Kelompok 2 Fiqh.docx

  • Uploaded by: Fakhri Aziz
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 2 Fiqh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,070
  • Pages: 12
MASALAH YANG DIBAHAS DALAM FIQIH : THAHAROH Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mastanah, M.Si

Disusun oleh : Muhammad Fakhri Aziz (11180510000262) Ahmad Raihan Ramadhan (11180510000263) Nabila Rahmadia

(11180510000276)

Syukrina Mulsi Putri

(11180510000007)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna di antara makhluk lainnya, seperti yang tercantum dalam surah At-Tien ayat 4 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Karena manusia diciptakan oleh Allah bukan sekadar untuk hidup di dunia ini kemudian meninggal tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah hidup di dunia untuk beribadah. Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena di antaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.1

B. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan Thaharoh, Hadas dan Najis? b. Apa saja cara-cara Thaharoh dari Hadas? c. Apa saja macam-macam Air? d. Apa Ayat yang berkenaan dengan Thaharoh?

1

Djamal Murni, Ilmu Fiqh, hlm.9. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Thaharoh, Hadas, dan Najis Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting, karena di antaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas, serta suci pula badan, pakaian, dan tempatnya dari najis. 1. Pengertian Thaharoh Thaharah menurut bahasa artinya bersih dan suci. Menurut istilah (ahli fikih) berarti membersihkan diri dari hadas atau najis, seperti mandi, berwudhu, atau tayamum. Thaharah sendiri secara harfiah juga memiliki arti sisa air yang telah digunakan (musta’mal), karena berfungsi sebagai pembersih untuk bersuci.2 Banyak para ahli atau ulama mendefinisikan thaharah, namun dapat disimpulkan bahwa Thaharah adalah tindakan membersihkan atau menyucikan diri dari hadas dan najis.

)122 : ‫ (البقرة‬. ‫ان هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين‬ Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).

)‫عن ابي سعيد الخدرى "الطهور ش ْط ُر اإل ْي َمان" (رواه المسلم‬ Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman. (HR. Muslim) Nabi Saw bersabda: “Allah tidak menerima shalat seorang di antara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang

2

Allubab Syarh al-Kitab (1/10); dan ad-Dur al-Mukhtar (1/79) 2

3

yang bersuci : firman-Nya yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya.” (QS. Al-Baqarah:122) Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi. Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karenaia tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki. Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau mandi janabah. 3 Al-Imam ibnu Qodamah al-Maqdisi mengatakan bahwa thaharah memiliki 4 tahapan, yakni: a. Pertama, menyucikan lahir dari hadas, najis-najis, dan kotoran-kotoran. b. Kedua,

menyucikan

anggota

tubuh

dari

dosa

dan

kemaksiatan. c. Ketiga, menyucikan hati dari akhlak-akhlak tercela dam sifat-sifat buruk. d. Keempat, menyucikan hati dari selain Allah swt.4

3 4

Kutbuddin Aibak, Fiqh Tradisi, hlm.67 Al-Imam ibnu Qodamah Al-Maqdisi, Mukhtasar Minhajul Qasidin, hlm. 14

4

2. Pengertian Hadas Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggota-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan pekerjaanpekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua : a. Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh manusia, yaitu wajah, dua tangan, dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudhu. b. Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat dan pekerjaanpekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.5

3. Pengertian Najis Najis adalah suatu benda yang kotor menurut syara, misalnya seperti bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang, darah, nanah, segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur, anjing dan babi, minuman keras seperti rak dan sebagainya. Selain itu najis adalah suatu kotoran, jika kotoran tersebut menempel pada pakaian atau tempat, maka pakaian atau tempat tersebut tidak dapat digunakan

untuk beribadah

(semisal shalat) sebelum kotoran

sebelum kotoran tersebut disucikan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan tingkatan najis tersebut. (Ust.H. Faktur R, 34)6 Najis dibagi menjadi 3 bagian : a. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan 5 6

Drs.H. Moh Rif’ai, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, hlm.98 Abdul Hamid, Fiqh Ibadah, hlm.47

5

sesuatu kecuali ASI. Cara menyucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai bersih. b. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air mani. Najis ini dibagi menjadi dua: 1) Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak. 2) Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering dan sebagainya. Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan rupanya) 3) Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi. Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.7

B. Cara- Cara Thaharoh dari Hadas Kecil dan Besar Cara menyucikan hadas kecil dengan berwudu. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa dengan tayamum.8 Wudu adalah cara bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Adapun tata cara wudu adalah sebagai berikut: 1. Disunnahkan membaca basmallah terlebih dulu 2. Membaca Niat: “Saya niat wudu untuk menghilangkan hadas kecil fardu karena Allah ta’ala.”

