REFERAT Ulkus Kornea Karena Jamur
Oleh: Hilda Habibah 201720401011166
Pembimbing: dr. Iqbal Hilmi, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan Referat stase MATA ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Laporan kasus yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai “Ulkus Kornea karena Jamur”. Penulisan referat ini diajukan untuk memenuhi tugas individu stase MATA. Dengan terselesaikannya laporan kasus ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. Iqbal Hilmi Spesialis mata, selaku pembimbing kami, yang telah membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan referat ini. Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
Jombang, 25 November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4 2.1 Anatomi Mata ...................................................................................... 4 2.2 Ulkus Kornea ...................................................................................... 8 2.2.1 Definisi ....................................................................................... 9 2.2.2 Etiologi ........................................................................................ 9 2.2.3 Patofisiologi ................................................................................ 11 2.2.4 Gejala Klinis .............................................................................. 13 2.2.Diagnosis ........................................................................................ 13 2.2.Pemeriksaan penunjang.................................................................. 14 2.2.6 Penatalaksanaan ......................................................................... 15 2.2.7 Komplikasi .................................................................................. 16
iii
2.2.8 Prognosis .................................................................................... 16 BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
iv
BAB 1 PENDAHULUAN Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media refraksi, kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea merupakan jendela untuk melihat dunia dan cahaya yang masuk ke mata pertama kali akan melewati struktur ini. Berbagai keluhan bisa terjadi pada kornea termasuk terbentuknya ulkus/tukak kornea. Ulkus tersebut bisa terdapat pada sentral kornea dan berpengaruh sekali pada visus atau bisa terdapat di tepi kornea dan tidak terlalu berpengaruh pada visus. Kornea terdiri atas 5 lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descemet, dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Peradangan kornea jika tidak didiagnosis secara dini serta tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kerusakan pada kornea sampai dapat berlanjut menjadi ulkus. Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan kehilangan epitel juga sampai mengenai stromal kornea. Klasifikasi ulkus kornea dibagi menjadi infeksius dan non-infeksius. Ulkus kornea infeksius disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus. Sedangkan ulkus 1
2
kornea noninfeksius disebabkan oleh penyakit autoimun, neutrotropik, toksik, dan alergi (AAO, 2012). Faktor yang dapat menyebabkan ulkus kornea secara umum lainnya antara lain, meliputi Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka, Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus, serta Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun seperti kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif. Terbentuknya ulkus pada kornea banyak ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang. Komplikasi yang ditimbulkan ulkus kornea seperti terbentuknya jaringan parut menyebabkan perlunya mendapatkan penanganan khusus dan secepat mungkin. Semakin dalam ulkus yang terbentuk maka gejala dan komplikasinya semakin berat. Pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan penyebab terjadinya ulkus. Penyulit yang mungkin timbul antara lain infeksi di bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (pembentukan lubang), kelainan letak iris dan kerusakan mata Adapun Etiologi ulkus kornea yaitu ulkus kornea karena jamur, ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur, biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaiaan kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi resistensi epitel kornea.
3
Menurut epidemiologi di Indonesia, kekeruhan kornea masih menjadi penyebab masalah kesehatan mata dikarenakan kelainan ini menjadi penyebab kebutaan utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini disebabbkan oleh beberapa mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus,
yang apabila telat
penangganannya maupun tidak diterapi secara tepat akan menyebabkan kerusakan stroma
dan
meninggalkan
jaringan
parut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata
Gambar 2.1 Anatomi mata Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.² Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkaran dengan diameter vertikal 10-11mm dan horizontal 11-12mm, tebal 0,6-1mm terdiri dari 5 lapis .Kemudian indeks bias 1,375 dengan kekutan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea, yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh
4
5
menyebabkan sifat transparan hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel. Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensoris terutama saraf siliaris longus, saraf nasosiliaris, saraf ke V saraf siliaris longus berjalan supra koroid , masuk kedalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
6
Gambar 2.2 Lapisan Kornea
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:² 1. Epitel Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat fat soluble substance. Ujung saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu kelaianan pada epitel akan menyebabkan gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Daya regenerasi cukup besar, perbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. Tebalnya 50um, terdiri atas sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan. 2. Membrana Bowman Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
7
stroma. Mempertahankan bentuk kornea Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi. Kerusakan akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.2 3. Stroma Lapisan yang paling tebal dari kornea. Bersifat water soluble substance. Terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen
bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel. Gangguan dari susunan serat kornea terlihat keruh.
Terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descemet Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat dan tidak berstruktur dan bening terletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan. sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40um. 5. Endotel Satu lapis sel terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea, mengatur cairan didalam stroma kornea, tidak mempunyai daya regenerasi, pada kerusakan bagian ini tidak akan normal lagi. Dapat rusak atau terganggu
8
fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intra okuler dan usia lanjut jumlah mulai berkurang. Berasal dari mesotalium, berlapis satu bentuk heksagonal besar 20-40 um. Endotel melekat pada mebran descemet melalui hemi desmosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. 2.2 Ulkus Kornea karena jamur 2.2.1 Definisi Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan kehilangan epitel juga sampai mengenai stromal kornea. Klasifikasi ulkus kornea dibagi menjadi infeksius dan non-infeksius. Ulkus kornea infeksius disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus. Sedangkan ulkus kornea noninfeksius disebabkan oleh penyakit autoimun, neutrotropik, toksik, dan alergi (AAO, 2012) 2.2.2 Etiologi Ulkus kornea karena jamur merupakan ulkus/defek kornea yang disebabkan mikroorganisme berupa jamur seperti golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium. Selain itu, Beberapa penyebab ulkus kornea karena jamur adalah Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian
kortikosteroid
jangka
panjang,
Fusarium
dan
sefalosporium
menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan
9
dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik, selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatannya dengan pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik. Jamur merupakan sekelompok mikroorganisme yang memiliki dinding yang rigid dan nukleus dengan kromososm multipel yang mengandung DNA dan RNA. Jamur yang dapat menyebabkaninfeksi kornea adalah jamur filamentosa (misalnya Aspergilllus dan Fusarium), dan yeast (ragi, misalnya candida dan cryptococcus). Fungi yang seringkali menyebabkan ulkus kornea jamur adalah Aspergillus (paling sering), candida dan Fusarium. 1. Aspergillus Ciri dari morfologi koloni Aspergillus sp. Adalah berwarna hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya, miselium berbentuk seperti
10
benang halus. Asspergillus sp. Tersebar di udara dan dapat masuk melalui saluran pernafasan sehingga menyebabkan bronchopneumoni, radang paru, dan Pulmonarry aspergillosis (merlin, 2012)
Gambar. Mikroskopis Aspergillus sp.(Ellis et al, 2007) 2. Fusarium Fusarium sp.merupakan jamur yang tersebar luas baik pada tanaman maupun dalam tanah. Termasuk kelas Ascomycetes, semula dimasukkan ke dalam kelas Deuteromycetes karena hanya melakukan reproduksi secara aseksual dengan alat reproduksinya disebut konidin, namun saat ini telah ditemukan fase seksual dalam melakukan reproduksi yaitu telem orph. Jamur ini mempunyai tiga alat reproduksi aseksual yaitu mikrokonidia, makrokonid dan klamidospora
Gambar. Mikroskopis Furasium.(Ellis et al, 2007)
11
3. Candida sp Candida sp. Merupakan flora normal pada selaput mukosa saluran vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku serta tangan.Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran aliran darah, tromboflebitis, endokarditis dan infeksi pada mata.
Gambar. Mikroskopis candida.(Ellis et al, 2007) 2.2.2 Patofisiologi Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadi ulkus kornea. Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi
12
ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbul kekeruhan di cairan COA disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel. 2.2.4
Gejala Klinis
A. Gejala Ulkus kornea karena jamur
13
Gejala klinis ulkus kornea berupa gejala obyektif dan gejala subyektif. Gejala subyektif yang timbul berupa eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret, merasa ada benda asing mata, pandangan kabur, mata berarir, bintik putih pada kornea dan nyeri. Gejala obyektif yang timbul berupa injeksi silier, hilangnya epitel kornea, infiltrat dan hipopion. Gejala lain yang dapat menyertai berupa penipisan kornea, lipatan descemet, rekasi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), hifema serta sinekia posterior. 2.2.5
Diagnosis
Penegakan diagnosis klinik ulkus kornea karena jamur meliputi: 1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, tanah dan pemakaain streoid topikal lama 2. Nyeri pada ulkus korena karena jamur lebih ringan dibandingkan etiologi ulkus kornea karena bakteri 3. Ulkus luas, tepi ulkus sedikit menonjol, kering dan irreguler, putih abu-abu, atau coklat sesuai koloni jamur. Tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh. 4. Lesi satelit 5. Plak endotel 6. Hipopion 7. Lasi kornea yang indolen Reaksi tersebut akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi mitotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehungga terjadi nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.
14
Gambar. Ulkus kornea karena jamur Diagnosis ulkus kornea dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan slit lamp. Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan atau visus, didapatkan adanya penurunan visus. Penelitian Ezegwei 2010 menyebutkan, 82 pasien ulkus kornea sebanyak 55 pasien mengalamai penurunan visus kurang dari 3/60. Jenis mikroorganisme ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik dan kultur.
