Laporan Besar Radiasi Gamma.docx

  • Uploaded by: yunita anggraini
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Besar Radiasi Gamma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,161
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk ditentukan dan dibandingkannya level energi radiasi gamma pada unsur Ameresium sesuai energi radiasi di literatur yang sudah ada sebagai level energi acuan, serta untuk ditentukannya besar energi radiasi gamma yang dipancarkan Cobalt sesuai perbandingan level energi acuan radiasi gamma Ameresium sebelumnya.

1.2

Tinjauan Pustaka Peluruhan gamma terjadi pada sebuah inti atom yang berpindah dari energi tinggi menuju energi yang rendah dengan emisi energi pada radiasi gelombang elektromagnetik energi foton partikel pada massa diam tanpa muatan listrik. Peluruhan gamma adalah peluruhan dengan bentuk paling intens dan penembus pada radiasi elektromagnetik jfoton dengan nfrekuensi tinggi dan panjang gelombang terpendek. Peluruhan gamma dapat dijabarkan dengan menggunakan persamaan : ……. (1.1) Di mana X merupakan induk yang tereksitasi, Y merupakan inti anak, dan γ merupakan sinar gamma. Proses peluruhan gamma, pada nomor proton dan neutron tidak terjadi perubahan. Pada proses peluruhan gamma keadaan ini tereksitasi. Karakteristik energi tereksitasi dengan dua partikel. Pemancaran radiasi gamma terjadi dari reaksi peluruhan (Angelo, 2004). Sinar gamma mempunyai panjang gelombang yang kecil dan memiliki energi paling besardari spectrum gelombang elektromagnetik yang lain. Gelombang ini dihasilkan dari radioaktif dan reaksi nuklir. Sina gamma dapat membunuh sel hidup, fakta menunjukkan bahwa memanfaatkan sinar gamma dapat menguntungkan. Contohnya dapat digunakan untuk membunuh sel kanker. Sinar gamma dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain pada jarak yang luas di alam semesta ini (Krene, 2007). Radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam disebut juga sebagai radiasi latar belakang. Radiasi ini merupakan radiasi terbesar yang diterima oleh manusia. Radiasi latar belakang yang diterima manusia dapat berasal dari tiga sumber utama, antara lain radiasi kosmis, radiasi terrestrial, dan radiasi internal. Radiasi kosmis berasal dari luar angkasa, sebagian berasal dari ruang antar bintang dan matahari. Radiasi ini terdiri atas partikel dan sinar yang berenergi tinggi dan berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfer membentuk inti radioaktif seperti C-14, He-3, Na-22, dan Be-7. Radiasi terrestrial dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial antara lain Uranium238. Plumbum-206, deret actinium (U-235, Pb-207), dan deret Thorium (Th-232, Pb208). Radiasi terrestrial terbesar yang paling banyak diterima manusia berasal dari Radon (R-222) dan Thoron (Ra-220). Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida C14, H-3, K-40, Radon, Pb-210, Po-210. Sumber radiasi buatan dapat berupa zat radioaktif dan sumber pembangkit radiasi. Radioaktif dapat dibuat berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dan neutron (reaksi fisi) di dalam reaktor atom yang dapat

memancarkan radiasi alfa, beta, dan gamma. Sumber pembangkit yang biasa digunakan yaitu sinar-X dan akselerator. Proses terbentuknya sinar-X adalah sebagai akibat adanya arus listrik pada filament yang dapat menghasilkan awan elektron di dalam tabung hampa. Sinar-X akan terbentuk ketika berkas elektron ditumbukkan pada bahan target (Anies, 2009). Co-60 merupakan salah satu radioisotope yang paling sering digunakan sebagai sumber irradiasi atau energi. Co-60 diketahui dapat memancarkan sinar gamma sebesar 1,173-1,332 keV yang diemisikan dengan intensitas hamper 100% yang diikuti oleh peluruhan β- dan memiliki waktu paruh selama 5.26 tahun. Gambar 1.1 menunjukkan peluruhan partial dari Co-60 yang relevan terhadap presentwork

Gambar 1.1 Peluruhan Partial dari Co-60

BAB II METODOLOGI 2.1

Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain, sebuah bahan radioaktif Am-241, sebuah bahan radioaktif Co-60, sebuah digital counter, sebuah detektor sintilator, sebuah high voltage power supply, sebuah penyangga, sebuah oscilloscope, sebuah single channel analyser, dan beberapa buah kabel penghubung.

