Kti Ai Sopariah.pdf

  • Uploaded by: Dewi Lukman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kti Ai Sopariah.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 12,376
  • Pages: 92
1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kematian ibu bersalin sangat erat kaitannya dengan penolong persalinan, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan.Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO,2005). Berdasarkan hasil rilis Bank Dunia pada bulan September 2010, WHO, Unicef, UNFPA, mengindikasikan bahwa Indonesia, merupakan salah satu negara dengan jumlah kematian ibu melahirkan tertinggi setelah beberapa Negara Asia Selatan seperti India, Afganistan, Pakistan, Bangladesh dan daratan Afrika. Menurut hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada korelasi yang signifikan antara penolong persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah akan diikuti penurunan kematian ibu diwilayah tersebut. Namun sampai saat ini di wilayah indonesia masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak merugikan serta membahayakan keselamatan ibu serta bayi yang baru

2

dilahirkan ( pedoman Kemitraan Bidan Dengan Dukun Depkes RI,2008 ) Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) tercatat mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015. (Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, proporsi ibu yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013. Pada tahun 2013, sebagian besar (76,1%) persalinan juga sudah dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan Poskesdes/Polindes dan 23,7% ibu bersalin yang masih melahirkan di rumah. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu diantaranya dengan optimalisasi pemanfaatan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada seperti program PTT bagi tenaga medis dan bidan, penempatan bidan desa, pembangunan polindes dan poskesdes, pengembangan pukesmas mampu PONED dan rumah sakit mampu PONEK (Nurrahmiati, 2012). Ibu memiliki peran besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak, gangguan kesehatan yang dialami ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dan masa pertumbuhan anak. Resiko kematian ibu paling banyak terjadi pada periode persalinan dan periode persalinan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu di Indonesia.

3

Kematian saat bersalin dan satu minggu pertama diperkirakan 60% dari keseluruhan kematian ibu (Lancet 2006 dalam Nurrahmiati, 2012). Perilaku ibu bersalin dalam memilih penolong persalinannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung dari dalam diri ibu maupun dari luar. Faktor – faktor tersebut meliputi karateristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas), riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, sikap, persepsi terhadap jarak ke pelayanan kesehatan, persepsi terhadap biaya persalinan, riwayat penolong persalinan dalam keluarga dan dukungan atau pengaruh orang – orang terdekat seperti suami atau keluarga (Wati Sufiawati, 2012) Pemilihan tenaga penolong persalinan pada dukun paraji seringkali menimbulkan dampak yang akan menyebabkan angka kesakitan ibu dan bayi, juga komplikasi persalinan bahkan kematian pada ibu bersalin dan bayinya. Pertolongan persalinan oleh dukun paraji masih dilakukan menggunakan praktek tradisional yang sangat membahayakan bagi ibu bersalin dan bayinya seperti penggunaan alat – alat pemotong tali pusat yang masih tradisional dan perawatan tali pusat bayi yang masih memakai ramuan yang membahayakan bayi baru lahir (Wati Sufiawati, 2012). Jumlah kematian ibu di provinsi Banten pada tahun 2011 adalah 250 dari 233.344 kelahiran hidup ( Dinkes Provinsi Banten 2011 ). Sedangkan data

4

AKI di Kabupaten Lebak pada Tahun 2011 adalah 42 dari 21.292 kelahiran hidup (Dinkes Lebak,2011) Dari Hasil Cakupan Program Kesehatan Kabupaten Lebak tahun 2013, angka kematian ibu di Kabupaten Lebak tercatat kelahiran hidup yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak orang, kematian ibu bersalin 23 orang dan kematian ibu nifas 19 orang. Cakupan persalinan di tenaga kesehatan sebesar 84,1 % namun belum mencapai target karena masih ada 15,9% persalinan di non tenaga kesehatan yaitu ditolong oleh dukun/paraji. Studi pendahuluan di wilayah Puskesmas Cilograng Kabupaten Lebak terdapat jumlah ibu bersalin 390 (56,12 % ) ditolong oleh tenaga kesehatan dan ditolong oleh dukun paraji 204 (33,94 % ), sedangkan di Desa lebak Tipar jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 39 ibu atau 63,93 % dan ditolong oleh dukun paraji sebanyak 11 ibu atau 18,3 %. Dari catatan diatas menunjukan bahwa persalinan di wilayah desa Lebak Tipar kecamatan Ciloggrang kabupaten Lebak masih cukup rendah karena belum sepenuhnya dilakukan oleh tenaga kesehatan, hal ini disebabkan karena perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan masih banyak yang percaya pada dukun (paraji), karena turun temurun persalinan keluarga mereka masih ditolong oleh dukun atau paraji.Sedangkan dilihat dari jarak klinik bidan desa ke permukiman masyarakat sangat dekat namun masih jarang ibu yang datang untuk bersalin.

5

Hal ini yang seringkali mengakibatkan berbagai masalah atau komplikasi pada proses persalinan dan bahkan kematian pada ibu bersalin. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar, Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Tahun 2015”

B. Rumusan Masalah Di wilayah Puskesmas Cilograng Kabupaten Lebak terdapat jumlah ibu bersalin 390 (56,12%) ditolong oleh tenaga kesehatan dan ditolong oleh dukun paraji 204 (33,94%), sedangkan di Desa lebak Tipar jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 39 ibu (63,93%) dan ditolong oleh dukun paraji sebanyak 11 ibu (18,3%). Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah ​dalam penelitian ini yaitu “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015”

C. Tujan Penelitian 1. Tujuan Umum

6

Mengetahui adanya “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar , Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015” 2. Tujuan Khusus a.

Diketahui distribusi frekuensi pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

b.

Diketahui distribusi frekuensi usia dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

c.

Diketahui distribusi frekuensi pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

d.

Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

e.

Diketahui distribusi frekuensi sikap dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

7

f.

Diketahui distribusi frekuensi pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

g.

Diketahui distribusi frekuensi dukungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

h.

Diketahui ada hubungan antara usia dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

i.

Diketahui ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

j.

Diketahui ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

k.

Diketahui ada hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

l.

Diketahui ada hubungan antara pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

8

m. Diketahui ada hubungan antara dukungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015

D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berhubungan dengan “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015”. Penelitian dimulai bulan Januari - Maret Periode 2015. Populasi adalah ibuibu yang melahirkan periode januari – maret 2015 yang di tolong oleh tenaga kesehatan maupun oleh dukun paraji, hal ini disebabkan karena perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan masih banyak yang percaya pada dukun (paraji), karena turun temurun persalinan keluarga mereka masih ditolong oleh dukun atau paraji.Data yang diteliti berupa data primer yang berasal dari hasil wawancara dengan responden dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu metodologi penetian yang telah didapat selama mengikuti

perkuliahan dan upaya

9

mengembangkan penelitian di masyarakat dan menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, agar semua ibu bersalin dapat ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB). 2. Manfaat Praktik Sebagai sumber informasi bagi wilayah desa Lebak Tipar agar dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu dan anak (KIA) yang lebih berkualitas dalam upaya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

F. Keaslian Penelitian 1. Ellyana

Hutapea,

Faktor-Faktor

Yang

Berhubungan

Dengan

Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibungbulang Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun 2012. Proporsi responden yang memilih memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan berjumlah 88 orang (71%) dan 36 orang (29 %) memilih non tenaga kesehatan. Faktor predisposisi yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pengetahuan, sikap dan keikutsertaan kelas ibu hamil.

10

2. Widawati, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Melahirkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung Tahun 2007. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan, pendapatan keluarga, Pengetahuan, biaya persalinan dan sikap dalam memilih bidan dalam proses persalinan tentang penolong persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENOLONG PERSALINAN Penolong Persalinan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan Ibu dan bayi, persalinan oleh dokter atau bidan relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun ( Depkes, 2013). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan pelayanan persalinan yang aman dengan

11

memperhatikan pencegahan infeksi, metode pertolongan persalinan yang sesuai standar, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi, melaksanakan inisiasi menyusu dini, memberikan Vitamin K1, dan salep mata pada bayi baru lahir. 1. Bidan Menurut Ikatan Bidan Indonesia, bidan didefinisikan sebagai seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktek 16. Menteri Kesehatan Indonesia mengeluarkan peraturan perizinan yang baru. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.0202/Menkes/149/I/2010 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktek Bidan menyebutkan bahwa bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana asuhan kebidanan berdasarkan ruang lingkup praktik kebidanan, sebagai pengelola bidan mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, sebagai pendidik, bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kesehatan Ibu dan anak dan sebagai peneliti, bidan melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan secara mandiri maupun kelompok .

