LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA
Pembimbing: Dr. Arief Priyadi, Sp.M
Oleh: Khoirussyifa ZN 2013730058
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM SYAMSUDIN, SH PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA PERIODE 12 NOVEMBER – 14 DESEMBER 2018
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. YR
Usia
: 74 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT Status
Status pernikahan
: Menikah
Alamat
: Jl. Pelda RE Suryata RT 03/05, Sukabumi
Tgl Pemeriksaan
: 31 November 2018
ANAMNESIS A. Keluhan Utama Pasien mengeluhkan mata kanan buram ± 2 minggu yang lalu.
B. Keluhan Tambahan Penglihatan mata kanan buram seperti ada yang menghalangi, mata merah, silau, berair, nyeri kepala.
C. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Klinik Mata RSUD R. Syamsudin, S.H pada tanggal 31 November 2018 dengan keluhan mata kanan buram. Gangguan mata terjadi pertama kali saat
± 2 minggu yang lalu. Buram seperti ada
bayangan putih yang menutupi seperti kabut dan mengeluh adanya bintik putih pada mata. Buram bertambah buruk sampai mata kanan pasien tidak melihat. Keluhan disertai dengan keluhan mata merah.
Pasien
mengeluhkan nyeri pada matanya, merasa silau, menjadi berair dan sakit kepala. Pasien menyangkal mual, muntah ataupun demam. Pasien sudah berobat ke klinik namun hanya diberikan obat untuk sakit kepala saja, tidak diberikan obat untuk keluhan matanya. Pasien menggunakan obat tetes mata yang dibeli di warung namun keluhan tidak membaik.
1
D. Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat hipertensi : pasien baru mengetahuinya 2 minggu lalu saat berobat ke klinik, namun pasien tidak meminum obat hipertensi.
-
Riwayat diabetes mellitus
: disangkal
-
Riwayat alergi
: disangkal
-
Riwayat asma
: disangkal
-
Riwayat trauma
: disangkal
-
Riwayat operasi
: disangkal
-
Riwayat penyakit mata
: disangkal
-
Riwayat pemakaian kaca mata : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga -
Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.
-
Pasien menyangkal adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan alergi.
F. Riwayat Pengobatan -
III.
Pasien memberikan obat tetes air mata beli di warung, pasien lupa nama obat dan ciri-ciri kemasannya. Obat tetes mata digunakan sebanyak 1 tetes/hari, keluhan tidak membaik.
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 183/93 mmHg
Nadi
: 83 kali per menit
Laju napas
: 18 kali per menit
Suhu
: 36.2 °C
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 145 cm
IMT
: 26.1 kg/m2
Status gizi
: normal
Kepala
: normocephali, tidak terdapat deformitas.
Hidung
: deviasi (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
: mukosa oral basah, sianosis (-)
Telinga
: sekret (-/-), darah (-/-)
Jantung
: bunyi nafas vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Paru
: bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Ekstremitas
: datar, bising usus (+) 9x/menit : CRT < 2 detik, hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan Oftalmologi Variabel
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
Visus
1/60 ph 2/60
5/50F ph 5/15F
Kedudukan Bola Mata
Ortoforia
Ortoforia
Supersilia
Warna hitam, simetris
Warna hitam, simetris
Palpebra Superior dan
Edema (-), Nyeri tekan
Edema (-), Nyeri tekan
Inferior
(-), Blefarospasme (-),
(-), Blefarospasme (-),
Trikiasis (-)
Trikiasis (-)
Sikatrik (-)
Sikatrik (-)
Konjungtiva Superior
Hiperemis (+),
Hiperemis (-),
dan Inferior
Folikel (-), Papil (-), Folikel (-), Papil (-), Sikatrik (-), Hordeolum Sikatrik (-), Hordeolum (-), Kalazion (-)
Konjungtiva Bulbi
Sekret
(-),
(-), Kalazion (-) Injeksi Sekret
(-),
Injeksi
Konjungtiva
(+), Konjungtiva (-), Injeksi
Injeksi
(+), Siliar (-), Perdarahan
Siliar
Perdarahan Subkonjungtiva Pterigium (-)
Subkonjungtiva (-), Pterigium (-)
(-),
Sklera
Hiperemis
(+),
nyeri Putih, nyeri tekan (-)
tekan (-) Kornea
Tidak jernih, infiltrate Jernih, (+) 4 x 3 mm, bulat,
edema
(-),
infiltrat (-)
terletak di sentral. edema(-). Bilik Mata Depan
Iris
Sedang, jernih, hifema
Sedang, jernih, hifema
(-), hipopion (-)
(-), hipopion (-)
Sulit dinilai
Warna coklat kehitaman, kripta (-), sinekia (-).