2.2

Tata Laksana Percobaan Peralatan dirangkai seperti rangkaian yang terdapat pada video simulasi Radiasi Gamma, di mana seluruh peralatan dihubungkan dengan stop kontak. Diletakkan bahan radioaktif Ameresium-241 di bawah sitilator dengan menggunakan pencapit. Single analyser diset pada level energi 0. Digital counter diset pada frekuensi (Hz). Dilakukan pengamatan jumlah impuls yang terdeteksi pada digital counter, lalu dicatat sebanyak 5 kali pengulangan pengamatan dan kemudian dicari nilai rata-rata jumlah impuls tersebut. Dilakukan pula hingga level energi sebesar 10 dengan range pengambilang data sebesar 0,5. Percobaan serupa juga dilakukan pada bahan radioaktif Cobalt-60.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Pecobaan 3.1.1 Data Praktikum Ameresium – 241

Cobalt - 60

level energi

N1

N2

N3

N4

N5

N ratarata

N1

N2

N3

N4

N5

0

17

12

3

2

1

7

18

34

33

24

12

N ratarata 24.2

0,5

19

16

9

7

3

10,8

23

41

15

29

12

24

1

15

15

10

7

1

9,6

32

35

20

14

16

23.4

1,5

14

17

8

11

5

11

27

32

21

10

13

20.6

2

7

22

9

8

2

9.6

6

26

12

1

1

9

2,5

26

16

11

5

1

11.3

34

31

35

37

28

33

3

19

10

6

2

2

7.8

28

36

22

17

23

25.2

3,5

22

12

2

11

2

9.8

35

29

23

33

6

25.2

4

5

23

7

4

11

10

30

34

31

6

1

20.4

4,5

8

20

24

4

3

11.8

25

18

29

15

3

18

5

12

9

5

4

2

6.4

38

28

28

20

4

23.6

5,5

7

18

9

4

4

8.4

4

22

35

31

12

20.8

6

17

12

4

5

1

7.8

16

30

30

38

10

24.8

6,5

7

19

18

4

5

10.6

33

32

32

12

2

22.2

7

22

10

7

5

1

9

34

26

33

14

1

22

7,5

19

13

8

2

4

9.2

37

28

26

23

5

23.8

8

29

11

15

3

6

12.8

26

23

17

22

5

18.6

8,5

12

12

6

5

2

7.4

3

36

34

27

15

23

9

21

11

5

2

3

8.4

20

27

30

25

3

21

9,5

4

25

13

6

2

10

13

28

29

27

10

21.4

10

5

26

15

3

2

10.2

37

35

34

11

3

24

3.1.2 Data Simulasi Ameresium – 241

level energi

N1

N2

N3

N4

0

120

12 0

12 0

0,5

5

10

1

5

1,5

Cobalt - 60

N5

N ratarata

N1

N2

N3

N4

N5

12 0

12 0

120

27

32

26

36

34

N ratarata 31

21

9

6

10,2

32

34

26

31

28

30,2

3

4

9

4

5

39

35

30

26

28

31,6

6

5

7

4

8

6

42

33

29

36

40

36

2

7

8

10

7

10

8,4

20

24

30

36

32

28,4

2,5

4

3

11

7

7

6,4

30

34

30

40

42

35,2

3

2

5

2

1

8

3,6

33

31

35

28

26

30,6

3,5

1

5

7

5

7

5

42

36

26

26

32

32,4

4

7

8

9

9

7

8

30

36

31

26

28

30,2

4,5

7

2

4

7

8

5,6

36

30

26

33

26

30,2

5

6

9

10

3

8

7,2

33

35

30

26

28

30,4

5,5

9

3

10

9

6

7,4

32

36

30

28

32

31,6

6

4

8

10

8

5

7

38

31

34

26

40

33,8

6,5

2

6

6

9

7

6

30

32

28

36

30

31,2

7

4

9

8

1

3

5

34

36

30

33

32

33

7,5

7

10

1

7

10

7

32

24

26

35

32

29,8

8

4

5

7

6

6

5,6

40

27

35

26

31

31,8

8,5

8

5

2

10

3

5,6

39

26

38

36

30

33,8

9

9

1

7

8

2

5,4

38

27

35

33

31

32,8

9,5

11

1

3

3

6

4,8

36

34

33

33

36

34,4

10

1

3

7

3

6

4

31

34

40

28

30

32,6

