MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I ASFIKSIA
DISUSUN OLEH
:
Kelompok 2 1. MURY HARTANTO
(108117052)
2. FATONAH FI SABILLA L.P (108117078) 3. NENA SEPTIANA
(108117067)
4. DIAZ FEBRIANTY
(108117061)
5. ELIYATUL HANA P
(108117080)
6. SINTA TISNASARI
(108117066)
Dosen Pembimbing: Ahmad Subandi, M. Kep., Sp.Kep Anak
S1 KEPERAWATAN STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha Penyayang. Kami melimpahkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Aank I “ASFIKSIA”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini manfaatnya untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun insiprasi terhadap pembaca.
Cilacap,
28
Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 -28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2 /3 kematian ba!i di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus.
Peralihan
dari
intrauterin
k e ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009). P e n i l a i a n b a yi p a d a k e l a h i r a n a d a l a h u n t u k m e n g e t a h u i d e r a j a t v i t a l i t a s f u n g s i tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial d a n k o m p l e k s u n t u k k e l a n g s u n g a n h i d u p b a y i s e p e r t i b e r n a f a s , d e n yu t j a n t u n g , s i r k u l a s i d a r a h , dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengacepat dan bahkan mungki n meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10-30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat. B. Rumusan Masalah a.
Apa pengertai dari asfiksia?
b.
Apa saja jenis-jenis asfiksia?
c.
Apa saja klasifikasi dari asfiksia?
d.
Apa etiologi dari asfiksia?
e.
Bagaiman manisfestasi klins dari asfiksia?
f.
Bagaimana patofisiologis dari asfiksia?
g.
Apa saja komplikasi pada asfiksia?
h.
Bagaimana cara pentalaksanaan asfiksia?
i.
Bagaiman asuhan keperawatan pada anak dengan asfiksia?
C. Tujuan a.
Dapat mengetahui pengertai dari asfiksia
b.
Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis asfiksia
c.
Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari asfiksia
d.
Dapat mengetahui etiologi dari asfiksia
e.
Dapat mengetahui bagaiman manisfestasi klins dari asfiksia
f.
Dapat mengetahui bagaimana patofisiologis dari asfiksia
g.
Dapat mengetahui apa saja komplikasi pada asfiksia
h.
Dapat mengetahui penatalaksanaan asfiksia
i.
Dapat mengetahui bagaiman asuhan keperawatan pada anak dengan asfiksia
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan danteratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksiapada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan tali pusat, atau masalah
yang
mempengaruhi
kesejahteraan
bayi
selama
atau
sesudahpersalinan. (Noname: Online) Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan danteratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia iniberhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segerasetelah bayi lahir. Akibatakibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayitidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuanmempertahankan kelangsungan
hidupnya
dan
membatasi
gejala-gejala
lanjut
yang
mungkintimbul. (Prawirohardjo: 1991) Asfiksia ini dapat terjadi karena hipoksia kronik dalam uetrus menyebabkan tersedianyasedikit energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat persalinan dan kelahiran.Sehingga, asiksia intra uterin dapat terjadi, denan masalah sitemik yang mungkin terjadi.(Ladewig dkk: 2006) Asfiksia neonatarum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan danteratur segera stelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnyakemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksianeonatarum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segerasetelah lahir, banyak fakto yang menyebabkannnya diantaranya adanya penyakit pada ibusewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan konstraksi uterus pada ibu resiko tinggikehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta
seperti janin dengan solusio plasenta, atau jugafaktor janin itu sendiri. ( Hidayat, 2005).
B. Jenis-jenis Asfiksia Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu : 1. Asfiksia linvida (biru) 2. Asfiksia pallida (putih) Perbedaan asfiksia linvida dan asfiksia pallida ditunjukan dalam tabel berikut: Perbedaan
Asfiksia pallida
Asfiksia individu
Warna kulit
Pucat
Kebiru- biruan
Tonus otot
Sudah berkurang
Masih baik
Reaksi rangsangan
Negatif
Positif
Bunyi jantung
Tidak teratur
Masih teratur
Prognosis
Jelek
Lebih baik
C. Klasifikasi Asfiksia Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR: a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 Nilai Apgar Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menitmasih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgarberguna untuk menilai keberhasilan resusitasi
bayi baru lahir dan menentukan prognosis,bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
D. Etiologi Asfiksia Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 1. Asfiksia dalam kehamilana. Penyakit infeksi akut Penyakit infeksi kronik Keracunan oleh obat-obat bius Uraemia dan toksemia gravidarum Anemia berat Cacat bawaan Trauma 2. Asfiksia dalam persalinana. Kekurangan O2. a. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terusmenerus mengganggu sirkulasidarah ke uri. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps Trauma dari dalam : akibat obet bius. Penyebab Asfiksia Stright (2004) 1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hipertensi, yang diinduksi olehkehamilan, obat-obatan infeksi
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal 3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta 4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat 5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran
E. Manifestasi Klinis Asfiksia 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100x/mnt, halus danireguler serta adanya pengeluaran mekonium. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat 2. Pada bayi setelah lahira. Bayi pucat dan kebiru-biruan Usaha bernafas minimal atau tidak ada Hipoksia Asidosis metabolik atau respiratori Perubahan fungsi jantung Kegagalan sistem multiorgan Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulitsianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.(Anonim : online)
F. Patofisiologi Asfiksia Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia daniskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional
dan biokimia pada janin. Faktor iniyang berperan pada kejadian asfiksia. (Anonim: Online). Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervusvagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terusberlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan darinervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapatbanyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akanganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secaraberangsur-angsur dan
bayi
memasuki
periode
apneu
primer.
