Kti David.docx

  • Uploaded by: DAVID
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti David.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,322
  • Pages: 8
PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) DAN WAKTU PEMANGKASAN TERHADAP PRODUKSI BENIH KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertanian

oleh

David Eko Setiawan A4110181

PROGRAM STUDI TEKNIK P[RODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2019

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang sebagaian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun, jumlah impor pangan (beras) di Indonesia sangat besar yang mengindikasikan bahwa Indonesia belum mencapai kondisi tahan pangan. Ketahanan pangan dapat dicapai dengan diversifikasi pangan sehingga impor beras dapat dikurangi. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia mendorong meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan termasuk kacang tanah sehingga akan meningkatkan kebutuhan benih tanaman pangan termasuk benih kacang panjang. Di Indonesia tanaman kacang panjang telah lama di budidayakan dan merupakan salah satu penopang kebutuhan keluarga. Prospek ekonomi dan sosial kacang panjang sangat cerah, sehingga budidaya kacang panjang cukup menjanjikan. Berdasarkan data statistik pertanian secara nasional, produksi rata-rata tanaman kacang panjang di Indonesia pada tahun 2010 adalah 489,449 ton, dan mengalami penurunan sebanyak 31,142% pada tahun 2011 yaitu dengan rata-rata produksi sebanyak 458,307 ton (Deptan, 2012). Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dapat dipakai dalam program intensifikasi pertanian karena merupakan bakteri di sekitar perakaran dan hidup berkoloni menyelimuti akar yang berfungsi untuk meningkatkan

pertumbuhan

tanaman

yaitu

sebagai

merangsang

pertumbuhan (biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh seperti giberellin, asam indol asetat, etilen, dan sitokinin, sebagai penyedia hara dengan mengikat N2 di udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P dalam tanah, dan sebagai pengendali patogen tanah (bioprotectants) dengan cara menghasilkan berbagai

1

metabolit anti patogen seperti siderophore, kitinase, β-1,3- glukanase, sianida, dan antibiotik (Husen, dkk, Tanpa Tahun). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya A’yun et al., (2013), aplikasi PGPR dengan konsentrasi 10 ml/L pada tanaman cabai rawit dapat menurunkan intensitas serangan TMV (Tobacco Mosaic Virus) sampai 89,92%, meningkatkan produksi tanaman cabai, dan dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit. Penelitian Iswati, (2012) menunjukkan aplikasi PGPR dengan konsentrasi 12,5 ml/L berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan panjang akar tanaman tomat, serta konsentrasi 7,5 ml/L dapat memaksimalkan jumlah daun dan jumlah akar pada tanaman tomat. Aplikasi PGPR pada penyiapan benih buncis perancis memiliki nilai tertinggi pada parameter jumlah polong per tanaman, bobot per polong, bobot polong segar per tanaman, dan hasil panen. Aplikasi PGPR satu minggu setelah tanam memilki panjang polong yang lebih baik pada tanaman buncis perancis dan Aplikasi PGPR pada fase vegetatif yang diberikan satu minggu sekali pada fase vegetatif menunjukkan pertumbuhan buncis perancis yang lebih baik (Aiman et al., 2015). Penggunaan PGPR dengan konsentrasi dan waktu pemberian dari pengguna

sebelumnya

tidak

dapat

diterapkan

begitu

saja

tanpa

memperhatikan kondisi lingkungan setempat sebagai tempat dimana PGPR diberikan sehingga perlu dilakuakan penelitian untuk memperoleh konsentrasi dan saat pemberian yang tepat agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

1.2 Tujuan 1. Mengetahui konsentrasi PGPR yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang. 2. Mengetahui pengaruh waktu pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang. 3. Mengetahui perlakuan manakah yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang.

2

1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsentrasi PGPR yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang ? 2. Bagaimana pengaruh waktu pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang ? 3. perlakuan manakah yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi benih kacang panjang ?

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Tanaman kacang panjang termasuk dalam famili papilionaceae yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu yang bersifat membelit atau setengah membelit (Suherni, 2007). Kacang panjang merupakan salah satu bahan pangan dalam bentuk sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pada saat tanaman kacang panjang masih muda berikut daunnya dapat dipakai sebagai bahan pangan (Pitojo, 2006). Kacang panjang merupakan tanaman sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. Fungsinya sebagai pengatur metabolisme tubuh, meningkatkan kecerdasan dan ketahanan tubuh serta memperlancar proses pencernaan karena kandungan seratnya yang tinggi (Rasyid, 2012.). Klasifikasi botani tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Dicotyledonae Ordo

: Rosales

Famili

: Papilionaceae/Leguminosae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk Vigna sinensis ssp.

