Kelompok 2.docx

  • Uploaded by: Fakhri Aziz
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,158
  • Pages: 26
MASALAH YANG DIBAHAS DALAM FIQIH :

THAHAROH Dosen pengampu : Dra. Hj. Mastanah, M.Si

Disusun oleh : Muhammad Fakhri Aziz

(11180510000262)

Ahmad Raihan Ramadhan

(11180510000263)

Nabila Rahmadia

(11180510000276)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin moderen dan manusiapun hidup beragam dengan kemudahan-kemudahan yang di sajikan oleh moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat kodrat manusia sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan tersingkirkan dari kehidan sehari-hari manusia itu sendiri. Yang mana di karenakan merosotnya Iman-iman manusia itu sendiri.1 Kini Tindakan mereka semakin tidak terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya menjadi hal yang di prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia yang hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam kehidupan mereka tanpa mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak manusia itu semakin hari semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan tindakan mereka semakin tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak adanya pelakon yang menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang beriman kepada ALLAH SWT.2 Walaupun manusia boleh dipisahkan daripada bidang ilmu atau pemikiran, bahkan juga boleh dipisahkan daripada agama dan kepercayaan, tetapi tidak boleh dipisahkan dengan akhlak atau moral. Ini kerana setiap perbuatan, amalan atau tindakan yang diambil tidak terlepas atau terkeluar daripada lingkungan hukuman sama ada terhadap dirinya atau orang lain ataupun benda lain yaitu adakah baik atau tidak segala tindakan tersebut. Jika baik, jawabannya perkara itu akan dilakukan tetapi jika jahat, perkara itu akan ditinggalkan. Itulah akhlak yang baik. Tetapi jika sebaliknya yang dilakukan itulah akhlak yang buruk.3

1

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, hlm.12 Kahar Mansyhur, Membina Moral dan Akhlak, hlm 40 3 Hasan Ayub, Etika Islam, hlm 22 2

1

2

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, manusia dilebih kan atas makhluk yang lain. Salah satu kelebihan tersebut adalah akal , sehingga dengan akal tersebut manusia bisa merasakan, menimbang dan menentukan jalan hidupnya. 4 Maksiat lahir merupakan segala sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti mulut, tangan, mata dan lain-lain. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin, yaitu hati5 Film “Azab Rentenir Sadis” merupakan kisah dari seorang perempuan yang haus akan kekayaan. Perempuan ini bernama Ayu, diarela mendapatkan uang dengan cara apapun seperti melakukan peminjaman uang dengan unsur riba untuk melipat gandakan uang hasil dari peminjaman yang ia tawarkan. Sifat tercela ini adalah terjemahan dari pada bahasa arab “sifahul mazmumah”, artinya sifat-sifat yang tidak baik yang tidak membawa seseorang manusia kepada pekerjaanpekerjaan.6 Film ini berkaitan tentang ajaran agama yaitu larangan dilakukannya Riba, selain itu banyak pelajaran yang dapat kita ambil seperti bersabar. Riba hukumnya haram dilakukan tetapi pada kenyataan di masyarakat banyak sekali kejadian seperti yang ada di film ini. Kurang nya pengetahuan aqidah masyarakat menjadikan sifat dan sikap mereka kurang berakhal.

2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Thaharoh, Hadas dan Najis? 2. Apa saja cara-cara Thaharoh dari Hadas? 3. Apa saja macam-macam Air? 4. Apa Ayat yang berkenaan dengan Thaharoh?

4

Kahar Mansyhur, Membina Moral dan Akhlak, hlm 45 Asmaran AS, Pengantar Study Ahlaq, hlm. 183 6 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, hlm.20 5

B. PEMBAHASAN

1. Thaharoh, Hadas dan Najis Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting, karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. A. Pengertian Thaharoh Thaharah menurut bahasa artinya bersih dan suci. Menurut istilah (ahli fikih) berarti membersihkan diri dari hadas atau najis, seperti mandi, berwudlu atau tayamum. Thaharah sendiri secara harfiah juga memiliki arti sisa air yang telah digunakan (musta’mal) karena berfungsi sebagai pembersih untuk bersuci.7 Banyak para ahli atau ulama mendefinisikan thaharah, namun dapat disimpulkan bahwa Thaharah adalah tindakan membersihkan atau menyucikan diri dari hadast dan najis.

