Komplikasi Osteoartritis Mortalitas pada angka rawat inap di rumah sakit setelah THA adalah sangat rendah. Kebanyakan komplikasi pasca operasi adalah bersifat jangka pendek dan revesibel. Namun beberapa dapat memiliki dampak besar pada fisik klien dan penyembuhan psikologis dari pembedahan. Komplikasi yang paling sering dan paling serius adalah tromboembolisme vena, yang dapat terjadi pada 57% klien jika terapi antikoagulan tidak diberikan. Pencegahan terjadinya trombosispena dalam (deep vein trombosis [DVT]) atau emboli paru (pulmonary embolism [PE]) memerlukan mobilisasi dini, biasanya dengan kombinasi metode farmakologi dan nonfarmakologi. Infeksi yang terjadi mengikuti THA merupakan hal serius karena adanya kemungkinan berkembang menjadi osteomielitis. Antibiotik profilaksis merupakan hal penting, dan perawatan luka yang benar harus dilakukan segera setelah operasi. Infeksi saluran kemih atau kandung kemih dapat pula terjadi karena stasis urine atau adanya kateter urine yang menetap. Oleh karena infeksi dapat terjadi pada lokasi mana saja dan dapat menyebar pada luka pada pengenalan tepat dan terapi manifestasi klinis harus ditekankan. Instabilitas sendi pasca operasi meningkatkan resiko diskokasi atau sublukasi. Risiko bahkan lebih besar setelah artroplasti karena perjalanan operasi yang lebih besar dan kurangnya jaringan lunak. Setelah operasi dengan pendekatan yang biasa dipakai yaitu posterolateral, klien harus menghindari posisi fleksi, panggul yang ekstream (>90 derajat), aduksi, atau rotasi internal. Posisi pasca operasi yang tepat membutuhkan panggul yang diekstensi dan dijaga pada rotasi eksternal dan abduksi, biasanya menggunakan busa baji. Pendekatan anterolateral lebih jarang digunakan. Klien harus menjaga panggul dalam posisi hiperfleksi, aduksi, dan rotasi internal. Setelah pendekatan bedah ini, klien dapat duduk 90 derajat pada fleksi panggul tanpa meningkatkan lokasi disklokasi.