Jika
berlanjut,
bayi
akanmenunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selamaapneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terusmenurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkanupaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasanbuatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Anonim: Online)
G. Komplikasi Asfiksia Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain: 1. Edema otak dan perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulakan perdarahan otak. 2. Anuria atau oliguria
Disfungsi vertikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang desertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urin sedikit. 3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan trasport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif 4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berarti segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak
H. Penatalaksanaan Asfiksia 1. Pengaturan Suhu Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang dibawah alat/lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh ibunya, bayi dan ibu hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pila agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi. 2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/ mengusahakan timbulnya pernafasan/ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/ pemberian obat) A : Memastikan saluran nafas terbuak Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal Menghisap mulut, hidung dan trakhea Bila perlu masukan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka
B : Memulai pernafasan Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi) C : Mempertahankan sirkulasi darah Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara: Kompres dada pengobatan D : Pemberian obat-obatan Epineprin Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap dibawah 80x/mnt walaupun telah diberkan paling sedikit 30 detik VTP adekut dengan oksigen 100% dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1-0,3 ml/kg untul larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau dapat melalui pipa endotraheal. Efek : untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung. Volume ekspender (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl, RL) Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Disis 10 ml/kg. Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama 5-10 menit. Efek : meninngkatkan voleme vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik. Natrium Bikarbonat Indikasi : digunakan apabila terdapay apneu yang lama yang tidak memberikan respons terhadap terapi lain. Diberika apabila VTP sudah dilakukan
Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph darah apabila ventilasi adekuat, menimpilkan penambahan volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik. Nalakson hidroklorid/ narcan Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau ruwayat pemberian narkotik pada ibu dalam 4 jan sebelum persalina Efek : antagonis narkotik.
I.
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Asfiksia a. Pengkajian 1. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktusi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg ( diastolik).
Bunyi jantuk, lokasi di mediasterum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediasterum pada ruang intercostal III/IV.
Murmur biasa terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan.
Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 ateri dan 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
Berat badan : 2500- 4000 gram.
Pancang badan : 44-45 cm
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai getasi)
4. Neurosensory
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflek menghisap selama 30
menit
reaktivitas) hematoma).
pertama
setelah
penampilan
kelahiran
asimetris
(periode
pertama
(molding,
adema,
Enangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukan abnormalitas genetic, hipoglikemik atau efek narkotik yang memanjang ).
5. Pernafasan
Skor APGAR : 1 menit…..5 menit….. skor optimal harus antara 7-10.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodic dapat terlihat.
Bunyi nafas bilateral, kadang kadang krekles umum pada awalnya silindrik torak : kartilago xiroid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
suhu rendah dari 36,5 C sampai 37,5 C ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel pemgelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang belang dapat menunjukan memar minor (missal: kelahiran dengan porseps ), perubahan warna harlequin, peteqie pada kepala/ wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan tekana dengan kelahiran atau tanda nuchal), bercak protwine, nevi telekngietasis (kelopak mara, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak Mongolia (terutama punggung bawah dan bokok) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempata elektroda internal ).
b. Pemeriksaan Diagnostik PH tali pusat : tingakt 7,20-7,24 menunjukan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%61% Tes Combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi
menunjukan kondisi hemolitik
pada
membran
sel
darah
merah,
c. Prioritas Keperawatan Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh Mencegah cidera dan komplikasi Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi d. Diagnosa Keperawatan I. II.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
III.
Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfusi ventilasi.
IV.
Resiko cidera b.d anomaly kongenital tidar terditeksi atau tidak teratasi pemanjangan pada agen- agen infeksus.
V.
Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O dalam darah.
VI.
