Makalah Kmb 1 Ispa.docx

  • Uploaded by: mila
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kmb 1 Ispa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,184
  • Pages: 27
MAKALAH “ASUHAN KEPERAWATAN ISPA “ Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I Dosen Pengampu: Rahmawati Shoufiah, S.ST,. M.Pd

OLEH : KELAS D III KEPERAWATAN TK.2 KELOMPOK ISPA 1. DWI RETNOWATI 2. ENDARWATI WIJAYA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2015/2016

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini mengenai ASUHAN KEPERAWATAN ISPA” Makalah ini membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN ISPA. Dan juga saya beterimakasih kepada Ibu Rahmawati Shoufiah, S.ST,. M.Pd selaku dosen Mata Kuliah KMB I yang telah memberikan tugas. Saya sangat menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Oleh karena itu saran dan kritik saya harapkan demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya.Saya harap makalah ini makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 4 Oktober 2016

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................

2

DAFTAR ISI ................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Tujuan………………………………………………………………. 1.3 Sstematika Penulisan……………………………………………… .

4 4 5

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ISPA….. .......................................................................... 2.2 Anatomi Fisiologi Pernafasan ........................................................... 2.3 Etiologi ISPA ................................................................................... 2.4 Patofisiologi ISPA………………………………………………..... 2.5 Patoflowdiagram ISPA………………………….. ........................... 2.6 Tanda dan Gejala ISPA…………………………………………... .. 2.7 Pemeriksaan Penunjang ISPA……………………………………. .. 2.8 Penatalaksanaan Medis ISPA…………………………………….... 2.9 Komplikasi ISPA………………………………………………… . 2.10 Konsep Dasar Keperawatan……………………………………. ..

6 7 12 13 16 16 18 18 18 19

BAB III PENUTUP Kesimpulan ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

25 26

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) . ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan. Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan.

B. Tujuan Penulisan 1. Memahami pengertian ISPA 2. Memahami anatomi fisiologi pernafasan 3. Memahami etiologi ISPA 4. Memahami patofisiologi ISPA 4

5. Memahami patoflowdiagram ISPA 6. Memahami tanda dan gejala ISPA 7. Memahami pemeriksaan penunjang ISPA 8. Memahami penatalaksanaan medis ISPA 9. Memahami komplikasi ISPA 10. Memahami konsep dasar keperawatan mulai dari pengajian,diagnosa dan intervensi ISPA

C. Sistematika Penulisan Bab I

Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta

sistematika

Bab II Tinjauan teori terdiri dari pengertian, Anatomi fisiologi pernafasan,etiologi,patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi dan konsep dasar keperawatan tentang ISPA.

Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan

5

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian ISPA ISPA adalah kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang berarti terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paruparu. ISPA seringkali disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Seseorang yang terkena ISPA maka fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika tidak segera ditangani, ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan mungkin bisa berujung pada kematian.

ISPA harus dianggap sebagai kondisi darurat, jika mencurigai terjadinya serangan ISPA, segera cari bantuan medis. Kondisi ini berpotensi menyebar dari orang ke orang. Bagi yang mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh dan juga orang yang lanjut usia akan lebih mudah terserang penyakit ini. Terlebih lagi pada anak-anak, di mana sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya.

6

Seseorang bisa tertular infeksi saluran pernapasan akut ketika orang tersebut menghirup udara yang mengandung virus atau bakteri. Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.

Selain itu, cairan mengandung virus atau bakteri yang menempel pada permukaan benda bisa menular ke orang lain saat mereka menyentuhnya. Ini disebut sebagai penularan secara tidak langsung. Untuk menghindari penyebaran virus maupun bakteri, sebaiknya mencuci tangan secara teratur terutama setelah Anda melakukan aktivitas di tempat umum.