Sesquipedalis Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong penting dan sebagai penyubur tanah. Tanaman sebagai penyubur tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil akar bakteri Rhizobium. Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas diudara. Itulah sebabnya, kacang panjang banyak ditanam petani di pematang sawah, tegalan, sawah dan dipekarangan, baik monokultur maupun sebagai tanaman sela (Sunarjono, 2006).

4

2.2. Syarat Tumbuh

2.2.1 Tanah Kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian antara 0 – 1500 mdpl. Kacang panjang biasanya digolongkan dalam sayuran dataran rendah sebab tanaman ini tumbuh lebih baik dan banyak diusahakan di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 600 mdpl. Kacang panjang dapat ditanam setiap musim, baik musim kemarau maupun musim penghujan. Waktu bertanam yang baik adalah pada awal atau akhir musim hujan. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman ini adalah tanah bertekstur liat berpasir. Kacang-kacangan peka terhadap alkalin atau keasaman tanah yang tinggi. Untuk pertumbuhan yang optimal diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5 – 6,5. Tanah yang terlalu asam dengan pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam aluminium (Al) yang larut dalam tanah. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pengapuran (Haryanto dkk., 2003). Tanaman kacang panjang tumbuh dengan baik didaerah beriklim hangat, dengan kisaran suhu antara 20oC – 30oC. Didaerah bersuhu rendah, yakni dibawah 20oC pertumbuhannya relatif lambat dan jumlah polong yang terbentuk hanya sedikit. Tanaman kacang panjang peka terhadap pengaruh suhu dingin dan dapat mati kalau terkena frost (suhu dibawah 4oC) (Pitojo, 2006).

2.2.2 Pemupukan Pupuk dikelompokkan menjadi pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Sedangkan Pupuk hayati adalah sebuah komponen yang mengandung mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Pupuk hayati (biofertilizer),

5

adalah jenis pupuk yang tidak mengandung unsur hara N, P, dan K tetapi mengandung mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman yaitu membantu menyediakan hara yang dibutuhkan 8 tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan dalam pupuk hayati adalah mikroba-mikroba yang dapat menambat N dari udara, mikroba yang malarutkan hara P dan K. Kelompok mikroorganisme tersebut adalah Rhizobium sp., Azospirillum sp., Azotobacter sp., Aspergilus sp., Psudomonas sp., danLactobacillus sp. (Isroi, 2008). Penambahan nutrisi kedalam tanah dengan pupuk hayati melalui proses yang alami, yaitu fiksasi nitrogen atmosfer, menjadikan fosfor bahan yang terlarut, dan merangsang pertumbuhan

tanaman

melalui

sintesis

zat-zat

yang

mendukung

pertumbuhan tanaman (Vessey, 2003). Efektivitas pupuk hayati merupakan salah satu upaya untuk mencapai renewable input dalam sistem pertanian berkelanjutan dengan memelihara kesehatan dan kualitas tanah dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia melalui proses biologi (Saraswati, 2007). Salah satu produk pupuk hayati yang dapat meningkatkan ketersediaan mikroorganisme tanah yang bermanfaat adalah pupuk hayati Petrobio. Pupuk ini merupakan formula pupuk hayati yang berbentuk butiran berwarna kuning dengan kandungan mikroorganisme antara lain, Pantoea sp. dan Azospirillum sp.(menambat Nitrogen), Aspergillus sp. dan Penicillium sp. (melarutkan Fosfat), dan Streptomyces sp. (merombak bahan organik). Dengan kandungan mikroorganisme tersebut, petrobio dilaporkan dapat merubah unsur hara yang diperlukan tanaman secara teratur, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat masa panen dan meningkatkan hasil panen, serta tidak meracuni tanaman dan tidak mencemari lingkungan. Mikroba yang terkandung dalam petrobio juga terbukti mampu menghasilkan senyawa zat pemacu tumbuh dan pengendali patogen tanah sehingga dapat meningkatkan atau memacu pertumbuhan dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi. .

6

BAB 3. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Tempat dan waktu dilaksanakan penelitian yaitu di lahan Politeknik Negeri Jember dimulai pada tanggal 19 Maret 2019 sampai dengan 19 April 2019.

3.2 Alat 1. Cangkul 2. Sabit 3. Ember 4. Tugal 5. Kenco 6. Gunting

3.3 Bahan 1. Benih Kacang Panjang 2. Insektisida 3. Pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

7

Related Documents

Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Kti Penghijauan.docx
December 2019 12
Kti David.docx
June 2020 15
Kti Fisika.docx
October 2019 25
Kti Revisi.docx
May 2020 22

More Documents from "ChyoNazusaikoga"