Pupil
Sulit dinilai
Isokor, bulat, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung (+), refleks cahaya tidak langsung (+)
Lensa
Sulit dinilai
Tes Fluoresin pada mata kanan (+).
Jernih
IV.
RESUME Ny.YR, 74 tahun, datang ke Klinik Mata RSUD R. Syamsudin, S.H pada tanggal 31 November 2018 dengan keluhan mata kanan buram seperti ada bayangan putih yang menutupi seperti kabut dan mengeluh adanya bintik putih pada mata sejak ± 2 minggu yang lalu, bertambah buruk sampai mata kanan pasien tidak melihat. Keluhan disertai dengan keluhan mata merah, nyeri, silau, berair dan sakit kepala. Pasien menggunakan obat tetes namun keluhan tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah 183/93 mmHg dan tanda-tanda vital serta pemeriksaan generalis lainnya dalam batas normal dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus OD 1/60 ph 2/60 dan OS 5/50F ph 5/15F. Pada pemeriksaan OD, ditemukan adanya hiperemis pada konjungtiva superior dan inferior, injeksi konjungtiva dan injeksi silier, sklera hiperemis, kornea tidak jernih, infiltrate (+) 4 x 3 mm, bulat, terletak di sentral, Tes Fluoresin (+).
V.
DIAGNOSIS KERJA o Ulkus kornea oculi dextra ec susp bakteri + hipertensi + kelainan refraksi oculi sinistra
VI.
DIAGNOSIS BANDING o Ulkus Kornea ec susp viral o Ulkus kornea ec susp jamur
VII. TATALAKSANA o Levofloxacin 1,5% 8 x 1 tetes/hari o Atropine 1% tetes mata 3 x 1 tetes / hari o Amlodipin 1x10 mg VIII. PROGNOSIS -
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
-
Quo ad functionam
: dubia ad malam
-
Quo ad sanactionam
: dubia ad malam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI KORNEA
Gambar 1. Anatomi Kornea.1
Kornea adalah jaringan transparan. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:1 1) Lapisan Epitel Terdiri dari sel toraks berlapis. Epitel berasal dari ectoderm permukaan. 2) Membran Bowman Terdiri dari serat kolagen yang tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi. 3) Jaringan Stroma menyusun 90% dari kornea. Lapisan kolagen tersusun teratur, dimana penyusunan sel ini penting dalam menentukan kejernihan kornea. Stroma pada bagian anterior lebih padat dibandingkan bagian posterior, karena terdapat perbedaan susunan proteoglikan.
4) Membran Descement Memiliki fungsi regenerasi, membran ini terdiri dari serat kolagen yang berbeda dari serat yang ada pada stroma. 5) Endotel Terdiri dari selapis sel polygonal yang berfungsi untuk memompa cairan berlebih yang ada pada stroma. Kepadatan sel endotel pada dewasa muda adalah 3000 sel/mm2 dimana kepadatan ini akan turun 0.6% per tahun. Pada saat kepadatan sel mencapai 500 sel/mm2 akan terbentuk edema kornea dan akan menganggu transparansi dari kornea.
