i
KARYA TULIS ILMIAH
KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
OLEH : INDAH FEBRIANA 141310053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017
i
KARYA TULIS ILMIAH
KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Analis Kesehatan (A.Md.AK.) pada Diploma III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
INDAH FEBRIANA 141310053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017
ii
ABSTRAK KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) Oleh : Indah Febriana
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 yang mengkonsumsi mie instan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Sampel penelitian sebanyak 33 orang dan teknik sampling adalah Purposive Sampling. Variabel penelitian adalah kadar hemoglobin yang dianalisis menggunakan hematology analyzer Mindray BC 3600. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu (57,6%), dan hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu (33,3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah. Kata kunci: Kadar Hemoglobin,Mahasiswa ICMe mi instan
iii
ABSTRACT HEMOGLOBIN LEVELS OF THE STUDENTS WHO CONSUME INSTANT NODLE (Study on student D-III of Health Analyst of High School of Health Sciences of Insan Cendekia Medika Jombang) By : Indah Febriana Changos in the lifes of today's society also influenca consumption patterns with the nse of instant food. So that students pay less attention to the diet that is consumed so they choose instarrt noodles instead of breakfast. The purpose of this research was to know the description of hemoglobin level on D-lll students college of health analyst in 4th semester who consumed instant noodles. This research type was descriptive research. The data relrieval was done in the the institute of health science of lnsan Cendekia Medika (STlKes ICME) Jombang, while the examination of hemoglobin level was done in the laboratory of RSIA Muslimat Jombang. The research samples were as many as 33 people and the sampling technique was Purposive Sampling. The research variable was the hemoglobin level which was analyzed using hematology analyzer Mindray BC 3600. Based on the reserch result showed that's most. of respondent had low hemoglobin level namely (57,60/0), and almost hatf of the respondents consumed instant noodles in one week average 3 packets namely (33,3%). The conclusion of this research was most of respondents had low hemoglobin level. Keywords : Hemoglobin levels,ICMe Student, instant noodles
iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 03 Februari 1996 dari ayah yang bernama Andy Mudofar dan ibu yang bernama Nurhayati, penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Kuala Pembuang I, penulis lulus dari SMPN Kuala Pembuang I tahun 2010, penulis lulus dari SMK Kesehatan BIM Jombang tahun 2014 dan pada tahun 2014 lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, 2 Agustus 2017
Indah Febriana
viii
MOTTO Setiap orang memiliki definisi mengenai hidup sehat dan saya mendefinisikannya bahwa kesehatan itu sebagai prioritas bukan obsesi.
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur atas semua nikmat-Mu ya Allah, Engkau berikan kemudahan di setiap langkah-langkah ku. Engkau berikan jalan keluar di setiap kesulitanku. Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung penulis dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu : 1. Kepada kedua orangtuaku Andy Mudofar & Nurhayati yang sangat saya cintai dan saya banggakan terimakasih atas doa dan support selama ini dan mendampingi saya sampai mendapatkan gelar A.Md, AK 2. Adikku terinta Silvia Azzahra dan keluarga besar saya yang selalu memberikan semangatdan motivasi untuk saya. Yang selalu menyertakan saya dalam doa-doa terbaiknya di setiap akhir ibadahnya. 3. Kepada dosen pembimbing I Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep.,
dan dosen
pembimbing II Sri Lestari, S.KM., yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada saya, yang membimbing saya dengan penuh ketekunan dan rasa sabar, tanpa meminta imbalan. 4. Sahabat-sahabatku (Yuwanita, Silvi, Diyah, April)yang selalu memberikan motivasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Untuk Abdul Latif yang selalu setia menemani selama 3tahun menempuh gelar A.Md, AK terimakasih sayang…….
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil di selesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah "Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep.Ns., M.Hum., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Erni Setiyorini, S.KM.,M.M., selaku Kaprodi D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Sri Lestari, S.KM., selaku pembimbing Dua yang telah banyak memberi motivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Kepada kedua orang tuaku yang selalu
memberi do'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini ada ketidaksempurnaannya, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Jombang, 2 Agustus 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR .............................................................................
i
HALAMAN JUDUL DALAM ...........................................................................
ii
ABSTRAK .....................................................................................................
iii
ABSTRACT ..................................................................................................
iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
viii
MOTTO .......................................................................................................
ix
PERSEMBAHAN .........................................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI
............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..........................................................
3
1.3
Tujuan .............................................................................
3
1.4
Manfaat ...........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Hemoglobin ........................................................
5
2.1.1 Definisi Hemoglobin ...............................................
5
2.1.2 Pembentukan Hemoglobin .....................................
6
2.1.3 Struktur Hemoglobin ...............................................
7
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin......
8
2.1.5 Fungsi Hemoglobin ................................................
12
2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) ..................
13
2.2. Kadar Hemoglobin .........................................................
15
2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin .....................................
15
2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) .......
16
2.3. Konsep Mi instan.............................................................
20
2.3.1 Definisi Mi instan ....................................................
20
xii
BAB III
2.3.2 Bahan Pembuatan Mi instan...................................
21
2.3.3 Kandungan Mi instan ..............................................
24
2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin ...
27
KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka konseptual.......................................................
BAB IV
BAB V
BAB VI
30
METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................
33
4.2. Design Penelitian ...........................................................
33
4.3. Populasi/Sampel/Sampling .............................................
33
4.4. Definisi Operasional ........................................................
35
4.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja ........................
35
4.6
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.....................
38
4.7
Kerangka Kerja ...............................................................
40
4.8. Etika Penelitian ...............................................................
41
4.9
41
Keterbatasan Penelitian ..................................................
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................
42
5.2. Hasil Penelitian ...............................................................
42
5.3. Pembahasan ...................................................................
46
PENUTUP 6.1. Simpulan .........................................................................
52
6.2. Saran ..............................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
56
xiii
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar
2.1
Struktur Heme .....................................................................................
7
3.1
Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) tahun 2017 ..........................................................................
30
Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mi instan .................................
40
4.1
Halaman
xiv
DAFTAR TABEL
No
Tabel`
Halaman
4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan ...................................................................
35
5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017..................
43
5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ....................................................................................................
43
5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017..................................
44
5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ..........................................................................
44
5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ...................................................
45
5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ...................................................
45
5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .........................................................................................
46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ............................................
56
Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ...............................
57
Lampiran 3 Form Instrumen Penelitian .......................................................
58
Lampiran 4 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus .......................................
59
Lampiran 5 Permohonan Pemeriksaan Sampel .........................................
60
Lampiran 6 Surat Keterangan ....................................................................
61
Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional ................................................
62
Lampiran 8 Contoh Hasil Analisis Laboratorium ..........................................
64
Lampiran 9 Hasil Analisis ............................................................................
65
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................
73
Lampiran 11 Lembar Konsultasi....................................................................
78
Lampiran 12 Bebas Plagiasi .........................................................................