3.2 Grafik 3.2.1 Grafik Praktikum 3.2.1.1 Ameresium – 241

Ameresium - 241 14 (8; 12.8) 13

N rata-rata

12 11 10 9 8 7 6

5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10 10.5

Level Energi

Cobalt – 60

Cobalt - 60 35

(2.5; 33)

30 25

N rata-rata

3.2.1.2

20 15 10

5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10 10.5

Level Energi

3.2.2 Grafik Simulasi 3.2.2.1 Ameresium – 241

N rata-rata

Ameresium - 241 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

0, 120

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

7

8

9

10

Level Energi

3.2.2.2

Cobalt – 60

Cobalt - 60 1.5, 36

36.5

35.5

N rata-rata

34.5 33.5 32.5 31.5 30.5 29.5 28.5 27.5

0

1

2

3

4

5

6

Level Energi

3.3 Pembahasan 3.3.1 Analisis Prosedur 3.3.1.1 Fungsi Alat Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain sebuah bahan radioaktif Ameresium–241, sebuah bahan radioaktif Cobalt–60, sebuah digital counter, sebuah detektor sintilator, sebuah power supply, sebuah penyangga, sebuah oscilloscope, sebuah single channel analyser, dan beberapa kabel penghubung. Bahan radioaktif Ameresium–241 dan Cobalt – 60 digunakan sebagai bahan yang akan diamati jumlah impulsnya, di mana Ameresium-241 digunakan sebagai level energi acuan, sedangkan Cobalt-60 digunakan sebagai bahan yang dicari besar energi radiasi gamma berdasarkan

perbandingan level energi Ameresium-241 terhadap literatur. Digital counter digunakan sebagai alat penghitung jumlah impuls. Sintilator digunakan sebagai alat pendeteksi adanya radiasi atau impuls radiasi gamma yang dipancarkan oleh bahan radioaktif yang digunakan. Power supply digunakan sebagai pemberi atau sumber tegangan pada rangkaian percobaan. Penyangga digunakan sebagai penyangga sintilator.Oscilloscope digunakan sebagai penampil gelombang dari radiasi gamma. Single channel analyser digunakan sebagai alat penentu level energi yang digunakan pada percobaan. Kabel penghubung digunakan sebagai penghubung antara alat yang satu dengan alat yang lain. 3.3.1.2

Fungsi Perlakuan Percobaan dapat dilakukan dengan perangkaian alat seperti gambar pada buku petunjuk praktikum Fisika Eksperimen II BAB Radiasi β agar terhindar dari kerusakan alat. Dihubungkan seluruh peralatan pada stop kontak, lalu dinyalakan. Percobaan pengamatan jumlah impuls pada radiasi gamma digunakan dua buah bahan radioaktif, yaitu Ameresium-241 dan Cobalt-60. Bahan radioaktif Ameresium-241 akan diuji dan ditentukan jumlah impuls rata-rata tertinggi terdapat pada level energi berapa sehingga diperoleh faktor pembanding yang digunakan dalam penentuan level energi radiasi gamma dari Cobalt-60. Sebelum ditentukan dan dihitung jumlah impulsnya, single channel analyser diset pada level energi dari 0 hingga 10 dengan range pengambilan data sebesar 0.5. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar level energi radiasi gamma dapat diketahui dengan lebih teliti. Setiap level energi, dilaukan pengukuran jumlah impuls sebanyak lima kali yaitu N1 hingga N5 sehingga dapat dicari nilai impuls rataratanya. Hal yang sama dilakukan juga untuk bahan Cobalt-60 agar dapat ditentukan radiasi gamma yang terdeteksi pada level energi berapa.

