LAPORAN PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN “Identifikasi Kelembagaan dan Pelaku Usahatani di Desa Tegalweru” (Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian)
Oleh: Kelas K Kelompok 3 1.
Muhammad Fadhlurrohman
165040107111100
2.
Hadi Riyan Pangestu
165040107111101
3.
Vania Malinda Irfani
165040107111102
4.
Alvin Fahmi Bhaihaki
165040107111103
5.
Keswara Vidaloka
165040107111104
6.
Maharani Wisnu Murti
165040107111106
7.
RM. Hanggoro Raka P.
165040107111107
8.
Intan Nurul Lestari
165040107111108
9.
Adnan Aditama
165040107111109
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan berkenaan dengan praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian. Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas laporan praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian yang membahas mengenai identifikasi keadaan kelembagaan petani di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Tidak lupa kami ucapkan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya, karena dalam proses pendalaman materi Pengantar Ekonomi Pertanian, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksiserta saran. Dalam pembuatannya, tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.Kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang dapat diberikan kepada kami dalam rangka mencapai kesempurnaan, agar nantinya dapat bermanfaat bagi rekan-rekanlainnya.
Malang, 07 Desember 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi I. BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ...............................................................................1
1.2
Tujuan................. ...........................................................................1
1.3
Manfaat ..........................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Pertanian................................. ....................................2
2.2
Pengertian Ekonomi.......... .......................................................... 6
2.3
Kelembagaan ................................................................................6
2.4
Peran Kelembagaan...... ................................................................8
III. METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Survey ........................................................ 10
3.2
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data........................................... 11
3.3
Alur Kerja dan Perolehan Data .................................................. 12
IV. PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum................................................…………..…....20
4.2
Identitas Petani..........................................................….………...20
4.3
Peran Kelembagaan/Unit Usaha bagi Petani............….………....20
4.4
Akses Petani/Masyarakat terhadap Kelembagaan/Unit Desa......,.20
4.5
Gambaran Umum Identitas/Profil Kelembagaan...........………....20
4.6
Peran dan Fungsi Kelembagaan Ekonomi Pertanian.........……...,20
4.7
Akses
Petani/Masyarakat
terhadap
Kelembagaan
Ekonomi
Pertanian.............................................................................................................. .20 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan..........................................................................................20 5.2 Saran....................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
LAMPIRAN ........................................................................................................ 22
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagian besar sektor pertanian di Indonesia dibangun oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil. Keadaan para pelaku usaha pertain an tersebut setiap tahun semakin bertambah jumlahnya dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Skala usaha pertanian yang kecil menghambat laju petani meningkatkan pendapatannya sehingga sulit untuk keluar dari lubang kemiskinan. Pertanian di Indonesia saat ini yang berdasarkan pada sistem agribisnis maka peranan kelembagaan pertanian, termasuk di dalamnya kelembagaan petani, sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia (Sapja Anantanyu, 2011). Kelembagaan petani di pedesaan berkontribusi dalam mempercepat pengembangan sosial ekonomi petani, mudah dalam mendapatkan informasi pertanian, mudah dalam memperoleh modal. Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan pertanian, baik di Negara industri maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Namun, kenyataan memperlihatkan kecenderungan masih lemahnya organisasi petani di Negara berkembang dan besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan pada masyarakat petani (Vahn den Ban dan Hawkins, 1999). Kelembagaan petani diharapkan mampu membantu para petani keluar dari persoalan kesenjangan ekonomi, namun sampai saat ini masih belum berfungsi secara optimal. Diperlukan
penguasaan
teknologi
pertanian
yang
memadai
dan
kemampuan bersaing dari para petani agar mampu bertahan di tengah-tengah persaingan ekonomi dunia. Upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usahatani, dan daya saing petani dilakukan melalui pengembangan kelembagaan pertanian, termasuk di dalamnya penguatan kelembagaan petani. Untuk itu, pada kegiatan fieldtrip Pengantar Ekonomi Pertanian di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang kami bermaksud mencari tahu mengenai pelaku usahatani dan kelembagaan.