Proses keluarga terhenti b.d pengantian dalam status kesehatan keluarga.
e. Intervensi DP 1. Berihan jalan nafas tidak epektif b.d produksi mukus banyak Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. NIC : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Kriteria hasil : 1. Tidak menunjukan demam. 2. Tidak menunjukan cemas. 3. Rata rata repirasi dalam batas normal. 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas. 5. Tidak ada suara nafas tambahan. NOC H- Status Pernafasan : Pertukaran Gas Kriteria hasil : 1. Mudah dalam bernafas. 2. Tidak menunjukan kegelisahan.
3. Tidak adanya sianosis. 4. PaCO2 dalam batas normal. 5. PaO2 dalam batas normal. 6. Keseimbangan perfusi ventilasi. Keterangan skala : 1. : Selalu Menunjukan 2. : Sedang Menunjukan 3. : Kadang Menunjukan 4. : Jarang Menunjukan 5. : Tidak Menunjukan NIC I : Suction jalan nafas Intervensi : 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction. 3. Beritahu keluarga tentang suction. 4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan. 5. Monitor status oksigen pasien, status hemodiamik segera sebelum, selama dansesudah suction. NIC II : Resusitasi : Neonatus Intervensi : 1. Siapkan pelengkapan resusitasi. 2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik. 3. Tempat kan BBL dibawah lampu radiasi. 4. Masukan laryngoskopi untun menvisualisasi trachea untuk mengisap meconium. 5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan meconium dari jalan nafas bawah 6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki dan punggung kaki.
7. Monitor respirasi. 8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat. DP II : Pola nafas tidak efektif b.d hipopentilasi/ hiperventilasi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. NOC : Status respirasi : Ventilasi Kriteria hasil : 1.
Pasien menunjukan pola nafas yang efektif.
2.
Ekspensi dada simetris.
3.
Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4.
Kecepatan dan irama respirasi dalam batas mormal.
Keterangan skala : 1. : Selalu Menunjukan 2. : Sedang Menunjukan 3. : Kadang Menunjukan 4. : Jarang Menunjukan 5. : Tidak Menunjukan NIC : Manajemen jalan nafas Intevensi : 1. Pertahankan
kepatenan
jalan
nafas
dengan
melakukan
pengisapan lender. 2. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi. 4. Kaloborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas.
5. Siapka pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu. 6. Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. DP III : Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilas. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukan gas teratasi NOC : status respiratorius : pertukaran gas Kriteria hasil : 1.
Tidak sesak nafas
2.
Fungsi paru dalam nafas normal.
keterangan skala : 1. : Selalu Menunjukan 2. : Sedang Menunjukan 3. : Kadang Menunjukan 4. : Jarang Menunjukan 5. : Tidak Menunjukan NIC : Manajemen Jalan Nafas Intervensi : 1.
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.
2.
Pantau saturasi O2 dengan oksimetri.
3.
Pantau hasil Analisa Gas Darah.
DP IV. Resiko cidera b.d angomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak tertasi pemjanan pada agen- agen infeksius. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat dicegah.
NOC : pengetahuan : keamanan anak. Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera atau komplikasi. 2. Mendeskripsikan aktivitas yang yang tepat dari level perkembangan anak. 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama Keterangan skala : 1. : Tidak Sama Sekali 2. : Sedikit 3. : Agak 4. : Kadang 5. : Selalu NIC : Kontrol Infeksi Intervensi : 1. Cuci tangan setiap sesudah da sebelum merawat bayi. 2. Pakai sarung tangan stesil. 3. Lakukan kajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembulu darah tali pusat dan adanta anomaly. 4. Anjarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kepada pemberi pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen amunisi sesuai dengan indikasi (imonoglobin hepatitis B dan vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag ) antigen inti hepatitis B (Hbs Ag ) atau antigen E (Hbe Ag)). DP V. Resiko keseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatran selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.
NOC: Termogulasi : Neonatus Kriteria hasil : 1.
Temperature badab dalam batas normal.
2.
Tidak terjadi distes pernafasan.
3.
Tidak gelisah.
4.
Perubahan warna kulit.
5.
Bilirubin dalam batas normal.
Keterangan skala : 1. : Selalu Menunjukan 2. : Sedang Menunjukan 3. : Kadang Menunjukan 4. : Jarang Menunjukan 5. : Tidak Menunjukan NIC : perawatan hipotermi Intervensi ; 1. Hidarkan
pasien
dari
kedinginan
dan
tempatkan
pada
lingkungan yang hangat. 2. Monitor gejala yang burhubungan dengan hipotermi, missal fatingue, apatis, perubahan warna kulit, dll. 3. Monitor temperature dan waena kulit. 4. Monitor TTV. 5. Monitor adanya bradikardi. 6. Monitor status pernafasan. NIC II : Temperatur Regulasi Intervensi : 1. Monitor temperature BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil. 2. Jaga temperature suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada incubator bila perlu. DP VI. Proses keluarga berhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. NOC : Koping keluarga Kriteria hasil : 1.