79
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mie instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan mahasiswa sebagai makanan populer. Makanan yang seharusnya diinginkan mahasiswa ialah seperti makanan yang mengandung protein, mineral, karbohidrat, serat, dan vitamin. Kegiatan mahasiswa yang padat membuat sebagian mahasiswa mengalami keluhan seperti kepala pusing, lemah atau lesu, dan kurang berkonsentrasi saat pembelajaran. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Padahal sarapan merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang dilakukan semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk memenuhi 20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari (Dewi, 2014). Data World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Di Jawa Timur tahun 2014 kasus penderita anemia sebanyak 20.077 dilaporkan dari Rumah Sakit Pemerintah (Profil Kesehatan Jawa Timur) sebanyak 20120. Di Jombang sekitar 1952 orang
1
mengalami anemia (Dinkes Kabupaten Jombang 2014). Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada laki-laki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014). Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam tubuh manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida. Kekurangan hemoglobin, berdampak pada kesehatan seperti kapala pusing, badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan,
daya
konsentrasi
menurun.
Jika
tidak
dilakukan
upaya
meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia. Selain itu protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah tingkat sosial ekonomi, penyakit kronik dan asupan zat gizi. Indonesian dietary guidelines menggunakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai pedoman masyarakat Indonesia dalam mengatur makanan yang sehat setiap hari (Ikhmawati, 2013). Anemia dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, daging, telur, kerang, dan seafood. Selain dengan mengkonsumsi beberapa jenis makanan hal yang harus diperhatikan adalah memelihara dan menjaga pola hidup sehat. Mahasiswa yang sering mengkonsumsi mie instan, hendaknya
juga
mengkonsumsi
sayuran
hijau
dan
buah-buahan
mengandung vitamin C. Tingginya vitamin C yang tekandung dalam
2
sayuran dan buah-buahan sehingga sangat baik sebagai sumber zat besi.Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali lipat. Vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi yang lebih mudah diserap oleh usus (Ikhmawati, 2013). Mahasiswa yang senang mengkonsumsi mie instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya seperti sayuran, telur dan sebagainya. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan 1.4. Manfaat 1.4.1 Teoritis Manfaat yang diharapkan dapat menambahkan keilmuan teknologi laboratorium kesehatan khususnya Analis Kesehatan terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Insan
Cendekia
Medika
Jombang
yang
mengkonsumsi mie instan. 1.4.2 Praktis Manfaat yang diharapkan untuk mahasiswa dapat memberikan informasi terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan. Agar mahasiswa dapat menjaga pola konsumsi, olahraga, dan istirahat yang cukup. Bagi peneliti
3
selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hemoglobin 2.1.1 Definisi Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh (Bastiansyah, 2008). Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh membutuhkan oksigen, oksigen adalah sumber energi yang paling penting dalam tubuh. Tanpa cukup hemoglobin, jaringan akan kekurangan pasokan oksigen, sehingga jantung dan paru-paru harus bekeja
lebih
keras
untuk
mengimbanginya.
Kadar
rendah
haemoglobin mungkin menandakan anemia, pendarahan yang berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi atau katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yang tidak normal seperti yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010). Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi
5
tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012). Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012). 2.1.2 Pembentukan Hemoglobin Pembentukkan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24-48 jam pematangan. Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin terutama di fagositosis limfa, hati dan sumsum tulang kemudian direduksi menjadi heme dan globin, globin masuk kembali ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru (Sadikin 2014). 2.1.3 Struktur Hemoglobin
6
Hemoglobin
diberi
nama
berdasarkan
struktur
rantai
proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb A). Hemoglobin normal orang dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF.
Gambar 2.1 Struktur Heme (Sumber : Behrman, 2010, hal 508) Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, yang terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang mengandung besi
inilah
yang
disebut
heme.
Tiap
sub
unit
hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Sherwood, 2012).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin
7
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensiil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi (Lyza, 2010). 2. Metabolisme Besi dalam Tubuh Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan
8
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 2555 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Lyza, 2010). 3. Pola makan Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan. Beberapa jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai, kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut mengandung 4 mg zat besi per 100 gram. Selain zat besi, vitamin B12 juga merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin (Sherwood, 2012). 4. Usia Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada anak-anak menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak
9
untuk pertumbuhannya. Penambahan usia juga mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya polutan
yang
masuk
ke
dalam
tubuh
lebih
sulit
untuk
mentoleransinya (Sacher dkk, dalam Adiwijayanti, 2015). 5. Jenis kelamin Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika
perempuan
mengalami
menstruasi
banyak
terjadi
kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Estridge dkk, dalam Adiwijayanti, 2015). 6. Logam berat Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran udara dan rokok. Timbal yang telah masuk ke dalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah. Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir
10
50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 μg/dL (Lauwerys dan Perrine, dalam Adiwijayanti, 2015) 7. Genetik Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan hemoglobin
orang
normal.
Perbedaan
ini
menyebabkan
munculnya gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan, contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan
penyakit
keturunan
dimana
terdapat
molekul
hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang
rendah.
Sel-sel
terdistorsi
ini
menutup
kapilar
dan
mengganggu aliran darah (Sloane, dalam Adiwijayanti, 2015). 8. Lama kerja Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat seperti timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini terjadi karena penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan yang diterima. Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non-okupasional (Adiwijayanti, 2015).
11
9. Kebiasaan merokok Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang
menyaring
zat-zat
yang
masuk
ke
dalam
saluran
pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paru-paru menurun, merokok dapat mengiritasi sel mukus dan menyebabkan peningkatan mukus. Mukus yang berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok dapat menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron, kadmium, selenium, arsenik dan antimoni. Menurut Suriyaprom (dalam Adiwijayanti, 2015), merokok merupakan salah satu faktor penting
yang
mengandung
mempengaruhi banyak
zat
kadar
beracun
hemoglobin. dan
komponen
Rokok yang
menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal.
2.1.5 Fungsi Hemoglobin Hemoglobin
dalam
menjalankan
fungsinya
membawa
oksigen ke seluruh tubuh, hemoglobin di dalam sel darah merah mengikat oksigen melalui suatu ikatan kimia khusus. Reaksi yang
12
membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen dapat dituliskan sebagai berikut : Hb + O2
HbO2
Hemoglobin yang belum mengikat oksigen disebut sebagai deoksihemoglobin atau deoksi Hb dan umumnya dapat ditulis sebagai Hb. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut sebagai oksihemoglobin atau HbO2 seperti pada persamaan reaksi tersebut. Reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah, yaitu reaksi yang berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi penggabungan atau asosiasi terjadi di dalam alveolus paru-paru, tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan. Sebaliknya reaksi yang berjalan dalam arah yang berlawanan, dari kanan ke kiri, yang merupakan suatu reaksi penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai jaringan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan untuk diserahkan dan digunakan oleh selsel darah (Sadikin 2014). 2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai normal, kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara lain (Handayani dan Haribowo, 2008): 1. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat otak sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang
13
di bawa hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak. 2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata. 3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan frekuensi nafas. 4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena kekurangan yang ekstrim. Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin, terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya
untuk
menyediakan
oksigen
bagi
jaringan
tubuh.
