Tr Agama Islam.docx

  • Uploaded by: Muhammad Fakhri Aziz
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tr Agama Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,684
  • Pages: 7
BAB VIII ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM

A. IMAN, AMAL, DAN IPTEK SEBAGAI SATU KESATUAN 1. Ilmu dan Teknologi Alquran al-karim merupakan mukjizat terbesar bagi nabi Muhammad Saw yang bersifat abadi. Ia merupakan sumber hidayah, pengetahuan, teknologi, serta sumber kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Kandungan Alquran bersifat universal, mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, da penelitian. Ayat-ayat yang pertama kali diturunkan (Al-Alaq: 1-5), justru mengandung perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan dengan baca dan tulis serta mengembangkannya melalui penelitian, seperti untuk mengetahui kekuasaan dan keajaiban-nya dalam menciptakan manusia dari segumpal darah. Misalnya, firman Allah:

Artinya :”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang telah mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-alaq 1-5) Rangkaian ayat diatas menunjukkan pentingnya memiliki kemampuan membaca dan menulis, menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta menngadakan penelitian dari ayat-ayat Allah. Ayat lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan adalah sebagaimana firman Allah pada surah Az-Zumar:9:

Artinya: “katakanlah” apakah sama orang-orang yang mengetahui “sesungguhnya orang yang barakallah yang dapat menerima pelajaran. “(Az-Zumar :9)

Alquran juga mendorong manusia untuk menguasai dan mengembangkan teknologi, baik teknologi pertanian, perternakan, kedokteran, maupun teknologi yang lain yang bermafaat untuk masyarakat. Alquran mempersilahkan manusia untuk menjelajah, melintas, dan menembus penjuru langit, dan bumi sebagai antariksawan. Misalnya, firman Allah Pada Surah Ar-Rahman Ayat 33:

Artinya: “hai seklian jin dan manusia, jika kamu sangguo menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, Maka Lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (teknologi).” (Ar-Rahman: 33). Sedangkan dorongan Alquran untuk mengembangkan penelitian antara lain dapat dilihat di dalam isyarat firman-firman Allah dibawah ini: Artinya:”dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka?” (Ar-Rum: 8) Artinya: “dan dibumi ini terdapat tanda tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? (AzZariyat: 20-22)

a. Para ahli menafsirkan “zarrah” dengan atom sesuai dengan pengertian bahasa dewasa ini, berpendapat bahwa Alquran telah mengkoreksi teori demokratis yang menganggap “atom” bagian dari segala benda. Allah berfirman dalam surah Saba’ ayat 3:

Artinya: “tidak ada seberat zarrah pun yang ada dilangit dan ada di bumi yang tersembunyi pada-Nya yang tidak ada(pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab nyata (Lauhul Mahfuz)”,

b. Ketika Alquran memaparkan peristiwa Ash-hasbul Kahfi (sekelompok pemuda yang memasuki gua) sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan terhadap waktu dan kehebatan genggamannya terhadap perbedaan gerak, sebagaimana difirmankan dalam surah Alkahfi ayat 25:

Artinya: “dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan di tambah Sembilan tahun lagi”.

c. Energi yang pada abad ke XX ini merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang tersimpan dalam tumbuh-tumbuhan sebagai akibat proses potosintesis telah diisyaratkan dalam surah yasin ayat 80: Artinya: ”yaitu tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu menyalakan (api) dari kayu itu”.

d. Salah satu gejala besar dewasa ini yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan adalah masa “the explanding Universe” kosmos yang mengembang. Hal ini sesuai dengan tafsir yang telah diterbitkan oleh Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Di Kairo. Telah diisyaratkan Alquran: Artinya: “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa meluaskannya” (Az-Zariyat:47).

e. Demikian pula teori bumi, baik mengenai peredarannya mengintari matahari maupun gerakan lapisan perut bumi telah diisyaratkan Alquran: Artinya:”dan kamu ihatlah gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah)perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh setiap sesuatu, sungguh Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan”. (AnNaml:88).

