BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Namun, apabila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai
ketuban
pecah
dini
pada
kehamilan
premature
atau
Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM). Pecahnya selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 20022003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan KPD merupakan penyebab paling sering menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan. Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat kehamilan aterm, 8-10% wanita mengalami KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu maupun janin. Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis. Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infeksi (65%) sebagai penyebabnya. Selain itu, coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3
1
kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%, aktivitas berat sebesar 43,75%, infeksi genitalia sebesar 37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD. Oleh sebab itu, perlu dipahami dengan baik pathogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat untuk memperbaiki luaran/outcome dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan bayinya.
BABII LAPORAN KASUS 2.1. IDENTITAS PASIEN Identitas Pasien Nama
: Ny.YK
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Koya barat
Agama
: Kristen Protestan
Suku/Bangsa
: Serui
2
2.2.
Pendidikan
: S1-Teologia
Pekerjaan
: Pendeta
Tanggal MRS
: 19-03-2018
ANAMNESA Keluhan Utama Mules-mules Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD kebidanan membawa pengantar dari praktek dr. Daniel H. Usmany, Sp.OG dengan G1P0A0 hamil 36-37 minggu (0503-2018), dengan TP USG 02-04-2018. Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak ±3hari SMRS, dirasakan semakin sering dan bertambah kuat ±8jam SMRS. Pasien mengaku keluar air-air berbau amis dari jalan lahir sejak ±2hari SMRS, lendir bercampur darah (+), demam (-). Gerak janin dirasakan aktif (+). Keputihan saat hamil (+), gatal (+), bau (+), banyak (+) dan berwarna kuning. HPHT ?-07-2017, TP ?-04-2018. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Asma, Alergi, Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Penyakit Jantung disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Asma, Alergi, Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Penyakit Jantung disangkal Riwayat Sosial Ekonomi Pasien sudah menikah sah dengan suami yang sekarang selama 9 bulan. Pasien sehari-hari bekerja sebagai pendeta dan suaminya sehari-sehari bekerja sebagai PNS di Lapas Abepura. Riwayat Obstetri : 1. Riwayat Kehamilan:G1P0A0
No
Jenis
Penolong BB
Jenis
3
Umur
Hidup/ Mati
. 1.
Persalinan Hamil ini
Kelamin
Sekarang
2. Riwayat Pernikahan: Usia Pernikahan: ♀ Umur: 27 Tahun, Pendidikan: S1-Teologia, Pekerjaan: Pendeta ♂ Umur: 29 Tahun, Pendidikan: SMA, Pekerjaan: PNS Lapas Abepura 3. Riwayat Menstruasi: Menarche Siklus Haid Gejala Penyerta
: 13 Tahun : Teratur, 28 hari. Lama haid: 5Hari. : Dismenore (-)
4. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Sebelum Hamil Tidak menggunakan kontrasepsi 5. Riwayat Psikososial: Riwayat merokok (-), riwayat minum jamu-jamu (-), riwayat minum-minuman beralkohol (-). 2.2 STATUS GENERALIS Keadaan Umum : Tenang Tinggi Badan : 160 cm BMI : 27,3%
Kesadaran : Compos Mentis Berat badan : 70 kg
Tanda-tanda vital
: Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 90x/menit Respirasi : 20x/menit Suhu Badan : 36,6°C
Kepala
: Mata
: Konjungtiva : (-/-) Sklera Ikterik : (-/-) Hidung : Simetris, deviasi septum (-), secret (-) Mulut : Mukosa bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), pembesaran tonsil (-) Telinga: Bentuk (N), deformitas (-), edema (-),nyeri
Leher Thorax
tekan (-) : Pembesaran kelenjar tiroid : (-) Pembesaran kelenjar getah bening : (-) Pembesaran vena jugularis : (-) : Jantung : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal, murmur (-), gallop (-)
4
Paru
: Gerakan simetris (+/+), retraksi (-/-), vokal fremitus D=S, sonor, suara nafas: vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-) :Luka bekas operasi (-). Hati : Tidak teraba, nyeri tekan (-) Limpa : Tidak teraba, nyeri tekan (-) : Akral hangat (+/+), Edema - + + : Reflex fisiologi (+) : (-)
Abdomen Ekstremitas
Reflex Lain-lain 2.3 STATUS OBSTETRI TFU
: 31 cm
LA
: memanjang, punggung kanan, kepala 4/5
DJJ
: 145 dpm
Kontraksi : 3x/10’/30-35” TBBJ
: 2790g
VT
: Vulva/vagina : tidak ada kelainan Portio
: tebal, lunak, posterior
Pembukaan
: 2 cm
Ketuban
: (-)
Stasion