(Handayani dan Haribowo, 2008). Terdapat tiga jenis anemia yang dipengarui oleh kadar hemoglobin, yaitu anemia sel sabit, anemia pernisiosa dan anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia sel sabit terjadi dari faktor genetik yang mempengaruhi genetik dari hemoglobin, anemia pernisiosa disebabkan tubuh tidak dapat menyerap vitanim B12, sedangkan anemia akibat kekurangan zat besi diakibatkan kurangnya pola konsumsi zat besi. Kekurangan kadar hemoglobin tidak hanya mengganggu sistem hematopoietik, namun juga mengganggu sistem
14
tubuh lainnya, seperti saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat kekurangan hemoglobin secara langsung menyebabkan penurunan hemoprotein seperti sitokrom. Kekurangan sitokrom menyebabakan lemahnya aktifitas sel saraf dan menghambat perkembangan sel saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal, kekurangan hemoglobin dapat menurunkan proses penyerapan vitamin D yang dapat mengganggu regulasi mineral seperti kalsium yang berujung pada terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat kekurangan kadar hemoglobin pada hati langsung berdampak pada menurunnya produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di hati (Sherwood, 2012). 2.2 Kadar Hemoglobin 2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin adalah jumlah total hemoglobin dalam pembuluh darah perifer dan menggambarkan jumlah total sel darah merah yang terdapat di dalam darah. Kadar hemoglobin dihitung dengan satuan gram per 100 ml (dL) darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan untuk melihat secara tidak langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator yang menentukan seseorang menderita anemia atau tidak. Gram hemoglobin per desiliter darah adalah indeks yang menyatakan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Pengukuran hemoglobin di dalam darah utuh merupakan cara yang paling banyak digunakan sebagai tes skrining anemia (Almatsier dkk, 2011).
15
2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Lyza, 2010). Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang
berwarna
cokelat.
Warna
yang
terbentuk
ini
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya
sama
dengan
warna
standar.
Karena
yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode
yang
lebih
canggih
adalah
metode
cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka
16
hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya. Metode lain adalah menggunakan Hematology analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Untuk beberapa rumah sakit sudah menggunakan alat ABX Micros 60 yang merupakan peralatan otomatis yang digunakan untuk peneriksaan haematologi lengkap (DL). Alat ini dapat membantu mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel–sel yang di lewatkan. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit. Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode pengukuran (=metri) jumlah dan sifatsifatsel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow) melalui celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat
satu
persatu, kemudian dilakukan
penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intra seluler termasuk inti sel. Prinsip impedensi listrik berdasarkan pada variasi impedensi yang dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro) yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elektrolit diluents / sys dII akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan) yang pada
17
masing-masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuransel) yang melewati impulst/voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin, cyan methemoglobin dan diukur secara spektro fotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Hasil yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel. Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah dimana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu. Alat ini memakai prinsip ini lazim disebut flow cytometri. Keuntungan dari Hematologi analyzer 1. Efisiensi
waktu
:
lebih
cepat
dalam
pemeriksaan
hanya
membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit dibandingkan dilakukan secara manual. 2. Sampel :pemeriksaan hematologi rutin secara manual misalnya, sampel yang dibutuhkan lebih banyak membutuhkan sampel darah (whole Blood). Manual prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan leukosit membutuhkan sampel darah 10 mikro, juga belum pemeriksaan lainnya. Namun pemeriksaan hematology analyzer ini hanya menggunakan sampel sedikit saja. 3. Ketepatan hasil :Hasil yang dikeluarkan oleh alat Hematologi analyzer ini biasanya sudah melalui quality control yang dilakukan
18
oleh intern laboratorium tersebut., baik di institusi RumahSakit ataupun Laboratorium Klinik. Kerugian Hematologi analyzer adalah tidak dapat menghitung sel abnormal. Pemeriksaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak selamanya mulus namun pada kenyataannya alat ini juga memiliki beberapa
kekurangan
seperti
dalam
hal
menghitung
sel-sel
abnormal, seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bias saja nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal. Prosedur pemeriksaan metode Hematologi analyzer 1. Menyalakan alat ; a. Tekan tombol power ON/OFF pada bagian kiri belakang alat. b. Alat akan menampilkan start up, tekan YES c. Lakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan menekan menu SERVIS-Concentrate Cleaning-YES 2. Running control atau specimen pasien a. Tekan tombol ‘’ID’’ untuk mulai melakukan pemeriksaan setelah melakukan pencucian alat. b. Siapkan control atau specimen pasien yang siap diperiksa yang telah dihomogenisasi. c. Isi ID pasien secara lengkap dan tekan YES d. Masukkan sampel setelah jarum penghisap sampel keluar ke bawah dengan menekan tombol belakang jarum penghisap sampel. e. Tunggu sampai keluar hasil pada layar dan hasil terprint dari alat.
19
3. Mematikan alat a. Pastikan terlebih dahulu bahwa alat telah dicuci sebelumnya b. Tekan tombol menu untuk mematikan alat. c. Matikan alat dengan menekan tombol power ON/OFF di belakang kiri alat (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016). Pada penelitian ini menggunakan Hematologi analyzer di laboratorium RSIA Muslimat Jombang. 2.3 Konsep Mie Instan 2.3.1 Definisi Mi instan Perubahan
gaya
hidup
masyarakat
masa
kini
turut
mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau slap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari
mienya
sendiri
maupun
minyak
sayur
dalam
sachet
(Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Ditinjau dari bahan utamanya yaitu tepung terigu mi bukan merupakan makanan asli Indonesia. Hampir seluruh dunia mengenal produk mi, walaupun nama, bentuk, bahan penyusun dan cara pembuatan berbeda. Dalam bahasa inggris mi dikenal dengan nama noodle, dalam bahasa Jepang disebut ramen, udon dan kisimen, sedangkan dalam bahasa Rail dikenal sebagai spaghetti. Mi adalah salah satu jenis produk pasta yang ditemukan' pertama kali oleh bangsa Tionghoa dengan membuatnya dari beras dan tepung kacang-kacangan. Mie disajikan dalam berbagai produk yaitu mi
20
basah, mi kering dan mi instan. Beberapa mie tersebut mempunyai sifat berbeda tergantung dari proses pembuatan dan bahan tambahan yang digunakan (Astawan, 2008). Standar
Nasional
(SNI)
nomor
3351-1994,
mi
instan
didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan slap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mi instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mi ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut adalah pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Kadar air mi instan umumnya mencapai 5 - 8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama. Proses pengeringan, mi dibedakan menjadi dua yaitu mi instan dan mi kering. Pengeringan mi instan dengan mengunakan minyak goreng sebagai median Pengeringan (instant atau fried noodle). Sedangkan mi kering pengeringannya dengan mengunakan udara panas (dried noodle). Mi instan mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan. Sehingga mi instan memiliki keunggulan rasa dibanding mi jenis lain. Namun demikian, mi instan disyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mi harus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket. 2.3.2. Bahan Pembuatan Mi instan 1. Bahan Utama Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mi. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang
21
digiling. Keistimewaan terigu di antara serelia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mi menyebabkan mi yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adaiah terigu yang memiliki kadar air 14 %, kadar protein 8-12 %, kadar abu 0,25-0,60 %, dan gluten basah 24-36 %. Kandungan proteinnya (gluten), terdapat 3 jenis terigu yang ada di pasaran, yaitu sebagai berikut: a. Terigu hard flour Terigu jenis ini mempunyai kadar protein 12-13 %. Jenis tepung ini banyak digunakan untuk membuat mi dan roti. Contohnya adalah terigu cap cakra kembar. b. Terigu medium hard flour Jenis tepung ini mengandung protein 9,5-11 %. Tepung ini banyak digunakan untuk campuran pembuatan mi, roti, dan kue. Contohnya adalah terigu cap segitiga biru. c. Terigu soft flour Jenis terigu ini mengandung protein 7-8,5 %. Jenis tepung ini hanya cocok untuk membuat kue contohnya adaiah terigu cap kunci (Suyanti, 2008). Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mi karena glutennya dapat membentuk struktur tiga dimensi sebagai pembentuk kerangka. Kandungan protein total dalam gandum 718%, lebih kurang 80% penyusun protein adalah fraksi gluten yang merupakan pembentuk struktur kerangka.