12

Bidan Desa adalah bidan yang berstatus pegawai negeri atau pegawai tidak tetap yang di tempatkan di desa dan di wajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi satu atau dua desa Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu mengacu pada intervensi strategi Empat Pilar Safe Motherhood. Salah satunya adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan antenatal. Strategi dari kebijakan ini adalah dengan penempatan bidan di desa sejak tahun 1989-1990 hingga sekarang dan strategi penerapan mutu pelayanan kesehatan ibu dengan penetapan standar pelayanan. Kebijakan dari strategi itu juga mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya pengembangan Desa Siaga tahun 2008.

Tugas Pokok Bidan Desa 1) Melaksanakan

pelayanan

KIA

khususnya

untuk mendukung

pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan balita serta keluarga berencana 2) Mengelola program KIA di wilayah kerja dan memantau pelayanan KIA di wilayah desa berdasarkan data riil sasaran dengan menggunakan PWS KIA

13

3) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung pelayanan KIA termasuk pembinaan dukun bayi dan kader, pembinaan wahana atau forum peran serta masyarakat yang terkait melalui pendekatan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat setempat. 2. Dukun Paraji Menurut WHO

dukun

adalah seorang wanita

yang membantu

kelahiran,keterampilan mereka didapatkan secara turun temurun dari ibu ke anak atau keluarga dekat lainnya mereka mendapatkan keterampilannya melalui pengalamannya sendiri saat menolong melahirkan. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat (biasanya wanita) yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dalam memperoleh keterampilan tersebut, dukun mendapatkannya secara turun temurun. Masih cukup banyak masyarakat yang memilih paraji sebagai penolong persalinan

dengan

anggapan

bahwa

pelayanan dukun

bayi

lebih

kekeluargaan dengan pembayaran lebih murah dari bidan dan dapat di cicil, selain itu jarak antara rumah bidan dengan rumah ibu jauh sehingga keluarga cenderung memanggil dukun bayi.

B. PERSALINAN 1. Pengertian

14

Persalinan Normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (DepKes RI. 2008) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008).

2. Bentuk Persalinan Bentuk persalinan menurut Manuaba (2009) adalah: a. Persalinan spontan. Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri. b. Persalinan buatan. Bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan. c. Persalinan anjuran. Yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak memerlukan bantuan apapun yang mempunyai trauma

15

persalinan yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin.

3. Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan a. Power (His/Kontraksi) Menurut Yeyeh (2009 b; h. 13-18), his/ kontraksi uterus adalah kontraksi otot – otot uterus dalam persalinan. Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di fundus dan terlemah di segmen bawah rahim. Lamanya his dalam persalinan berkisar antara 45 – 75 detik, frekuensi minimal 3 kali dalam 10 menit. His persalinan menurut faal: 1) His pembukaan, adalah his yang menimbulkan pembukaan pada serviks. His ini terjadi sampai pembukaan seviks lengkap 10 cm, his mulai kuat, teratur dan sakit. 2) His pengeluaran (his mengedan/ his kala II), his sangat kuat teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His pengeluaran ber-fungsi untuk mengeluarkan janin. Terjadi koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma, dan ligament. 3) His pelepasan uri (kala III), kontraksi mulai turun, berfungsi melepaskan dan mengeluarkan plasenta. 4) His pengiring (kala IV), kontraksi bersifat lemah, masih sedikit nyeri, menyebabkan pengecilan rahim.

16

Setelah seviks terbuka lengkap, kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh pening-katan tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot – otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya disebut me-ngejan. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila kala I pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi uterus.

b. Passage (Jalan Lahir) Disamping kontraksi dominan di daerah fundus, pada kala I persalinan menyebabkan terjdinya pembukaan secara pasif mulut rahim, memdorong bagian janin terendah menuju jalan lahir, sehingga ikut aktif membuka mulut rahim (Mauaba; 2009;h. 146). Menurut Yeyeh (2009 b; h. 22-25), bentuk rongga panggul pada dasarnya menyerupai tabling, tetapi sedikit melengkung ke depan pada ujung kaudalnya, membentuk dudut sekitar 90​o sehingga digambarkan sebagai saluran berbentuk J atau L bila dipandang dari bidang sagital. Bentuk dan dimensi tulang panggul ditentukan oleh sejum-lah faktor lingkungan, hormon, dan genetik. Ada empat tipe utama yang dikenali: ginekoid, android, antropoid, dan platipelloid. Bentuk dan stuktur dasar panggul memiliki peran penting dalam mengarahkan kepala janin yang

17

sedang menuruni bagian bawah rongga panggul yang melenkung ke depan. Peran obstetrik utama dasar panggul yang berbentuk selokan ini pada pelahiran adalah untuk menyegariskan sutura sagitalis kepala yang sedang turun dengan diameter antero-posterior pintu bawah panggul. Bagian terendah kepala janin me-nyentuh dasar panggul dan bergeser ke depan. Bagian ini adalah oksiput pada posisi fleksi yang benar, atau sinsiput

pada

kepala

dalam

keadaan

defleksi

dengan

posisi

oksipitoposterior.

c. Passanger (Janin dan Plasenta) Sikap (habitus), menunjukan hubungan antara bagian – bagian janin dengan sumbu janin, biasanya dengan tulang punggungnya. Sikap janin bervariasi tergantung presentasinya. Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu, kemungkinan pada letak janin yaitu letak memanjang, letak membujur, dan oblique. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim. Sedangkan untuk bagian terbawah janin, hampir sama dengan presentasi hanya diperjelas istilahnya. Sikap fleksi menyeluruh pada janin dan terutama fleksi pada kepala, bersama

18

kontraksi uterus yang efisien akan menghasilkan hubungan mekanis yang lebih baik dengan panggul. (Yeyeh, 2009 b; h. 21)

4. Tahapan dalam Persalinan a. Kala I Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173). Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. 1) Fase laten a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. c) Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam. 2) Fase aktif a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai

19

jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara). c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin. Menurut Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah: 1. Memperhatikan kesabaran parturien. 2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam. 3. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam. 4. Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong. 5. Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung,

perubahan

denyut

jantung

janin,

pengeluaran

mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin). 6. Parturien tidak diperkenankan mengejan.

20

b. Kala II Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes RI, 2008; h. 77). Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh, 2009 b; h.6). Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah: 1)

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

2)

Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.

3)

Perineum menonjol.

4)

Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

5)

Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya

adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

c. Kala III

21

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101). Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat. Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis. Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, measase fundus uteri

d. Kala IV Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101).

22

Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah: 1)

Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.

2)

Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari ​plasenta rest​, luka episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.

3)

Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.

4)

Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.

5)

Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.

5. Tanda Persalinan. a. Tanda – tanda permulaan persalinan

Menurut Manuaba (2010; h. 167-169), dengan penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontaksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:

23

1) Turunya kepala, masuk ke PAP (​Lightening​). 2) Perut lebih melebar karena ​fundus uteri​ turun. 3) Munculnya nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim. 4) Terjadi pengeluaran lendir.

b. Tanda dan gejala persalinan

Menurut Manuaba (2010; h. 169) tanda persallinan adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. 2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah). 3) Dapat disertai ketuban pecah. 4) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks).