Pengertian ISPA Menurut WHO Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza

B. Anatomi dan Fisiologi Pernafasa System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli dan paru-paru.

7

ANATOMI FISIOLOGI Anatomi fisiologi paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru pada orang yang sehat berupa organ yang ringan, kenyal, dan seperti spon (karena terisi oleh udara). Paru kanan dan paru kiri menempati cavum thoraks (rongga dada) yang diantaranya dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. 1. Paru kanan memiliki 3 lobus (belahan paru) yaitu lobus superior (atas), lobus medius (tengah), dan lobus inferior (bawah). Pada lobus inferior dipisahkan oleh 2 fissura yaitu fissure horizontal dan fissure oblique. 2. Paru kiri Memiliki 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior yang dipisahkan oleh 1 fissura yaitu fissure oblique. Ukuran paru kanan lebih besar dan berat dibandingkan dengan paru kiri, sedangkan paru kanan lebih pendek dan lebar dikarenakan kubah diafragma sisi kanan yang lebih tinggi dibandingkan sisi kiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental dimana diantara kedua pleura ini terdapat rongga yang 8

disebut kavum pleura. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis. Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru sehingga menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.

PERNAPASAN Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu fungsi paru adalah untuk memasukkan O2 ke dalam tubuh dan mengeluarkan CO2 keluar tubuh maka tubuh membutuhkan proses meliputi inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot untuk proses pernafasan dibagi menjadi dua yaitu : 

Otot inspirasi (Otot Saat Menarik Napas) terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.



Otot-otot ekspirasi (Otot Saat Menghembuskan Napas) terdiri atas rektus abdominis dan interkostalis internus

9

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu: 

Ventilasi yaitu proses masuk dan keluarnya udara/oksigen antara alveoli dan atmosfer



Difusi yaitu proses perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida



Transport yaitu proses perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah



Pengaturan ventilasi

Anatomi fisiologi pernafasan 1. Hidung Udara masuk ke dalam tubuh pertama – tama akan melalui lubang hidung. Kecuali pada beberapa alternatif udara dapat melewati mulut. Pada saat melewati hidung udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa hidung yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan ber sel goblet. 2. Pharing Udara inspirasi dari hidung pada saat mencapai pharing hampir bebas debu, suhu sama seperti suhu tubuh dan kelembaban mencapai 100 %. Pharing dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) Naso Pharing 2) Oro Pharing 10

3) Laryngo Pharing

3. Larynx Larynx terdiri dari satu seri tulang rawan. Terdapat pula Thyroid Cartilago, Vocal Cords, Cricoid Cartilago dan Epiglotis. Pada waktu menelan Larynx akan bergerak ke atas dan Glotis menutup jalan nafas serta Epiglotis yang berbentuk seperti daun mempunyai gerakan seperti pintu pada pintu masuk Larynx, sehingga makanan tidak dapat masuk kedalam Oesophagus. Kalau ada benda asing masuk sampai luar glotis, maka Larynx yang mempunyai fungsi batuk akan membatukkan benda asing tersebut hingga tidak masuk kedalam saluran nafas. 4. Trachea 9 cm, jumlahnya 16 – 20 buah dan bercabang dua menjadi Bronkus kanan dan kiri. Lapisan terdalam dinding Trachea terdiri dari lapis mucosa yang mengandung kelenjar



kelenjar

mucosa

yang

mengsekret

mukus

/

lendir.

Epitelnya

bercilia. Merupakan bagian saluran pernafasan yang bentuknya seperti tabung dan merupakan lanjutan larynx, terdiri dari cincin Trachea yang berbentuk huruf C. Panjangnya 5. Bronchus Pada bagian akhir trachea, ia akan bercabang dua menjadi Bronchus kiri dan kanan Bronchus juga mempunyai cincin tulang rawan, dan lapis mucosanya juga mengandung cilia. Bronchus kanan lebih besar, lebih tegak dan lebih pendek. Bronchus kemudian terlihat masuk masing – masing paru – paru. Pada saat masuk ke dalam paru – paru, bronchus bercabang menjadi Bronchiolus (bronchus kanan menjadi tiga cabang dan bronchus kiri menjadi dua cabang) sesuai dengan lobus pada paru – paru. Bronchiolus kemudian melanjutkan diri dengan bercabang lagi hingga pada ujung Bronchiolus yang paling kecil berhubungan dengan kantong – kantong udara atau alveoli. Dimana alveoli merupakan tempat terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 melalui proses difusi antara sel - sel gepeng alveoli dengann butir – butir darah dari kapiler – kapiler paru–paru.