1. Integrasi Iman, Ipteks, dan Amal a. Anjuran Melakukan Penelitian Dalam bidang astronomi, Allah menyinggung didalam surah Al-Isra’ayat 12: Artinya:” Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan, dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.

Dalam bidang zoology dan perternakan masih banyak misteri yang perlu dipecahkan dan masih banyak rahasia yang perlu digali. Sebagai contoh, dapat dilihat adanya anjuran Alquran untuk mengadakan penelitian terhadap unggas yang bertentangan di angkasa raya: Artinya: “tidaklah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan berterbangan diangkasa. Tiada kekuatan yang menahannya kecuali Allah. Sesungguhya hal itu menjadi keterangan bagi kamu yang beriman”. (surah An-Nahl:79).

Penelitian dapat diarahkan kepada unggas pada aspek keunikan lainnya. Alquran menyodorkan suatu ‘topik’ yang perlu ditelah mengenai persamaan-persamaannya dengan manusia. Allah berfirman: Artinya: “dan tiada satupun binatang yang merayap dibumi dan tiada satupun burung terbang di udara dengan kedua sayapnya, kecuali sebagai (makhluk) yang berbangsa-bangsa seperti kamu juga”. (surah Al-An’am: 38)

Disamping secara prinsipil terdapat perbedaan antara manusia dengan binatang, juga terdapat persamaan sebagai makhluk, antara lain kesamaan dalam sebagian antomi (konstruksi tubuh), hidup berkelompok (berbangsa-bangsa) kesenangan dan kesulitan, pencarian rezeki dan lain-lainnya. Sebagai contoh Allah menerangkan: Artinya: “dan betapa banyaknya yang tidak sanggup membawa ( menanggung) rezekinya sendiri, Allahlah yang member rezeki kepadanya dan kepada kamu juga. Dia maha pendengar dan maha tahu”. (surah Al-ankabut:60)

Tujuan pada pengembangan ilmu dan teknologi tidak lain adalah diperuntukkan bagi kemaslahatan dan kebutuhan manusia sebagaimana halnya rahmat-rahmat Tuhan yang bertebaran pada hewan-hewan itu. Semuanya adalah untuk kesejahteraan manusia dan sebagai mana karunia Allah kepada hamba-hambanya. Dalam hubungan ini dikemukakan dalam Alquran: Artinya: “tidaklah mereka perhatikan, bahwa kami telah jadikan untuk mereka sebahagian dari apa yang dibuat oleh tangan-tangan kami (yaitu) binatang binatang ternak lalu mereka memilikinya. Dan kami jinakkan dia untuk mereka. Maka setengah daripadanya jadi tanggapan mereka, dan sebagian daripadanya untuk makan. Dan mereka peroleh dari padanya beberapa manfaat dan jadi sumber minuman. Mengapa mereka tidak berterima kasih?’ (surah Yasin:71-73). Binatang ternak adalah salah satu obyek pelajaran dan bahan penelitian yang dapat dengan langsung dinikmati hasilnya. Alquran menjelaskan: Artinya: dan sesungguhnya pada binatang ternak itu menjadi pelajaran bagi kamu. Kami beri minum kepadamu dengan apa yang keluar dari dalam perutnya diantara tahi dan darah, yaitu susu yang bersih yang mudah bagi orang-orang yang mau minum (surah AnNahl:66).

