Lapkas Ulkus Kornea Lara.docx

  • Uploaded by: rizki febrian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapkas Ulkus Kornea Lara.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,141
  • Pages: 24
LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA

PEMBIMBING:  dr. Hj. Riana Azmi Bastari, Sp.M

Disusun Oleh: Lara Meiza Anindia 2012730056

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT MATA BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai “Ulkus Kornea” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. H. Riana Azmi Bastari, Sp.M yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan laporan kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Sekarwangi, Januari 2017

Lara Meiza Anindia

BAB I STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN: Nama Pasien

: Ny. C

Umur

: 46 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan Terakhir

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Kp. Ciaripin Cibadak, Sukabumi

Tanggal Pemeriksaan

: 27 Januari 2017 jam 13.00

II. ANAMNESIS : Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis di Poli Mata RSUD Sekarwangi 

Keluhan Utama: Pasien mengeluh nyeri pada mata kiri sejak 2 minggu yang lalu.



Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poli RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri pada mata kiri

sejak dua minggu yang lalu. Dua minggu SMRS OS sedang ke sawah dan terkena ujung padi yang berwarna hijau. Saat di rumah didiamkan saja dan mata kiri terasa nyeri. Satu minggu SMRS OS berobat ke dokter umum terdekat rumah dan dapat obat tetes mata dan obat makan. Rasa nyeri pada mata kiri menurun setelah dikasih obat tetes mata. 3 hari SMRS OS berobat lagi ke dokter umum terdekat rumah karena obat tetes dan obat makan habis. Satu hari SMRS OS mengeluh rasa nyeri semakin hebat sampai susah membuka mata. Pusing pada bagian kepala sebalah kiri. Keluar air mata yang berlebih. Terdapat kotoran mata warna hijau tetapi tidak banyak. Nafsu makan menurun sejak mata kiri

terasa sakit. Mata kiri terlihat buram, mata kanan tidak ada keluhan. Gatal, fotofobia, dan keluarnya darah disangkal. 



Riwayat Penyakit Dahulu: -

Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

-

Tidak ada riwayat hipertensi

-

Riwayat diabetes melitus, asma, infeksi paru disangkal

-

Tidak memakai kacamata sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Tidak ada dari keluarga yang menderita sakit mata maupun menderita penyakit yang sama dengan pasien.



Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga tidak ada.

Riwayat Pengobatan: -

Tidak sedang dalam pengobatan lama/rutin

-

Pasien telah berobat ke dokter umum di dekat rumah dan diberikan obat makan dan tetes mata, namun pasien lupa nama obatnya.



Riwayat Alergi: Pasien tidak ada alergi obat, makanan, cuaca maupun debu.



Riwayat Psikososial: OS tidak permah ke sawah sebelumnya maka tidak memakai alat pelindung

seperti kacamata.

III. PEMERIKSAAN FISIK :



Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Tanda Vital: Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 86x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 37°C

IV. STATUS OFTALMOLOGI

OD

OS

6/6

Visus

1/300

Ortoforia

Kedudukan Bola Mata

Ortoforia

Normal kesegala arah

Normal kesegala arah Gerak Bola Mata

Edema (-), Hiperemis (-), Trikiasis (-), Massa (-) Edema (-), Hiperemis (-), Trikiasis (-), Massa (-)

Palpebra Superior

Palpebra Inferior

Edema (-), Hiperemis (-), Trikiasis (-), Massa (-) Edema (-), Hiperemis (-), Trikiasis (-), Massa (-)

Hiperemis (-), Papil (-),

KonjungtivaTarsalis

Hiperemis (+), Papil (-),

Massa (-), Folikel (-)

Superior

Massa (-), Folikel (-)

Injeksi Konjungtiva (-),

Injeksi Konjungtiva (-)

Injeksi Siliar (-), Sekret (-)

Konjungtiva Bulbi

Injeksi Siliar (+), Sekret(+)

Hiperemis (-), Papil (-),

KonjungtivaTarsalis

Hiperemis (+), Papil (-),

Massa (-), Folikel (-)

Inferior

Massa (-), Folikel (-)

Jernih, Infiltrat (-), Edema (-), Ulkus (-) Cukup, Hipopion (-)

Kornea COA

Keruh, Infiltrat (+), Edema (-), Ulkus (+) Cukup, Hipopion (+)

Warna coklat, Simetris, Sinekia Anterior (-) Bulat, Terletak di tengah, Isokor, Refleks Cayaha (+)

Iris

Pupil

Warna coklat, Simetris, Sinekia Anterior (-) Bulat, Terletak di tengah, Isokor, Refleks Cayaha (+)

Jernih

Lensa

Keruh (+)

Normal

TIO Palpasi

Normal

V. RESUME Perempuan 46 tahun, Okuli sinistra terkena ujung padi berwarna hijau sejak dua minggu yang lalu. Dua minggu SMRS OS sedang ke sawah dan terkena ujung padi yang berwarna hijau. Saat di rumah didiamkan saja dan mata kiri terasa nyeri. Satu minggu SMRS OS berobat ke dokter umum terdekat rumah dan dapat obat tetes mata dan obat makan. Rasa nyeri pada mata kiri menurun setelah dikasih obat tetes mata. 3 hari SMRS OS berobat lagi ke dokter umum terdekat rumah karena obat tetes dan obat makan habis. Satu hari SMRS OS mengeluh rasa nyeri semakin hebat sampai susah membuka mata. Pusing pada bagian kepala sebalah kiri. Keluar air mata yang berlebih. Terdapat kotoran mata warna hijau tetapi tidak banyak. Nafsu makan menurun sejak mata kiri terasa sakit. Mata kiri terlihat buram, mata kanan tidak ada keluhan. Gatal, fotofobia, dan keluarnya darah disangkal. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah: 130/90 mmHG, Visus OD 6/6 dan OS 1/300, hiperemis pada konjungtiva tarsalis, injeksi siliar pada konjungtiva bulbi, hipopion pada COA, dan lensa berwarna abu-abu.

