Tahap-tahap Hubungan Terapeutik.docx

  • Uploaded by: Haki Mustofa
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tahap-tahap Hubungan Terapeutik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,830
  • Pages: 13
TAHAP HUBUNGAN TERAPEUTIK Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan

KELOMPOK 5: 1. Dessy Melliani

(106117029)

2. Rizal Nugroho

(106117030)

PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2018/2019

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji dan syukur yang tiada henti-hentinya penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis merasa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharap masukan dan kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini. Penulis mengharap dengan adanya makalah ini dapat memperluas wawasan kita tentang Perencanaan Dalam Asuhan Keperawatan. Oleh sebab itu, penulis ada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah ikhlas membantu penulis selama penyusunan makalah ini sampai akhirnya dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1.

Ahmad Subandi, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An, selaku ketua STIKES ALIRSYAD AL-ISLAMIYAH Cilacap.

2.

Trimelia, SKp., M.Kep, selaku dosen mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

3.

Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan moral maupun spiritual bagi penulis untuk maju.

4.

Rekan-rekan mahasiswa program studi D3 Keperawatan tingkat 2 semester 3 yang saya banggakan.

5.

Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutan satu-persatu yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan demi terselesainya makalah ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkannya rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua dan penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Cilacap, September 2018

penulis

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I . PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Makalah....................................................................

1

B.

Rumusan Masalah..............................................................................

1

C.

Tujuan Makalah.................................................................................

1

BAB II . PEMBAHASAN A.

Fase Prainteraksi................................................................................

2

B.

Fase Perkenalan/Orientasi.................................................................

3

C.

Fase Kerja..........................................................................................

3

D.

Fase Terminasi...................................................................................

6

E.

Pembuatan SP pada berbagai tindakan keperawatan........................

6

BAB III . PENUTUP A.

Kesimpulan........................................................................................

9

B.

Saran..................................................................................................

9

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesikeperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinyamasalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. B. Rumusan Masalah 1.

Bagaimana tahap pra interaksi pada komunikasi terapeutik?

2.

Bagaimana tahap orientasi pada komunikasi terapeutik?

3.

Bagaimana tahap kerja pada komunikasi terapeutik?

4.

Bagaimana tahap terminasi pada komunikasi terapeutik?

5.

Contoh pembuatan SP pada berbagai tindakan keperawatan!

C. Tujuan Makalah 1.

Mengetahui tahap pra interaksi pada komunikasi terapeutik.

2.

Mengetahui tahap orientasi pada komunikasi terapeutik.

3.

Mengetahui tahap kerja pada komunikasi terapeutik.

4.

Mengetahui tahap terminasi pada komunikasi terapeutik.

1

BAB II PEMBAHASAN

Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya. Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien harus melalui empat tahap yaitu meliputi fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, fase terminasi. Agar komunikasi terapetik antara perawat dan klien dapat berjalan sesuai harapan, diperlukan strategi yang harus dilakukan oleh perawat pada saat melakukan komunikasi terapeutik dengan kliennya. Berikut tahap-tahap komunikasi terapeutik: A. Fase Prainteraksi Fase prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan mengevaluasi diri dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien. Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya denga orang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik, sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian). Tahap ini adalah masa persiapan, Tugas perawat yaitu: 1.

Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya.

2.

Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, melatih memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien.

2

3.

Mengumpulkan data tentang klien.

4.

Membuat rencana pertemuan secara tertulis.

B. Fase Perkenalan/Orientasi Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang dilakukan perawat pada saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Tahap perkenalan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lai: 1.

Membina hubungan saling percaya, menunjukan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka.

2.

Merumuskan kontrak bersama klien yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan.

3.

Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien menggunakan pertanyaan terbuaka.

4.

Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain:

1.

Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan.

2.

Memperkenalkan diri perawat.

3.

Menyepakati kontrak.

4.

Melengkapi kontrak.

5.

Evaluasi dan validasi.

C. Fase Kerja Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan tindakan keperawatan adalah:

3

1.

Meningkatkan

pengertian

dan

pengalaman

klien

akan

dirinya,

perilakunya, persaannya, pikirannya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif. Contoh: “Apa yang menyebabkan ibu cemas?” “Apa tanda/gejala yang ibu rasakan saat cemas?” “Kapan saja ibu merasakan cemas?” “Apa yang ibu rasakan saat merasa cemas?” 2.

Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif dan psikomotor. Contoh: “Apa yang ibu lakukan saat cemas?” “Apa yang ibu lakukan saat jantung berdebar-debar?” “Apakah dengan cara itu masalah ibu selesai?” “Apa dengan cara itu debar jantung hilang?” “Apa kira-kira cara lain yang lebih baik?”

3.

Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan Contoh: “Bagaimana rasa nyeri ibu?” “Saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.” “Pertama: Ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau membaca, atau mendengar musik, atau bercakapcakap.” “Kedua: Latihan nafas dalam-dalam.” (beri contoh) “Ketiga: mengusap daerah tertentu.” (beri contoh) “Mari kita coba.” (Bantu klien melakukannya, beri pujian jika dapat melakukan) “Bagaiman perasaan ibu?” “Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.”

4

4.

Melaksanakan pendidikan kesehatan. Contoh: “Sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan memberikan penjelasan tentang cara merawat tali pusat bayi baru lahir.” Jelaskan tentang merawat tali pusat bayi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar balik/leaflet/booklet]). “Ada pertanyaan bu? Ada yang kurang jelas?” “Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah terima kasih.”

5.

Melaksanakan kolaborasi. Contoh: “Bu, sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapatkan suntikan.” “Ibu, miring ke sebelah kiri.” “sedikit sakit Bu (katakan pada saat akan menyuntik), tarik nafas dalam Bu, ya, sudah.” “ Bagaimana Bu?”

6.

Melaksanakan observasi dan monitoring. “Bu, sesuai dengan keadaan suhu ibu yang tinggi maka setiap 2 jam saya akan mengukur suhu, nadi, dan pernafasan ibu.” “Sekarang saya akan ukur suhu ibu di ketiak.” Kemudian perawat meletakkan thermometer di ketiak klien, dan katakan pada klien: “dijepit ya bu!” “Saya ambil ya bu, sekarang ibu istirahat lagi, nanti 2 jam lagi saya datang.” Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi dan

mengembangkan faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan kerjasama. Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Perawat juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan

5

pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif. D. Fase Terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai teraupetik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan pasien, yang dapat dibagi dua yaitu: 1.

Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.

2.

Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu:

1.

Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif.

2.

Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.

3.

Menyepakati tindak lanjut. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tinda lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam.

4.

Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.

5.

Tindakan lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.

E. 1.

Pembuatan SP pada berbagai tindakan keperawatan Tahap Prainteraksi a. Mengumpulkan data tentang klien. b. Mengeksplorasi perasaan, santasi, dan ketakutan diri. c. Membuat racana pertemuan dengan klien (kegiatan, waktu, tempat)

6

2.

Tahap Orientasi a. Menberikan salam dan tersenyum pada klien. b. Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, efektif) (biasanya pada c. d. e. f. g. h. i.

3.

4.

pertemuan selanjutnya). Memperkenalkan nama perawat.* Menanyakan nama panggilan kesukaan klien.* Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien.* Menjelaskan peran perawat dan klien.* Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Menjelaskan tujuan. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

kegiatan. j. Menjelaskan kerahasiaan. Tahap Kerja a. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya. b. Menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan. c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik. d. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana. Tahap Terminasi a. Menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan hasil b. Memberikan reinforcement positif. c. Merencanakan tindak lanjut dengan klien. d. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik). e. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik. Dimensi respon/perilaku non verbal minimal yang perlu ditunjukan: a. Berhadapan b. Mempertahankan kontak mata. c. Tersenyum pada saat yang tepat. d. Membungkuk ke arah klien pada saat yang diperlukan. e. Mempertahankan sikap terbuka (tidak bersedakep, memasukan tangan ke kantung atau melipat kaki).

7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1.

Kemampuan menerapkan tahap komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

8

2.

Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik.

B. Saran 1.

Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.

2.

Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.

3.

Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.

9

DAFTAR PUSTAKA Makhripah

Damaiyanti

(2010).

Komunikasi

keperawatan. Rafika Adiatma. Bandung www.pdfcoke.com

4

Terapeutik

dalam

praktek

Related Documents

Hubungan Metakognisi
October 2019 36
Hubungan Kejiranan
November 2019 24
Hubungan Etnik.docx
November 2019 19
Hubungan Gen.docx
December 2019 23
Hubungan Terapeutik
June 2020 15

More Documents from "rahmani"