1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), KB adalah tindakan yang
membantu
individu
atau
mendapatkan obyektif - obyektif
pasangan
suami
istri
untuk
tertentu, menghindari kehamilan
yang tidak diinginka, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam Keluarga, (Alya, 2015 Hal : 1). Berdasarkan data WHO tentang hasil pelayanan KB baru menurut metode kontrasepsi, AKBK menempati urutan ketiga dengan 8,43%. Posisi pertama di tempati oleh suntik KB (49,91%), kedua pil KB (27,80%) dan keempat kondom (6,82%). Hal tersebut didorong oleh berapa kelebihan dari AKBK seperti ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal, efektivitasnya cukup tinggi, reversibel, metode jangka panjang, tidak tergantung daya ingat dan tidak ada interaksi dengan obat-obatan, (BKKBN, 2014 Hal : 1). Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 orang, terdiri atas 119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk
2
sebesar 1,49 persen per tahun. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini
tentu
saja
akan
berimplikasi
secara
signifikan
terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara, (Sulistyawati, 2011 Hal : 5). Sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia juga tidak luput dari masalah kependudukan, secara garis besar, masalahmasalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi antara lain : 1) Jumlah penduduk besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. 2) Penyebaran penduduk yang tidak merata. 3) Struktur umur muda. 4) Kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan, (Sulistyawati, 2011 Hal : 6). Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah
melalui
Berencana
(KB)
program adalah
Keluarga salah
Berencana
satu
usaha
(KB). untuk
Keluarga mencapai
kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera, (Alya, 2015 Hal : 4). Metode Kontrasepsi dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma ; metode mekanik seperti IUD ; atau metode hormonal seperti pil, (Mulyani, 2013 Hal : 9).
3
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang dicatatnya, sebanyak 62 % menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional. Dengan rincian 4 % IUD, suntik 32 %, susuk3 %, pil 14 %. Untuk penggunaan Implan sendiri angkanya terus menurun. Pada 1991 mencapai 13 %, lalu menurun 10 %, menurun lagi hingga 4 %, (Ryan, 2013 Hal : 5). Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang berupa spiral (IUD) dan implan atau susuk, masih rendah. Padahal, alat kontrasepsi ini sangat efektif mengendalikan jumlah penduduk mengingat masa pakainya 3-8 tahun. Sementara kontrasepsi jangka pendek rentan lupa sehingga merepotkan, (Ryan, 2013 Hal : 5). Upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe mohterhood, salah satunya adalah Keluarga berencana, yang memastikan
bahwa
setiap
orang/pasangan
mempunyai
akses
keinformasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan jarak kehamilan dan jumlah anak. Keluarga berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesehatan, (Amet, 2013 Hal : 4).
4
Berdasarkan data BKKBN Kolaka Tahun 2012 terdapat 42116 peserta KB aktif dari 57542 pasangan usia subur (PUS), 6325 (15,01%) akseptor di antaranya yang menggunakan alat kontrasepsi suntikan,
16926
(40,18%)
akseptor
yang
menggunakan
alat
kontrasepsi implant, 15530 (36,87%) akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi pil, 1229 (2,91%) akseptor yang menggunakan IUD, 1264 (3,00%) akseptor yang menggunakan kondom, 778 (1,84%) akseptor yang menggunakan MOW dan 64 (0,26%) akseptor yang menggunakan MOP. Tahun 2013, tecatat bahwa dari 28,432 peserta KB aktif, 4,664 diantaranya adalah akseptor suntik depo progestin di Kabupaten Kolaka, (BKKBN Kolaka, 2013). Data Puskesmas Latambaga jumlah akseptor sebanyak 510 akseptor, terdiri dari pengguna KB Suntik 326 akseptor, Pil 143 akseptor, Implan 30 akseptor, IUD 8 akseptor, dan Kondom 3 akseptor, (Puskesmas Latambaga, 2014) Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Ibu Yang Menggunakan AKBK / Implan di Puskesmas Latambaga Tahun 2014”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Karakteristik Ibu Yang Menggunakan AKBK / Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya gambaran tentang karakteristik akseptor KB Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB Implan berdasarkan umur ibu di Puskesmas Latambaga Tahun 2014. b. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB Implan berdasarkan paritas ibu di Puskesmas Latambaga Tahun 2014. c. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB Implan berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Latambaga Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu kesehatan khususnya kebidanan yang berhubungan dengan KB khususnya Implan. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi ibu tentang Implan.