1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi peran kelembagaan di Desa Tegalweru 2. Menganalisis peran kelembagaan di Desa Tegalweru 3. Menganalisis akses atau kemudahan para petani terhadap kelembagaan dan usaha ekonomi pertanian 4. Menganalisis lokasi dan kelembagaan di Desa Tegalweru 5. Menganalisis gambaran umum atau profil kelembagaan di Desa Tegalweru 6. Menganalisis peran dan fungsi kelembagaan ekonomi pertanian 1.3 Manfaat 1. Bagi pemerintahan Dapat di jadikan tolak ukur untuk memperbaiki sistem pertanian di desa 2. Bagi mahasiswa Dapat menganalisis kelembagaan ekonomi pertanian yang berada di desa 3. Bagi pembaca Dapat mengetahui kondisi kelembagaa ekonomi pertanian melalui analisis identifikasi yang di lakukan tim identifikasi saat fieldtrip Pengantar Ekonomi Pertanian, serta memberi kritik dan saran yang bersifat membangun.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan baku industri, serta sebagai pengelolaan lingkungan hidup. Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang sulit akibat menipisnya sumber pangan di alam bebas yang dikarenakan laju pertumbuhan dan pertambahan manusia (Nurmala et al, 2012). Perkembangan ekosistem pertanian adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan makanan 2. Pertanian ladang berpindah 3. Pertanian menetap (subsisten) 4. Pertanian industri Pada awalanya, manusia hidup dengan memperoleh bahan makanan melalui berburu, menangkap ikan, dan mengumpulkan hasil tanaman yang dapat dimakan langsung. Dengan meningkatnya populasi manusia, maka diperlukan jumlah makanan yang banyak. Untuk mengatasi kerawanan pangan dan keamanan pangan, mereka menetap disuatu tempat dan mulai menanam jenis tanaman yang dapat dimakan (Ashari, 2005). 2.2 Pengertian Ekonomi Dalam keseharian, kita sering mendengar istilah ekonomi. Pengertian ekonomi secara umum adalah ilmu sosial yang mempelajari aktivitas Manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Selain itu, ekonomi juga merupakan studi tentang bagaimana individu dan masyarakat mengambil pilihan untuk menggunakan sumber daya langka yang telah disediakan oleh alam dan generasi sebelumnya (Case&Fair, 2007). Pertanian dan ekonomi sangat erat hubungannya, karena pertanian adalah salah satupenyumbang devisa terbesar negara (Soetrisno, 1999). Disamping itu, pertanian juga menjadi penopang kehidupan manusia sehingga dapat hidup dan bekerja. Salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia adalah sektor perkebunan. Karena dari sektor tersebut banyak yang
diekspor ke luar negeri, sehingga sangat menguntungkan perekonomian Indonesia saat ini. 2.3 Kelembagaan Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan atau diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan. Kelembagaan mengatur masyarakat untuk bisa saling berinteraksi. Interaksi antar sesama manusia itu sangat perlu, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutukan satu sama lain (Sajogyo, 1980). Dalam interaksi tersebut ada aturan-aturan yang membatasi setiap individu dalam berperilaku. Apabila ada yang melanggar norma atau aturan tersebut, maka ia akan mendapat sanksi dari kelembagaan tersebut (Sajogyo, 1980). 2.4 Peran kelembagaan Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, khususnya padi. Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan peningkatan produksi pangan. Apabila produksi pangan meningkat, maka perekonomian rakyat khususnya masyarakat pertanian juga akan meningkat. Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan proyek dengan membangun kelembagaan koersif (kelembagaan yang dipaksakan), seperti Padi Sentra, Demonstrasi Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Insus, dan Supra Insus (Soetrisno, 1999).
Sebagian besar petani hidup di daerah pedesaan yang terkadang masih sulit dalam hal teknologi dan permodalan. Oleh karena itu, lembaga keuangan dan lembaga penyuluhan sangat dibutuhkan untuk memakmurkan petani dan memajukan pertanian (Soetrisno, 1999). Maka dari itu pemerinth perlu menambah lembaga keuangan dan penyuluhan guna disebar di desa-desa yang sangat membutuhkan.
