Pemeriksaan Sistem Pencernaan Kelompok 3 : Ella Shafira R. M. 172310101057 Wina Qanita 172310101065 Dhea Cristina D. S. 172310101071 Filda Muktiani 172310101076 Nila Uli Saadah 172310101081
Endoskopi Endoskopi merupakan teknik diagnosa yang dilakukan untuk mengamati struktur internal mukosa organ dengan memasukan scope yang diujung distalnya terdapat kamera atau serabut optik. Scope dapat dimasukan melalui mulut, hidung, anus, atau sayatan kecil yang sengaja dibuat. Alatnya disebut endoskop yang terbagi menjadi 2, yaitu rigid dan fleksibel.
Prinsip Kerja Endoskopi 1. Sistem Pemrosesan Gambar 2. Sistem Penghantaran Cahaya 3. Sistem Mekanik
Penggunaan Endoskopi 1. 2. 3. 4. 5.
Laringoskopi Esofagoskopi Gastroskopi Sigmoidoskopi atau Kolonoskopi Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) 6. Endoscopic ultrasound (EUS) 7. Laparoskopi
Fungsi Endoskopi 1. Berperan dalam menentukan penyebab perdarahan dan lokasi lesi yang terjadi 2. Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi
Jenis-Jenis Endoskopi 1. 2. 3. 4.
Endoskopi kaku (rigidscope) Endoskopi lentur (fiberscope) Endoskopi video (evisscope) Endoskopi kapsul (capsule endoscope)
Rontgen Definisi: Pancaran sinar X yang menembus organ tanpa kontras dan ditangkap oleh film berupa gambar (radiografi).
Cara Pemeriksaan Menggunakan Rontgen 1. Foto polos perut. Definisi : foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan: - suatu penyumbatan - kelumpuhan saluran pencernaan - pola udara abnormal di dalam rongga perut - pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium atau Fluoroscopy cara : penderita menelan barium ataupun diberikan dalam bentuk enema, barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung, usus halus, polip, tumor, dan kelainan struktur lainnya. Terdapat dua jenis rontgen menggunakan fluoroscopy yaitu : 1. Rontgen saluran pencernaan atas Digunakan untuk melakukan diagnosis cedera atau masalah di dalam kerongkongan, perut dan usus kecil seperti maag, tumor, hernia, pencernaan tersumbat, dan peradangan. Biasanya pasien perlu berpuasa selama 8-12 jam dan mengosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan.Jenis rontgen ini memakan waktu selama 20 menit. Pasien akan mengalami konstipasi atau warna tinja dapat berubah menjadi abu-abu atau putih selama 48 hingga 72 jam setelah menjalani prosedur dikarenakan media kontras. 2. Rontgen saluran pencernaan bawah Digunakan untuk memeriksa tumor jinak, kanker, penyakit radang usus, divertikulitis, ataupun penyumbatan usus besar. Pasien diharuskan berpuasa setelah tengah malam dan hanya meminum cairan jernih seperti jus, teh, kopi hitam, kola, ataupun sup kaldu. Jika perlu meminum obat pencahar guna membersihkan usus besar semalam dan mengosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan, jika memungkinkan. Rontgen ini memakan waktu sekitar 30-60 menit dan pasien mungkin akan merasakan tekanan pada perut atau keram ringan setelah pemeriksaan.
Foto Polos Perut
Pemeriksaan barium atau Fluoroscopy
USG (Ultrasonography) Definisi : Ultrasonografi adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Pemeriksaan menggunakan USG dinyatakan aman bahkan untuk seorang ibu hamil karena ultrasound menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar manusia. Manfaat : untuk mengetahui kelainan patologis pada organ yang diperiksa.
Gambar yang dihasilkan USG hampir semua bagian tubuh kecuali organ yang dipenuhi udara atau ditutupi tulang. Tes USG membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Normalnya, ketika proses USG berlangsung organ yang diamati akan menunjukkan gambar non invasif yang menentukan kondisi organ tersebut.
Contoh Pemeriksaan USG 1. Pemeriksaan USG Pankreas Pankreas biasanya menunjukkan homogenitas, dengan sedikit vena yang tampak jelas. Bentuknya terlingkupi organ disekitarnya. 2. Pemeriksaan USG Saluran Empedu USG batu empedu memiliki sensitivitas 95% dalam mendiagnosis batu kandung empedu yang berdiameter 1,5mm atau lebih.
Perunut Radioaktif Definisi : isotope radioaktif yang yang ditambahkan ke dalam bahan kimia dan makhluk hidup untuk mempelajari sistem. Digunakan untuk mengetahui metabolisme secara umum, mendeteksi adanya tumor dan gangguan lainnya.
Pemeriksaan Perunut Radioaktif 1. Pemeriksaan In Vivo Definisi : pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan radiofarmaka kedalam tubuh pasien baik secara inhalasi, ingesti maupun injeksi, sehingga diketahui fungsi organ target yang dimaksud.