3.3.2 Analisa Hasil Berdasarkan data hasil dan grafik hubungan antara level energi terhadap nilai impuls rata-rata yang terdeteksi oleh sintilator. Level energi yang digunakan dalam percobaan adalah 0 sampai 10 dengan range pengambilan data sebesar 0.5. puncak tertinggi menunjukkan bahwa level energi ketika radiasi gamma terdeteksi. Pada simulasi didapatkan puncak tertinggi Ameresium-241 pada titik (0;120) dengan level energi 0, sedangkan puncak tertinggi Cobalt-60 pada titik(1.5;36) dengan level energi 1.5. Pada percobaan langsung didapatkan puncak tertinggi Ameresium-241 pada tinggi (8;12.8) dengan level energi 8, sedangkan puncak tertinggi Cobalt-60 pada titik (2.5;33) dengan level energi 2.5. Hipotesis yang ada menyatakan bahwa level energi radiasi gamma untuk Ameresium-241 yaitu 0.02-0.06, sedangkan untuk Cobalt-60 yaitu 1.17-1.33. hal tersebut menunjukkan bahwa level energi Ameresium-241 lebih kecil daripada level energi Cobalt-60, di mana terjadi pada percobaan simulasi namun tidak terjadi pada percobaan langsung. Tidak terjadinya pada percobaan langsung dapat disebabkan oleh kurang berfungsinya dengan baik peralatan percobaan serta kurang telitinya praktikan pada saat melakukan pengambilan data percobaan. Menurut (Sagita dan Mohammad,2012), Ameresium-241 memiliki intensitas radiasi lebih besar daripada Cobalt-60. Hal tersebut terjadi juga untuk Ameresium-241 untuk percobaan

secara simulasi dan tidak terjadi pada percobaan langsung yang dapat disebabkan oleh faktor alat maupun faktor manusia. Sintilator adalah suatu bahan yang mampu memancarkan percikan cahaya apabila berinteraksi dengan sinar γ, partikel α, dan β. Bahan ini dapat berupa zat padat, baik bahan organik maupun anorganik. Berdasarkan proses percikan pada bahan sintilator tersebut dapat diubah detektor sinar radioaktif yang disebut detektor sintilator. Terdapat 2 jenis tipe detektor percikan yaitu percikan organik dan percikan anorganik. Detektor sintilator yang sering digunakan untuk spektroskopi gamma adalah detektor NaI(TI). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel radioaktif dan energinya. Dua bagian utama dari detektor ini yaitu bagian sintilator NaI(TI), di mana partikel yang terdeteksi akan menimbulkan percikan cahaya dan yang kedua yaitu tabung pengubah pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses penggandaan dalam Photo Multiplier Tube (PMT). Pita valensi dan pita konduksi yang berada dalam kristal bahan sintilator dipisahkan oleh tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, seluruh elektron berada pada pita valensi dan pita konduksi kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal dapat mengakibatkan energi meloncat ke pita konduksi yang kemudian kembali lagi ke pita valensi melalui pita energi bahan activator dengan memancarkan percikan cahaya. Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi yang diserap dan dipengaruhi oleh bahan sintilatornya. Percikan cahaya tersebut ditangkap oleh photocatode. Detektor anorganik yang sering digunakan untuk spektroskopi gamma adalah kristal alkali kalida seperti NaI (Natrium Iodida). Karena NaI merupakan material isolator maka pita valensi dalam keadaan kosong. Sebuah radiasi dapat mengeksitasi elektron menyebrangi celah pita dari pita valensi ke pita konduksi. Tetapi elektron ini akan kehilangan energinya dengan memancarkan sebuah foton dan kembali ke pita valensi. Untuk meningkatkan kebolehjadian emisi foton dan mengurangi serapan cahaya kristal maka sejumlah kecil material yang dinamakan activator ditambahkan ke dalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah Thalium. Thalium merupakan pengotor yang memudahkan terjadinya proses ionisasi. Hal tersebut dikarenakan TI mempunyai nomor atom yang besar (18) maka elektron terluarnya jauh dari inti atom dan kebih lemah gaya yang mengikatnya dari inti atom sehingga mudah mengalami ionisasi. Peristiwa pembentukan percikan cahaya dapat dipandang sebagai urut-urutan beberapa proses sebagai berikut : Sinar γ yang masuk ke dalam suatu detektor sintilator akan berinteraksi dengan atomatom di dalamnya sehingga terjadi 3 mekanisme sebagai berikut : a. Efek fotolistrik, yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya cukup tinggi dijauhkan pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi pemancaran elektron dari permukaan logam tersebut. b. Produksi Pasangan, yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton ditembakkan pada suatu initi atom sehingga inti atom tersebut akan memancarkan sepasang elektron (q = -e) dan positron (q = +e). Hal ini terjadi karena untuk memenuhi hukum kekekalan energi dan momentum linier serta hukum kekekalan muatan listrik. c. Hamburan Compton, yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk elektron dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya

menerima impuls dan bergerak. Dalam tumbukan ini foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan besarnya energi kinetik yang diterima elektron. Melalui ketiga proses ini, sinar-g menyerahkan sebagian atau seluruhnya tenaganya pada materi detektor dan sebagai hasilnya melepaskan elektron – elektron bebas yang dipergunakan dalam proses deteksi selanjutnya. Segera setelah elektron (fotoelektron) dibebaskan keluar dari sistem atom, maka sebagai akibat dari pengaturan kembali konfigurasi elektron akan dipancarkan sinar-x. Hampir semua sinar-x ini diserap oleh bahan detektor dan tenaganya diserahkan pada fotoelektron yang dilepaskan. Sebagian besar dari tenaga yang diserap oleh elektron ini akan dilepaskan dalam bentuk tenaga panas dan sebagian yang lain dilepaskan foton cahaya kelipan. Prinsip kerja detektor percikan ditunjukkan pada Gambar 6. Radiasi memasuki detektor sehingga mengakibatkan elektron atom – atom penyusun material detektor tereksitasi. Ketika kembali ke keadaan dasarnya, elektron orbit memancarkan cahaya. Cahaya ini akan menumbuk katoda yang permukaannya dilapisai photosensitive yang biasanya terbuat dari antimony dan cesium. Akibatnya katoda akan menghasilkan paling sedikit sebuah elektron tiap photon yang mengenainya melalui mekanisme efek photolistrik. Di belakang katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan photomultiplier tube PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang dinamakan dynode yang masing – masing dihubungkan dengan tegangan listrik searah yang secara progresif bertambah besar. Karena antara dynode pertama dengan photocatode terdapat medan listrik, maka photoelektron akan dipercepat geraknya oleh medan listrik menuju dynode pertama. Elektron yang dipercepat ini memiliki energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron – elektron dari dynode pertama. Untuk sebuah photoelektron yang mengenai dynode, bergantung pada efisiensi PMT, akan menghasilkan sekitar 10 buah elektron sekunder. Elektron sekunder ini diarahkan geraknya sehingga dipercepat oleh medan listrik antara dynode kedua dengan pertama sehingga dari dynode kedua dihasilkan elektron tersier yang jumlahnya berlipat. Proses seperti ini diulang – ulang sampai akhirnya elektron yang keluar dari dynode terakhir mampu menghasilkan arus keluaran yang besarnya lebih dari sejuta kali dibandingkan arus yang keluar dari katoda. Arus ini masih berupa pulsa muatan sehingga belum dapat dianalisa. Pulsa keluaran PMT dimasukkan ke penguat muka preamplifier dan sinyal yang keluar dari penguat muka sudah dalam bentuk pulsa tegangan dalam orde millivolt. Prinsip dasarnya yaitu pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di dalam bahan sintilator kemudian pengubahan percikan caaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier. Radiasi gamma adalah suatu bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir dan subatomic lainnya seperti peluruhan elektron-positron. Radiasi gamma terdiri atas foton dengan frekuensi lebih besar dari 1019 Hz. Radiasi gamma nonelektron atau neutron tidak dapat dihentikan hanya dengan selembar kertas. Radiasi gamma merupakan salah satu bentuk radiasi pengion di mana ketika radiasi tersebut berinteraksi dengan materi maka akan terjadi ionisasi meskipun sinar gamma tersebut tidak bermassa.