: -4
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium TANGGAL 19 Maret 2018
JENIS
HASIL
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI HGB RBC WBC HCT PLT PT APTT
10,4 g/dl 4,39 x 106/µL 9,45 x 103/µL 31,8% 171.000 10,7 detik 25,8 detik
5
NILAI RUJUKAN
12,5-15,0 g/dL 4,5-5,5 x 106/µL 4,0-10,0 x 103/µL 39,0-50,0 % 150.000-450.000 10,2 – 12,1 detik 24,8 – 34,4 detik
b. USG
: Taksiran partus berdasarkan USG 02-04-2018 (pemeriksaan tanggal 05-03-2018) : (-)
c. Foto Rontgen 2.5 RESUME Pasien Ny. YK, usia 27 tahun, G1P0A0 hamil aterm, membawa pengantar dari praktek dr. Daniel H. Usmany, Sp.OG dengan G1P0A0 hamil 36-37 minggu (05-03-2018), dengan TP USG 02-04-2018. Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak ±3hari SMRS, dirasakan semakin sering dan bertambah kuat ±8jam SMRS. Pasien mengaku keluar air-air berbau amis dari jalan lahir sejak ±2hari SMRS, lendir bercampur darah (+). Gerak janin dirasakan aktif (+). Keputihan saat hamil (+), gatal (+), bau (+), banyak (+) dan berwarna kuning. HPHT ?-07-2017, TP ?-04-2018. Pada pemeriksaan fisik dan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 31 cm, LA memanjang, punggung kanan, kepala 4/5, DJJ 145dpm, kontraksi 3x/10’/30-35”, TBBJ 2790g. Dari pemeriksaan dalam didapatkan vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 2cm, ketuban (-), station -4. 2.6 DIAGNOSA KERJA G1P0A0 Parturien Aterm Kala I fase laten + KPD 2hari 2.7 PENATALAKSAAN RL 500cc + Oxytocin 2 IU 20tpm (IV) Inj. Ceftriaxon 1x2gr (IV) 2.8 Observasi Tanggal 19/3/’1
Jam 15.30
8
Observasi KU tenang, kesadaran CM, TD 110/70mmHg, N 90x/m, R 20x/m, St. Obs: TFU 31cm, letak janin memanjang, presentasi kepala, DJJ 145x/m, VT vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, arah posterior, 2cm, ketuban
15.45
(-), presentasi kepala. Lapor dr. Daniel Usmany, Sp.OG, Induksi persalinan dengan oxytocin 2IU dalam RL 500cc 20tpm, Inj.
20/3/’1 8
06.30
Ceftriaxon 1x2gr(IV) KU tenang, kesadaran CM, TD 110/80mmHg, N 85x/m, R 20x/m, St. Obs: TFU 31cm, letak janin memanjang,
6
presentasi kepala, DJJ 145x/m, VT vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, arah posterior, 2cm, ketuban (-), presentasi kepala. Lapor dr. Daniel H. Usmany, Sp.OG: Rencana CITO SC
2.8 LAPORAN SECTIO CAESAREA
Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal
Dilakukan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya, dilakukan insisi pfannestiel. Abdomen ditembus secara tajam dan tumpul
Setelah peritoneum dibuka tampak uterus gravidus,
Dilakukan insisi semilunar pada atas SBR dan dilebarkan secara tumpul
Dengan meluksir kepala bayi, pada pukul 12.15 WIT lahir bayi Laki-laki BB: 3400 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9
Klem tali pusat, potong tali pusat, gunting tali pusat
Dalam tarikan ringan, plasenta lahir spontan lengkap pukul 12.17WIT
Eksplorasi kavum uteri dengan kassa dan betadine
Jahit SBR dengan benang vicryl 2.0
Setelah diyakini tidak ada perdarahan, cavum abdomen dicuci dengan NaCl
Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
Peritoneum di jahit dengan vicryl 2.0
Musculus dijahit dengan vicryl 2.0
Fasia dijahit dengan vicryl 1.0
Kulit dijahit dengan vicryl 1.0
Luka jahitan di tutup
Operasi selesai
Perdarahan ± 250 cc, urine ± 200 cc
Instruksi post operasi : Observasi KU, TTV, produksi Urin IVFD RL 500 cc 20 tpm Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
7
Metronidazole 3 x 500 mg drip (IV) Paracetamol 3 x 500 mg drip (IV) Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (IV) Inj. Vit C 2x600mg (IV)
2.9 DIAGNOSA AKHIR P1A0 Partus Aterm SC a/i KPD 2hari + Gagal Induksi 2.10 PROGNOSA Quo Ad Vitam Quo Ad Fungtionam Quo Ad Sanationam
: Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam
8
BAB III PEMBAHASAN 1. Apakah diagnosis sudah tepat ? Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature rupture of membrans (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan / inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida. Dari kasus diketahui, ibu mengaku keluar air-air dari jalan lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Dan dari observasi saat ibu masuk hingga diputuskan untuk dilakukan sectio caesarea pembukaan serviks tetap 2cm. TEORI Anamnesa
pasien
dengan
KASUS KPD Pasien datang dengan keluhan
merasa basah pada vagina atau mules-mules sejak ±3hari SMRS, mengeluarkan cairan yang banyak dirasakan berwarna putih jernih, keruh, hijau, bertambah atau kecoklatan sedikit-sedikit atau Pasien
semakin kuat
mengaku
sering
dan
±8jam
SMRS.