22
2. Bahan Tambahan a. Tapioka Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan. Proporsi penggunaan terigu untuk industri pengolahan mie di Indonesia relatif besar. Oleh
sebab
pensubstitusi
itu,
pemanfaatan
(mengurangi
tepung
penggunaan)
tapioka terigu
sebagai dalam
pembuatan mie diharapkan dapat memberi keuntungan yang cukup besar. Tepung tapioka bisa digunakan sebagai bahan alternatif agar mie tetap kenyal. Harga tepung tapioka lebih murah dibandingkan dengan tepung terigu. Selain sebagai bahan pembuat mie, tepung tapioka dapat digunakan sebagai "dusting", yang berguna agar mie tidak lengket saat dicetak. b. Air Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karhohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mi menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang balk. c. Garam Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mi, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mi serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan
23
amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan. d. Minyak Goreng Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan. Dalam penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari bahan
yang
digoreng.
Kerusakan
minyak
selama
penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak. Hasil oksidasi lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak essensial dalam lemak Jadi bahan-bahan penting yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan adalah tepung terigu, garam (1,5 – 2,0% dari berat tepung terigu) dan air alkali. Garam biasanya merupakan campuran yang seimbang dari sodium karbonat dan potasium karbonat sering digunakan. Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mi, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mi serta mengikat air. 2.3.3. Kandungan Mi instan Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen
24
dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan. Mi instan yang termasuk dalam makanan siap saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Namun, mi instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu
mengandung
kandungan
protein,
karbohidrat vitamin,
dalam
dan
jumlah
mineralnya
besar, hanya
tetapi sedikit.
Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, sebab protein merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup dari berat kering dan 20% dari berat total seseorang manusia dewasa merupakan protein. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai sumber energi. protein juga berfungsi sebagai pembangun tubuh dan zat pengatur dalam tubuh (Muchtadi, 2014).
25
Lebih lanjut dijelaskan oleh Muchtadi (2014), bahwa salah satu fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai pembentuk senyawa tubuh esensial. Hormon yang diproduksi dalam tubuh seperti insulin, epinefrin dan tiroksin, pada dasarnya adalah protein. Hemoglobin, suati pigmen dalam darah, berfungsi untuk memberi warna merah pada darah dan mempunyai kapasitas untuk membawa baik oksigen maupun karbondioksida, adalah juga protein (Muchtadi, 2014). Berdasarkan
penelitian
Denistikasari
(2016),
terdapat
hubungan antara asupan protein dengan kejadian anemia pada siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa asupan protein memiliki peranan penting dengan kejadian anemia pada siswi. Jika asupan protein cukup maka kadar hemoglobin siswi baik maka tidak mengalami anemia. Apabila asupan kurang dapat terjadi anemia karena kadar hemoglobin kurang dari normal sehingga terjadi anemia (Denistikasari, 2016) Demikian juga penelitian Masthalina (2015), tentang pola konsumsi (faktor inhibitor dan enhancer fe) terhadap status anemia remaja putri didapatkan hasil bahwa responden yang anemia mempunyai asupan protein sebagian besar (81%) tidak baik, sedangkan responden yang tidak anemia memiliki sebagian besar (65,2%) kategori baik asupan protein. Protein harus dalam jumlah yang mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik karena protein memiliki peran yang penting pada absorbsi dan transportasi besi. Protein berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika tubuh kekurangan protein dalam jangka waktu
26
lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia (Masthalina, 2015). Jadi rendahnya komposisi protein yang terdapat pada mi instan dapat berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Adapun kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCI) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan. Mie instan dapat memicu penyakit seperti hipertensi, sehingga perlu dibatasi, cukup seminggu sekali atau dua minggu sekali, bahkan sebulan sekali (Yuli, 2015). Kelemahan lain mi instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini disebabkan mi instan mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme. C 2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin Hasil penelitian Ngangi (2013), berdasarkan hasil uji Fischer Exact tentang hubungan antara praktek gizi seimbang dengan kadar hemoglobin
27
dapat dilihat bahwa 58 orang (92,1%) yang memiliki praktek gizi seimbang baik memiliki kadar hemoglobin normal, sedangkan 5 orang yang memiliki praktek gizi seimbang baik memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal. Berdasarkan hasil uji Fischer Exact terlihat nilai p sebesar 0,586 (>0,05), hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek gizi seimbang dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian Nurnia (2013), menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi heme (p=0,008) dan frekuensi konsumsi makanan sumber pelancar absorbsi zat besi (p=0,024) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar, tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi nonheme (p=0,232) dan frekuensi konsumsi makanan penghambat absorbsi zat besi (p=0,466) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar di wilayah pesisir kota Makassar tahun 2013. Hasil penelitian Yuliati (2015), Hasil penelitian menunjukkan 91,4% responden mendapatkan konsumsi protein rendah dan seluruh responden (100%) mendapat konsumsi protein rendah, ada hubungan antara konsumsi protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin para mahasiswa UNY yang menjadi responden dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan
penelitian
terdahulu
diketahui
bahwa
walaupun
terdapat perbedaaan hasil, tetapi sebagian besar penelitian memberikan hasil bahwa asupan gizi memiliki hubungan dengan kadar hemoglobin seseorang, berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan kadar hemoglobin berdasarkan pola
28
konsumsi mi instan pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
29
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Mi Instant Bahan
Tepung Terigu
Tepung Tapioka
Air Alkali
Minyak Goreng
Garam
Kandungan Gizi Mi Instan
Karbohidrat
Lemak
Protein
Mineral
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Metode Cyanmethemoglob in
Hematologi Analyzer
Anemia
Normal
Polisitemia
Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti
Metode Sahli
Vitamin
Air
Faktor yang mempengaruhi: 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh 2. Metabolisme Besi dalam Tubuh 3. Pola makan 4. Usia 5. Jenis kelamin 6. Logam berat 7. Genetik 8. Lama kerja 9. Kebiasaan merokok
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan, Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang tahun 2016-2017
30
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Protein harus dalam jumlah yang mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik karena protein memiliki peran yang penting pada absorbsi dan transportasi besi. Protein berperan
dalam
proses
pembentukan
hemoglobin,
ketika
tubuh
kekurangan protein dalam jangka waktu lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia. Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total
mi
per
takaran
saji.
