrofil, sel plasma dan sel raksasa. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi. Kalazion umumnya tidak nyeri pada palpebra yang disebabkan oleh inflamasi kelenjar meibom (kalazion dalam), kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda peradangan akut.1,6
II. LAPORAN KASUS
SEORANG PRMPUAN 24 TAHUN DENGAN MATA KANAN KALAZION
A.
IDENTITAS PENDERITA Nama
: Nn. T
Umur
: 24 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Mugasari, Semarang
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
PendidikanTerakhir
: SMA
NoCM
B.
: 252
ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis di Poli Mata RS Wiliam Booth tanggal 22 Novembet 2018 pukul 10.30.
KeluhanUtama : Benjolan pada kelopak mata kanan atas
RiwayatPenyakitSekarang : Kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas. Benjolan muncul setelah pasien kemasukan debu saat mengendarai motor. Benjolan berukuran kecil, berwarna merah dan terasa mengganjal. Nyeri (+) ketika ditekan, gatal (+), pandangan kabur(-), pandangan dobel (-), silau (-), nerocos (-), mata merah (-), kotoran mata (-), mata cekot-cekot (-), mata lengket saat bangun tidur (-), demam (-). Kurang lebih 2 minngu yang lalu, pasien merasa benjolan semakin membesar tanpa disertai nyeri (+) ketika ditekan, mata merah (+), terasa gatal (+), nyerocos (+) dan terasa
mengganjal (+).Pandangan kabur (-), pandangan dobel (-), silau (-), kotoran mata (-), mata cekot-cekot (-), mata lengket saat bangun tidur (-), demam (-).. Pasien sempat menggunakan obat tetes mata kemudian keluhan mata merah hilang, namun benjolan masih menetap dan tidak ada perubahan. Kemudian pasien datang ke Poli Mata RS Wiliam Booth untuk memeriksakan diri.
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal
-
Riwayat menggunakan kacamata disangkal
-
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
-
Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
-
Riwayat kencing manis disangkal
-
Riwayat alergi disangkal
-
Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal
-
Riwayat operasi pada daerah mata dan wajah disangkal
-
Riwayat trauma pada daerah mata disangkal
RiwayatPenyakitKeluarga : -
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini
-
Riwayat lingkungan sekitar menderita sakit mata disangkal
RiwayatSosialEkonomi : - Penderita adalah seorang pegawai swasta - Pasien tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya, tidak ada anggota keluarga satu rumah pasien yang menderita sakit serupa - Biayapengobatan : BPJS - Kesan : sosial ekonomi cukup
C.
PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada hari Kamis, 22 November 2018 pukul 10.30 WIB di Poli Mata RS Wiliam Booth Status Praesen Keadaanumum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis (E4M6V5=15)
Tanda vital
: Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit Frekuensi napas : 18x/menit Suhu : 36,5°C Kepala
: Mesosefal
Thorax
: Tidak ada kelainan
Abdomen
: Tidak ada kelainan
Ekstremitas
: Tidak ada kelainan
Pemeriksaan nnll
: Preaurikula (-/-) Submandibuler (-/-)
Status Oftalmologi (Tanggal 22 November 2018)
Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeritekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)
Foto Klinis (Tanggal 22 November 2018)
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
6/6 emetrop
VISUS
6/6 emetrop
Tidak dilakukan
KOREKSI VISUS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
SENSUS COLORIS
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke segala
PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke
arah Tidak ada kelainan,
segala arah SUPERCILIA
krusta (-)
Tidak ada kelainan, krusta (-)
Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)
PALPEBRA
Edema (-), spasme (-),massa(-
SUPERIOR
), nyeritekan (-)
Edema (-), spasme (-), massa(-),
PALPEBRA
Edema (-), spasme (-),
nyeritekan (-)
INFERIOR
massa(-), nyeritekan (-)
Hiperemis (-), nodul (-),sekret (-
KONJUNGTIVA
Hiperemis (-), nodul (-),sekret
), cobble stone (-)
PALPEBRALIS
(-), cobble stone (-)
Hiperemis (-), sekret (-), papil (-
KONJUNGTIVA
Hiperemis (-), sekret (-), papil
), folikel (-)
FORNIKS
(-), folikel (-)
Injeksi (-), Jaringanfibrovaskular KONJUNGTIVA
Injeksi (-),
(-), Injeksi
Jaringanfibrovaskular (-),
(-), sekret (-)
BULBI
Injeksi(-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
SKLERA
Tidak ada kelainan
Jernih
KORNEA
Jernih
Kedalamancukup, Tyndal Effect
KAMERA OKULI
Kedalamancukup, Tyndal
(-)
ANTERIOR
Effect(-)
Kripte (+), sinekia(-), atrofi (-)
IRIS
Bulat, sentral, regular,
PUPIL
d : 3 mm, RP (+) N
Kripte (+), sinekia(-), atrofi (-) Bulat, sentral, regular, d : 3 mm, RP (+) N
Jernih
LENSA
Jernih
(+)cemerlang
FUNDUS REFLEKS
(+)cemerlang
Tidakdilakukan
FUNDUSKOPI
Tidakdilakukan
T dig (N)
TENSIO OKULI
T dig (N)
Tidak dilakukan
SISTEM KANALIS
Tidak dilakukan
LAKRIMALIS
D.