)122 : ‫ (البقرة‬. ‫ان هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين‬ Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubatdan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).

ْ ‫عن ابي سعيد الخدرى "الطهور‬ )‫شط ُر اإل ْي َمان" (رواه المسلم‬ Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman. Nabi Saw bersabda: “Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang bersuci : firman-Nya, yang artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122)

7

Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, hlm. 2.

3

4

Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi. Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karenaia tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki. Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau mandi janabah. B. Pengertian Hadas Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua : 1. Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu. 2. Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.

5

C. Pengertian Najis Najis adalah suatu benda yang kotor menurut syara‟, misalnya seperti bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang, darah, nanah, segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur, anjing dan babi, minuman keras seperti rak dan sebagainya. Selain itu najis adalah suatu kotoran, jika kotoran tersebut menempel pada pakaian atau tempat, maka pakaian atau tempat tersebut tidak dapat digunakan untuk beribadah (semisal shalat) sebelum kotoran sebelum kotoran tersebut disucikan dengan caracara tertentu sesuai dengan tingkatan najis tersebut. (Ust.H. Faktur R, 34) Najis dibagi menjadi 3 bagian : 1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI. Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai bersih. 2. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air mani. Najis ini dibagi menjadi dua: a) Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak. b) Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering dan sebagainya. Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan rupanya) c) Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi. Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

6

2. Thaharoh dari Hadas

3. Kondisi Film Indonesia pada saat ini Jika dihitung-hitung usia perfilman Indonesia sudah mencapai umur lebih dari 80 tahun. Film Indonesia pertama kali dibuat pada tahun 1926 oleh seorang Belanda Heuveldorp bersama dengan seorang Jerman Kruger yang berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang dibuat di Bandung. “Loetoeng Kasaroeng” inilah awal mulanya perfilman Indonesia dimulai, walaupun tidak dibuat oleh anak negeri sendiri namun pemeran, cerita, dan setting yang dipilih adalah seluruhnya asli Indonesia.8 Keadaan pada tahun 70-an, angin segar berhembus pada para pembuat film. Pada periode ini para seniman bebas berekspresi, khususnya bagi mereka yang bersentuhan dengan bidang perfilman. Dengandikeluarkannnya Kep. No. 71 Th. 1971 oleh Menteri Penerangan Budiharjo.9 pada masa itu, maka produktivitas filem meningkat pesat. Kebijakan tersebut memperbolehkan para produser untuk meminjam uang sejumlah setengah dari biaya produksi film. Uang tersebut merupakan uang pemerintah yangdidapatkan dari pungutan dari film-film impor. 8 9

Departemen Penerangan RI, Festival Film Indonesia 1985-1990, hlm 10 Departemen Penerangan RI, Festival Film Indonesia 1985-1990, hlm 5

7

Film-film impor yang masuk Indonesia pada waktu itu diharuskan menyerahkan sumbangan wajib demi perkembangan perfilman nasional.10 Pada tahun 80-an perfilman Indonesia sudah dapat tampil lebih baik.Filmfilm yang digarap sudah mulai berani untuk bereksplorasi lebih dalam, misalnya dengan melakukan syuting di luar negeri. Selain itu, para pembuat film juga sudah mampu membuat film-film kolosal, seperti “ November 1828” atau “ Sunan Kalijaga”. Walaupun teknik-teknik yang digunakan belum sesempurna film-film luar negeri, namun mereka sudah dapat menggunakan efek-efek khusus dalam film mereka, seperti dalam film “Pasukan Berani Mati” atau “Lebak Membara”.11 Perfilman Indonesia pada tahun 90-an sampai dengan 2002 agak memprihatinkan. Produktifitas film menurun dikarenakan masalah ekonomi. Pada masa itu krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, yang berpuncak pada penurunan nilai tukar rupiah yang drastis pada tahun 1998. Film yang muncul sedikit sekali dan itupun harus bersaing dengan film-film luar negeri. Menurut data Sinematek Indonesia, film yang diproduksi padatahun 1998 ada 4 film, tahun 1999 ada 3 film, tahun 2000 ada 3 film, dan padatahun 2001 ada 4 film. Lima tahun belakangan ini keadaan perekonomian sudah dapat dikatakan lebih stabil. Perindustrian film juga mulai menata kembali dirinya. Kebangkitan perindustrian film ini dimulai dengan munculnya sineas-sineas muda.12 Pada awalnya mereka membuat film-film pendek yang ditayangkan ditelevisi dengan durasi dua jam dikurangi durasi tayangan iklan yang kemudian disebut sebagai Film Televisi (FTV). Film-film yang mereka buat cukup mengagetkan karena tema yang mereka angka walaupun hanya tema-tema percintaan, entah cinta remaja atau cinta keluarga, dikemas dengan apik. Teknik-teknik pengambilan kamera, penyusunan dialog, pemilihan setting, dan pemunculan karakter-karekter bisa dibilang sangat