Natrium
31
memiliki
efek
yang
kurang
menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan. Kondisi ini dapat mempengaruhi terhadap kadar hemoglobin bagi mahasiswa yang sering mengkonsumsi mi instan. Pengukuran kadar hemoglobin diharapkan dapat memberikan gambaran terkait dengan kadar hemoglobin mahasiswa yang sering mengkonsumsi mi instan apakah dalam kategori normal (12-16 g/dL) ataukah anemia (< 12 g/dL) atau polisitemia (> 16 g/dL). Pengukuran kadar hemoglobin dalam penelitian ini menggunakanHematologi analyzer ABX Micros 60.
32
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.1.1 Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan mulai pembuatan proposal penelitian sampai dengan ujian akhir yaitu bulan April sampai dengan Juli 2017. 4.1.2 Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di program analis kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. 4.2 Disain Penelitian Disain
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
deskriptif.
Menurut Sugiyono (2014) metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggambarkan kadar hemoglobin mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan tahun 2015 yang mengkonsumsi mie instan menggunakan metodehematology analyzer ABX Micros 60. 4.3 Populasi/Sampel/Sampling 4.3.1 Populasi Populasi penelitian atau universe adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
33
Medika
Jombang
angkatan
tahun
2015
kelompok
A
yang
mengkonsumsi mie instan sejumlah 45 mahasiswa. 4.3.2 Sampel Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dan suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria Inklusi meliputi : a. Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan tahun 2015 kelompok A b. Mengkonsumsi mie instan minimal 3 bungkus dalam satu minggu d. Hadir di kampus saat pengambilan data penelitian. c. Bersedia menjadi Responden 2. Kriteria Eksklusi Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai penyebab (Nursalam, 2016). Kriteria Eksklusi meliputi : a. Mahasiswa yang tidak hadir saat penelitian.
4.3.3 Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun
34
ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2016). Adapun ciri-ciri yang diterapkan sebagaimana kriteria inklusi dan eksklusi 4.4 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kernungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Suryabrata, 2010). Tabel 4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan Definisi Variabel Parameter Alat Ukur Skor/ Kriteria Operasional Kadar Kapasitas darah Kadar Kuesioner Laki-laki Hemoglobi dalam hemoglobin dan 1. anemia : < 13,5 n Pada membawa dihitung Observasi g/dL Mahasiswa oksigen ke seldengan 2. normal : 13,5yang sel dalam tubuh satuan 18 g/dL mengkonsu gram per 3. polisitemia : > msi mie 100 ml (dL) 18 g/dL instan darah. Perempuan 1. anemia : < 11,5 g/dL 2. normal : 11,516 g/dL 3. polisitemia : > 16 g/dL (WHO, 2011)
4.5 Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja 4.5.1 Instrumen Penelitian Alat/sarana : a. Alat 1) Spuit injeksi 3 ml 2) Kapas 3) Toumiquet
35
4) Tabung vacum 5) ABX Micros 60 b. Bahan 1) Alkohol 70% 2) Darah 4.5.2 Prosedur Kerja Langkah-langkah penelitian atau prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang untuk pengambilan data penelitian. b. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini. c. Setelah responden menyatakan kesediaannya, kemudian peneliti mengambil sampel darah responden untuk dihitung kadar hemoglobinnya dengan prosedur sebagai berikut : 1) Cara pengambilan darah vena a) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti. b) Membendung lengan bagian atas dengan toumiquet supaya vena terlihat dengan jelas. c) Membersihkan lokasi yang akan diambil dengan alkohol 70% dan dibiarkan supaya kering kembali. d) Menusukkan jarum dengan posisi lubang jarum di atas sampai masuk kedalam vena. e) Meregangkan
pembendungan
dan
perlahan-lahan
penghisap spuit ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.
36
f) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum dengan spuit dicabut perlahan-lahan. g) Selanjutnya menusukkan jarum pada tabung vacum, maka secara otomatis darah akan terhisap sendiri kedalam tabung vacum (Hidayat, 2008). 2) Cara Pemeriksaan Hemoglobin dengan Cara Hematolagy Analizer; a) Menyiapkan alat dan bahan b) Menyalakan alat dengan menekan power ON/OFF pada bagian kiri belakang alat c) Alat akan menampilkan start up, kemudian menekan YES d) Melakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan cara menekan menu Servis-Concentrate Cleaning-Yes e) Melakukan Back Flush f) Menekan tombol lD untuk memulai melakukan pemeriksaan setelah melakukan pencucian alat g) Menyiapkan kontrol atau spesimen pasien yang siap diperiksa yang sebelumnya telah dilakukan homogenisasi . h) Mengisi lD pasien secara lengkap dan menekan YES i) Memasukkan kontrol atau spesimen pasien setelah jarum penghisap sampel keluar ke bawah dengan menekan tombol belakang jarum penghisap sampel j) Menunggu sampai hasil keluar pada layar dan hasil tercetak dari alat. k) Setelah selesai melakukan pemeriksaan, memastikan bahwa alat telah dicuci. l) Menekan tombol menu matikan alat
37
m) Mematikan
alat
dengan
cara
menekan
tombol
powerON/OFF (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016). d. Data yang sudah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. 4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4.6.1 Teknik Pengolahan Data Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2014). b. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014). Kode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Nomor responden Responden 1 Kode 1 Responden 2 Kode 2 Responden n Kode n 2) Jumlah konsumsi mie instan < 2 bungkus perminggu Kode 1 2-4 perminggu Kode 2 > 4 perminggu Kode 3 c. Tabulating Tabulating yakni membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,
38
2012). Dalam penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristiknya dan tujuan penelitian. d. Analisis Data Setelah data terkumpul sehingga perlu dicek kembali kelengkapan identitas responden, kelengkapan data (isi instrumen) dan mengecek macam isi data kemudian dilakukan tabulasi data variabel penelitian, maka dilanjutkan dengan analisis data.