C. PERILAKU Menurut Clifford. T. Morgan 24 perilaku meliputi orang atau hewan yang dapat di observasi dari berbagai sisi. Perilaku, tidak sama seperti impian atau

24

pikiran atau perasaan yang dapat di observasi, di rekam, dan dipelajari. Tidak ada satu orangpun yang dapat melihat atau mendengar dalam hati, tetapi kita dapat melihat dan mendengar dari perilaku. Perilaku dapat kita pelajari dan pahami dari proses mental dalam diri yang dapat kita hilangkan. Ketika kita mengambil psikologi sebagai ilmu dari perilaku, kita tidak dapat menggunakan perasaan, kita dapat mengatakan apa yang orang lain lakukan adalah perilaku mereka. Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. 1. Konsep Perilaku Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skinner membedakan adanya 2 respon, yakni: a. Respondent Respons atau Reflexive Respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan semacam

ini

disebut eliciting

stimuli karena menimbulkan

respons-respons yang relative tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur,cahaya yang kuat akan menyebabkan

25

mata

tertutup.

Umumnya

rangsangan-rangsangan

seperti

ini

mendahului respons yang ditimbulkan. Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau emosional behavior yang timbul karena adanya

hal yang kurang menyenangkan organisme yang

bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, sebaliknya hal-hal menyenangkan juga menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa karena senang. b. Operant Respons atau Instrumental Respons adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh rangsangan tertentu. Rangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce karena rangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh

organisme.

Rangsangan

demikian

itu

mengikuti

atau

memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Bila seorang anak belajar kemudian diberikan hadiah maka dia akan lebih giat lagi belajar. Dengan demikian respons akan lebih kuat lagi. Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau respondent behavior) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behavior merupakan

26

bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.

2. Determinan Perilaku Faktor penentu manusia atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek fisik, psikis dan sosial. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain : a. Lawrence Green (1980) Green dan Kreuter menggunakan adanya tiga faktor yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor-faktor ini melahirkan suatu model pemanfaatan yang dikenal dengan istilah “PRECEDE PROCEED” (​predisposing, enabling and reinforcing cause in educational diagnosis and evaluation​) yaitu teori yang mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Teori ini menunjukkan keinginan seseorang untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan atau tidak terutama dipengaruhi oleh tiga faktor utama:

27

1)

Faktor predisposisi (predisposing factors) Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai ,riwayat ANC dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok keluarga

2)

Faktor pemungkin (enabling factors) Yang termasuk di dalam faktor ini adalah tersedia atau tidak tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan termasuk jarak, ketersediaan transportasi, kemampuan membayar

jasa

layanan

kesehatan,

waktu

pelayanan dan

keterampilan petugas kesehatan 3)

Faktor penguat (reinforcing factors). Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, Sumber dari faktor ini dapat berasal dari tenaga kesehatan, teman, atau keluarga.

b. Anderson Salah satu model pemanfaatan pelayanan kesehatan yang digunakan model Anderson (1974). Anderson menggambarkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan yang disebut model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (Behavioural model of health service utilization). Menurut model ini keputusan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan tergantung pada kondisi-kondisi yang dikelompokan menjadi 3 komponen:

28

1)

Komponen

Predisposisi

(Pendorong)

seseorang

untuk

menggunakan pelayanan kesehatan. Komponen ini disebut predisposing

karena

faktor-faktor

pada

komponen

ini

menggambarkan karakteristik perorangan yang sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan kesehatan. Anderson membagi komponen predisposing ini berdasarkan karakteristik pasien kedalam tiga bagian yaitu ciri demografi, struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal yang mempengaruhi lingkungan fisik dan sosial individu) dan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan. 2)

Komponen menggunakan

Enabling

atau

pelayanan

kemampuan kesehatan.

seseorang Menurut

untuk Kroeger

keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenley yang menyatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. 3)

Komponen Need atau kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anderson tahun 1964 pada 2.367 keluarga tentang penggunaan pelayanan kesehatan ternyata factor kebutuhan lebih berperan besar dimana

29

persepsi terhadap penyakit yang di ukur dari jumlah hari tidak dapat bekerja merupakan faktor yang paling berperan.

D. FAKTOR

-

FAKTOR

YANG

BERHUBUNGAN

DENGAN

PEMILIHAN TENAGA PENOLONG PERSALINAN 1. Usia ibu Usia (umur) adalah lama hidup seseorang yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 20 tahun, 20 - 35 tahun dan > 35 tahun. Usia 20 - 30 tahun adalah periode yang paling aman untuk melahirkan, tetapi di Negara berkembang sekitar 10 % sampai 20 % bayi dilahirkkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. (Notoatmojo, 2010). Umur menunjukkan perkembangan kemampuan untuk belajar dan bentuk perilaku pengajaran yang dibutuhkan. Usia dapat mempengaruhi kematangan fisik, psikis dan kognitif seseorang. Kematangan seseorang dapat berkembang dengan belajar dari diri sendiri atau pengalaman orang lain. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa tidak ada perbedaan didalam pemilihan tenaga penolong persalinan yang signifikan berdasarkan perbedaan kelompok umur ibu (p=0.762). Sehingga

30

dapat disimpulkan bahwa ibu yang berumur antara 20-35 tahun mempunyai peluang lebih besar untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ke tenaga kesehatan dibanding dengan ibu yang beruumur < 20 dan > 35 tahun.

2. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh ibu yang di buktikan oleh ijazah (Mc.Carty dan Maine, 2007). Pendidikan berpengaruh cara berfikir, tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin baik pengetahuannya tentang kesehatan. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan, sehingga mereka tak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kesulitan menyerap informasi atau gagasan baru sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima gagasan baru. Mc. Carty dan Maine (2007) mengemukakan bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan keluarga,

31

serta saat kehamilan dapat memperhatikan baik gizi maupun pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ibu (p=0.000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemilihan penolong persalinan berdasarkan kelompok umur ibu, dimana ibu yang berpendidikan tinggi, mempunyai peluang lebih besar untuk memilih tenaga penolong persalinan ke tenaga kesehatan dibanding dengan ibu yang tidak sekolah atau berpendidikan rendah

3. Pengetahuan Menurut Bloom dalam (Notoatmodjo, 2010) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior).

32

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) termasuk suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. d. Analisa

(Analysis)Analisis

menjabarkan

materi

adalah atau

suatu suatu

kemampuan obejek

untuk

kedalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

33

bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai kesehatan (Eko & Hesty, 2009) Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa bahwa ada perbedaan yang signifikan pemilihan tenaga penolong persaalinan berdasarkan kelompok pengetahuan ibu ( p= 0.000 ), dimana ibu yang mempunyai pengetahuan baik anak mempunyai peluang yang lebih besar untuk memilih nakes sebagai penolong persalinan disbandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang

4. Pendapatan Penghasilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan segala hal berkaitan dengan urusan keuangan suatu rumah tangga. Salah satu indikator ekonomi suatu keluarga dapat diketahui berdasarkan tingkat pendapatan keluarga setiap bulannya. Penghasilan yang rendah sangat berpengaruh terhadap

34

kesehatan ibu hamil dan bersalin terutama dalam hal pencarian pelayanan kesehatan. (Badan Pusat Statistik &Makro Internasional, 2008). Pendapatan tidak mempunyai hubungan kausal dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan tetapi memperburuk penyulit yang sudah ada, kalau pasien tidak mampu (tidak ada biaya) maka pilihan yang ada hanya menggunakan tenaga dukun.( Martadisoebrata, D. 2008) Menurut penelitian Bangsu Tamrin menyatakan ada hubungan antara status ekonomi dengan keputusan pilihan tenaga penolong persalinan, dimana golongan ekonomi lemah sebagian besar memilih tenaga dukun bayi (Bangsu, Tamrin. 2005). Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan pada kelompok pendapatan (p= 0.000) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan

5. Jarak Rumah Jarak membatasi kemampuan dan kemauan Ibu untuk mencari pelayanan kesehatan terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit, dan didaerah tersebut tidak terdapat rumah sakit. Salah satu yang melatarbelakangi Ibu memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya karena tempat tinggalnya berdekatan dengan dukun bayi (Wiryawan, yuana.2009)

35

Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan kelompok jarak rumah ibu ( p= 0.613 ) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan

6. Faktor Dukungan Menurut Kroeger pilihan seseorang untuk memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan tertentu dipengaruhi oleh pendapat orang lain. Umumnya kerabat dekat atau teman dijadikan sumber informasi pertama sebelum seseorang memutuskan memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan tertentu. Hartono, dkk, menyatakan status ibu dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana pada umumnya dengan tingkat pendidikan rendah, mereka mempunyai keterbatasan otonomi, antara lain karena sub-ordinasi terhadap suami, mertua, anggota keluarga lain sehingga tanpa ijin pihak lain diluar dirinya sangat sulit bagi ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun sedang menghadapi risiko kematian. Dukungan suami, keluarga, masyarakat di sekitarnya sangat penting dilibatkan bukan hanya dalam proses pengambilan keputusan dalam pemilihan tenaga penolong persalinan, tetapi juga sejak awal terjadinya proses kehamilan, selama kehamilan, saat persalinan dan pasca melahirkan.