6
b. Bagi peneliti Penelitian
ini
merupakan
sarana
bagi
peneliti
untuk
memperluas pengetahuan tentang KB Implan Khususnya. c. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan informasi agar lebih mengetahui lebih dalam tentang KB khususnya KB AKBK / Implan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang KB Keluarga menghindari
Berencana atau
(KB)
mendapatkan
adalah
suatu
kelahiran,
tindakan
mengatur
untuk interval
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. KB merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi, dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan. Dengan KB (Keluarga Berencana) ibu juga dapat terhindar dari “4” terlalu, too Young (terlalu muda), too old (terlalu tua), too many (terlalu banyak) dan too cloose (terlalu dekat jaraknya), (Kti Kebidanan, 2010). 1. Pengertian Keluarga Berencana adalah usaha mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. (Sulistyawati, 2011) Menurut UU No. 10 Tahun 1992 KB adalah Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, (Noviawati. Dkk, 2011).
8
2. Tujuan a. Merencanakan kelengkapan keluarga b. Menghentikan kehamilan c. Menghilangkan kehamilan d. Mewujudkan NKKBS 3. Jenis Kontrasepsi a. Spermiside b. Kondom c. Pantang berkala d. Senggama terputus e. Pil f. Suntikan g. Susuk KB (norplant) h. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) i. Kontrasepsi mantap j. Kontrasepsi darurat, (Purwaningsih, 2010). 4. Sasaran Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai berikut : a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun. b. Menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
9
c. Menurunkan PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran
berikutnya,
tetapi tidak memakai
alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%. d. Meningkatkan peserta KB laki-laki menjadi 4,5%. e. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efesien. f. Meningkatkan rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. g. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. h. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. i. Meningkatkan
jumlah
penyelenggaraan
institusi
pelayanan
masyarakat
Program
KB
dalam Nasional,
(Sulistyawati, 2011). 5. Ruang Lingkup Program KB a. Ruang Lingkup Program KB mencakup sebagai berikut : 1) Ibu Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu sebagai berikut : a) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya.
10
b) Meningkatkan
kesehatan
mental
dan
social
yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup kerena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan. 2) Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melukukan hal berikut : a) Memperbaiki kesehatan fisik. b) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya. 3) Seluruh keluarga Dilaksanakannya
program
KB
dapat meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan social setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang tuannya. b. Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut : 1) Keluarga Berencana. 2) Keesehatan reproduksi remaja. 3) Ketahanan dan pemberdayaan keeluarga 4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas. 5) Keserasian kebijakan kependudukan. 6) Pengelolaan SDM apatur. 7) Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan keperintahan. 8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara, (Sulistyawati, 2011 Hal : 10).
11
6. Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia yaitu : a. Sosial Ekonomi Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi di Indonesia mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemampua program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan
untuk
membeli
alat
kontrasepsi
yang
digunakan.Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB daripada keluarga yang tidak mampu, Karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. b. Budaya Faktor-faktor
ini
meliputi
salah
pengertian
dalam
masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya. Tingkat pendidikan persepsi, mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyediaan layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut membpengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pilihan metode. c. Pendidikan Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana yang efektif tetapi tidak rela
12
untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi. d. Agama Diberbagai
daerah
kepercayaan
religius
dapat
mempengaruhi klien dalam memilih metode .sebagai contoh penganut katolik, taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka dalam KB alami. Sebagian pemimpin islam mengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan bagian lainnya mengijinkan.walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang beribadah. e. Status wanita Status
wanita
dalam
masyarakat
mempengaruhi
kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode
kontrasepsi.
Di
daerah
yang
status
wanitanya
meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan lebih untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memilki banyak suara dalam mengambil keputusan juga di daerah yang wanitanya lebih di hargai hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh
berbagai
metode,
misalnya
peraturan
yang
mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh.
13
B. Tinjauan Tentang Implan 1. Pengertian Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel
yang
dibungkus
dalam
kapsul
silastic
silicon
(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit, (Mulyani, 2013 Hal : 15). Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit, (Mulyani, 2013 Hal : 15). Kontrasepsi implant adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi (pemasangan) dan pencabutan, (Diyah, 2015 Hal : 1). 2. Jenis – jenis a. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun, (Mulyani, 2013 Hal 16).