10

Goenawan Mohamad, Film Indonesia: Catatan Tahun 1974, hlm 78 Departemen Penerangan RI, Festival Film Indonesia 1985-1990, hlm 11 12 Budi Irwanto, Film, Ideologi, dan Milier, hlm 27 11

8

baik. Kemudian, perkembangan ini sampai sekarang sudah mulai merambah ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu film bioskop. Delapan puluh tahun bukanlah waktu yang panjang bagi perfilman Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Selama delapan puluh tahun jatuh bangunnya film Indonesia merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan eksistensinya.13 Dimulai dari seorang Belanda dan seorang Jerman, filmIndonesia berusaha untuk terus memperpanjang jalan dan umurnya. Dansekarang film Indonesia mulai menapaki jalan barunya dengan bertumpu pada para sineas muda berbakat untuk dapat memunculkan eksistensinya di luar sana agar tak kalah dengan film-film luar negeri.14 Film indonesia saat ini sudah meningkat kualitasnya, kita bisa lihat dari banyak film yang menceritakan tentang adab dan azab seseorang dalam berperilaku kurang baik. Kita dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran dari film indonesia tersebut. Semakin banyak film ini diproduksi untuk masyarakat Indonesia maka dapat mengubah perilaku masyarakat indonesia yang jauh lebih baik lagi, dikarenakan masyarakat dapat mengetahui bagaimana sikap yang baik dalam hidup bermasyarakat. Saya akan mengangkat suata film yang berjudul Azab Rentenir Sadis, dalam film ini tokoh untama yang bernama Ayu sangat mencintai harta dunia dan tidak memperdulikan akhirat. Ayu rela melakukan riba sebagai peminjam uang untuk teman-temannya. Ayu tega meminjamkan uang kepada ibu nya yang sedang sakit dan pinjaman itu harus dikembalikan berserta riba nya. Jangan mengira engkau bisa hidup tenang, aman, dan tentram tanpa iman. Mungkin engkau memiliki kekayaan, istana, popularitas, dan kedudukan. Namun tanpa iman, engkau tidak akan menemukan kebahagian.15 Memakmurkan dunia sesuai dengan tuntunan-Nya adalah bentuk memenuhi seruan Rasul saw. Mencari

13

Departemen Penerangan RI, Festival Film Indonesia 1985-1990, hal 71 Goenawan Mohamad, “Film Indonesia: Catatan Tahun 1974”, hal 43 15 Fauzi Bahreisy, Kembali ke Islam, hlm.46 14