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Survey Tempat survey pada praktikum lapang (fieldtrip) yang telah dilakukan adalah di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Adapun waktu yang dipilih untuk melakukan kegiatan praktikum lapang (fieldtrip) di desa tersebut adalah pada hari Rabu, tanggal 23 November 2016. Waktu yang dipilih adalah pada sore hari pukul 18.00 hingga malam hari pukul 20.00. Dasar pemilihan tempat dan waktu survey adalah berdasarkan penyesuain jadwal dari pihak-pihak yang bersangkutan yang meliputi asisten praktikum, praktikan, dan petani yang berperan sebagai narasumber untuk di wawancara. Penentuan tempat dan waktu survey dilakukan dengan sengaja dan dipilih berdasarkan penyesuaian jadwal dari pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada fieldtrip kali ini dipilih suatu tempat dan waktu survey dengan berbagai pertimbangan tertentu.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabelvariabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian. Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari
setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan pengukuran. Teknik pengumpulan data Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: a. Angket (Kuesionare) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian. b. TES Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari sasaran atau obyek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur. 1) Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang, seperti self–concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya. 2) Tes bakat atau abtitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 3) Tes intelegensi atau intellegence test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
4) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah kala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang. 5) Tes minat atau measures test yaitu tes yang digunakan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 6) Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
c. Wawancara Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi dengan responden. Seorang peneliti harus memiliki ketrampilan dalam mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut dalam menyampaikan wawancara. Seorang peneliti juga harus bersikap netral, sehingga responden tidak merasa ada tekanan psikis dalam memberikan jawaban kepada peneliti. Dalam pelaksanaan wawancara, sering kita temukan dilapangan adanya perbedaan persepsi pandangan tentang hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara peneliti dengan orang yang diwawancarai. Berdasar hal tersebut, yang perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif naturalistik, ada dua istilah yaitu informasi emic dan etic. Informasi emic adalah informasi yang berkaitan dengan bagaimana pandangan responden terhadap dunia luar berdasar perspektifnya sendiri, sedangkan yang berdasar perspektif peneliti disebut informasi etic.
d. Dokumen Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Sumber lain yang bukan dari manusia (non-human resources), diantaranya
dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen terdiri bisa berupa buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa, surat-surat resmi dan lain sebagainya. Selain bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya adalah foto dan bahan statistik. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat dengan maksud tertentu, misalnya
untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan,
kemeriahan, semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya. Selain foto, bahan statistik
juga dapat dimanfaatkan sebagai
dokumen yang mampu memberikan informasi kuantitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan dokumen-dokumen kuantitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan penelitian. e. Observasi Dalam pelaksanaan observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Agar observasi yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Seorang peneliti harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Banyak yang dapat kita amati di dunia sekitar kita dimanapun kita berada. Hasil pengamatan dari masing-masing individu akan berbeda, disinilah diperlukan sikap kepekaan calon peneliti tentang realitas diamati. Boleh jadi menurut orang lain realitas yang kita amati, tidak memiliki nilai dalam kegiatan penelitian, akan tetapi munurut kita hal tersebut adalah masalah yang perlu diteliti.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-partisipan. Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara langsung, sehingga menjadi bagian dari kelompok
yang
diteliti.
Sedangkan
observasi
non
partisipan
adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti tidak menyatu dengan yang diteliti, peneliti hanya sekedar sebagai pengamat.
f. Membuat Instrumen Pengumpulan Data Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen, antara lain: 1) Mengindentifikasikan variabel-variabel yang diteliti 2) Menjabarkan variabel-variabel dalam beberapa dimensi 3) Mencari indikator-indikator setiap dimensi 4) Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen 5) Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen 6) Petunjuk pengisian g. Membuat catatan lapangan 1) Data Hasil Catatan Lapangan Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2) komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian, penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan berusaha untuk menahan rasa kantuk tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Fenomena tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas, tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran.