B. KEWAJIBAN MENUNTUT DAN MENGAMALKAN ILMU Dengan perantara ilmu maka dapat dimaklumi segala perkara yang perlu dikaji, meurut kebutuhan masing-masing. Misalnya seseorang yang ingin maju dalam ekonomi pastilah ia belajar ilmu dagang dan seluk beluk perdagangan. Orang yang ingin mengerti jalannya matahari, bulan dan bumi, pastilah ia mempelajari ilmu falak. Orang yang ingin dapat mengobati orang-orang sakit, haruslah belajar ilmu kedokteran, demikian seterusnya. Adapun orang yang ingin mengerti islam, maka wajiblah ia mempelajari ilmu tauhud, fikih, dan keilmuan lainnya. Begitu pula orang yang hendak mensucikan diri dari berbagai penyakit di dalam hati maka wajiblah belajar ilmu akhirat dan zuhud, kemudian mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, ilmu adalah kunci sukses manusia. Dalam kaitan ini pautu di simak ungkapan Imam asy-Syafii berikut: “ Siapa yang menginginkan sukses di dunia maka wajiblah ia menuntut ilmu, siapa yang menginginkan sukses di akhirat maka wajiblah ia menuntut ilmu, siapa saja yang tidak mencintai ilmu maka tidak ada kebaikan pada dirinya.”

Dalam firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat 269 dikatakan:

Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Allah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib. Tidak boleh semua kaum Muslim berhijad (menjadi tentara atau melakukan aktivitas yang lain) di jalan Allah, tetapi mesti ada yang tinggal untuk menjadi orang alim yang menuntun mereka. Allah berfirman di dalam surah at-Taubah ayat 122:

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Dari ayat diatas Allah menunjukkan besarnya keutamaan ilmu, lebih-lebih ilmu yang mendatang keiman kepada Allah. Selanjutnya di tempat lain Allah swt. Juga berfirman di dalam surah az-Zariyat pada ayat 56:

C. TANGGUNG JAWAB ILMUAN Di antara tanggung jawab seorang ilmuan sebagai makhluk Allah adalah mengembangkan ilmu dan mengajarkannya kepada manusia untuk tujuan ibadah dan kemaslahatan seluruh makhluk-Nya, termasuk juga menjaga alam dan lingkungan dan seisinya. Oleh sebab itu, seorang ilmuan tidak boleh fakum terhadap apa yang sudah dicapainya. Ia harus terus mengembangkan dan mengajarkan ilmunya. Sebab, ketika ia fakum maka ia telah kehilangan kesempatan untuk berbuat baik kepada dirinya, manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Oleh sebab itu mempelajari, meneliti, mengembangkan, dan mengajarkan merupakan ibadah kepada Allah dalam bentuk yang lain. Seorang ilmuan akan berakhlak kepada Allah, yaitu dengan cara beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menserikatkan-Nya. Berakhlak kepada manusia adalah menempatkannya sebagai kedudukan manusia. Berakhlak kepada alam berarti menyikapi alam dengan cara memelihara kelestariannya. Karena itu Allah menisyaratkan agar manusia dapat mengendalikan dirinya dalam mengekploitasi alam. Sebab, alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan manusia itu sendiri.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Luqman ayat 20:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatNya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” Didalam surah Hud ayat 61 Allah berfirman:

Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata: ‘Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Allah. Allah telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu (sebagai) pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).’” (QS. Huud: 61)

Memakmurkan bumi adalah mengelola sumber daya yang disediakan Allah. Semuanya ditujukan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Ini merupakan tanggung jawab manusia, terutama para ilmuannya yang melakukan tugas-tugas pemakmuran tersebut.

Alam raya dengan segala potensi yang terkandung di dalamnya diberikan kepada manusia untuk diolah dan dimanfaatkan. Mengelola dan memanfaatkannya memerlukan usaha dan kerja keras, karena Allah tidak memberikan barang jadi, melainkan bahan mentah yang mesti diolah dengan menggunakan potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia yaitu akal dan kecerdasan. Gambaran itu merupakan pelajaran dari Allah untuk manusia. Yakni hidup ini adalah perjuangan yang tidak akan pernah berhenti. Berhenti berjuang dan berusaha, maka hilanglah makna hidup dan tamat pula riwayat kehidupannya.

Related Documents

Tr Agama Islam.docx
May 2020 5
Tr
May 2020 36
Tr
May 2020 34
Tr
June 2020 26
Tr
May 2020 36
Tr
April 2020 34

More Documents from "Maintenance Circle"