14
b. Implanon dan Sinoplant
Terdiri atas 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun, (Sulistyawati, 2011) c. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan lama kerjanya 3 tahun, (Mulyani, 2013) 3. Mekanisme kerja Implan 4. Cara pemasangan Implan 5. Keuntungan Implan 6. Kerugian Implan 7. Efek samping 8. Waktu pemasangan kontrasepsi Implan 9. Kontra Indikasi 10. Indikasi
15
16
17
18
19
20
21
C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Akan diteliti 1. Umur Umur adalah individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
22
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, (Mirawati, 2010, Hal : 9). Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Umur seorang wanita menjadi indikator penting dalam reproduksinya terutama dalam upaya untuk menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan melahirkan. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat di lihat dari faktor–faktor resiko suatu kehamilan antara umur <20 tahun kehidupan
atau >35 tahun. Dalam
siklus wanita dapat di golongkan atas 3 kelompok
berdasarkan masa reproduksi : a. Masa reproduksi muda yaitu umur < 20 tahun b. Masa reproduksi sehat yaitu 20 – 35 tahun c. Masa reproduksi tua yaitu < 35 tahun, (Lia, 2013 Hal : 10). Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemberian imunisasi pada bayinya, karena semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir (mengambil keputusan yang tepat) bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya, (Lia, 2013 Hal : 10). Umur, dalam kurun resiko rendah dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah ≤ 20-35 tahun. dan resiko
23
tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia ≥ 35 tahun, (Lia, 2013 Hal : 10). 2. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu, paritas 2 sampai 3 merupakan paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstertrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Paritas dalam penelitian ini dihubungan dengan pengalamanya sebagai seorang ibu, kenyataan yang terjadi di masyarakat dewasa ini, dalam rumah tangga ibu belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dalam arti ibu lebih pandai jika belajar dari apa yang dialaminya sendiri
dalam
kemampuan
ibu
untuk
memutuskan
sendiri
24
kontrasepsi apa yang baik untuk digunakan oleh ibu, (Fitriani, 2013 Hal : 18). 3. Pendidikan Pendidikan
juga
akan
mempengaruhi
pengetahuan
dan
persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal, termasuk dalam perannya dalam program KB. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsetaannya dalam program KB hanya ditujuakan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, Keikutsertaannya dalam program
KB
selain
untuk
mengatur
kelahiran
juga
untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga karena dengan cukup dua anak dalam satu keluarga dan laki-laki atau perempuan sama saja maka keluarga kecil bahagia dan sejahtera dapat tercapai dengan mudah. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Menurut indikator keseharan rakyat (2007) “Pendidikan terdiri atas pendidikan formal dan non formal, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi (Akademi dan Universitas), jenjang pendidikan non formal dan lain sebagainya, (Mirawati, 2010 Hal : 10).
25
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Keluarga Berencana (KB) adalah suatu tindakan untuk menghindari
atau
mendapatkan
kelahiran,
mengatur
interval
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 1. Umur adalah individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun adalah dalam kurun resiko rendah dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah ≤ 20-35 tahun. dan resiko tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia ≥ 35 tahun. 2. Paritas adalah paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. 3. Pendidikan adalah adalah proses perubahan sikap perilaku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
26
B. Bagan Kerangka Konsep Umur Pengguna Alat KB Implan
Paritas Pendidikan Ket : : Variabel Independen : Variabel Dependen
: Variabel yang akan diteliti C. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah : 1. Variabel Bebas (independent) Variabel Bebas / independent adalah juga variabel pengaruh, variabel perlakuan, penyebab, treatment, dan sebagainya. Yaitu variabel lain dalam variasinya atau diartikan sebagai variabel yang mengakibatkan
perubahan
bagi
variabel
terikat.
Variabel
independent dalam penelitian ini adalah umur, paritas, pendidikan. 2. Variabel Terikat (dependent) Variabel terikat / dependent adalah variabel berubah karena variabel bebas (disebut juga variabel terpengaruh, variabel tak bebas/terikat, efektif dan sebagainya). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Pengguna Alat KB Implan.
27
D. Defenisi Operasional dan Kreteria Objektif No 1
Variabel Umur
Definisi Operasional
Kreteria Objektif
lamanya ibu hidup yang di
hitung
sampai
sejak pada
a. Reproduksi
muda
Alat Ukur :
lahir
Apabila umur ibu ≤20
saat
tahun
penelitian ini dilakukan.