3.3
Alur Kerja Perolehan Data Menyiapkan alat Wawancara dengan petani
Mencatat pernyataan yang diberikan oleh narasumber (petani)
Mendokumentasikan proses wawancara berupa foto dan video Menyusun Laporan Dalam wawancara memerlukan alat berupa: alat tulis, papan dada, instrumen lapang dan kamera atau handphone. Setelah semua alat dan bahan disiapkan dan kamera sudah siap merekam, wawancara di mulai dengan menanyakan apa yang ada dalam instrumen lapang dan menulis jawaban dalam lembar instrumen lapang. Pertanyaan tidak bersifat terstruktur dan kaku, agar memudahkan petani dalam menjawab dan menghilangkan suasana tegang pada petani. Pada saat wawancara berlangsung dokumentasi dilakukan dalam bentuk foto dan video untuk memudahkan pengisian data dan penyusunan laporan. Pengambilan foto dan video sudah melalui persetujuan dari petani. Setelah wawancara selesai dan telah memperoleh data, penyusunan laporan dapat dikerjakan berdsarkan data yang ada dan format laporan yang telah diberikan oleh asisten praktikum. Dalam melakukan wawancara diperlukan persiapan alat (alat tulis, instrumen lapang, papan dada, dan kamera). Kemudian melakukan wawancara dengan narasumber sesuai pertanyaan yang ada pada instrumen lapang, jawaban dari narasumber dicatat pada lembar instrumen lapang. Pertanyaan tidak berisafat terstuktur untuk memudahakan narasumber dalam menjawab pertanyaan dan menguraikan jawaban secara bebas. Pada saat proses wawancara juga didokumemtasikan lewat foto yang bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Setelah semua selasai dan data diperoleh, laporan disusun berdasarkan
format
yang
telah
diberikan
oleh
asisten
praktikum.
VI. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kondisi Geografis Tabel 1. Kondisi Geografis
1.
Lintang Selatan
7°21 ̍ - 7°31 ̍
2.
Bujur Timur
110°10 ̍ - 111°40
3.
Ketinggian
800 m di atas permukaan laut
Menurut Badan Pusat Statistik daerah Kabupaten Malang 2015, secara geografis, Desa Tegalweru terletak pada posisi 7°21 ̍ - 7°31 ̍ Lintang Sealatan dan 110°10 ̍ - 111°40 ̍ Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 800 m di atas permukaan air laut.
Tabel 2. Luas Lahan 1.
Luas Lahan Pemukiman
34 Ha
2.
Luas Lahan Pertanian
305 Ha
3.
Luas Lahan Perkebunan
256 Ha
Total Luas Lahan
373.213 Ha
Luas Wilayah Desa Tegalweru adalah 373.213 Ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain lain. Luas lahan yang diperuntukkan untuk permukiman adalah 34 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk pertanian adalah 305 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 256 Ha. Wilayah Desa Tegalweru secara Umum
mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
Identifikasi Petani Nama
: Mustaqim
JenisKelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Petani
Usia
: 60 tahun
Pendidikan Terakhir
: SD
Jumlah Anggota Keluarga
:3
Jumlah Anak
:1
Jenis Komoditas Budidaya
: Jeruk dan Cabai
Luas Lahan
: 0,5 Ha untuk Jeruk dan 2000 m untuk cabai
Status Penguasaan
: 0,5 Ha pemilik penggarap dan 2000 m sewa lahan
Dalam kegiatan fieldtrip yang telah kami lakukan,narasumber yang kami wawancara di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang bernama Bapak Mustaqim yang saat ini berusia 60 tahun. Pendidikan terakhir yang beliau tempuh adalah SD. Beliau bekerja sebagai petani. Bapak Mustaqim memiliki satu istri dan satu orang anak yang telah lulus sekolah dan bekerja, beliau juga memiliki satu orang cucu laki-laki yang masih kecil. Lahan yang dimiliki oleh Bapak Mustaqim seluas 0,5 Ha dengan status sebagai pemilik penggarap dan juga sebagai
penyewa lahan dengan luas
2000m
dimana komoditas
yang
dibudidayakan oleh Bapak Mustaqim saat ini yaitu Jeruk dan Cabai. Jeruk yang ditanam oleh Bapak Mustaqim ada 2 jenis, yaitu Jeruk Keprok batu 55 dan Jeruk Manis. Untuk membasmi hama Bapak Mustaqim menggunakan kalitron, dan untuk pupuknya menggunakan pupuk kandang.