36

Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan dukungan keluarga ( p= 0.000 ) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan

A. Kerangka Teori Penolong Persalinan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan Ibu dan bayi, persalinan oleh dokter atau bidan relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun. Perilaku ibu bersalin dalam memilih penolong persalinannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung dari dalam diri ibu maupun dari luar. Faktor – faktor tersebut meliputi karateristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas), riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, sikap, persepsi terhadap jarak ke pelayanan kesehatan, persepsi terhadap biaya persalinan, riwayat penolong persalinan dalam keluarga dan dukungan atau pengaruh orang – orang terdekat seperti suami atau keluarga (Wati Sufiawati, 2012)

Kerangka Teori

37

(Notoatmojo, 2010) Ket :

Variabel yang diteliti

38

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut:

Variabel Independent

Variabel Dependent

39

B. Definisi Operasional Variabel, definisi operasional, cara ukur, alat ukur, hasil ukur dan skala yang digunakan

No VARIABEL

DEFINISI

CARA

ALAT

HASIL

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

UKUR

SKALA

VARIABEL DEPENDEN 1.

Penolong

Tenaga yang menolong

Persalinan

persalinan adalah

Wawancara

Kuesione

0. nakes

r

1. non

dokter, bidan, perawat

Nominal

nakes

disebut sebagai tenaga kesehatan dan lainnya disebut tenaga non kesehatan (Depkes, 2008) VARIABEL INDEPENDEN No VARIABEL 2.

Usia

DEFINISI

CARA

ALAT

HASIL

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

UKUR

SKALA

Pengakuan ibu tentang

Wawancara

Kuesione

0. 20-35 th

Ordinal

r

1. 20th atau >

umur pada saat ulang tahun terakhir yang dikelom pokan menjadi dua kelom pok yaitu

35 th

40

a.berisiko, b. tdk berisiko 3.

Pendidikan

(Mubarak, 2011)

Wawancara

0. Tinggi

Tingkat pendidikan

Kuesione

formal yang pernah

r

Ordinal

1. Rendah

ditamatkan oleh ibu yg dikelompokan mnjd tmt SD smp SLTP dan tmt SLTA smp PT 4. Pengetahuan

(Mubarak, 2011)

Wawancara

0. Baik

Segala hal yang

Ordinal

1 Kurang

diketahui mencakup

Kuesione

pengertian, tujuan,

r

manfaat & resiko dari penolong persalinan 5

Jarak

(Notoatmodjo, 2010)

Rumah

Jarak rumah ke fasilitas

Wawancara

0. Dekat

Ordinal

1. Jauh

kesehatan berdasarkan

6

kilometer

Kuesione

(Wiryawan,

r

Dukungan

yuana.2009)

Wawancara

0. Didukung

Suami

Pengaruh yang paling

1. Tidak

besar untuk

didukung

mempengaruhi keputusan ibu dalam

Kuesione

melakukan pemilihan

r

tenaga penolong persalinan

Ordinal

41

(Kroeger, 2011)

C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan kepustakaan dari kerangka konsep maka hipotesis yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015” 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015” 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015” 4. Ada hubungan antara Jarak rumah dengan pemilihan tenaga penolong persalinan

di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang

Kabupaten Lebak Periode 2015”

42

5. Ada hubungan antara pendapatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015” 6. Ada hubungan antara dukungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015”

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan design cross sectional yaitu mempelajari antara variabel penelitian dengan cara mengamati variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dalam satu waktu yang bersamaan. Data yang diteliti berupa data primer yang berasal dari hasil wawancara langsung dengan responden dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

B. Bantuk Penelitian

43

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang berasumsi bahwa fenomena ilmu pengetahuan dapat dipecahkan dan dikelompokkan menjadi data atau informasi.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015”

2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015.

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh ibu- ibu yang melahirkan pada periode 2015 sebanyak 270 ibu, baik melahirkan anaknya dalam keadaan hidup atau mati, yang di tolong oleh tenaga kesehatan maupun oleh dukun paraji, dan bertempat tinggal di Wilayah

44

Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode 2015”

2. Sampel Sampel menurut Sugiono (2009) adalah : “Bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah ​simple random sampling yaitu setiap orang tua yang mempunyai bayi usia lebih dari 6 bulan diambil secara acak pada saat dilakukan penelitian. Sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan rumus Slovin dikutip oleh Husein Umar ( 2008 ) adalah sebagai berikut n=

N 1+N (d)2

n : Ukuran Sampel N : Ukuran populasi d : Nilai kritis ( persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan). n=

270 1+270 (0, 1)2

n=

270 3,7

n = 72,97 dibulatkan menjadi 73 responden

45

E. Instrumen penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut ditanyakan kepada responden yang telah terpilih sewaktu melakukan pendataan. Pendataan dilakukan secara door to door kepada ibu yang terpilih sebagai sampel dan bersedia untuk diwawancara

F. Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas Uji

Validitas

Item

atau

butir

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan software SPSS.[1] Untuk proses ini, akan digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item akan diuji relasinya dengan skor total variabel yang dimaksud. Dalam hal ini masing-masing item yang ada di dalam variabel X dan Y akan diuji relasinya dengan skor total variabel tersebut. Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r) dengan skor total masing-masing variabel ≥ 0,25.[2] Item yang punya r hitung < 0,25 akan disingkirkan akibat mereka

46

tidak melakukan pengukuran secara sama dengan yang dimaksud oleh skor total skala dan lebih jauh lagi, tidak memiliki kontribusi dengan pengukuran seseorang jika bukan malah mengacaukan. Cara melakukan Uji Validitas dengan SPSS: a. Buat skor total masing-masing variable. b. Klik Analyze > Correlate > Bivariate c. Masukkan seluruh item variable x ke Variables d. Masukkan total skor variable x ke Variables e. Ceklis Pearson ; Two Tailed ; Flag f. Klik OK g. Lihat kolom terakhir. Nilai >= 0,25. h. Lakukan hal serupa untuk Variabel Y.

2. Realibilitas Uji Reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Note:

47

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut: a.

Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

b.

Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi

c.

Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat

d.

Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak

reliabel: Segera identifikasi dengan prosedur analisis per item. Item Analysis adalah kelanjutan dari tes Aplha sebelumnya guna melihat item-item tertentu yang tidak reliabel. Lewat Item Analysis ini maka satu atau beberapa item yang tidak reliabel dapat dibuang sehingga Alpha dapat lebih tinggi lagi nilainya. Reliabilitas item diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis dengan SPSS ver. 16.0 for Windows. Akan dilihat nilai Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variabel. Agar lebih teliti, dengan

48

menggunakan SPSS, juga akan dilihat kolom Corrected Item Total Correlation.