9

harta yang halal dengan niat yang tulus adalah bentuk untuk memenuhi seruan tersebut.16 Sebelum Ayu melakan peminjaman yang terdapat riba didalamnya, Ayu selalu meminjam uang kepada teman-temannya dengan alasan untuk berobat ibu nya yang sedang sakit. Persahabatan pada umumnya bersifat basa-basi. Orang yang mengambil harta orang, orang yang mengambil tanah dan rumah orang tidak lain adalah zalim. Namun orang zalim itu sendiri menganggap dirinya dizalimi.17 Dalam film ini kita dapat mengambil hikmah dari perilaku Ayu yang sangat mencintai dunia terutama harta melebihi apapun. Film ini merupakan film positif untuk masyarakat Indonesia, dan masih banyak lagi film Indonesia yang kita bisa ambil pelajaran dan hikmah nya. Kita harus mendukung film positif seperti ini untuk terus di produksi agar sikap dan perilaku masyarakat Indonesia dapat jauh lebih baik lagi. 4. Akhlak Mulia dalam Film Azab Rentenir Sadis Ayu memiliki sahabat laki-laki yang bernama Roy, Roy menggadaikan motornya untuk meminjamkan uang kepada Ayu karena Ayu butuh uang tersebut untuk biaya pengobatan ibunya, tetapi itu hanya akal-akalan ayu untuk memulai bisnis peminjaman uang dengan unsur riba. Roy selalu berprangsangka baik kepada Ayu, dan akhirnya Roy dikhianti oleh Ayu. Roy yang memiliki sifat berprasangka baik, ini termasuk akhlak umat Islam yang mencerminkan solidaritas sosial, ukhuwah, dan persaudaraan, serta yang bisa merekatkan hati.18 Roy tidak pernah menagih hutang Ayu tetapi Roy selalu mencoba menasihati Ayu untuk meninggalkan Riba. Ikhlas berarti murni atau bersih, maksudnya suatu amal perbuatan dilakukan bersih dari pamrih. Amal itu

16

Fauzi Bahreisy, Kembali ke Islam, hlm.33 Ahmad Muhammad Al-Khufi, Bercermin Kepada Akhal Nabi saw, hlm.18 18 Fauzi Bahreisy, Kembali ke Islam, hlm.246 17

10

dilakukan semata-semata karena Allah atau menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuranm bukan karena mencari pujian, popularitas, uang atau kekuasaan.19 Roy sangat mencintai Ayu dengan tulus, selalu memberikan terbaik dan tidak pernah bosan untuk merubah Ayu menjadi lebih baik lagi. Cinta dalam tasawuf mahabbah, maksudnya mahabbah kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Selain cinta kepada Allah ada pula cinta kepada diri sendiri yang diketahui melalui makrifat yang selanjutnya makrifat kepada Allah.20 Maka kejarlah cinta Allah sebelum mengecar cinta manusia. Ibu Ayu bernama Ibu Minah, beliau merupakan sosok seorang ibu yang sangat sabar dalam mendidik dan menghadapi sikap Ayu saat dewasa. Ibu Minah tidak pernah bosan untuk menasihati Ayu untuk berubah. Walaupun sifat dan sikap Ayu terhadap ibunya sangat kurang ajar, tetapi Ibu Minah selalu sabar dan selalu mendoakan Ayu disetiap doanya untuk diberikan kesadaran atas sifat dan sikapnya yang salah. Barang siapa bersabar atas taat kepada Allah swt, kelak di hari kiamat Allah swt akan memberinya tigaratus tingkatan di dalam surganya.21 Karena seorang anak merupakan amanah yang diberikan kepada setiap orang tua. Orang tua harus bisa membuat anaknya memiliki sifat baik dan seorang anak dapat menolong orang tua nya untuk terhindar dari panasnya siksaan api neraka. Memiliki anak itu mengajarkan keikhlasan. Keikhlasan untuk tidak meledak hanya karena kesalahan kecil yang diperbiuat anak, keikhlasan untuk bekerja penuh waktu tanpa meminta bayaran sepeserpun kecuali pelukan dan ciuman, keikhlasan untuk mengurangi bahkan mengehentikan hal-hal yang dulu jadi kesukaan kita karena tidak bisa untuk perkembangan anak seperti merokok, minuman soda. Saat

19

Sudirman Teba, Bekerja dengan Hati, hlm.53 Suriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.29 21 Achmad Sunarto, Menyibak Dunia Metafisik, hlm.12 20