4.2 KELEMBAGAAN Peran Kelembagaan/Unit Usaha bagi Petani Di Desa Tegalweru ada kelompok tani yang bernama Weroasih 1 , kelompok tani ini beranggotakan petani dengan komoditas yang bermacam-macam. Pada tahun 2005 kelompok tani Weroasih 1 mendapatkan bantuan bibit jeruk sebanyak 2000 bibit yang akan diberikan kepada petani-petani yang berada di desa tersebut. Dari kelompok tani tersebut Bapak Mustaqim mendapatkan bantuan berupa 500 bibit jeruk yang diberikan pada tahun 2005. Manfaat yang diperoleh Bapak Mustaqim dengan adanya bantuan dari kelompok tani tersebut yaitu pemerataan pembagian bibit kepada petani yang ada di desa tersebut. Selain bantuan yang diperoleh, beliau juga mendapatkan pelayaan lain dari kelompok tani Weroasih yang berupa penyuluhan tentang menanam
jeruk
sehingga
dapat
memberikan
pengetahuan
baru
untuk
meningkatkan produktivitas. Peran dari Kelompok tani Weroasih 1 juga untuk menyalurkan bantuan dari pemerintah kepada petani. Bantuan peerintah cukup beragam, mulai dari bibit, pupuk dan lain sebagainya. Dengan adanya kelompok tani Weroasih 1 ini, bantuan pemerintah yang ditujukan kepada petani dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan pemerintah. Selain itu, kelompok tani Weroasih 1 juga mengadakan Istighosah setiap malam Minggu, dengan tujuan menjalin silaturahmi antar petani dan sarana menyampaikan informasi yang dibutuhkan petani. Akses Petani atau Masyarakat terhadap Kelembagaan/Unit Usaha Dalam bergabung di kelompok tani yang ada di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, kabupaten Malang proses menjadi anggota dari kelembagaan termasuk mudah karena kelompok tani Weroasih 1 tidak mengajukan syarat apapun bagi orang yang ingin bergabung dengan kelompok tani tersebut. Setiap petani memiliki hak untuk menjadi anggota kelompok tani. Pada mulanya Bapak Mustaqim diajak untuk bergabung dalam kelompok tani Weroasih 1 karena beliau memiliki adik yang merupakan perangkat desa di daerah tersebut. Sayangnya petani yang menjadi bagian dari kelompok tani ini tidak terlalu mudah mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan, karena penyuluhan jarang
sekali dilakukan, pernah ada penyuluhan hanya sekali dan penyuluhan tersebut sudah dilakukan pada tahun 2013. Penyuluhan yang diadakan oleh kelompok tani tersebut membahas tentang bagaimana cara menanam Jeruk yang benar. Kelompok tani ini tidak memberikan fasilitas khusus untuk dapat mendapatkan kemudahan dalam mengatasi permasalahan, maka dari itu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Bapak Mustaqim, biasanya beliau berkonsultasi pada toko obat tanaman di Desa Tegalweru. Selama bekerja sebagai petani, Bapak Mustaqim pernah mengalami permasalahan. Permasalahan yang beliau hadapi ketika musim hujan yaitu bunga pada tanaman Jeruk dan tanaman Cabai yang tidak bisa mekar. Sedangkan pada musim kemarau, permasalahan yang Bapak Mustaqim hadapi yaitu kurangnya air untuk lahan beliau, karena sistem perairannya dari sumber. Hal ini tidak terlalu bermasalah untuk tanaman Jeruk, karena tanaman Jeruk tidak butuh banyak air. Dalam pemenuhan kebutuhan dan pelaksanaan kegiatan produksi, Bapak Mustaqim pernah meminjam modal di toko obat tanaman di Desa Tegalweru, tidak hanya beliau, warga di desa tersebut juga sering meminjam modal di toko obat tanaman karena cara meminjamnya mudah tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika ingin meminjam modal. Begitu juga dengan pengembaliannya, tidak ada bunga atau ketentuan apapun yang diberikan oleh toko obat tanaman tersebut. Gambaran Umum Identitas/Profil Kelembagaan Di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, terdapat kelompok tani yang diberi nama Weroasih 1 yang diketuai oleh Bapak Abdul Mufid. Kelompok tani Weroasih 1 ini ada di bawah naungan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Anggota kelompok tani ini adalah petani yang menetap di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Latar Belakang dibentuknya kelompok tani Weroaasih 1 ini