G. Tehnik Pengolahan Data Sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan pengelolahan data dengan tahap: 1. Editing : Dilakukan untuk melengkapi data yang masih kurang dan memeriksa data yang salah untuk diperbaiki 2. Coding : Untuk memberikan kode pada setiap data yang ada 3. Entry data : Memasukan data kedalam komputer dengan program pengelolaan data (SPSS) 4. Cleaning : Dilakukan untuk memastikan semua data yang sudah dimasukkan Siap untuk dianalisis 5. Kategorisasi data : Cara mengolah variabel komposit yaitu pengetahuan dan sikap

H. Tehnik Analisa Data 1. Univariat

49

Analisa ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi semua variabel baik variabel dependen maupun variabel independen. Analisa Univariat dapat di hitung dengan rumus : P=

F

X 100%

N Keterangan : P = Besar Persentase Jawaban F = Frekuensi N = Jumlah Soal Hasil pengukuran pengetahuan di interprestasikan dengan mengguankan criteria sebagai berikut : Pengetahuan baik : 76 - 100 % Pengetahuan cukup : 56 - 57 % Pengetahuan kurang : < 56 %

2. Bivariat Bertujuan untuk membuktikan langsung ada atau tidaknya hubungan antara

variabel

independen

seperti

umur,

tingkat

pendidikan,,

pengetahuan, pendapatan, riwayat ANC, jarak ke fasilitas kesehatan dan

50

dukungan dengan variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan. Prosedur yang digunakan adalah uji chi-square. Rumus uji chi-square : x² = ∑

(O−E)² E

, dimana x² = nilai chi square O = nilai observasi E = nilai ekspetasi

Hasil yang diperoleh pada analisis chi square, dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan α=0,05. Apabila nilai p< dari α=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel tersebut.

51

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten lebak terdiri dari 28 kecamatan dan memiliki 345 desa/kelurahan. Lebak Tipar adalah salah satu ​desa di ​Kecamatan Cilograng​ ​Kabupaten Lebak​ ​Provinsi Banten​. Responden adalah pasien yang bersalin di Puskesmas Cilograng Desa Lebak Tipar Kabupaten Lebak Kota Banten pada tahun 2015. Lebak Tipar adalah salah satu ​desa di ​Kecamatan Cilograng​, ​Kabupaten Lebak​, ​Provinsi Banten​, ​Indonesia​. Tenaga kesehatan yang tersedia berjumlah 4 bidan. Sarana dan prasarana cukup memadai terdiri dari 4 ruang periksa, 1 ruang bersalin dan 5 tempat tidur perawatan Ibu dan bayi. Pelayanan yang diberikan yaitu ANC, KIA, Persalinan, KB, dan Imunisasi. Jam buka pelayanan umum buka jam 07.00 WIB – 15.00 WIB. Sedangkan pelayanan persalinan 24 jam. Jumlah kunjungan pasien tiap bulannya sekitar 750 pasien.

B. Hasil Penelitian

52

Dari pengolahan data didapatkan 2 hasil analisis data yaitu analisis univariat, dan analisis bivariat. Berikut hasil analisis data

2. Analisis Univariat a. Gambaran Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Pengetahuan

Frekuensi

%

1

Nakes

50

68,5

2

Non Nakes

23

31,5

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa ibu yang memilih bersalin dengan nakes sebanyak 68,5% lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memilih bersalin dengan non nakes sebanyak 31,5 %. b. Umur Ibu Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Umur Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Umur

Frekuensi

%

53

1

< 20 tahun dan > 35 tahun

38

52,1

2

20-35 tahun

35

47,9

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa ibu yang berumur antara 20-35 tahun sebanyak 35 orang (47,9% ), lebih sedikit dibanding dengan ibu yang berumur < 20 dan > 35 tahun sebanyak 38 orang (52,1%) c. Pendidikan Ibu Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Pendidikan

Frekuensi

%

1

Tinggi ( SMA+ )

51

69,9

2

Rendah ( SD – SMP )

22

30,1

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa ibu dengan pendidikan tinggi sebesar 51 orang (69,9%) lebih banyak dibanding ibu dengan pendidikan rendah sebesar 22 orang (30,1%) d. Pengetahuan Ibu Tabel 5.4

54

Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Pengetahuan

Frekuensi

%

1

Baik

57

78,1

2

Buruk

16

21,9

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 57 orang (78,1%) lebih banyak dibanding ibu yang mempunyai pengetahuan kurang sebesar 16 orang (21,9%). e. Pendapatan Ibu Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Pendapatan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Pendapatan

Frekuensi

%

1

< 2.000.000

49

67,1

2

> 2.000.000

24

32,9

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pendapatan tinggi sebesar 49 orang (67,1%) dibandingkan dengan ibu dengan pendapatan rendah sebesar 24 orang (32,9%). f. Jarak Rumah

55

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Jarak Rumah Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Pengetahuan

Frekuensi

%

1

Dekat

64

87,7

2

Jauh

9

12,3

Jumlah

73

100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang mempunyai jarak dekat sebesar 64 orang (87,7%) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak jauh sebesar 9 orang (12,3%). g. Dukungan Keluarga Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 No

Dukungan Keluarga

Frekuensi

%

1

didukung

56

76,7

2

Tidak di dukung

17

23,3

Jumlah

73

100

56

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa ibu yang mempunyai dukungan baik sebesar 56 orang (76,7%) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai dukungan sebesar 17 orang (23,3%).

3. Analisis Bivariat Bertujuan untuk membuktikan langsung ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen seperti umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan, jarak ke fasilitas kesehatan dan dukungan dengan variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan.

a. Hubungan Umur Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.8 Hubungan Umur Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 Penolong Persalinan Umur Ibu

Nakes

Non Nakes

n

%

N

%

N

%

20-35 tahun

30

78,9

8

21,1

38

100.

< 20 tahun dan

20

57,1

15

42,9

35

100.

>35tahun

P

OR

Value

(95% Cl OR)

Total

1.382 0.045

(0.993–1.923)

57

Total

50

68,5

23

31,5

73

100.

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa ibu yang berumur antara 20-35 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berumur >35 tahun. Hal ini sesuai dengan uji statistic chi square didapatkan p = 0.045 < 0,05 bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan umur ibu. Analisa keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR 1.382 (95% CI : 0.993–1.923) disimpullkan bahwa ibu yang berumur antara 20-35 tahun berpeluang 1.382 kali lebih besar dibanding ibu yang berpendidikan rendah.

b. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.9 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 Penolong Persalinan

P OR

Nakes

Non Nakes

Total

Pendidikan

Tinggi

Value (95% Cl OR)

n

%

N

%

N

%

39

76,5

12

23,5

51

100.

1,529

58

Rendah

11

50

11

50

22

100.

Total

50

68,5

23

31,5

73

100.

0.025

(0,960-2,.386)

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang hanya berpendidikan rendah. Berdasarkan Hasil uji statistik chi square didapatkan p = 0.025 < 0,05 bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan ibu. Analisa keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR 1,529 (95% CI : 0,960-2,.386) disimpullkan bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang 1,529 kali lebih besar dibanding ibu yang berpendidikan rendah.

c. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 Penolong Persalinan

P

Non Nakes

Value

OR Pengetahuan

Nakes

Total

(95% Cl OR) n

%

N

%

N

%

59

Baik

44

77,2

13

22,8

57

100.

Tidak Baik

6

37,5

10

62,5

16

100.

Total

50

68,5

23

31,5

73

100.

2.058 0.003

(1.077-3.936)

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan baik lebih tinggi dibanding dengan ibu pengetahuan tidak baik. Hal ini sesuai dengan uji statistic chi square didapatkan p = 0.003 < 0,05 bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan kelompok pengetahuan ibu Analisa keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR 2.058 (95% CI : 1.077-3.936) disimpulkan bahwa pada ibu yang berpengetahuan baik berpeluang 2.058 kali lebih besar dibanding ibu yang berpengetahuan kurang.

d. Hubungan Pendapatan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.11 Hubungan Pendapatan Ibu Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 Penolong Persalinan Pendapatan

Nakes

Non Nakes

P Total

Value

OR (95% Cl OR)

60

n

%

N

%

N

%

< 2.000.000

42

85,7

7

14,3

49

100.

> 2.000.000

8

33,3

16

66,7

24

100.

Total

50

68,5

23

31,5

73

100.