11

kita ikhlas melakukan sesuatu, yakinlah bahwa hal baik yang kita kerjakan akan berbuah manis pula.22 Pertanggung jawaban manusia tertuju kepada segala perbuatan, tindakan, sikap hidup sebagai pribadi, anggota keluarga, rumah tangga, masyarakat dan negara. Manusia memiliki tanggung jawab terhadap tuhan dan sesama manusia meliputi semua aspek kehidupan.23 Ibu Minah merupakan sosok kepala rumah tangga dikeluarganya dikarenakan suaminya yang telah meninggal dunia, sebagai kepala rumah tangga Ibu Minah sangat bertanggung jawab atas perbuatan anaknya. Ibu Minah menginap penyakit yang tidak deketahui olehnya, setiap saat ibu minah selalu mengingat kematian tetapi beliau sedih karena sifat dan sikap anaknya yang masih tidak berperilaku baik dan memakan hasil riba. Aisyah bertanya : “Wahai Rasullah, apakah ada seseorang yang dikumpulkan bersama orang-orang syahid?” Beliau saw bersabda “Benar, yaitu mereka yang mengingat kematian sehari selama dua puluh kali.” Sebab dari keutamaan ini adalah bahwa mengingat, kematian mengharuskan seseorang untuk mengambil jarak terhadap harta dunia dan menuntutnya untuk mempersiapkan kehidupan akhirat.24 Penyakit yang sedang di hadapi Ibu Minah semakin parah. Tidak di duga Ibu Minah meninggal di karenakan penyakitnya yang sudah sangat parah, beliau tidak dibawa kerumah sakit oleh Ayu karena Ayu tidak mau memberikan sedikit uang nya untuk biaya berobat Ibu Minah. Rasullah SAW bersabda : “Kematian merupakan tebusan bagi setiap orang Islam.” Dimaksud dari konteks ini adalah orang muslim yang sebanarnya, orang yang beriman dengan sejujurnya, yang menyelatkan kamu muslimin dari lisan dan tangannya. Disinilah akan terealisasi budi pekerti kaum muslimin dan tidak dikotori dengan kemaksiatan kecuali dengan sesuatu yang tecela dan dosa kecil. Maka 22

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.108 Yatimin Abdullah, STUDI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ALQURAN, hlm.108 24 Achan Sunarto, Menyibak Dunia Metafisik, hlm.165 23

12

kematian akan menyucikan dirinya dan menghapuskan dirinya, setelah dia menjauhi dosa besar dan mengekkan kewajiban.25 Diriwayatkan Oleh imam Bukhori Muslim dari ibnu Masud ra berkata : “Aku bertanya kepada Rasullah SAW : “Amal manakah yang paling disukai oleh Allah?” Beliau SAW bersabda : “Sembahyang pada waktunya.” Kemudian aku bertanya lagi : “Lantas apalagi?” Beli SAW bersabda : “Berbakti kepada kedua orang tua.”26Maka dari kita kita harus menyangi kedua orang tua kita. Setelah Ibu Ayu meninggal, Ayu sangat terpukul dan sangat menyesal atas semua perbuatannya kepada ibunya. Ayu selalu berkata kasar dan berbicara keras keapda ibunya, setelah Ayu mendapatkan banyak musibah dan cobaan akhirnya Ayu memutuskan untuk bertaubat meminta ampun kepada Allah. Ayu mulai menggunakan kerudung dan mulai memperbaiki sifat dan sikapnya. Secara istilah Menurut Imam Nawawi, taubat adalah tindakan yang wajib dilakukan atas setiap dosa. Kalau dosa yang diperbuat itu adalah maksiat dari seorang hamba terhadap Tuhannya, yang tidak bersangkutan sesama anak Adam, maka syarat taubat kepada Tuhan itu ada tiga perkara : pertama yaitu berhenti dari maksiat seketika itu juga, lalu yang kedua merasakan menyesal sedalam-dalamnya atas perbuatan yang salah itu, dan yang terakhir memiliki tekad teguh untuk tidak mengulangi nya lagi.27 Sebab itu, maka wajiblah segera taubat dari sekalian dosa, yang diingat ataupun yang tidak diingat.28

Imam Al-Ghazali menjelaskan, bahwa taubat itu ialah: kembali mengikuti jalan yang benar dari jalan sesat yang telah ditempuhnya. Menurut Sa‟id bin AlMusayyab; “Taubat Nashuha ialah menasihati diri karena telah bersalah dan patuh menuruti nasihat itu. Dan Ibnu Katsir berpendapat: "taubat nasuha adalah, taubat

25

Achan Sunarto, Menyibak Dunia Metafisik, hlm.165 Abdul Syukur, Mutiara Hikmah Kitab Madarijus Falakin, hlm.240 27 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, tafsir al-azhar, Hlm. 376 28 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, tafsir al-azhar, Hlm. 377 26