2.2.6
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dibutuhkan meliputi pemeriksaaan wet KOH, calcofluor, pemeriksaan gram dan Giemsa untuk melihat hifa jamur dan kultur pada media Sabourad. Dilakukan biopsi kornea diindikasikan bila tidak terdapat perbaikan klinis dalam 3-4 hari dan jika tidak terdapat pertumbuhan dari corneal scrapping setelah 1 minggu ( Kasnki, 2011).Adapun prosentase 40,65 % ulkus kornea disebabkan oleh jamur, merupakan prosentasi cukup besar bila dibandingkan
15
uklus kornea karena bakteri yaitu sebesar 38,85 %. Infeksi jamur tersebut disebabkan oleh Candida, fusarium, Aspergillus, Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides (Amatya et al 2012) 2.2.7 Penatalaksanaan Ulkus kornea karena jamur Penatalaksanaa secara umum adalah dengan tujuan penatalaksanaan sebagai eradikasi bakteri dari kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta
hasil
uji
sensitivitas
mikroorganisme
penyebab.
Selain
terapi
medikamentosa, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah tindakan operatif. Penatalaksaan jamur pada kornea pengobatan berdasarkan pada jenis dari jamur. 1. Belum
diidentifikasi
jenis
jamur
penyebabnya,
berikan
topikal
Amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan imidazole 2. Jenis jamur telah teridentifikasi: a. Jamur berfilamen: natamycin suspensi 5 % lima kali per hari. Pilihan lain berikan Amohoterisin B 0,15% setiap menit selama 1 jam b. Ragi (yeast) : Amp-B 0,15 % setiap 5 menit selama 1 jam dan kemudian 1 jam un tuk beberpa hari. c. Ketokonazole oral bisa digunakan untukterapi adjuvan pada ulku jamur yang berfilamin berat. Flukonazol oral untuk ulkus kornea et causa candida sp. Jika terapi tidak efektif, stop dan lakukan poengambilan spesimen untuk kultur ulang
16
2.2.8 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Ulkus kornea adalah: Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Pengobatan ulkus yang tidaka dekuat dapat menyebabkan komplikasi 1. Terbentuknya jaringan parut kornea sehingga terjasi penurunan visus 2. Perforasi kornea 3. Iritis dan ridosiklitis 4. Descemetokel 5. Endoftalmitis dan panofthalmitis 6. Glaukoma sekunder 7. Katarak 2.2.9
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
17
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah darikonjungtiva.Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
BAB III KESIMPULAN Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan kehilangan epitel juga sampai mengenai stromal kornea. Klasifikasi ulkus kornea dibagi menjadi infeksius dan non-infeksius. Ulkus kornea infeksius disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus. Sedangkan ulkus kornea noninfeksius disebabkan oleh penyakit autoimun, neutrotropik, toksik, dan alergi (AAO, 2012). Ulkus kornea karena jamur merupakan ulkus/defek kornea yang disebabkan mikroorganisme berupa jamur seperti golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium. Gejala klinis ulkus kornea berupa gejala obyektif dan gejala subyektif. Gejala subyektif yang timbul berupa eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret, merasa ada benda asing mata, pandangan kabur, mata berarir, bintik putih pada kornea dan nyeri. Gejala obyektif yang timbul berupa injeksi silier, hilangnya epitel kornea, infiltrat dan hipopion. Penatalaksanaan secara umum adalah dengan tujuan penatalaksanaan sebagai eradikasi bakteri dari kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan. Ulkus kornea karena jamur terapi spesifik tergantung jamur penyebabnya Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA Albar MY. Karakteristik penderita uklus kornea di rs h. adam malik medan tahun 2010-2011 [tesis]. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2012. American Academy of Ophtamology, 2007. Externa disease and cornea. San Fransisco. Anonym, 2010. Kornea ulcer. Faculty of Havard Medical School, National Eye Institute. Diakses tanggal 22 November 2018. Anatomy of Eye, 2010. www.medscape.com, diakses tanggal 19 November 2018. Suharjo, fatah W. Tingkat keparahan ulkus kornea di rS sarjito sebagai tempat pelayanan Mata tertier, 2007 Infectious disease of external eye: clinical aspercts chapter 7, p185-7. American Academy of Ophtalmology San Francisco: 2008 Ilyas Sidharta, Yulianti Sri Rahayu, 2015, Ilmu Penyakit Mata, Badan Penerbit FK UI, Jakarta, Ed. 5, pp. 292-294 Ophtamology of Evaluation.2010. www.medscape.com, diakses tanggal 24 November 2018 Whitcher JP. Oftamologi preventif. Dalam: Whitcher JP, Riordan-Eva P, editors. Oftamologi umum vaughan dan asbury. Edisi 17. Pendit, BU (alih bahasa). Jakarta: EGC; 2010