keluar
air-air
sekaligus banyak, secara tiba-tiba berbau amis dari jalan lahir sejak dari jalan lahir. Keluhan tersebut ±2hari SMRS, lendir bercampur dapat disertai dengan demam jika darah (+). Pemeriksaan obstetrik didapatkan sudah ada infeksi. Pasien tidak TFU 31 cm, LA memanjang, sedang dalam masa persalinan, tidak punggung kanan, kepala 4/5 ada nyeri maupun kontraksi uterus. Dari pemeriksaan dalam Riwayat umur kehamilan pasien didapatkan vulva/vagina tidak ada lebih dari 20 minggu. kelainan, portio tebal, lunak, arah Pada pemeriksaan fisik abdomen, posterior, pembukaan 2cm, ketuban didapatkan uterus lunak dan tidak (-), station (-). adanya nyeri tekan. Tinggi fundus Pemeriksaan inspekulo tidak harus diukur dan dibandingkan dilakukan pada pasien ini.
9
dengan
tinggi
yang
diharapkan
menurut hari pertama haid terakhir. Palpasi
abdomen
perkiraan
memberikan
ukuran
janin
dan
presentasi. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan
bagian
presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Pemeriksaan inspekulo dilakukan memastikan cairan ketuban yang keluar
dari
OUE,
dengan
menggunakan tes lakmus, dimana lakmus merah menjadi biru Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan dalam (VT), pada pasien konfirmasi dengan kertas lakmus tidak dilakukan. 2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat ? TEORI a. Konservatif Tirah baring
KASUS Pasien diinduksi, diberikan RL untuk
mengurangi
keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan dapat diperpanjang. Tirah baring
ini
juga
dapat
dikombinasikan dengan pemberian antibiotik
sebagai
profilaksis
(mencegah infeksi). Antibiotik yang dianjurkan : Ampicillin
(untuk
infeksi
Streptococcus β ) : 4 x 500 mg atau eritromicin
bila
tidak
tahan
ampicillin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Bahaya menunggu
terlalu
lama
10
500cc + Oxytocin 2 IU 20tpm (IV). Setelah ±15 jam kemudian, dilakukan masih
pemeriksaan
belum
persalinan
ada
(ditandai
ulang,
kemajuan dengan
pembukaan yang tetap), maka diputuskan
untuk
terminasi
kehamilan (sectio caesarea). Untuk infeksi,
mencegah
terjadinya
diberikan
antibiotik
Ceftriaxon 1x2gr (IV).
adalah
kemungkinan
semakin
meningkat
infeksi sehingga
terpaksa harus dilakukan terminasi b. Tatalaksana aktif Usia kehamilan > 36 minggu. Sudah dianggap
aterm
sehingga
dapat
hidup diluar kandungan dan selamat. Kehamilan pada usia ini dapat di induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Bila ada tanda-tanda infeksi, tinggi
berikan dan
antibiotic
persalinan
dosis
diakhiri.
Bila pembukaan / skor pelviks < 5, lakukan
pematangan
kemudian
induksi.
Jika
serviks, tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
Bila pembukaan / skor pelviks > 5, induksi persalinan Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat. 3. Bagaimana prognosis kedepan ? Prognosa dari pasien sendiri pada kasus ini baik, karena sudah ditangani dengan baik. Dari usia kehamilan yang sudah aterm, tidak adanya tanda infeksi dilihat dari hasil laboratorium leukosit masih dalam batas normal. BAB IV KESIMPULAN Penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi KPD tergantung pada umur kehamilan janin, tanda infeksi intrauterin, dan kondisi pasien. Pada umumnya, tampak lebih pantas untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah ke rumah sakit dan melahirkan semua bayi yang berumur lebih dari 36 minggu, dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin. Persalinan diinduksi
11
dengan oksitosin selama presentasi janin adalah kepala. Bila induksi gagal, dilakukan seksio sesarea.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hudono S.T. Penyakit darah. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T, eds. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006; 2. Cunningham G, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C. OBSTETRI WILIAMS Edisi 23 Volume 1. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.2010. 3. Arianti, Dina Eva. Ketuba Pecah Dini. Scribd 2016.
12
13