13

yang haq dilakukan sepenuh hati akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya.”29 Dari beberapa pengertian tentang taubat yang telah dipaparkan di atas tadi, penulis menyimpulkan bahwa taubat yang diterima oleh Allah ialah Taubat Nashuha, yaitu taubat yang sebenar-benarnya yang mana taubat itu berlaku untuk siapa saja, bukan hanya untuk orang yang mempunyai dosa saja, namun taubat diperintahkan untuk semua orang. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi akhlak mulia terhadap seseorang, untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer, yaitu aliran Nativisme, aliran Empirisme, dan aliran konvergensi.30 Menurut aliran Nativisme, bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.31 Pembentukan diri Roy yang memiliki sifat berprasangka baik termaksuk dalam aliran Nativisme karena pembawaan dan kecendurangan Roy yang sehari-harinya berakhal mulia. Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak baik, maka baiklah anak

29

Abdul Syukur, Mutiara Hikmah Kitab Madarijus Falakin, hlm.242 Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, hlm 82 31 Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, hlm 90 30

14

itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.32 Ayu yang memiliki sifat kurang baik yang didapati nya dari faktor luar seperti teman-teman yang berkehidupan mewah dan glamor. Aliran lain, yaitu aliran konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawan si anak, dan faktor luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.33 Aliran yang ketiga ini, tampak sesuai dengan ajaran Islam. hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:

ُ ُ‫من ب‬ ْ ‫َوهللاُ أ َ ْخ َر َج ُك ْم‬ َ ‫ألَف َْئِدَة‬ َ َ‫ط ْو ِن أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم ْلََ ت َ ْعلَ ُم ْون‬ َّ ‫شيْأ َّو َجع َل َلُكُ ُُم‬ َ ‫الَّس ْم َع َواْأل ب‬ َ ‫َص‬ َ ْ‫ار َوا‬ َ‫لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬ Artinya : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajara dan pendidikan.34 Adapun faktor yang berasal dari luar dirinya secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, semua yang sampai kepadanya merupakan unsur-unsur yang membentuk akhlak.35 Faktor yang berasal dari luar dirinya yaitu keturunan, lingkungan, rumah tangga, sekolah, pergaulan dengan siapa kita berteman, penguasa atau pemimpinan. Lingkungan merupakan salah satu faktor dari luar yang besar pengaruhnya tehadap 32

Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, hlm 95 Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, hlm 49 34 Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, hlm 97 35 Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, hlm 99 33

15

tingkah laku seseorang. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, juga lingkungan alam. 5. Akhlak Tercela dalam film Azab Rentenir Sadis Ayu merupakan perempuan yang sangat mencintai harta dari apapun itu, Ayu seorang yang sangat hedonisme,sebelum menjalankan bisnis peminjaman uang berunsur riba Ayu selalu meminjam uang kepada temannya, dan ketika memiliki uang banyak dari bisnis peminjaman berunsur riba maka uang itu akan langsung di habiskan untuk belanja baju baru. Hedonisme bearasal dari bahasa Yunani hedone yang berarto “kesenangan” atau “kenikmatan”. Dalam filsafat Yunani, Hedonisme ditemukan oleh Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-355 SM), seorang murid Socrates. Socrates bertanya tentang tujuan terakhir bagi kehidupan manusia, tetapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan tersebut. Aristippos akhirnya menjawab pertanyaan itu, “yang sungguh-sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan ....”.36 Untuk mendapatkan uang Ayu rela melakukan apapun seperti melakukan peminjaman dengan riba yang sangat besar. Ayu sudah berkali-kali di ingatkan oleh Roy dan Ibunya untuk menjauhi riba, karena riba sangatlah berbahaya dan menyusahkan orang lain, tetapi Ayu tidak mendengarkan nasihat dari Roy dan Ibunya. Pintu hati dan pintu pikiran Ayu sudah ditutup oleh kenikmatan dunia sesaat. Karena uang dan gayahidup yang hedonism Ayu sampai seperti ini. Menurut Quraish Shihab, kata riba dari segi bahasa berarti “kelebihan”. Kalau kita hanya berhenti pada makna kebahasaan ini, maka logika yang dikemukakan para penentang riba pada masa Nabi dapat dibenarkan. Ketika itu mereka berkata bahwa “jual beli sama saja dengan riba” (QS. al-Baqarah [2]:275), Allah menjawab mereka dengan tegas bahwa “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Penegasan ini dikemukakan-Nya tanpa menyebut alasan