b. Reproduksi sehat : 20-
Buku
Skala Pengukuran Ordinal
Registrasi Kontrasepsi
35 tahun c. Reproduksi
tua
:
Apabila umur ibu ≥ 35 tahun. 2
Paritas
Jumlah atau banyaknya anak
yang
telah
di
lahirkan oleh ibu tanpa melihat apakah anak lahir hidup atau mati
Buku
a. Rendah : Apabila
ibu
memiliki
Ordinal
Registrasi
anak 1 orang
b. Sedang : Apabila
ibu
memiliki
anak 2-3 orang
c. Tinggi : Apabila
ibu
memiliki
anak > 3 orang 3
Pendidikan
Pendidikan adalah Proses
a. Rendah :
menambah pengetahuan
Apabila seorang
secara
responden memiliki
mendapat
formal ijazah
SD,SLTP,SLTA Perguruan Tinggi
dan yaitu dan
pendidikan setingkat SD b. Menengah : Apabila seorang responden memiliki pendidikan setinggkat SMP sampai SMA c. Tinggi : Apabila seorang responden memiliki pendidikan setinggkat Akademi dan Universitas
Buku Registrasi Kontrasepsi
Ordinal
28
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif
yang
dimaksudkan
untuk
mendeskripsikan
atau
menguraikan mengenai suatu keadaan didalam suatu komunitas secara objektif yaitu untuk mengetahui Karakteristik Ibu Yang Menggunakan AKBK / Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni sampai 6 Juli 2015. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka. C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Aksptor KB AKBK/Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka pada Tahun 2014, berjumlah 30 akseptor.
29
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili keseluruhan dari objek yang termasuk dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah data akseptor yang tercatat pada register dan kohort KB berjumlah 30 Akseptor AKBK/Implan. D. Tehnik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan memakai tehnik total sampling yaitu semua jumlah akseptor KB yang tercatat pada register dan kohort KB di Puskesmas Latambaga Tahun 2014. E. Cara Pengumpulan Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari buku register di Puskesmas tempat penelitian. F. Pengolahan dan Penyajian Data Data
yang
telah
terkumpul
selanjutnya
di
periksa
kelengkapannya dapat di oleh secara manual dengan menggunakan kalkulator sedangkan penyajian
data dalam bentuk frekuensi dan
presentase di sertai dengan penjelasan dalam bentuk narasi dengan langkah – langkah sebagai berikut: a. Editing Memeriksa
ulang
atau
mengecek
jumlah
ibu
menggunakan KB AKBK/Implan Tahun 2014 di buku register.
yang
30
b. Cording Memberikan kode setiap data berdasarkan variabel yang diteliti sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. c. Entry Setelah data di berikan kode, selanjutnya melakukan entry data dari buku register (memasukan data). d. Tabulasi Data Memindahkan data dalam table master distribusi frekuensi disertai penjelasan tabel. G. Analisis Data Teknik analisa data menggunakan formulasi, distribusi, dan frekuensi dengan rumus :
x
f x100% n
x : Persentase hasil yang dicapai f : Variabel yang diteliti n : Jumlah variabel yang diteliti H. Etika Penelitian Setiap penelitian sebaiknya di mintakan ethical clearance, yaitu semacam persetujuan dari komite etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang akan di lakukan ini tidak membahayakan responden penelitian. Ethical clearance pada umumnya diajukan oleh peneliti apabila peneliti yang akan di lakukan akan mencakup tindakan invasif pada tubuh manusia. Tren pada saat ini adalah mencantumkan
31
informasi ini pada artikel di jurnal internasional oleh karena meskipun menggunakan penelitian kualitatif, cara pengumpulan datanya pun dapat menginvasi pemikiran orang lain.
32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian perolehan data melalui informasi dari Puskesmas Kolaka diperoleh karakteristik akseptor KB yang menggunakan AKBK/Implan
sebanyak 30
Akseptor Tahun 2014
Periode Januari sampai Desember. Data
yang diperoleh
melalui status dari rekam medik
selanjutnya diolah dan mendapatkan hasil disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : 1. Variabel yang diteliti a. Umur Tabel I Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Akseptor KB AKBK/Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1
Reproduksi muda
5
16,66
2
Reproduksi sehat
19
63,33
3
Reproduksi tua
6
20
30
100 %
Total
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Latambaga
Tabel I menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB yang menggunakan AKBK/Implan yang memiliki umur reproduksi
33
muda yaitu 5 akseptor ( 16,66 %), reproduksi sehat yaitu 19 akseptor (63,33), dan reproduksi tua yaitu 6 akseptor ( 20 % ). b. Paritas Tabel II Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Akseptor KB AKBK/Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No
Paritas
Jumlah
Persentase ( % )
1
Paritas rendah
2
6,66
2
Paritas sedang
25
83,33
3
Paritas tinggi
3
10
30
100%
Total
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Latambaga