4.6.2 Teknik Analisis Data Analis data menggunakan pendekatan deskriptif
untuk
menghitung persentase. Berdasarkan pendapat Arikunto (2010:251) rumus menghitung persentase sebagai berikut: 𝑃=
𝐹 𝑥 100% 𝑁
Keterangan: P = angka persentase F = frekuensi yang diukur N = Jumlah seluruh responden Hasil kemudian diinterpretasi sebagai berikut : 0%
: Tidak ada
1-25 %
: Sebagian kecil
26-49%
: Hampir sepruhnya
50
: Setengahnya
51-75%
: Sebagian besar
76-99%
: Hampir Seluruhnya
100%
: Seluruhnya.
39
4.7 Kerangka Kerja Kerangka
kerja
merupakan
langkah-langkah
yang
akan
dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Hidayat, 2012). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah :
Identifikasi Masalah
Design Penelitian Pendekatan Deskriptif
Populasi : Seluruh mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia MedikaJombang Program studi Analisis Kesehatan Angkatan tahun 2015 kelompok A sejumlah . 45 mahasiswa
Teknik sampling : Purposive Sampling
Sampel : 33mahasiswa
Pengumpulan Data Editing, Coding, Tabulating
Analisis data : Uji Kadar Hemoglobin menggunakan Hematologi analyzer ABX Micros 60 dihitung persentasenya Penyusunan Laporan akhir Gambar 4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan
40
4.8 Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi: 1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. 2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity) 3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2016). 4.9 Keterbatasan Penelitian Kendala atau keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan saat pengambilan sampel penelitian, karena tidak dapat dilakukan secara bersamaan, sehingga setelah dapat sampel darah harus segera dibawa ke Laboratorium RSIA Muslimat untuk diperiksa kadar hemoglobinnya. 2. Kendala
lainnya
peneliti
hanya
fokus
pada
mahasiswa
yang
mengkonsumsi mi instan minimal seminggu 3 bungkus sehingga data mahasiswa yang makan mi instan dibawah 3 bungkus tidak dijadikan sampel penelitian.
41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Program studi D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang adalah salah satu Program Studi yang ada di STIKes ICME Jombang. Program studi ini terletak di kampus C STIKes ICME Jombang di Jalan Kemuning 57 A Candimulyo Jombang. Kampus C ini terletak di lingkungan penduduk yang dekat dengan kota Jombang sehingga akses menuju kampus cukup mudah. Program D3 Analis Kesehatan memiliki 4 laboratorium diantaranya laboratorium
hematologi,
laboratorium
kimia
klinik,
laboratorium
mikrobiologi dan laboratorium kimia. Laboratorium mikrobiologi merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki program D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum. Ruangan laboratorium mikrobiologi dan parasitologi dilengkapi AC sehingga suhu suangan tidak terlalu mempengaruhi sampel, selain itu peralatan dan reagen yang ada cukup baik dan memadai sehingga pembelajaran pemeriksaan di laboratorium ini dapat sesuai dengan standart laboratorium di lapangan. 5.2. Hasil Penelitian Subyek penelitian adalah mahasiswa D3 Analis Kesehatan Kelas A (Semester IV) tahun akademik 2016/2017 yang berjumlah 45 mahasiswa. Setelah diberi kuesioner diketahui bahwa dari 45 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mengkonsumsi mie instan minimal 3 bungkus dalam satu minggu sebanyak 33 mahasiswa, sehingga responden yang
digunakan
dalam
penelitian
42
ini
berjumlah
33
mahasiswa.
Pengambilan data dilakukan di kampus C Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Hasil penelitian sebagai berikut : 5.2.1. Data Umum 1 Karakter Responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 No. Usia Frekuensi (f) Persentase (%) 1. 20 17 51,5 2. 21 15 45,5 3. 22 1 3,0 Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20 tahun yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), 2 Karakter Responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 Frekuensi No. Jenis Kelamin Persentase (%) (f) 1. Laki-laki 12 36,4 2. Perempuan 21 63,6 Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017 Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang (63,6%),
43
3 Karakter Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu Karakteristik responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu dibagi menjadi empat kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.3. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 Jumlah Mi No. Frekuensi (f) Persentase (%) Instan 1 3 bungkus 11 33,3 2 4 bungkus 9 27,3 3 5 bungkus 9 27,3 4 > 5 bungkus 4 12,1 Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017 Tabel
5.3
menunjukkan
bahwa
hampir
setengahnya
responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). 4 Karakter Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan Karakteristik
responden
berdasarkan
Waktu
mengkonsumsi Mi Instan dibagi menjadi empat kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 Waktu No. Frekuensi (f) Persentase (%) Mengkonsumsi 1 Pagi hari 16 48,5 2 Siang hari 7 21,2 3 Malam hari 6 18,2 4 Setiap saat 4 12,1 Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
44
Tabel
5.4
menunjukkan
bahwa
hampir
setengahnya
responden mengkonsumsi mi instan di pagi hari atau sarapan yaitu sebanyak 16 orang (48,5%). 5 Karakter
Responden
berdasarkan
Tambahan
saat
mengkonsumsi Mi Instan Karakteristik responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi
Mi
Instan
dibagi
menjadi
dua
kelompok.
Selengkapnya pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 No. Tambahan Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Tidak pakai 14 42,4 2 Pakai 19 57,6 Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak 19 orang (57,6%). 6 Karakter Responden berdasarkan Jenis tambahan Karakteristik responden berdasarkan Jenis tambahan dibagi menjadi tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 No. Jenis tambahan Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Telur 11 57,9 2 Sayuran 5 26,3 3 Nasi 3 15,8 Jumlah 19 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
45
Tabel
5.6
menunjukkan
bahwa
sebagian
responden
mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan telur yaitu sebanyak 11 orang (57,9%).
5.2.2. Data Khusus Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 Jenis Kadar Frekuensi Persentase No. Kelamin Hemoglobin (f) (%) 1. anemia : < 13,5 1. Laki-laki 8 24,2 g/dL 2. normal : 13,5-18 4 12,1 g/dL 3. polisitemia : > 18 0 0 g/dL 2. Perempuan 1. anemia : < 11,5 11 33,3 g/dL 2. normal : 11,5-16 10 30,3 g/dL 3. polisitemia : > 16 0 0 g/dL Jumlah Jumlah 33 100 Sumber Data : Data Primer Tahun 2017 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin dalam kategori anemia yaitu sebanyak 19 orang (57,6%), dengan perincian sebagian besar yaitu pada perempuan yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) dan laki-laki sebanyak 8 orang (42,1%). Kadar hemoglobin terendah adalah 9,5 g/dL dan tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar 11,87 g/dL. 5.3. Pembahasan Tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin dalam kategori anemia yaitu sebanyak
19 orang (57,6%).
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa kadar hemoglobin terendah
46
adalah 9,5 g/dL dan tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar 11,87 g/dL. Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada lakilaki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014). Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012). Lebih lanjut dijelaskan bahwa hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012). Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami anemia, menurut opini peneliti bayak faktor yang menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin responden diantaranya adalah jenis kelamin, pola makan dan aktivitas mahasiswa.