11

6. Alveolus Dinding alveolus merupakan membran tempat pertukaran oksigen dari luar dengan karbondioksida dari sistem sirkulasi sebagai hasil metabolisme tubuh. Diantara alveolus terdapat cairan dan apabila cairan ini berkurang maka dapat menimbulkan atelektasis. 7. Paru–paru (Pulmo/Lung) Merupakan alat pernafasan utama pada respirasi.Mempunyai struktur seperti karet busa, lunak dan kenyal, terletak didalam rongga dada sebelah kiri dan sebelah kanan. Paru- paru kanan terdiri dari lobus, atas, tengah dan bawah. Tiap lobus membentuk lobulus. Paru dibungkus oleh pleura. Pleura terdiri dari dua lapis yaitu pleura vicerlalis yang membungkus paru – paru secara keseluruhan dan pleura parietalis yang menyelimuti thoraks. Diantara kedua pleura itu terdapat suatu rongga yang dinamakan cavum pleura dan keadaannya hampa udara, sehingga memudahkan paru – paru untuk bergerak bebas. Bila cavum ini berisi udara atau cairan, maka dapat menghalangi berkembangnya paru – paru, sehingga menyebabkan gangguan fungsi pernafasan. 8. Otot Pernafasan Otot utama pernafasan terdiri dari Musculus Intercostalis interna dan externa serta diafragma, sedang otot tambahan pernafasan adalah otot perut dan otot punggung.

C. ETIOLOGI ISPA Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus. Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. 1. Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus. 2. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus 3. Bakteri

Utam

:

Streptococus,pneumonia,haemophilusinfluenza,Staphylococcus

aureus. 12

4. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia. Klasifikasi Penyakit ISPA Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.

Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas : Pneumonia berat 1. Nafas cepat lebih dari 60

Bukan Pneumonia 1. Tidak ada nafas cepat (nafas kurang dari

x/menit

60 x/menit

2. Tampak tarikan dinding dada

2. Tidak ada tarikan dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat

Untuk kelompok umur 2 bulan -<5 tahun klasifikasi dibagi atas : Pneumonia berat 1. Tampak tarikan

Pneumonia 1. Tidak ada tarikan

Bukan Pneumonia 1. tidak ada nafas cepat

dinding

dinding dada/bagian

dada/bagian

bawah ke dalam yang

dinding dada/bagian

bawah ke dalam

kuat

bawah ke dalam yang

yang kuat

2. Nafas cepat: •

bayi umur 2 bulan - <

2. tidak ada tarikan

kuat. 3. batuk pilek biasa

12 bulan lebih dari 50 x/menit •

anak umur 1 tahun - < 5 tahun lebih dari 40 x/menit

13

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) 1. ISPA ringan : Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak. 2. ISPA sedang : ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok. 3. ISPA berat, Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

D. PATOFISIOLIGI ISPA Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.

Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai bronchus dan alveoli.

Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk mencegah infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan membuang mucus yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari bronchus ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mucus. Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme yang terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat

14

dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai system Eksalator mukolisiaris.

Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran napas atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga yang penting (system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran napas bawah. Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang pernapasan, atau mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran pernapasan bawah

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : 1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa. 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. 4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

15

E. PATOFLOWDIAGRAM

F. Tanda Dan Gejala ISPA 1. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut: 1. Batuk 2. Nafas cepat 3. Bersin 4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung 5. Nyeri kepala 16

6. Demam ringan 7. Tidak enak badan 8. Hidung tersumbat 9. Kadang-kadang sakit saat menelan

2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA 1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lema atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. 2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. 3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepalabingung, papil bendung, kejang dan coma. 4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak

3. Cara Penularan Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dapat menular melalui udara dengan cara batuk atau bersin. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA a. Agent b. Manusia 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Status Gizi 4. Berat Badan Lahir 5. Status ASI Ekslusif 6. Status Imunisasi c. Lingkungan 1. Kelembaban Ruangan 2. Suhu Ruangan 3. Ventilasi 17

4. Kepadatan Hunian Rumah 5. Penggunaan Anti Nyamuk 6. Bahan Bakar Untuk Memasak 7. Keberadaan Perokok 8. Status Ekonomi dan Pendidikan

G. Pemeriksaan Penunjang ISPA 7. Pemeriksaan kultur / biakkan kuman (swab), hasil yang didapatkan adalah biakkan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman 8. Pemeriksaan hitung darah (deferential count), laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositas dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia 9. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

H. Penatalaksanaan Medis 1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll. 2.

Antibiotik : - Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab - Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus - Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin. - Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

I. Komplikasi SPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yangsembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.( Whaley and Wong, 2000 ). 18

J. Konsep Dasar Keperawatan 2. Pengkajian Riwayat kesehatan: a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan). b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa). c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang dialaminya sekarang). d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami sakit seperti penyakit klien). e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien). Pemeriksaan fisik : Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan: a.

Inspeksi :

1. Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan 2. Tonsil tampak kemerahan dan edema 3. Tampak batuk tidak produktif 4. Tidak ada jaringan parut pada leher 5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasancuping hidung.

b. Palpasi : 1. Adanya demam. 2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeritekan pada nodus limfe servikalis. 3.

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.

Perkusi :

1. Suara paru normal (resonance).

19

d. Auskultasi : 1. Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

2. Diagnosa 1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi. Tujuan : a) suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C. b) Pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).

Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal Nadi : 60-100 denyut per menit Tekanan darah : 120/80 mmHg RR : 16-20 kali per menit 2.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan : a) Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BBnormal. b) Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan c) Tidak menunjukkan tanda malnutrisi d) Nutrisi kembali seimbang Kriteria hasil : A. Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan Berat badan tidak turun (stabil) B. Biokimia: a) Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl) b) Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl) 20

C. Clinis: a) Tidak tampak kurus b) Rambut tebal dan 3hitam c) Terdapat lipatan lemak subkutan D. Diet: a) Makan habis satu porsi b) Pola makan 3X/hari

3. Intervensi Intervensi dan Rasionalisasi 1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50 Intervensi

Rasionalisasi

1. Observasi tanda – tanda vital

1. Pemantauan tanda vital yang

2. Anjurkan pada klien/keluarga

teratur dapat menentukan

umtuk melakukan kompres

perkembangan perawatan

dingin ( air biasa) pada kepala

selanjutnya.

/ axial. 3.

2. Degan menberikan kompres

Anjurkan klien untuk

maka aakan terjadi proses

menggunakan pakaian yang

konduksi / perpindahan panas

tipis dan yang dapat

dengan bahan perantara .

menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang

4. Atur sirkulasi udara.

tebal dan tidak akan menyerap

5. Anjurkan klien untuk minum

keringat.

banyak ± 2000 – 2500 ml/hr. 6. Anjurkan klien istirahat

4. Penyedian udara bersih. 5. Kebutuhan cairan meningkat

ditempat tidur selama fase

karena penguapan tubuh

febris penyakit.

meningkat. 21

7. Kolaborasi dengan dokter :

6. Tirah baring untuk mengurangi

• Dalm pemberian therapy,

metabolism dan panas.

obat antimicrobial

7. Untuk mengontrol infeksi

• antipiretika

pernapasan Menurunkan panas

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia Tujuan : klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal. * klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan. * Tidak menunujukan tanda malnutrisi Intervensi 1. Kaji kebiasaan diet, input-

1. Berguna untuk menentukan kebutuhan

output dan timbang BB

kalori menyusun tujuan berat badan, dan

setiap hari

evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat 3. Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan

4.