Limbus adalah bagian transisi dari kornea dan sclera, memiliki lebar ±1mm. Terdapat banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Terdiri dari 2 lapis: lapisan epitel dan stroma. Stem cells banyak terdapat di limbus, dimana dapat berproliferasi dan melakukan diferensiasi. Pada bagian limbus yang mendekati kornea (Schwabe’s line) akan terlihat perubahan warna menjadi abu-abu. Pada bagian limbus terdapat saluran berjalannya cairan aqueus yaitu trabecular meshwork, kanalis Schlemm dan saluran kolektor aqueus.1
Gambar 2. Anatomi Saluran Air Mata.
Persarafan di bagian kornea terdiri dari persarafan sensorik dan otonom. Persarafan sensorik berasal dari N.V1 (bagian oftalmik dari nervus trigeminal). Persarafan otonom berasal dari sistem simpatis. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.1
2.2. DEFINISI Ulkus kornea adalah adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.2
2.3. EPIDEMIOLOGI Di Amerika, insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya.2 Penelitian di India, 25% dari pasien dengan ulkus kornea memiliki riwayat trauma terkena padi, dahan pohon, tanah dan batu.3 Ulkus kornea terjadi pada wanita dan pria dengan perbandingan 1.6 : 1. Ulkus kornea lebih sering terjadi pada populasi dengan usia produktif. Bedasarkan penelitian, ulkus kornea lebih banyak terjadi pada individu yang bekerja di bidang agrikultur, konstruksi, atau pengangkutan barang berat.3 Faktor risiko non traumatik terhadap ulkus kornea adalah dakrosistitis kronis (Streptococcus pneumonia). Faktor resiko ulkus kornea yang lain adalah adanya penyakit lepra, lagophtalmos, dry eye, dan keratitis.3
2.4. ETIOLOGI 1) Infeksi Bakteri Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Ulkus yang disebabkan oleh bakteri, onset kejadiannya akut disertai dengan adanya lakrimasi dan biasanya disertai hipopion. 2) Infeksi Virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Virus Herpes Simpleks dapat ditemukan secara umum pada tubuh manusia. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, 0.15% pasien yang terkena infeksi virus herpes simpleks, mengalami infeksi virus herpes simpleks okular. Pada umumnya, manusia sudah terserang virus herpes pada saat
masa kecil. Virus ini akan menetap di ganglion. Pada keadaan immunosupresi, infeksi ataupun stress dapat membuat infeksi dari virus Herpes muncul.2 3) Infeksi Jamur Penelitian di Amerika Serikat, penyebab paling umum adalah jenis Fusarium. Faktor resiko adalah trauma ke kornea yang disebabkan oleh tanaman atau sayuran, pengguna kontak lensa, penggunaan kortikosteroid topical
dan
pasien
dengan
imunodefisiensi
seperti
penggunaan
kortikosteroid sistemik, riwayat infeksi kronis.4
Gambar 3. Ulkus Kornea disebabkan oleh Fungi. Batas seperti bulu pada ulkus, ciri khas ulkus yang disebabkan oleh jamur.
4) Acanthamoeba Infeksi oleh Acanthamoeba spp. adalah protozoa yang dapat hidup di beberapa media seperti tanah, botol air minum, tempat mencuci mata dan udara, Pada daur hidupnya terdapat dua bentuk yaitu bentuk amoeba dan kista.
2.5. KLASIFIKASI Berdasarkan lokasi, terdiri dari: 1) Ulkus Kornea Sentral Ulkus kornea sentral biasanya terdapat pada bagian dalam dari kornea, membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh. Penting untuk mengetahui faktor sistemik.
Gambar 4. Ulkus Kornea Sentral.
2) Ulkus Kornea Perifer Ulkus perifer dapat bermanifestasi di satu atau kedua mata. Beberapa keadaan sistemik yang ditemukan berkaitan dengan ulkus kornea perifer adalah rheumatoid artritis, Wegener granulomatosis, lupus eritematosus sistemik, polikondritis berulang, polyarteritis nodosa, dan infeksi seperti hepatitis, sifilis, ulkus Mooren. Ulkus mooren biasanya terjadi pada lanjut usia, penyebab belum diketahui, biasnya menyerang satu mata.