Tabel II menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB yang menggunakan AKDR yang memiliki paritas rendah yaitu 2 akseptor (6,66%), paritas sedang yaitu 25 akseptor (83,33 %) dan paritas tinggi yaitu 3 (10 %). c. Pendidikan Tabel III Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Akseptor KB AKBK/Implan di Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No
Pendidikan
Jumlah
Persentase ( % )
1
Rendah
3
10
2
Menengah
19
63,33
3
Tinggi
8
26,66
30
100%
Total
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Latambaga
34
Tabel III menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB yang menggunakan AKDR yang memiliki pendidikan rendah yaitu 3 akseptor (10 %), pendidikan menengah yaitu 19 akseptor (63,33 %), pendidikan tinggi yaitu 8 akseptor (26,66 %) B. Pembahasan Setelah dilakukan pengolahan dan penyajian data beserta hasilnya, berikut ini akan dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti di Puskesmas Kolaka. 1. Umur Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB AKBK/Implan terbanyak pada akseptor reproduksi sehat yaitu sebanyak 19 akseptor atau 63,33 %, reproduksi tua yaitu 6 akseptor atau 20 %, dan repduksi muda yaitu 5
akseptor atau
16,66, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %. Dalam hal ini hasil penelitian yang di dapatkan sejalan dengan teori tentang umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Umur seorang wanita menjadi indikator penting dalam reproduksinya terutama dalam upaya untuk menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan melahirkan. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai
35
proses persalinan. Ini dapat di lihat dari faktor–faktor resiko suatu kehamilan antara umur <20 tahun atau >35 tahun. 2. Paritas Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB AKBK/Implan terbanyak pada akseptor yang memiliki paritas sedang sebanyak 25 akseptor atau 83,33 %, paritas tinggi sebanyak 3 akseptor atau 10 %, dan paritas rendah yaitu 2 akseptor atau 6,66 %, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %. Dalam hal ini sesuai antara teori dan hasil penelitian dimana dalam teori Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstertrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga. 3. Pendidikan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 akseptor KB
AKBK/Implan
terbanyak
pada
akseptor
yang
memiliki
pendidikan menengah sebanyak 19 akseptor atau 63,33 %, pendidikan tinggi sebanyak 8 akseptor atau 26,66 %, dan pendidikan rendah yaitu 3 atau 10 %, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %. Dalam hal ini sesuai dengan teori dan hasil penelitian dimana dalam
dalam
teori
menyatakan
pendidikan
juga
akan
36
mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal, termasuk dalam perannya dalam program KB. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsetaannya dalam program KB hanya ditujuakan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, Keikutsertaannya dalam program KB selain
untuk
mengatur
kelahiran
juga
untuk
meningkatkan
kesejahteraan keluarga karena dengan cukup dua anak dalam satu keluarga dan laki-laki atau perempuan sama saja maka keluarga kecil bahagia dan sejahtera dapat tercapai dengan mudah. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian tentang Karakteristik Akseptor KB Terhadap Penggunaan AKBK/Implan di Puskesmas Latambaga Tahun 2014 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Distribusi
frekuensi
berdasarkan
umur
akseptor
KB
yang
menggunakan AKBK/Implan terbanyak pada akseptor reproduksi sehat yaitu sebanyak 19 akseptor atau 63,33 %, reproduksi tua yaitu 6 akseptor atau 20 %, dan repduksi muda yaitu 5 akseptor atau 16,66 %, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %. 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
paritas akseptor KB
yang
menggunakan AKBK/Implan terbanyak pada akseptor yang paritas sedang sebanyak 25 akseptor atau 83,33 %, paritas tinggi sebanyak 3 akseptor atau 10 %, dan paritas rendah yaitu 2 akseptor atau 6,66 %, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %. 3. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan akseptor KB yang menggunakan
AKBK/Implan
terbanyak
pada
akseptor
yang
memiliki pendidikan menengah sebanyak 19 akseptor atau 63,33 %, pendidikan tinggi sebanyak 8 akseptor atau 26,66 %, dan pendidikan rendah yaitu 3 atau 10 %, dari jumlah 30 akseptor atau 100 %.
38
B. Saran 1. Kepada peneliti, dalam proses penelitian ini sangat menambah pengalaman
ilmiah
pengetahuan
dan
yang
berharga
menambah
dapat
wawasan
meningkatkan
tentang
keluarga
berencana. 2. Dapat menambah wawasan keilmuan dan sebagai pengalaman berharga bagi penulis, memperluas wawasan dan cakrawala berfikir khususnya tentang keluarga berencana. 3. Kepada institusi untuk sebagai bahan bacaan ilmiah dan sebagai kerangka kebidanan,
perbandingan serta
untuk
menjadi
perkembangan
bahan
bagi
mereka
kualitas
ilmu
yang
akan
mengadakan penelitian lebih lanjut. 4. Kepada Puskesmas Kolaka diharapkan selalu bersedia menjadi tempat penelitian dan dapat meningkatkan pelayanan di segala bidang. 5. Kepada Masyarakat dapat mengetahui tentang jenis-jenis alat kontrasepsi yang efektif khususnya AKBK/Implan.