2.571 0.000

(1.444-4.580)

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pendapatan tinggi lebih banyak dibanding dengan ibu yang mempunyai pendapatan rendah. Hal ini sesuai dengan uji statistic didapatkan p = 0.000 < 0,05 bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan kelompok pendapatan ibu. Analisa keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR 2.571 (95% CI : 1.444-4.580) disimpulkan bahwa pada ibu yang mempunyai pendapatan tinggi berpeluang 2.571 kali lebih besar dibanding ibu yang berpengetahuan kurang.

e. Hubungan Jarak Rumah Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.12 Hubungan Jarak Rumah Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015 Penolong Persalinan Jarak Rumah

Nakes

Non Nakes

Total

P Value

OR (95% Cl OR)

61

Dekat

n 43

% 67,2

N 21

% 32,8

N 64

% 100

Jauh

7

77,8

2

22,2

9

100

Total

50

68,5

23

31,5

73

100

0,864 0.710

(0,585-1.275)

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa ibu yang mempunyai jarak rumah jauh lebih tinggi dibanding dengan ibu yang mempunyai jarak rumah dekat. Hal ini sesuai dengan uji statistic didapatkan p = 0.710 > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara jarak rumah dengan pemilihan penolong persalinan. f. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Tabel 5.13 Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode Januari - Maret 2015

Dukungan Baik

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes Total n % N % N % 44 78,6 12 21,4 56 100

Tidak baik

6

35,3

11

64,7

17

100

Total

50

68,5

23

31,5

73

100

P Value

OR (95% Cl OR) 2,226

0.001

(1.153-4.299)

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa ibu yang mendapat dukungan lebih tinggi dibanding dengan ibu yang tidak didukung. Hal ini sesuai dengan uji statistik didapatkan p=0.001 < 0,05 bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan dukungan suami

62

Analisa keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR 2,226 (95% CI : 1.153-4.299) disimpulkan bahwa pada ibu yang mendapatkan dukungan berpeluang 2,226kali lebih besar dibanding ibu yang tidak mendapatkan dukungan.

BAB VI PEMBAHASAN

63

A. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian dalam penulisan tesis ini adalah: 1. Peneliti mengalami kesulitan dalam memberikan pertanyaan penelitian dan solusinya adalah peneliti memberikan pertanyaan penelitian dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh responden. 2. Peneliti mempunyai kesulitan dalam hal waktu untuk menyebarkan kuesioner dikarenakan peneliti juga bekerja dan tidak punya banyak waktu untu melakukan penelitian sehingga dikarenakan waktu yang terbatas maka jumlah sampel yang di ambil hanya 73 orang responden.

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penolong Persalinan Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa ibu yang memilih bersalin dengan nakes sebanyak 68,5% lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memilih bersalin dengan non nakes sebanyak 31,5 %. Sesuai teori ​Depkes (2013) Penolong Persalinan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan Ibu dan bayi, persalinan oleh dokter atau bidan relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan pelayanan persalinan yang aman dengan

memperhatikan

pencegahan

infeksi,

metode

pertolongan

64

persalinan yang sesuai standar, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi, melaksanakan inisiasi menyusu dini, memberikan Vitamin K1, dan salep mata pada bayi baru lahir.

2. Umur Ibu Umur menunjukkan perkembangan kemampuan untuk belajar dan bentuk perilaku pengajaran yang dibutuhkan. Usia dapat mempengaruhi kematangan fisik, psikis dan kognitif seseorang. (Mubarak, 2011) Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa ibu yang berumur antara 20-35 tahun sebanyak 35 orang (47,9% ), lebih sedikit dibanding dengan ibu yang berumur < 20 dan > 35 tahun sebanyak 38 orang (52,1%) Sesuai teori Mubarak (2011) bahwa kematangan seseorang dapat berkembang dengan belajar dari diri sendiri atau pengalaman orang lain. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Hasil uji signifikansi chi square antara umur dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,045 artinya ada hubungan antara umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan

65

Hal ini sesuai dengan Wahyuni (2005) bahwa umur ibu mempengaruhi pengetahuan dan perilaku akan kebutuhannya tentang kesehatan, ibu dengan umur (< 20 tahun) berpengetahuan kurang tentang perilaku hidup sehat di bandingkan dengan ibu yang berumur lebih matang ( ≥ 20 tahun keatas ).

3. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh ibu yang di buktikan oleh ijazah (Mc.Carty dan Maine, 2007). Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa ibu dengan pendidikan tinggi sebesar 51 orang (69,9%) lebih banyak dibanding ibu dengan pendidikan rendah sebesar 22 orang (30,1%) Sesuai dengan teori Mc Carty dan Maine (2007) bahwa Pendidikan berpengaruh cara berfikir, tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin baik pengetahuannya tentang kesehatan. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan, sehingga mereka tak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, walaupun

ada

menggunakannya.

sarana

yang

baik

belum

tentu

mereka

tahu

66

Hasil uji signifikansi chi square antara pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,025. Artinya ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan Sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ibu (p=0.000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemilihan penolong persalinan berdasarkan kelompok umur ibu, dimana ibu yang berpendidikan tinggi, mempunyai peluang lebih besar untuk memilih tenaga penolong persalinan ke tenaga kesehatan dibanding dengan ibu yang tidak sekolah atau berpendidikan rendah

4. Pengetahuan Menurut Bloom dalam (Notoatmodjo, 2010) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 57 orang (78,1%) lebih banyak dibanding ibu yang mempunyai pengetahuan kurang sebesar 16 orang (21,9%).

67

Sesuai teori Eko & Hesty (2009) bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai kesehatan Hasil uji signifikansi chi square antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p=0,003. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan Sesuai hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa bahwa ada perbedaan yang signifikan pemilihan tenaga penolong persaalinan berdasarkan kelompok pengetahuan ibu ( p= 0.000 ), dimana ibu yang mempunyai pengetahuan baik anak mempunyai peluang yang lebih besar untuk memilih nakes sebagai penolong persalinan disbandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang

5. Pendapatan Penghasilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan segala hal berkaitan dengan urusan keuangan suatu rumah tangga. Salah satu indikator ekonomi suatu keluarga dapat diketahui berdasarkan tingkat pendapatan keluarga setiap bulannya. Penghasilan yang rendah sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil dan bersalin terutama dalam

68

hal pencarian pelayanan kesehatan. (Badan Pusat Statistik &Makro Internasional, 2008). Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pendapatan tinggi sebesar 49 orang (67,1%) dibandingkan dengan ibu dengan pendapatan rendah sebesar 24 orang (32,9%). Tidak sesuai dengan teori Martadisoebrata, D. .(2008) bahwa pendapatan tidak mempunyai hubungan kausal dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan tetapi memperburuk penyulit yang sudah ada, kalau pasien tidak mampu (tidak ada biaya) maka pilihan yang ada hanya menggunakan tenaga dukun Hasil uji signifikansi chi square antara pendapatan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan Sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan pada kelompok pendapatan (p= 0.000) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan Sesuai dengan penelitian Bangsu Tamrin menyatakan ada hubungan antara status ekonomi dengan keputusan pilihan tenaga penolong persalinan, dimana golongan ekonomi lemah sebagian besar memilih tenaga dukun bayi (Bangsu, Tamrin. 2005).

69

6. Jarak Akses pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, social, ekonomi, organisasi dan bahasa. Salah satunya yaitu keadaan\geografis yang dapat diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan ksehatan (Pohan, 2009) Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang mempunyai jarak dekat sebesar 64 orang (87,7%) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak jauh sebesar 9 orang (12,3%). Hal ini sesuai dengan teori Muzaham Fauzi ​(2007) bahwa menempatkan

fasilitas

pelayanan kesehatan

lebih dekat

kepada

masyarakat golongan ekonomi rendah terbukti menyebabkan pelayanan tersebut diterima masyarakat Hasil uji signifikansi chi square antara jarak rumah dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,710. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak rumah dengan pemilihan penolong persalinan Sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan pada jarak rumah ibu (p= 0.613) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan

70

7. Dukungan Menurut Kroeger (2011) pilihan seseorang untuk memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan tertentu dipengaruhi oleh pendapat orang lain. Umumnya kerabat dekat atau teman dijadikan sumber informasi pertama sebelum seseorang memutuskan memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan tertentu. Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa ibu yang mempunyai dukungan baik sebesar 56 orang (76,7%) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai dukungan sebesar 17 orang (23,3%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono, dkk, (2007) menyatakan status ibu dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana pada umumnya dengan tingkat pendidikan rendah, mereka mempunyai keterbatasan otonomi, antara lain karena sub-ordinasi terhadap suami, mertua, anggota keluarga lain sehingga tanpa ijin pihak lain diluar dirinya sangat sulit bagi ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun sedang menghadapi risiko kematian. Hasil uji signifikansi chi square antara dukungan dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,001. Artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan dengan pemilihan penolong persalinan