untuk
mewadahi petani di Desa Tegalweru meningkatkan kerjasama antar petani sekaligus meningkatkan produksi sehingga produknya dapat berdaya saing dengan produk lain. Kelompok tani Weroasih 1 dibentuk pada tahun 1990an. Kelompok tani ini sebenarnya sudah memiliki sistem kepengurusan seperti Ketua, Bendahara dan Sekretaris pada awal pembentukannya, tetapi saat ini kepengurusannya
kurang terorganisir karena generasi muda tidak mau melanjutkan pekerjaan sebagai petani. Tujuan kelompok tani Weroasih 1 untuk mewadahi petani di desa Tegalweru agar petani saling bekerja sama menghasilkan produk yag dapat bersaing dengan produk lokal. Selain itu, kelompok Tani Weroasih 1 juga menyalurkan bantuan dari pemerintah kepada petani berupa pupuk dan bibit. Peran dan Fungsi Kelembagaan Ekonomi Pertanian Petani di Desa Tegalweru memiliki kendala salah satunya mengenai pemasaran hasil panen, di sini Bapak Abdul Mufid selaku ketua kelompok tani Weroasih 1 memberikan bantuan untuk memasarkan hasil panen petani. Selain itu, Bapak Abdul Mufid juga membantu tentang bercocok tanam apabila ada petani yang belum bisa bercocok tanam. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan oleh kelompok tani Weroasih 1 ini, salah satunya adalah penyuluhan dari Dinas Pertanian. Walhasil saat ini petani mampu membuat pupuk organik yang terbuat dari kotoran ternak. Selain itu, petani juga pandai tentang teknik pemupukan dan penyemprotan terhadap tanaman. Kegiatan yang dilakukan kelompok tani Weroasih 1 hanya ditujukan untuk masyarakat/petani di Desa Tegalweru, karena di desa lain sudah ada kelompok tani sendiri dan mempunyai kegiatan masing-masing. Pemerintah sering memberikan bantuan berupa bibit Padi, Jagung dan Jeruk untuk petani dan juga dari Dinas Pertanian Provinsi yang memberikan bantuan berupa Coper untuk pupuk Kompos. Sejauh ini, bantuan yang dikirim oleh pemerintah tidak pernah kurang. Dalam menyalurkan bantuan dari pemerintah, Bapak Abdul Mufid selaku ketua kelompok tani Weroasih 1 mengundang petani untuk berkumpul dan mensosialisasikan bantuan subsidi dari pemerintah. Dalam sosialisasi, Bapak Abdul Mufid mengundang Dinas Pertanian. Bantuan yang diterima petani berupa bibit Padi, Jagung dan Jeruk. Sedangkan bantuan yang diterima Kelompok tani Weroasih 1 yakni dana sebesar 100 juta. Bantuan yang diterima kelompok tani Weroasih 1 ini hanya sekali. Dana 100 juta dimanfaatkan untuk membantu petani sebesar 50% dan pedagang kecil (Pedagang bakso, pedagang mie) sebesar 50%. Dana ini bukan untuk dibagikan pada petani dan pedagang kecil, melainkan
sebagai modal pinjaman untuk petani dan pedagang kecil. Respon petani terhadap bantuan dari pemerintah sangat baik, pasalnya bantuan dari pemerintah tidak pernah kurang dan juga telat, oleh karena itu petani sangat senang dan lebih produktif dalam bercocok tanam. Sejauh ini, dalam melaksanakan kegiatannya, kelompok tani Weroasih 1 masih banyak kekurangan diantaranya pernah vacum. Untuk itu, Bapak Abdul Mufid selaku ketua kelompok tani Weroasih 1 mengadakan Jamaah Istighosah setiap malam Minggu untuk mempererat silaturahmi antar petani. Dalam jamaah Istighosah ini, Bapak Abdul Mufid juga menyampaikan informasi terkait dengan dunia pertanian. Akses Petani/Masyarakat terhadap Kelembagaan Ekonomi Pertanian Proses pendataan petani/masyarakat yang ingin menjadi anggota kelompok tani Weroasih 1 tidak ada syarat khusus. Yang boleh menjadi anggota kelompok tani Weroasih 1 tidak hanya