Gambar 5. Ulkus Kornea Perifer.
2.6. MANIFESTASI KLINIS Pada ukus kornea oleh bakteri, memiliki keluhan rasa sakit dengan onset yang cepat, fotofobia dan injeksi konjungtiva. Ulkus dapat dideteksi dengan menggunakan slit lamp dimana ulkus akan terlihat sebagai infiltrat yang disertai dengan inflamasi stroma dan dikelilingi oleh edema stroma. Namun untuk menentukan etiologi dari ulkus tidak cukup dengan melihat dari manifestasi klinisnya saja. Kultur merupakan pilihan dalam menentukan etiologi pasti dari ulkus. Manifestasi klinis dari ulkus kornea berbeda-beda bedasarkan etiologinya.
Pada ulkus kornea oleh virus, memiliki keluhan adanya sensasi mengganjal pada mata, fotofobia, injeksi konjungtiva, dan penglihatan yang kabur. Fotofobia adalah gejala paling parah dari penyakit ini. Manifestasi klinis yang khas dari penyakit ini adalah adanya lesi dendritik yang dapat terlihat dengan pewarnaan flurorescein. Manifestasi klinis lainnya adalah terdapat ciliary flush atau adanya cincin merah yang terlihat menyebar dan dimulai dari bagian kornea. Pada ulkus kornea oleh jamur, tampak adanya infiltrat bewarna abuabu dengan batas yang tidak tegas dan irregular seperti bulu. Beberapa lesi tampak dengan pola satelit. Jika ulkus disebabkan oleh ragi, maka akan terlihat koloni jamur dengan batas yang lebih tegas bewarna putih dan tampak pada bagian superfisial. Plak pada bagian endotel dan hipopion dapat muncul pada minggu pertama. Durasi pada infeksi jamur dapat berlangsung lebih lama dibandingkan infeksi bakteri (5 – 10 hari). Pada ulkus kornea oleh Aspergillus, memiliki keluhan rasa nyeri di mata disertai dengan fotofobia, dan manifestasi yang khas adalah adanya infiltrat di bagian stroma berbentuk cincin. Gejala ini disertai dengan adanya defek epitel dan edema stroma. Perjalanan penyakit berlangsung dengan cepat dan jika tidak ditangani dengan segera dapat membahayakan penglihatan.
2.7. PENATALAKSANAAN Alur Alur tatalaksana ulkus kornea yang disebabkan oleh infeksi:5 Corneal scrappin (untuk pemeriksaan mikroskopik/kultur) Memulai terapi empiris (Antibiotik topikal + Sikolplegik + anti mikroba oral*) * Indikasi dari pemberian antimikroba oral:
Ukuran dari ulkus > 5 mm (ukuran terpanjang atau terlebar)
Kedalaman dari ulkus > 50%
Terdapat hipopion
Terdapat perforasi kornea
Ulkus muncul bersamaan dengan adanya endophtalmitis /panopthalmitis
Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.6
2.8. PROGNOSIS Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.2 Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.2
DAFTAR PUSTAKA 1. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, International Edition: A Systematic Approach. Elsevier Health Sciences. 2015. P 931. 2. Coaster, J.D. Fundamental of Clinical Ophthalmology Cornea. London. BMJ. 2002. P 41-46. 3. Putri AM, Heryati S, Nasution N. Characteristics and Predisposing Factors of Bacterial Corneal Ulcer in the National Eye Center, Cicendo Eye Hospital, Bandung from January to December 2011. Althea Med J. 2015. P 443. 4. Thomas PA. Fungal infections of the cornea. Eye. 2003. P.852–62. 5. Bacterial
Keratitis
Ophthalmology.
PPP
2013
-
2013
[cited
[Internet].
2018
Nov
American 6].
Academy of
Available
from:
https://www.aao.org/preferred-practice-pattern/bacterial-keratitis-ppp--2013. 6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2. Penerbit Sagung Seto. 2002.