7 8

Abdul Hamid, Fiqh Ibadah, hlm.48 Sulaiman Rasydid, Fiqh Islam, hlm.24

6

3. Disunahkan mencuci kedua telapak tangan, berkumur-kumur dan membersihkan lubang hidung dengan cara menghirup air ke lubang hidung lalu dikeluarkan lagi. 4. Membasuh muka (sambil membaca niat dalam hati). 5. Membasuh kedua tangan sampai siku. 6. Mengusap kepala. 7. Disunahkan membasuh telinga. 8. Membasuh kaki sampai mata kaki. 9. Tertib (dilakukan secara berurutan). 10. Disunnahkan membaca doa setelag wudu selesai. 11. Disunnahkan juga melakukan hal-hal di atas sebanyak 3 kali (kecuali niat)9 Sedangkan cara menyucikan hadas besar adalah dengan mandi wajib, yaitu membasahi seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal dan sudah harus melaksanakan salat maka bisa dengan tayamum. Mandi wajib adalah mandi untuk menghilangkan hadas besar. Sering disebut juga mandi janabat/junub. Adapun cara melakukan mandi wajib (rukun mandi wajib) adalah sebagai berikut: 1. Niat mandi untuk menghilangkan hadas besar. “Saya niat mandi menghilangkan hadas besar fardu karena Allah ta’ala”. 2. Menghilangkan najis apabila terdapat di badannya seperti bekas tetesan darah. 3. Membasahi seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada saat mandi wajib, kita juga disunahkan untuk melakukan:

9

Sulaiman Rasydid, Fiqh Islam, hlm.25

7

1. Membaca basmalah, 2. Mencuci kedua tangan sebelum dimasukkan ke dalam bejana, 3. Berwudu terlebih dahulu, 4. Menyisir rambut dengan jari-jari tangan yang telah dibasahi air. 5. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri, 6. Menggosok tubuh, dan sebagainya.10

C. Macam-Macam Air untuk Bersuci Air yang dapat digunakan untuk bersuci secara sah atau benar dikategorikan ke dalam 7 macam, antara lain: 1. Air hujan 2. Air laut atau air asin 3. Air sungai 4. Air sumur 5. Air sumber 6. Air es atau salju 7. Air embun Ketujuh air tersebut terbagi menjadi dua golongan, yaitu air yang turun dari langit dan air sumber yang keluar dari bumi. Air dapat dibagi menjadi empat macam, yakni air mutlak, air suci yang menyucikan, air suci yang tidak bisa digunakan untuk bersuci, dan air najis (mutanajjis). Air Mutlak adalah air yang keberadaannya suci dan dapat dipakai untuk bersuci, serta dapat menyucikan benda lain. Atau dengan kata lain air mutlak adalah air yang menyucikan dan tidak makruh untuk bersuci. Air mutlak ini bisa untuk menghilangkan hadas dan najis. Contoh air mutlak adalah air hujan, air salju dan air es, air laut, dan air zamzam.11

10

Lahmuddin Nasution, Fiqih 1 Wacana dan Pemikiran, hlm,29-30 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, hlm. 2 11