47
Berdasarkan
jenis
kelamin
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden yang mengalami anemia adalah perempuan, hal ini dapat terjadi karena perempuan memiliki siklus menstruasi. Pola menstruasi antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia, pada umumnya wanita mengeluarkan darah 30–40 ml setiap siklus menstruasi antara 21-35 hari dengan lama menstruasi 3 hari–7 hari. Banyaknya darah yang dikeluarkan oleh tubuh berpengaruh pada kejadian anemia, karena wanita tidak mempunyai simpanan zat besi yang terlalu banyak dan absorpsi zat besi yang rendah kedalam tubuh sehingga, tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi (Prastika, 2011). Kehilangan darah saat menstruasi adalah sekitar 30 ml/hari yang sama dengan kebutuhan tambahan 0,5 mg zat besi/hari. Kehilangan darah setiap hari ini dihitung dari kandungan zat besi yang hilang saat menstruasi selama periode satu bulan. Seorang wanita akan kehilangan 80 ml darah yang setara dengan 1 mg zat besi/hari. Wanita yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan zat besi yang positif akan kehilangan zat besi saat terjadi menstruasi sebanyak 30 ml (Maryana, 2012). Pada penelitian ini peneliti tidak mengungkap apakah saat saat pengambilan data penelitian responden sedang menstruasi atau tidak. Kelemahan
penelitian
ini
hendaknya
ditindak
lanjuti
oleh
peneliti
selanjutnya dengan menyertakan data tentang menstruasi pada responden perempuan. Adapun untuk mempertegas opini peneliti tentang peranan pola konsumsi mahasiswa dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika diperhatikan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu sebanyak
11 orang (33,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata
48
mahasiswa mengkonsumsi mi instan 2 hari sekali, sedangkan jika diperhatikan berdasarkan waktu mengkonsumsi mi instan pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan di pagi hari atau sarapan yaitu sebanyak Berdasarkan
data
tabel
5.5
diketahui
bahwa
16 orang (48,5%). besar
responden
mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak
19
orang (57,6%), dan tambahan yang paling favorit adalah menggunakan telur yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet (Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Jika diperhatikan kuesioner yang disebar peneliti sebanyak 45 buah, dan terjaring 33 responden yang mengkonsumsi minimal 3 bungkus perbulan artinya terdapat 73% mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan minimal 3 bungkus perminggu. Tingginya prosentase mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan disebabkan karena aktivitas kegiatan perkuliahan biasanya dimulai pagi hari, sehingga untuk sarapan lebih mudah dan praktis dengan mengkonsumsi mi instan. Berdasarkan data yang dihimpun juga diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengkonsumsinya di pagi hari. Hasil penelitian ini mendukung Kurnianingsih (dalam Sarkim, 2010), yang menyatakan bahwa mi instan yang termasuk dalam makanan siap
49
saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Namun, mi instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, sebab protein merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup dari berat kering dan 20% dari berat total seseorang manusia dewasa merupakan protein. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai sumber energi. protein juga berfungsi sebagai pembangun tubuh dan zat pengatur dalam tubuh (Muchtadi, 2014). Lebih lanjut, bahwa salah satu fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai pembentuk senyawa tubuh esensial. Hormon yang diproduksi dalam tubuh seperti insulin, epinefrin dan tiroksin, pada dasarnya adalah protein. Hemoglobin, suatu pigmen dalam darah, berfungsi untuk memberi warna merah pada darah dan mempunyai kapasitas untuk membawa baik oksigen maupun karbondioksida, adalah juga protein (Muchtadi, 2014). Jika diperhatikan waktu mengkonsumsi mi instan yang paling banyak adalah pagi hari yaitu sebanyak 16 orang atau 48,5%, padahal aktivitas mahasiswa sangat padat dari mulai kuliah, praktek dan aktivitas lainnya yang biasanya dimulai dari jam 08.00, tentunya dengan sarapan mi instan bukanlah hal yang baik, sebab mi instan belum mencukupi kebutuhan gizi
50
yang seimbang bagi tubuh. Sarapan sangat penting untuk menunjang aktivitas mahasiswa yang harus menggunakan pikiran dan aktifitas fisik lainnya
seperti
mengikuti
perkuliahan,
melakukan
praktek,
ke
perpustakaan, diskusi dan lain sebagainya. Aktivitas tersebut tentunya membutuhkan asupan gizi yang seimbang. Menurut Dewi (2014) sarapan merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang dilakukan semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk memenuhi 20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari. Jadi jelas bahwa konsumsi mi instan dapat mempengaruhi terhadap kadar hemoglobin mahasiswa, sebab mi instan bukanlah makanan penuh yang dapat dapat mencukupi kebutuhan gizi tubuh dalam satu hari. Jadi rendahnya komposisi protein yang terdapat pada mi instan dapat berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Adapun kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCI) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.
51
BAB VI PENUTUP
6.1
Simpulan Kadar hemoglobin pada mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan sebagian besar kadar hemoglobinnya dalam kategori rendah atau anemia.
6.2
Saran 1. Bagi Dosen Bagi dosen dapat mengunakan hasil penelitian ini sebagai pembanding dalam
menjelaskan
kaitan
konsumsi
mi
instan
dengan
kadar
hemoglobin, sebab selama ini sebagian buku referensi tentang kaitan mi instan dengan kadar hemoglobin masih sangat sedikit. 2. Bagi Responden atau mahasiswa Bagi masyarakat atau mahasiswa yang senang mengkonsumsi mie instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya, sebab mi instan belum dikategorikan makanan penuh yang mampu mencukupi kebutuhan gizi tubuh dalam satu hari seperti sayuran, telur dan sebagainya. Akan lebih baik jika membiasakan sarapan dengan pola gizi yang seimbang dan memperhatikan pola hidup yang sehat agar tidak kena anemia. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas obyek penelitian dengan mengikut sertakan mereka yang mengkonsumsi mi instan kurang dari 3 bungkus perminggu sehingga hasil penelitian bisa lebih representatif, serta untuk memperbaiki kelemahan penelitian ini untuk peneliti selanjutnya diharapkan juga mengungkap kondisi responden saat penelitian seperti keadaan menstruasi, atau aktivitas merokok
52
sehingga akan diperoleh hasil lebih representatif. Serta meningkatkan penelitian ini menjadi penelitian kuantitatif sehingga dapat diperoleh hasil pengaruh antara mengkonsumsi mi instan dengan kadar hemoglobin secara ilmiah.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijayanti, Betti Ronayan. (2015). Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal Dalam Darah Dan Dampaknya Pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan Di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Almatsier, S., dkk., (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama. Astawan, M. (2008). Membuat Mie Dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta. Azwar, Saifuddin. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bastiansyah, Eko. (2008). Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus' Denistikasari, Rossita. (2016). Hubungan Antara Asupan Protein, Zat Besi (Fe) Dan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Publikasi Ilmiah. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Dewi, Aisyah Nurcita. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri (Studi Penelitian Di SMP Negeri 13 Semarang). Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.A.. (2014). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Ikhmawati, Yulinar, Dwi Sarbini, Susy Dyah P (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama SMA MTA Surakarta. Lyza, Riana. (2010). Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010. Skripsi. Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20481 Maryana. (2012). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Masthalina, Herta, Yuli Laraeni, Yuliana Putri Dahlia. (2015). Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Kemas 11 (1) (2015) 80-86
54
Muchtadi, Deddy. (2014). Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta Naili, Nurul Inayah. (2014). Analisis Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dan Hitung Jumlah Eritrosit Pada Penderita Tuberkulosis Paru. Skripsi. Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar Ngangi, Fernando R, Shirley E. S Kawengian, Alexander S. L Bolang. (2013). Hubungan Antara Praktek Gizi Seimbang Dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 FK Unsrat. Naskah Publikasi. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurnia, Veni Hadju, Citrakesumasari. (2013). Hubungan Pola Konsumsi Dengan Status Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oz, Mehmet C dan Roizen, Michael F. (2010). Being Beautiful: Sehat Dan Cantik Luar Dalam Ala Dr. Oz. Bandung: Qanita Prastika, Dewi Andang. (2011). Hubungan Lama Menstruasi Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remajasiswi Sma N 1 Wonosari. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Sarkim,Linda, Engelina Nabuasa, Ribka Limbu. (2010). Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana Kupang Yang Tinggal Di Kos Wilayah Naikoten 1. MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010 halaman 41-48. Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Yuliati, Tutik Rahayu dan Kartika Ratna Pertiwi. (2015). Hubungan Konsumsi Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Jurnal Sains Dasar 2015 4 (1) 49 – 54
55
Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Nama Mahasiswa
:
Indah Febriana
NIM
:
141310053
Program Studi.