VI. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Pemeriksaan KOH



Pemeriksaan fluoresin



Pemeriksaan kultur

VII. DIAGNOSIS BANDING 

Sikatrik kornea



Keratitis

VIII. DIAGNOSA KERJA 

Ulkus Kornea ec Jamur

IX. PENATALAKSANAAN  Medikamentosa o Antibiotik

Cefixime 2 x 1 IV

o Analgetik

Keterolac 2 x 1 IV

o Imidazole

Ketokonazole 2 x 100 gr

o LFX 8 x 1 gtt OS o Natacan 6 x 1 gtt OS o Timol 2 x 1 gtt OS o Homatro 3 x 1 gtt OS

 Edukasi o Menggunakan obat yang telah diberikan secara teratur o Tidak mengucek atau menggosok matanya agar tidak memperberat lesi o Membiasakan untuk menggunakan kacamata atau pelindung mata saat bekerja o Menganjurkan pasien untuk kontrol kembali bila keluhan bertambah berat

X. PROGNOSIS 

Quo ad vitam



Quo ad functionam : ad bonam



Quo ad sanationam : ad bonam

: ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. KORNEA 1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1 Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis: 1. Epitel Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.

2. Membran Bowman Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

3. Stroma Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara seratserat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.

Gambar 2

4. Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.

5. Endotel Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V.1,3

1.2. Fisiologi kornea Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas

cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di

kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.

2. Ulkus Kornea 2.1.

Definisi Ulkuskorneaadalahhilangnyasebagianpermukaankorneaakibatkematianjaringa nkornea, yang ditandaidenganadanyainfiltratsupuratifdisertaidefekkorneabergaung, dandiskontinuitasjaringankornea yang dapatterjadidariepitelsampaistroma.

2.2. Patofisiologi Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea. Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

2.3. Etiologi a. Infeksi Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa. 

Infeksi Jamur : disebabkan

oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides. 

Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).



Acanthamoeba Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi 

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea. 

Radiasi atau suhu Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.



Sindrom Sjorgen Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.



Defisiensi vitamin A Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.



Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.



Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.



Pajanan (exposure)



Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) 

Granulomatosa wagener



Rheumathoid arthritis

2.4. Klasifikasi Berdasarkanlokasi ,dikenalada 2 bentukulkuskornea , yaitu: 1. Ulkus kornea sentral a. Ulkus kornea bakterialis b. Ulkus kornea fungi c. Ulkus kornea virus 2. Ulkus kornea perifer a. Ulkus marginal b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden) c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral a. Ulkus Kornea Bakterialis Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia. Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

b.. Ulkus Kornea Fungi Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelitsatelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar 5.a UlkusKornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik

Ulkus Kornea Perifer a. Ulkus Marginal Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 7. Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcer

c. Ring Ulcer Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

2.5. Gejala Klinis Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Subjektif 

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva



Sekret mukopurulen



Merasa ada benda asing di mata



Pandangan kabur



Mata berair



Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus



Silau



Nyeri Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif 

Injeksi siliar



Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat



Hipopion

2.6. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topical oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:  Ketajaman penglihatan  Tes refraksi  Tes air mata  Pemeriksaan slit-lamp  Keratometri (pengukurankornea)  Respon reflek pupil  Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

2.7. Penatalaksanaan Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik. a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah 1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya 2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih 4. Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis 1. Pengobatan konstitusi Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh. 2. Pengobatan lokal Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan. Infeksi pada mata harus diberikan : 

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine : -

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

-

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

-

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dianjurkan salep mata atau tetes mata atropin 1% untuk mengurangi nyeri karena spasme siliar dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior karena iridosiklitis sekunder. Atropin juga meningkatkan suplai darah ke uvea anterior dengan mengembalikan tekanan di arteri siliaris anterior sehingga membawa lebih banyak antibodi di aqueous humour, juga mengurangi eksudat dengan menurunkan permeabilitas vaskular dan hiperemiDengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru 

Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.



Antibiotik Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Terapi antibiotik 1. Terapi empirik: fluorokuinolon (0,3%) 2. Kokus gram positif: cefuroksim (0,3%), vankomisin (5%) 3. Batang gram negatif: gentamisin (1,5%), fluorokuinolon (0,3%), atau seftazidim (5%) 4. Kokus gram negatif: fluorokuinolon (0,3%), seftriakson (5%)



Anti jamur Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:

1.

Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

2.

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3.

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4.

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik



Anti Viral Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal

untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.

2.8. Pencegahan Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata. -

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

-

Jika mata sering

kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah -

Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.

2.9. Komplikasi Komplikasi yang paling sering timbul berupa: 

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat



Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis



Prolaps iris



Sikatrik kornea



Katarak



Glaukoma sekunder

2.10. Prognosis Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

DAFTAR PUSTAKA 1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000 2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007. 3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007. 4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi kelima FKUI, Jakarta, 2014 5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike 2,Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002 6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989 7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14 8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org

Related Documents


More Documents from ""