8

Air suci yang menyucikan. Jika digunakan untuk menyucikan badan hukumnya bisa berubah menjadi makruh. Namun jika digunakan untuk menyucikan pakaian, hukumnya tidak makruh. Air ini adalah air musyammas, yaitu air yang panas akibat terkena sinar matahari. Hukum makruh ini menggunakan dasar bahwa air ini berbahaya untuk kesehatan manusia. Namun, menurut Imam Nawawi menjelaskan bahwa air panas yang akibat terkena sinar matahari, hukumnya mutlak dan tidak makruh, kecuali air itu dalam keadaan terlalu panas atau terlalu dingin. Air suci yang tidak bisa digunakan untuk bersuci, disebut air musta’mal. Air musta’mal adalah air sisa yang mengenai badan manusia karena telah digunakan untuk wudhu dan mandi. Apabila air itu tidak bertambah jumlahnya setelah digunakan, air itu tetap suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci. Air najis (mutanajjis) adalah air yang hukumnya najis dan jelas tidak bisa digunakan untuk bersuci. Air yang sedikit atau banyak yang terkena najis sehingga berubah warna dan baunya. Kalau air itu sedikit, menjadi najis sebab bercampur dengan najis, baik berubah atau tidak. Tetapi kalau air itu banyak, menjadi najis sebab bercampur dengan najis sampai berubah rasa atau baunya. Yang dimaksud air yang sedikit ialah air yang kurang dari dua kulah, dan air banyak adalah kalau sudah sampai dua kulah. Ukuran dua kulah kurang lebih 200 liter.12 D. Ayat-Ayat yang Berkenaan dengan Thaharah

1. Q.S Ali-Imran (42) ‫ت َوإِ ْذ‬ ِ َ‫ّللاَ إِن ٰي َم ْريَ ُم ا ْل َم ٰلئِكَةُ قَال‬ ْ ‫ص َط ٰف ِك َو َطه َر ِك ا‬ ْ ‫اء ع َٰلى َوا‬ ِ ‫س‬ َ ِ‫ا ْل ٰعلَ ِميْنَ ن‬ ٰ ‫ص َط ٰف ِك‬ Artinya:

Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 3 12

9

“Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).” 2. Q,S Al-Muddatsir (4-5)

َ‫ فَ َط ِه ْر َو ِث َيا َبك‬.‫الرجْ َز‬ ُّ ‫فَا ْه ُج ْر َو‬

Artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah” 3. Q.S Al-Baqarah (222)

‫ب ّللاَ إِن‬ ُّ ‫ب التوابِينَ يُ ِح‬ ُّ ‫ا ْل ُمت َ َط ِه ِرينَ َويُ ِح‬ Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Thaharah artinya bersih dan suci. Hadas adalah perkara yang dianggap

mempengaruhi

anggota-anggota

tubuh

sehingga

menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Najis adalah suatu benda yang kotor menurut syara. 2. Cara menyucikan hadas kecil dengan berwudu. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa dengan tayamum. Sedangkan cara menyucikan hadas besar adalah dengan mandi wajib. 3. Air yang dapat digunakan untuk bersuci secara sah atau benar dikategorikan ke dalam 7 macam, yaitu air hujan, air laut/asin, air sungai, air sumur, air sumber, air es/salju, dan air embun. 4. Ayat-ayat yang berkenaan dengan thaharah adalah QS. Ali Imran ayat 42, QS. Al-Mudatsir ayat 4-5, QS. Al-Baqarah ayat 222.

B. Saran Sebagai seorang muslim, kita harus bersuci dengan benar dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Sebab, bersuci dengan benar akan membuat ibadah kita lebih baik dan diterima di sisi Allah swt.

11

DAFTAR PUSTAKA

Murni, Djamal. 1983. Ilmu Fiqh. Jakarta: Sarana Perguruan Tinggi Allubab Syarh al-Kitab (1/10); dan ad-Dur al-Mukhtar (1/79) Kutbuddin, Aibak. 2012. Fiqih Tradisi. Yogyakarta: Teras Rifa’i, Drs.H. Moh. 1978. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra Hamid, Abdul. 2008. Fiqh Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia S, Rasjid. 1987. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqih I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran Marjuqi, Yahya. 2012. Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib. Jakarta: Al-Maghfirah Al-Maqdisi, Al-Imam ibnu Qodamah. 2012. Mukhtasar Minhajul Qadisin. Jakarta; Darul Haq

Related Documents

Kelompok 2
May 2020 42
Kelompok 2
May 2020 44
Kelompok 2
May 2020 39
Kelompok: 2
May 2020 45
Ti-2-kelompok-2
May 2020 32
Ti-2-kelompok-2
May 2020 31

More Documents from "Armin"