dari petani, melainkan juga bisa dari masyarakat, asalkan dengan tujuan yang baik, misalnya membantu petani dan memperbesar kelompok tani Weoasih 1. Bapak Abdul Mufid sebagai ketua akan mengundang petani untuk berkumpul, petani yang datang akan dianggap sebagai anggota, sedangkan yang tidak datang tidak dianggap sebagai anggota kecuali ada suatu kendala tertentu. Petani yang sudah tergabung dalam kelompok tani Weroasih 1 akan mudah mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan karena setiap malam Minggu, Bapak Abdul Mufid mengundang seluruh anggota untuk mengadakan jamaah Istighosah. Di sanalah Bapak Abdul Mufid akan menyampaikan informasi terbaru mengenai dunia pertanian dan segala informasi yang petani butuhkan. Kelompok tani Weroasih 1 tidak memiliki dana, maka dari itu dana 100 juta yang berasal dari pemerintah yang menjadi sumber dananya. Dana tersebut akan diberikan kepada petani dan pedagang kecil apabila mereka mengalami kesulitan. Jika petani mengalami kesulitan ekonomi dan ingin mengajukan peminjaman modal untuk usaha taninya, petani harus menandatangani surat bermaterai agar petani merasa punya tanggung jawab. Pinjaman yang bisa diberikan oleh Bapak Abdul Mufid kepada petani maksimal 2 juta, dan pinjaman tadi akan dikembalikan ketika sudah panen.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Mustaqim berusia 60 tahun sebagai petani. Bapak Mustaqim merupakan petani dengan komoditas yang dibudidayakan adalah Jeruk dan Cabai. Dengan status kepemilikan lahan milik sendiri dan sebagian sistem sewalahan.Peran dan kelembagaan atau unit usaha tani bagi petani di desa Tegalweru yaitu terdapat kelembagaan berupa kelompok tani yang bernama Weroasih 1 kelompok tani ini beranggotakan petani dengan komoditas yang bermacam-macam. Kelompok tani tersebut sudah mendapatkan bantuan berupa bibit tanaman. Selain mendapatkankan bantuan bibit, Bapak Mustaqim mendapatkan pelayaan dari kelompok tani Weroasih 1 yang berupa penyuluhan tentang menanam Jeruk. Kelompok tani Weroasih 1 ini beranggotakan petani dengan komoditas yang bermacam-macam. Kelompok tani Weroasih 1 tidak mengajukan syarat apapun bagi orang yang ingin bergabung dengan kelompok tani tersebut. Setiap petani memiliki hak untuk menjadi anggota kelompok tani. Bahkan masyarakat yang bukan petani pun bisa jadi anggota kelompok tani Weroasih 1. Dalam pemenuhan modal kebutuhan produksi pengolahan lahan, Bapak Mustaqim memodali usahanya sendiri. Namun dalam mengatasi tanaman yang rusak Bapak Mustaqim pernah meminjam modal di toko obat tanaman untuk mengambil obat-obatan tanaman di Desa Tegalweru. Cara meminjamnya mudah tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika ingin meminjam modal.
5.2 Saran 1. Bagi pemerintah Pemerintah diharapkan untuk lebih mengetahui kondisi petani pada saat ini. 2. Bagi mahasiswa Mahasiswa diharapkan mampu memperbaiki pertanian di Indonesia dengan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Anantanyu, Sapja. 2011. Kelembagaan Petani: Perandan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS: Solo. Ashari, Sumeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Jakarta :Universitas Indonesia Press. Case, Karl E. & Fair, Ray C. 2007.Prinsip-prinsip ekonomi edisi 8 Terjemahan oleh Andri Zaimur. Jakarta:Erlangga.. Nurmala, Tatidkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sajogyo&SajogyoPudjiwati. 1980. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soetrisno, Loekman. 1999. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian.Yokyakarta :Kanisius. Vahn den Ban and Hawkins, 1999. Farmer organizations for market access: A briefing paper. London: Wye Campus, Kent, England: Imperial College.
LAMPIRAN
Dokumentasi Foto Bersama Petani