Percaya dapat mengatasi masalah.
2.
Kestabilan prioritas.
3.
Mempunyai rencana darurat.
4.
Mengatur ulang cara perawat.
Keterangan skala: 1. :Tidak pernah dilakukan 2. :jarang dilakukan 3. :kadang dilakukan 4. :sering dilakukan 5. : selalu dilakukan NOC II : status kesehatan keluarga Kriteria hasil : 1.
Status kesehatan anggota keluarga.
2.
Anak mendapatkan perawatan tindakn pencegahan.
3.
Aksen perwatan kesehatan.
4.
Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan skala : 1. : Selalu Menunjukan 2. : Sedang Menunjukan
3. : Kadang Menunjukan 4. : Jarang Menunjukan 5. : Tidak Menunjukan NIC I : pemeliharaan proses keluarga Intervensi : 1. Tentukan tipe proses keluarga. 2. Indifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 3. Bantu anggota keluarga galam menggunakan mekanisme support yang ada. 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi. NIC II : Dukungan keluarga Intervensi : 1. Patikan
anggota
keluarga
bahea
pasien
memperoleh
perawatan yag terbaik. 2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga. 3. Beri harapan realistic 4. Identipikasi alam spiritual yang diberikan keluarga. f. Evaluasi DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus yang banyak. NOC I Kriteria hasil : 1. Tidak menunjukan demam (skala 3). 2. Tidak menunjukan cemas (skala 3). 3. Rata rata repirasi dalam batas normal (skala 3). 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas(skala 3). 5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3). NOC II
Kriteria hasil : 1. Mudah dlam bernafas (skala 3). 2. Tidak menunjukan kegelisahan (skala 3). 3. Tidak adanya sianosis (skala 3). 4. PaCO2 dalam batas normal (skala 3). 5. PaO2 dalam batas normal (skala 3). DP II : Pola nafas tidak efektif b.d hipopentilasi/ hiperventilasi. Kriteria hasil : 1.
Pasien menunjukan pola nafas yang efektif (skala 3).
2.
Ekspensi dada simetris (skala 3).
3.
Tidak ada bunyi nafas tambahan (skala 3).
4.
Kecepatan dan irama respirasi dalam batas mormal (skala 3).
DP III : Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilas. Kriteria hasil : 1.
Tidak sesak nafas. (skala 3)
2.
Fungsi paru dalam baras normal. (skala 3)
DP IV. Resiko cidera b.d angomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak tertasi pemjanan pada agen- agen infeksius. Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera/ komplikasi .(skala 4) 2. Mendeskripdikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4) 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)
DP V. Resiko keseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. NOC I Kriteria hasil : 1.
Temperature badab dalam batas normal. (skala 3)
2.
Tidak terjadi distes pernafasan. (skala 3)
3.
Tidak gelisah.(skala 3)
4.
Perubahan warna kulit. (skala 3)
5.
Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)
NOC II Kriteria hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga.(skala 3) 2. Anak mendapatkan tingdakan keperawatan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perarawat kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3) DP VI. Proses keluarga berhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. NOC I Kriteria hasil : 1.
Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)
2.
Kestabilan prioritas.(skala 3)
3.
Mempunyai rencana darurat. (skala 3)
4.
Mengatur ulang cara perawat. (skala 3)
NOC II Kriteria hasil :
1.
Status kesehatan anggota keluarga. (skala 3)
2.
Anak mendapatkan perawatan tindakn pencegahan. (skala 3)
3.
Aksen perwatan kesehatan. (skala 3)
4.
Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan danteratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksiapada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudahpersalinan. (Noname: Online) Asfiksia ini dapat terjadi karena hipoksia kronik dalam uetrus menyebabkan tersedianyasedikit energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat persalinan dan kelahiran.Sehingga, asiksia intra uterin dapat terjadi, denan masalah sitemik yang mungkin terjadi
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperwatan. Edisi 8. Jakarta : EGC https://www.pdfcoke.com/doc/257200475/ASKEP-Anak-AsfiksiaNeonatorum-NIC-NOC-Edit-Sifa
https://www.pdfcoke.com/doc/117228531/Asuhan-Keperawatan-AsfiksiaPada-Bayi-Baru-Lahir
https://www.academia.edu/7889946/ASKEP_PADA_ASFIKSIA_NEON ATORUM
https://www.pdfcoke.com/doc/167875538/ASKEP-ASFIKSIANEONATORUM