Aplikasi dari radiasi gamma dalam bidang fisika bahan atau fisika material antara lain untuk mendeteksi kebocoran pipa yang tertanam didalam tanah tanpa melakukan penggalian tanah atau pembongkaran beton, untuk menentukan kehausan atau kekeroposan yang terjadi pada bagian pengelasan logam, untuk mengatahui adanya cacat pada suatu material, untuk mengontrol ketebalan suatu material, untuk mengetahui struktur logam atau suatu material, maupun dapat digunakan dalam pengujian kualitas las pada saat pemasangan pipa minyak atau gas serta instalasi kilang minyak.

BAB IV PENUTUP 3.1

Kesimpulan Setelah dilakukan percobaan mengenai radiasi gamma dapat ditentukan puncak tertinggi yaitu ketika radiasi gamma terdeteksi oleh sintilator. Berdasarkan analisis grafik, puncak tertinggi adanya radiasi gamma dari bahan Ameresium-241 pada simulasi ialah pada level energi O sedangkan pada percobaan langsung terdapat pada level energi 1,5 dengan level energi radiasi gamma Ameresium-241 pada literatur yaitu 0,02-0,06. Puncak tertinggi adanya radiasi gamma dari bahan Cobalt-60 pada simulasi ialah pada level energi 8 sedangkan pada percobaan langsung terdapat pada level energi 2,5 dengan level energi radiasi gamma Cobalt-60 pada literatur yaitu 1,17-1,33.

4.2

Saran Diharapkan praktikan mampu memahami simulasi dengan baik dan dapat mengambil data simulasi secara tepat agar data yang didapat akurat untuk dijadikan suatu perbandingan, serta praktikan diharapkan lebih berhati-hati pada saat melakukan percobaan dikarenakan bahan yang digunakan merupakan bahan radioaktif yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

DAFTAR PUSTAKA Angelo. 2004. Nuclear Technology. New York : Greenwood. Anies. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi? : Pengaruh Radiasi Elektromagnetik Ponsel dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta : PT Elex Media Kompuindo. Fujishiro, Masatoshi. 1978. Intensity of 2,505 keV Gamma-Ray in Decay of Cobalt-60. Journal of Nuclear Science and Technology. 15(4). 237-241. Krene, Kenneth. 2007. Modern Physics. California : Oregon.

LAMPIRAN

Angelo. 2004. Nuclear Technology. New York: Greenwood.

Anies. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi? : Pengaruh Radiasi Elektromagnetik Ponsel dan Berbagai Peralatan Elektronik. Jakarta : PT Elex Media Kompuindo.

Fujishiro, Masatoshi. 1978. Intensity of 2,505 keV Gamma-Ray in Decay of Cobalt-60. Journal of Nuclear Science and Technology. 15(4). 237-241.

Krene, Kenneth. 2007. Modern Physics. California : Oregon.

Related Documents


More Documents from "Dede Nana Zohari"