:
Diploma III Analis Kesehatan
Judul Karya Tulis llmiah :
GAMBARAN
KADAR
HEMOGLOBIN
PADA
MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
Bahwa saya meminta Saudara/Saudari untuk berperan serta dalam pembuatan laporan kasus sebagai responden.
Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus ini dan saya akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang klien berikan,
peneliti akan menghentikan pada saat
ini dan klien berhak
mengundurkan diri.
Demikian permohonan ini saya bust dan apabila klien mempunyai pertanyaan, klien dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan.
Jombang, Juni 2017 Peneliti
(Indah Febriana)
56
Lampiran 2 PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang berdanda tangan di bawah ini, Nama
:
........................................ (boleh inisial)
Umur
:
...............................................................
Alamat
:
........................................................
Bahwa saya diminta untuk beperan serta dalam proposal penelitian sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian. Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan proposal penelitian ini dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya berikan. Apabila ada pertannyaan yang akan diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri. Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada unsure pemeriksaan dari siapapun, saya menyatakan: Bersedia menjadi responden dalam penelitian
Jombang, Juni 2017 Responden
(
57
)
Lampiran 3 FORM INSTRUMEN PENELITIAN
A. Data Umum 1.
Nama Responden
: .............................................. (Boleh Inisial)
2.
Usia saat ini
: ........................ Tahun
3.
Apakah dalam satu minggu Anda pernah mengkonsumsi mi instan minimal 3 bungkus. a. Tidak,
4.
b. Ya (Jika Ya, lanjutkan ke soal no 4)
Berapa bungkus biasanya Anda mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu. a. 3 bungkus`
5.
b. 4 bungkus
c. 5 bungkus
d. > 5 bungkus
Kapan biasanya anda mengkonsumsi mi instan a. hanya saat sarapan b. saat makan siang c. saat makan malam d. setiap saat
6.
Apakah dalam mengkonsumsi mi instan anda memberikan tambahan menu lainnya a. Tidak
7.
b. Ya (jika Ya lanjutkan soal nomor 7)
Apa saja yang biasanya anda tambahkan saat mengkonsumsi mi instan (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Telur b. Sayuran c. Nasi d. lain-lain, sebutkan ....................................
B. Hasil Observasi* Kadar Hemoglogin : ...................................... Kategori
: a. Normal
b. Anemia
* diisi peneliti berdasarkan hasil laboratorium
58
c. Polisitemia
Lampiran 4 JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN KASUS No KegiatanDesember Januari Februari Juni Juli Agustus Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persamaan X X X persepsi 2 Informasi Penyelenggaraan KTI Konfirmasi X X Judul ke pembimbing 3 Studi Pendahuluan dan X X X Studi Pustaka 4 Penyusunan X X X X Proposal 5 Seminar X X Proposal 6 Revisi Proposal dan Pengurusan X X X ijin 7 Pengumpulan data dan analisis X X X X X X X X data 8 Ujian/ sidang KTI X X 9 Revisi KTI X X 10 Pengumpulan dan X X X penggandaan KTI
59
Lampiran 5 Permohonan Pemeriksaan Sampel
60
Lampiran 6 Surat Keterangan
61
Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional
62
63
Lampiran 8 Contoh Hasil Analisis Laboratorium
64
Lampiran 9 Hasil Analisis
65
Lampiran 10 Dokumentasi penelitian 1. Persiapan alat
66
2.Pengambilan sampel darah responden
3. Pengujian sampel darah responden
67
68
69
70
Lampiran 11 Lembar konsultasi Nama
: Indah Febriana
NIM
: 14.131.0053
Judul
: Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan
Pembimbing 1 : Dr. Hariyono , S.Kep Ns., M.Kep No
Tanggal
Hasil Konsultasi
1.
17 November 2016
Konsultasi Judul Proposal KTI
2.
23 November 2016
Konsultasi BAB 1
3.
30 November 2016
Revisi BAB 1
4.
08 Desember 2016
Revisi BAB 1 & lanjut BAB 2
5.
16 Desember 2016
Lanjut BAB 2 & revisi
6.
29 Desember 2016
Revisi BAB 2,3,4
7.
06 Januari 2016
Revisi BAB 2,3,4
8.
04 April 2017
ACC BAB 1,2,3
9.
17 April 2017
ACC 4
10.
10 Juli 2017
Konsultasi BAB 5 & 6
11.
21 Juli 2017
ACC BAB 5&6
Mengetahui, Pembimbing Utama
Dr. Hariyono , S.Kep Ns., M.Kep
71
Lembar Konsultasi Nama
: Indah Febriana
NIM
: 14.131.0053
Judul
: Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan
Pembimbing 2 : Sri Lestari, S.KM No
Tanggal
Hasil Konsultasi
1.
22 November 2016
ACC judul siapkan BAB 1
2.
29 November 2016
Revisi BAB 1
3.
15 Desember 2016
Revisi BAB 1,2,3,4
4.
07 Januari 2017
Revisi BAB 2,3,4
5.
05 April 2017
Revisi BAB 2,3,4
6
20 April 2017
ACC seminar proposal
7.
11 Juli 2017
Revisi BAB 5 dan 6
8.
21 Juli 2017
Revisi BAB 5 dan 6
9.
25 Juli 2017
ACC sidang hasil
Mengetahui, Pembimbing Anggota
Sri Lestari, S.KM
72
Lampiran 12
73