Rasionalisasi

2.

Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total

3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan. 4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic 5. Metode makan dan kebutuhan kalori

lingkungan beersih dan

didasarkan pada situasi atau kebutuhan

menyenamgkan.

individu untuk memberikan nutrisi

Tingkatkan tirai baring.

maksimal.

5. Kolaborasi • Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai 22

kebutuhan klien

3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil. Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol

Intervensi 1.

Teliti keluhan nyeri ,catat

Rasionalisasi 1.

Identifikasi karakteristik nyeri & factor

intensitasnya (dengan skala 0 – 10), yang berhubungan merupakan suatu hal yang factor memperburuk atau

amat penting untuk memilih intervensi yang

meredakan lokasimya, lamanya,

cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari

dan karakteristiknya.

terapi yang diberikan.

2.

2.

Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

3.

Peningkatan sirkulasi pada daerah

Anjurkan klien untuk

menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. 3.

Dan mengistirahatkan

/meminimalkan berbicara bila suara serak. 4.

Anjurkan untuk melakukan

kumur air garam hangat 5.

tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan. 4.

Kortikosteroid digunakan untuk mencegah

reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan. 5.

Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi • Steroid oral, iv, & inhalasi • analgesic

23

4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya

infeksi penekanan imun) Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi Intervensi 1. Batasi pengunjung sesuai

Rasionalisasi 1. Menurunkan potensial terpalan pada

indikasi 2. Jaga keseimbangan antara

penyakit infeksius. 2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan

istirahat dan aktifitas

keseimbangan O2 dan memperbaiki

3. Tutup mulut dan hidung jika

pertahanan klien terhadap infeksi,

hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera

meningkatkan penyembuhan. 3.

ketempat sampah 4. Tingkatkan daya tahan tubuh,

Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4.

Malnutrisi dapat mempengaruhi

terutama anak usia dibawah 2

kesehatan umum dan menurunkan

tahun, lansia dan penderita

tahanan terhadap infeksi

penyakit kronis. Dan konsumsi

5. Dapat diberikan untuk organiasme

vitamin C, A dan mineral seng

khusus yang teridentifikasi dengan

atau anti oksidan jika kondisi

kultur dan sensitifitas / atau di

tubuh menurun / asupan

berikan secara profilatik karena

makanan berkurang

resiko tinggi

5. Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur

24

BAB III PENUTUP

Kesimpulan : Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai. Saran : Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.

25

DAFTAR PUSTAKA Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification20012002,Philadelpia,USA Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang Rani. A, 2003. 100 Juta Episode Diare Per Tahun. Farmacial, Jakarta Dalam Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta: Salemba medika Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta Sya’roni, Akmal dkk. 2003. Naskah Lengkap Workshop Tropik dan Infeksi. Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. In Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta. DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta. Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

26

Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti danPengembangan Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005.Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita.

http://sultonwariin.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-ispa.html http://askeprhynatutu.blogspot.co.id/2014/11/askep-ispa.html http://ners-binahusada.blogspot.co.id/2011/12/askep-ispa-infeksi-saluranpernafasan.html http://www.dadangjsn.com/2015/09/pengertian-definisi-ispa-infeksi.html http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-klasifikasi-ispamenurut.html http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pd f https://bersamaraihprestasi.wordpress.com/2014/05/31/pathway-of-ispa/

27

Related Documents

Makalah Kmb 2.docx
June 2020 24
Makalah Kmb 2.docx
June 2020 19
Makalah Kmb Tyas.docx
May 2020 15
Makalah Kmb Iii.docx
June 2020 14

More Documents from "Alha Mida"