71

Sesuai dengn hasil penelitian Nurhayati (2010) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan berdasarkan dukungan keluarga ( p= 0.000 ) terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar , Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015”. 1. Hasil uji signifikansi chi square antara umur dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,045 artinya ada hubungan antara umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan

72

2. Hasil uji signifikansi chi square antara pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,025. Artinya ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan 3. Hasil uji signifikansi chi square antara pendapatan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan 4. Hasil uji signifikansi chi square antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,003. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan 5. Hasil uji signifikansi chi square antara dukungan dengan pemilihan penolong persalinan didapatkan p = 0,001. Artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan dengan pemilihan penolong persalinan

B. Saran Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di

73

Wilayah Desa Lebak Tipar , Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak Periode 2015”, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu metodologi penetian yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan dan upaya mengembangkan penelitian di masyarakat dan menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, agar semua ibu bersalin dapat ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB). 2. Bagi Puskesmas Sebagai sumber informasi agar dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu dan anak (KIA) yang lebih berkualitas dalam upaya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan kajian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemilihan tenaga penolong persalinan sehingga di dapatkan intervensi yang tepat sasaran dan dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan.

74

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 2005. ​Upaya Menyelamatkan Hidup Ibu.​ http//www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 Mei 2011 Badan pusat Statistik (BPS)&Macro Internasional. 2008. ​SDKI 2007.J​ akarta Badan Pusat Statistik . 2008. ​Penolong Persalinan.​ http//www.bps.go.id Bangsu, Tamrin. 2005. ​Hubungan Karakteristik Ibu, Status Keluarga dan Lingkungan Sosial dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan​. Tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

75

DepKes RI. 2007. ​Standar Pelayanan Kebidanan. ​Jakarta DepKes RI. 2008. ​Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Essensial, Pencegahan dan Penanggulangan ​Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. J​ akarta DepKes RI. 2009. ​Profil Kesehatan Indonesia. ​2008. Jakarta DepKes RI. 2010. ​Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal. Pusat Pelatihan Klinik. Bogor Green, Lawrence, Kreuteur, Marsha, Deeds, Sigrid. 2010. ​Perencanaan Pendidikan Kesehatan ​Sebuah Pendekatan Diagnostic.​ Jakarta Hartono, B & Bakri, Z. 2007. ​Analisis Kebijaksanaan Pengadaan dan Penempatan Bidan di Desa sebagai Laporan​. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta Mc Carthy J, Deborah Maine. 2007. ​A Frame Work The Determinants Of Maternal Mortality Studies In​ ​Familiy Planning Notoadmodjo, Soekidjo. 2010.​ Promosi Kesehata Teori dan Aplikasi.​ Rineka Cipta. Jakarta Permenkes .2010. Peraturan MenKes No. HK. 0202/MENKES/149/I/2010 Tentang Izin & Praktek Bidan. Jakarta Riskesdas.2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta Skinner dalam Silia Fitriani. 2011. ​Promosi Kesehatan. E ​ disi I. Graha Ilmu. Yogyakarta Winkjosastro, H. 2006. ​Ilmu Kebdianan.​ Yayasan Bina Pustaka Saerwono Prawirohardjo. Jakarta Wiryawan, yuana.2005. ​Hubungan Antara Pemeriksaan kehamilan dan Faktor Sosiodemografi ​ibu Hamil dengan pilihan Penolong Persalinan di Indonesia (Analisis Data Survei Kesehatan ​Rumah Tangga th 2001).​ Tesis Program Pasca Sarjana Prodi IKM, UI

76

Lampiran

Frequencies Statistics

Umur Ibu N

Valid

Pendidikan Ibu

Pendapatan

Pengetahuan ibu

Dukungan keluarga

Jarak Rumah

73

73

73

73

73

73

Mean

0 ,4795

0 ,3014

0 ,3288

0 ,2192

0 ,2329

0 ,1233

Median

,0000

,0000

,0000

,0000

,0000

,0000

Missing

P P

77

Std. Deviation

,50303

,46203

,47302

,41655

,42559

,33104

Minimum

,00

,00

,00

,00

,00

,00

Maximum

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

35,00

22,00

24,00

16,00

17,00

9,00

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,8000 1,0000 1,0000

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 1,0000 1,0000 1,0000

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 1,0000 1,0000

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 1,0000 1,0000

,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 ,0000 1,0000

Sum Percentiles 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Frequency Table Umur Ibu

Valid

Frequency 38 35 73

20-35 thn <20 th dan >35 th Total

Percent 52,1 47,9 100,0

Valid Percent 52,1 47,9 100,0

Cumulative Percent 52,1 100,0

Pendidikan Ibu

Valid

tinggi rendah Total

Frequency 51 22 73

Percent 69,9 30,1 100,0

Valid Percent 69,9 30,1 100,0

Cumulative Percent 69,9 100,0

Pendapatan

Valid

<2.000.000 > 2.000.000 Total

Frequency 49 24 73

Percent 67,1 32,9 100,0

Valid Percent 67,1 32,9 100,0

Cumulative Percent 67,1 100,0

Pengetahuan ibu Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

78

Valid

baik kurang Total

57 16 73

78,1 21,9 100,0

78,1 21,9 100,0

78,1 100,0

Dukungan keluarga

Valid

di dukung tidak di dukung Total

Frequency 56 17 73

Percent 76,7 23,3 100,0

Valid Percent 76,7 23,3 100,0

Cumulative Percent 76,7 100,0

Jarak Rumah

Valid

dekat jauh Total

Frequency 64 9 73

Percent 87,7 12,3 100,0

Valid Percent 87,7 12,3 100,0

Cumulative Percent 87,7 100,0

Penolong Persalinan

Valid

Nakes Non Nakes Total

Crosstabs

Frequency 50 23 73

Percent 68,5 31,5 100,0

Valid Percent 68,5 31,5 100,0

Cumulative Percent 68,5 100,0

79

N Umur Ibu * Penolong Persalinan Pendidikan Ibu * Penolong Persalinan Pendapatan * Penolong Persalinan Pengetahuan ibu * Penolong Persalinan Jarak Rumah * Penolong Persalinan Dukungan keluarga * Penolong Persalinan

Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 100,0%

0

0,0%

73

100,0

73

100,0%

0

0,0%

73

100,0

73

100,0%

0

0,0%

73

100,0

73

100,0%

0

0,0%

73

100,0

73

100,0%

0

0,0%

73

100,0

73

100,0%

0

0,0%

73

100,0

Crosstab Count

Total

20-35 thn <20 th dan >35 th

Percent

73

Umur Ibu * Penolong Persalinan

Umur Ibu

Total N

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes 30 8 20 15 50 23 Chi-Square Tests​c

Total 38 35 73

80

Value Pearson Chi-Square

Asymp. Sig. (2-sided)

df

Exact Sig. (2-sided)

a

1

,045

Continuity Correction​b

3,067

1

,080

Likelihood Ratio

4,055

1

,044

4,014​

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

3,959​d

1

,047

Exact Sig. (1-sided)

Point

,076

,040

,076

,040

,076

,040

,076

,040

73

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,03. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is 1,990. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper

Value Odds Ratio for Umur Ibu (20-35 thn / <20 th dan >35 th) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

2,813

1,006

7,861

1,382

,993

1,923

,491

,238

1,014

73

Pendidikan Ibu * Penolong Persalinan Crosstab Count

Pendidikan Ibu

tinggi rendah

Total

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes 39 12 11 11 50 23

Total 51 22 73

Chi-Square Tests​c

Value Pearson Chi-Square

Asymp. Sig. (2-sided)

df a

1

,025

Continuity Correction​b

3,839

1

,050

Likelihood Ratio

4,823

1

,028

4,991​

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

d

4,922​

73

1

,027

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

,032

,026

,053

,026

,032

,026

,032

,026

P

81

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,93. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is 2,219. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper

Value Odds Ratio for Pendidikan Ibu (tinggi / rendah) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

3,250

1,129

9,352

1,529

,980

2,386

,471

,246

,899

73

Pendapatan * Penolong Persalinan Crosstab Count Penolong Persalinan Nakes Non Nakes Pendapatan

<2.000.000

42 8 50

> 2.000.000 Total

Total 7 16 23

49 24 73

Chi-Square Tests​c

Value Pearson Chi-Square

Asymp. Sig. (2-sided)

df

20,482​a

1

,000

Continuity Correction​

18,127

1

,000

Likelihood Ratio

20,228

1

,000

b

Exact Sig. (2-sided)

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

20,202​d

1

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

73

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,56. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is 4,495. Risk Estimate Value

95% Confidence Interval Lower Upper

Exact Sig. (1-sided)

Poi Proba

82

Odds Ratio for Pendapatan (<2.000.000 / > 2.000.000) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

12,000

3,738

38,525

2,571

1,444

4,580

,214

,102

,450

73

Pengetahuan ibu * Penolong Persalinan Crosstab Count

Pengetahuan ibu

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes 44 13 6 10 50 23

baik kurang

Total

Total 57 16 73

Chi-Square Tests​c

Value Pearson Chi-Square

Asymp. Sig. (2-sided)

df

Exact Sig. (2-sided)

9,121​a

1

,003

Continuity Correction​b

7,374

1

,007

Likelihood Ratio

8,592

1

,003

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

8,996​d

1

,003

,005

,004

,005

,004

,005

,004

,005

,004

73

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,04. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is 2,999. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper

Value Odds Ratio for Pengetahuan ibu (baik / kurang) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

5,641

1,723

18,473

2,058

1,077

3,936

,365

,198

,672

73

Jarak Rumah * Penolong Persalinan

Exact Sig. (1-sided)

Poin

83

Crosstab Count

Jarak Rumah

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes 43 21 7 2 50 23

dekat jauh

Total

Total 64 9 73

Chi-Square Tests​c

Value Pearson Chi-Square

Asymp. Sig. (2-sided)

df

Exact Sig. (2-sided)

,410​a

1

,522

Continuity Correction​b

,066

1

,797

Likelihood Ratio

,433

1

,510

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

d

,404​

1

,525

Exact Sig. (1-sided)

,710

,413

,710

,413

,710

,413

,710

,413

73

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,84. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is -,636. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper

Value Odds Ratio for Jarak Rumah (dekat / jauh) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

,585

,112

3,064

,864

,585

1,275

1,477

,414

5,266

73

Dukungan keluarga * Penolong Persalinan Crosstab Count

Dukungan keluarga Total

di dukung tidak di dukung

Penolong Persalinan Nakes Non Nakes 44 12

Total 56

6

11

17

50

23

73

Chi-Square Tests​

c

Point

84

Value Pearson Chi-Square Continuity Correction​b Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2-sided)

df

Exact Sig. (2-sided)

11,318​

a

1

,001

9,402

1

,002

10,705

1

,001

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

11,163​d

1

,001

,001

,001

,002

,001

,002

,001

,001

,001

73

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,36. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is 3,341. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper

Value Odds Ratio for Dukungan keluarga (di dukung / tidak di dukung) For cohort Penolong Persalinan = Nakes For cohort Penolong Persalinan = Non Nakes N of Valid Cases

6,722

2,062

21,918

2,226

1,153

4,299

,331

,180

,611

73

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI DESA LEBAK TIPAR KOTA LEBAK PERIODE JANUARI - MARET 2015

Exact Sig. (1-sided)

Point

85

SKRIPSI

AI SOPARIAH 153018072

PROGRAM DIV KEBIDANAN POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA TAHUN 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

i

Abstrak

ii

Daftar Isi

iii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1

1.2 Perumusan Masalah

5

86

1.3 Tujuan Penelitian

5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

7

1.5 Manfaat Penelitian

8

1.6 Keaslian Penelitian

9

BAB II

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA a.

Penolong Persalinan

10

b.

Proses Persalinan

13

c.

Perilaku

22

d.

Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

27

e.

Kerangka Teori

34

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

BAB IV

3.1 Kerangka Konsep

36

3.2 Definisi Operasional

37

3.3 Hipotesis

38

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

40

4.2 Tempat dan waktu Penelitian

40

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

41

4.4 Instrumen Penelitian

42

4.5 Uji Validitas dan Realibilitas

42

87

4.6 Tehnik Pengumpulan Data

45

4.7 Analisis Data

46

BAB V

HASIL PENELITIAN a.

Gambaran Tempat Penelitian

48

b.

Univariat

49

c.

Bivariat

52

BAB VI

PEMBAHASAN 5.1 Penolong Persalinan

59

5.2 Umur

60

5.3 Pendidikan

61

5.4 Pengetahuan

62

5.5 Pendapatan

63

5.6 Jarak

64

5.7 Dukungan

65

BAB VII

PENUTUP 7.1 Kesimpulan

67

7.2​ ​Saran

68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

88

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini adalah asli dan belum pernah dilakukan diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga

89

tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang belum pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari ternyata ditemukan adanya kesamaan dengan penelitian lain, maka saya bersedia menanggung resiko dan konsekuensi dari akademi.

Bogor, Mei 2015

​Ai Sopariah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

90

berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ​“​Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar , Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari - Maret 2015 ”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana kebidanan bagi mahasiswa program DIV Kebidanan Kebidanan Politeknik Karya Husada Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Bogor, Mei 2015 Penulis

Nama Nim Judul

: Ai Sopariah : 153018072 : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Desa Lebak Tipar Kecamatan Ciloggrang Kabupaten Lebak periode Januari –

91

Maret 2015 Program Studi : Program DIV Kebidanan Politeknik Karya Husada Jakarta 2015 ABSTRAK Pemilihan tenaga penolong persalinan pada dukun paraji seringkali menimbulkan dampak yang akan menyebabkan angka kesakitan ibu dan bayi, juga komplikasi persalinan bahkan kematian pada ibu bersalin dan bayinya. Pertolongan persalinan oleh dukun paraji masih dilakukan menggunakan praktek tradisional yang sangat membahayakan bagi ibu bersalin dan bayinya seperti penggunaan alat – alat pemotong tali pusat yang masih tradisional dan perawatan tali pusat bayi yang masih memakai ramuan yang membahayakan bayi baru lahir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui adanya faktor– faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa lebak tipar kecamatan ciloggrang kabupaten lebak periode januari - maret 2015. Responden yang diteliti adalah seluruh ibu- ibu yang melahirkan pada periode 2015 sebanyak 270 ibu. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang diteliti berupa data primer yang berasal dari hasil wawancara langsung dengan responden dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil uji statistik didapatkan Ada hubungan yang signifikan berdasarkan perbedaan umur (pvalue = 0,045), (pendidikan (pvalue = 0,025), pendapatan (pvalue = 0,000), pengetahuan (pvalue = 0,003), dan dukungan (pvalue = 0,001) dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah desa lebak tipar kecamatan ciloggrang kabupaten lebak periode januari - maret 2015. Saran agar dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu dan anak (KIA) yang lebih berkualitas dalam upaya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Kata Kunci : Penolong Persalinan, umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, jarak rumah, dukungan keluarga.

Lembar Persetujuan Seminar Hasil Penelitian Skripsi

92

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Desa Lebak Tipar Kota Lebak Periode Januari - Maret 2015

Hasil skripsi ini telah memenuhi syarat dan disetujui untuk disemunarkan di Prodi D-IV Kebidanan Politeknik Karya Husada Jakarta Tanggal 8 Mei 2015

AI SOPARIAH 153018072

Pembimbing I

Pembimbing II

Rosmiati S.SiT, SKM, M.Kes

Iyet Nurhayati, S.SiT, MKM

Related Documents

Kti Ai Sopariah.pdf
June 2020 1
Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Ai
November 2019 69
Ai
November 2019 69
Ai
December 2019 60

More Documents from "paks9002"