RESUME Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke poliklinik mata RS William Booth dengan keluhan terdapat massa pada palpebra superior okuli dextra sejak 2 bulan yang lalu. Massa semakin lama semakin membesar, dirasakan mengganjal dan gatal. Massa (+), nyeri (-) ketika ditekan, mata merah (+), gatal (+), nyerocos (-), terasa mengganjal (+), pandangan kabur(-), silau (-), demam (-), kotoran mata (-), mata lengket saat bangun tidur (-).Riwayat alergi (-), riwayat menderita sakit mata yang sama sebelumnya disangkal. Status praesens
: Dalambatas normal
Status generalis
: Dalam batas normal
Status Oftalmologi :
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
6/6 emetrop
VISUS
6/6 emetrop
Massa(+), hiperemis(-), ukuran 4x3 mm,terfiksir, perabaan keras,permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), edema (+) minimal, spasme (-)
PALPEBRA
Edema (-), spasme (-),massa(-
SUPERIOR
), nyeritekan (-)
E.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL OD
: Hordeolum internum Hordeolum externum Kalazion
F.
DIAGNOSIS KERJA OD
G.
H.
: Kalazion
TERAPI -
pro insisi dan kuretase
-
Xytrol eye oint/ 6jam OD
-
Asam mefenamat 500 mg tab 3x1 PROGNOSIS OD
I.
Quo Ad Visam
Ad Bonam
Quo Ad Sanam
Ad Bonam
Quo Ad Vitam
Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam
Ad Bonam
SARAN Menjaga kebersihan mata Kontrol 7 hari kemudian untuk evaluasi kondisi pasien.
J.
EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan pada mata pasien terjadi karena adanya peradangan pada kelenjar kelopak mata kanan atas pasien.
Menjelaskan kepada pasien bahwa kemungkinan penyebab peradangan pada kelopak mata pasien adalah karena infeksi pada kelanjar yang memproduksi lemak di kelopak mata kanan pasien.
Menjelaskan kepaada pasien tentang tatalaksana pada penyakit ini pemberian obat tetes mata antibiotik dan obat minum untuk meredakan nyeri.
Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan mata dan tangan. Pasien dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan mata.
Menyarankan kepada pasien untuk selalu menutup kaca helm atau menggunakan kacamata jika berkendara menggunakan motor agar tidak kemasukan debu dan benda asing.
Menjelaskan pada pasien untuk selalu menjaga asupan nutrisi yang baik, serta istirahat yang cukup.
Menjelaskan pada pasien untuk mematuhi terapi yang sudah disarankan dokter, agar cepat sembuh dan terhindar dari komplikasi penyakit.
Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali 7 hari guna evaluasi keadaan pasien.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).6 1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Muskulus Orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). 5. Konjungtiva Palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula zeiss dan moll. Glandula zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.7 Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 8
Gambar 1. Anatomi palpebrae superior et inferior9 B. Kalazion 1. Definisi Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan hordeolum karena tidak adanya tanda- tanda radang akut.10
A
B
Gambar 2. Kalazion palpebra superior (a) dan kalazion palpebra inferior (b)
2. Epidemiologi Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan 11 3. Etiologi Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. 1,12
4. Patofisiologi Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadangkadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.10,13
5. Gejala Klinis Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra barubaru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.14
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah: -
benjolan pada kelopak mata
-
tidak hiperemi
-
tidak ada nyeri tekan
-
pseudoptosis
-
tidak ada pembesaran kelenjar pre aurikuler
-
kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
-
pada anak muda : diabsorbsi spontan
6. Diagnosa Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata, pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior, iris, pupil, serta lensa.14 Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien. Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam.
Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus. b. Pemeriksaan Histopatologi, pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. c.
Pemeriksaan Tonografi Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO) pada mata. Biasanya tidak
terjadi peningkatan, namun pemeriksaan tetap dilakukan untuk
memperkuat diagnosis d. Pemeriksaan Darah Lengkap Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk membedakan antara kalazion dan herdeolum. e. Pemeriksaan Lipid Serum Digunakan untuk memperkuat diagnosis. 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah: 1.
Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.
2.
Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.
3.
Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi
4.
Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
Eksisi kalazion 1.
Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
2.
Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada kelopak mata.
3.
Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
4.
Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
5.
Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.
Eskokleasi Kalazion Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.
Gambar 3. Eskokleasi Kalazion
8. Komplikasi Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.15 9. Prognosis Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten. Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu granulomata. Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat
drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.12,16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2009. Hal 28-29. 2. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea. Singapura.2008-2009. Hal 87-88. 3. Kara J, Jacqueline K.Hordeolum. Jacksonville University and Desert Regional Medical Center. StatPearls Publishing; 2018. 4. Davis Willmann, Scott W. Melanson. Stye. St. Luke's University Health Network. StatPearls Publishing; 2018. 5. Khurana A. Comprehensive Opthalmology. fourth ed. New Dehli: New Age International (P) Ltd: 2007. p. 350-8. 6. Joanne car, Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20. 7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi14, Cetakan I,Widya Medika, Jakarta ; 2000. 8. Wagner P, Lang Gehard K. The Eyelids. In: G. Lang, editor. Opthalmology. 2ed. New York. Thieme. 37-40 p. 9. Stoppler
M.Stye (Stye, Hordeolum). Available
from:http://www.medicinenet.com/sty/article.htm. 10. Gupta A, Stacey S, Amissah-arthur KN. Eyelid lumps and lesions. 2014;348 (May) : 33-36. 11. American Academy of Ophthalmology. Eyelids. Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. San Francisco, CA: LEO; 2007-2008. 12. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi dokter di pelayanan primer;2014. 13. N.R. Galloway,W.M.K. Amoaku, P.H. Galloway and A.C. Browning. Common Eye Diseases and their Management. Third ed. New York: Springer: 2006. p 33-46. 14. Khaw P, Shah P, Elkington A. ABC Of Eyes. Fourth Edition. London: BMJ Publishing Group Ltd: 2004. p 29-32. 15. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Non-surgical interventions for acute internal hordeolum. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Jan 09. 16. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23 September 2002. Diakses 6 November 2015