Contoh Pemeriksaan In Vivo a. Pemeriksaan Fungsi Ginjal Senyawa 131 I-Hippuran dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan ditampilkan dalam bentuk kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal yang di dasarkan pada kecepatan setiap fase dan bentuk kurve.
b. Pemeriksaan Fungsi Hati Tc-99m, Au-98, I-131, NaI-131 dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh hasil berupa gambaran ukuran hati, adanya kelainan disekitar jaringan hati, respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit hati, dan adanya kelainan bawaan hati.
2. Pemeriksaan In Vitro Definisi : pemeriksaan yang dilakukan diluar tubuh dengan menggunakan sampel darah dan urin dari pasien untuk mengetahui fungsi hormonal, infeksi, petanda tumor, dan efek berbagai obat –obatan. Contoh : pemeriksaan hormon insulin dalam darah
Pemeriksaan Kimiawi 1. Darah Samar Dalam Feses Untuk mendeteksi infeksi parasit seperti skistosomiasis intestinal serta mendeteksi pendarahan pada usus yang disebabkan oleh tumor, polip ataupun inflamasi. Pemeriksaan ini awalnya menggunakan benzidin, namun benzidin tidak direkomendasikan lagi karena terbukti karsinogenik atau dapat memicu kanker.
Pemeriksaan Darah Samar 1. Sigmoidoskopi fleksibel yang dilakukan setiap 5 tahun setelah usia 50 tahun. 2. Kolonoskopi yang dilakukan setiap 10 tahun setelah usia 40 tahun. 3. Double-contrast barium enema dilakukan setiap 5 tahun. 4. CT colonography (kolonoskopi virtual) yang dilakukan setiap 5 tahun
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien sehari sebelum melakukan pemeriksaan : 1. Pasien tidak boleh memakan daging 2. Pasien dilarang mengonsumsi obat-obatan yang mengandung senyawa besi 3. Pasien juga tidak boleh menyikat gigi secara kuat
Pemeriksaan Kimiawi Pemeriksaan dilakukan dengan melihat warna, konsistensi, adanya substansi abnormal seperti adanya darah dan frekuensi berak. Bilirubin dalam usus berubah menjadi urobilinogen kemudian teroksidasi oleh udara menjadi urobilin. Reaksi ini positif pada penderita diare serta pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen.
Daftar Pustaka Barthel JS, Chamness CJ, Dodam JR, Faunt KK, Gross ME, Guilford WG, Kolata RJ, McCarthy TC, McKiernan BC, Monnet et al. 2005. Veterinary Endoscopy for The Small Animal Practitioner. Missouri (US) : Elsevier Science. Divers SJH. 2008. Clinical Technique : Dental Endoscopy of Rabbits and Rodents. J Exot Pet Medic 17 : 87-92. Moore LE. 2008. Small Animal Gastroenterology. Steiner JM, editor. Hannover (DE): Schlutersche Verlagsgesellschaft. Sebastiani AM, Fishbeck DW. 2005. Mammalian Anatomy of The cat, Ed ke-2. Colorado (US):Morton Publishing Company. Steiner JM. 2008. Small Animal Gastroenterology. Hannover (DE): Schlutersche Verlagsgesellschaft Tams TR editor. Introductions to Flexible GI Endoscopy. Proceedings of The North American Veterinary Conference. Florida, 8-12 Juni 2005. Florida : Eastern States Veterinary Association. Tams TR, Rawlings CA. 2011. Small Animal Endoscopy, 3rd ed. Missouri (US): Mosby Elsevier.
Medicastore. 2010. Pemeriksaan diagnostik untuk saluran pencernaan. m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=19 (diakses pada 03 Juni 2018) Sianipar, AN. 2015. Ultrasonografi (USG). [serial online] https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&a mp;esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&a mp;uact=8&ved=0ahUKEwjppPTTotLXAhUEs48KHXK RA74QFggvMAE&url=http%3A%2F%2Frepository.us u.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F21437 %2FChapter%2520II.pd%3Fsequence%3D4&usg=AO vVaw1TKERNePcz29PoEdAxQLrx Kusminarto. 2007. Fisika: penerapannya dalam bidang medis. Yogyakarta. FMIPA UGM [serial online] http://www.fisikanet.lipi.go.id/data/1014222304/data/13 91824870.pdf
Suyatno, F. 2008. Aplikasi Radiasi Sinar-X di Bidang Kedokteran untuk Menunjang Kesehatan Masyarakat. Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-Batan: Tangerang. Sunarya ,Y. dan A, Setiabudi.2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Setia Purna Inves. http://www.didiksazali.ga diakses pada tanggal 3 Juni 2018. Chairlan, M. Biomed, E. Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan. Ed. 2. Jakarta: EGC Djojodibroto, D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical Check-Up). Ed. 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor Handaya, A. Y. 2017. Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Saluran Cerna (Digestif). Ed. 1. Yogyakarta: Rapha Publishing