36

Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag., Akhlak Tasawuf hlm.73

16

secara eksplisit, namun dapat dipastikan bahwa tentu ada alasan atau hikmah sehingga riba diharamkan dan jual beli dihalalkan.37 Para ahli ekonomi Muslim menyebutkan bahwa setiap transaksi kredit atau tawar menawar, dalam bentuk uang atau lainnya, dianggap sebagai transaksi riba apabila mengandung tiga unsur berikut ini yang pertama kelebihan atau surplus di atas modal pinjaman, lalu yang kedua penetapan kelebihan ini berhubungan dengan waktu, dan yan terakhir transaksi yang menjadi syarat pembayaran kelebihan tersebut.38 Selain Ayu memiliki sifat hedonisme, melakukan riba demi mendapatkan uang untuk dibelanjakannya, Ayu juga seorang yang boros dalam mengeluarkan uangnya, dan semua yang dia perbuatan semata-mata hanya ingin dilihat kaya atau dilihat baik oleh orang lain. Seperti Ayu beramal dengan jumlah yang sangat besar tetapi itu hanya dilakukan ketika sedang ada banyak orang saja, dengan maksud ingin dipuji oleh banyak orang.

‫ قال رسول هللا‬: ‫ب عن ا َ ِب ْي ِه عن َج ِد ِه رضي هللا عنهم قال‬ ُ ‫وعن ع َْم ِر وبن‬ ٍ ‫ش َع ْي‬ َ ‫صدَّقْ فِى‬ .ٍ‫س َرفٍ َوالَ َم ِح ْيلَة‬ َ َ ‫س َوت‬ َ ‫غ ْي ِر‬ ْ َ‫صلىاهلل عليه وسلم ُك ْل َواش َْر ْب َوا ْلب‬ }‫ وعلَّقَهُ ِل ْلبُ َخاري‬،‫{اخرجه ابودود واحمد‬ Dari Amr Putra Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata : bersabda Rasulullah SAW, makan, minum, dan berpakaianlah serta bersedekahanlah dengan tidak lebih berlebihan dan bukan tujuan sombong”. (Hadits dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ahmad). Imam Bukhari menyatakan ta’liqnya.39 Pada hakikat sesungguhnya harta benda itu adalah merupakan nikmat yang besar dari Allah SWT. Karena itu berlaku boros dan berroyal dengan harta itu hukumnya haram sebab ada nash yang mencegah hal itu. Demikian juga dihukumi dengan haram kikir membelanjakan harta benda; sebaik-baik penggunaan harta

37

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas berbagai Persoalan Umat, hlm.9 Muhammad Nafik H.R., Benarkah Bunga Haram?, 97. 39 Hasan Ayyub, Etika Islam, hlm 83 38

17

yaitu secara pertengahan dan sedang-sedang, tidak berlebih-lebihan dan berlaku kikir.40 Boros/royal terhadap benda yaitu penggunaan harta benda secara berlebihan tanpa ada manfaatnya baik untuk kepentingan duniawi maupun kepentingan ukhrawi, sehingga kemanfaatan harta itu menjadi sia-sia dan tidak memberikan manfaat, misalnya membuang harta ke dalam lautan atau membakarnya ke dalam api, tidak memetik buah-buahan yang telah masak di pohon sehingga ia menjadi busuk atau rusak dan tidak bisa diambil kemanfaatannya.41 .Sangkin cintanya Ayu terhadap harta, Ayu sampai berani meminjamkan

uangnya kepada ibunya yang sedang sakit lalu ibunya harus membayar dengan seluruh riba yang Ayu tentukan. Perbuatan yang sangat miris ketika seorang anak tidak membantu ibunya yang sedang kesulitan, dan menambah beban ibunya untuk membayar riba. Ayu berkata “Namanya juga usaha peminjaman uang, harus pakai bunga, kalau orang engga serakah sengsara hidupnya”. Allah memerintahkan Kaum Muslimin agar senantiasa berbuat baik dengan berbakti kepada orang tua. Bahkan Dia menyebutkan Perintah ini secara beririgngan dengan perintah untuk beribadah kepada-Nya semata. Ini tentu menunjukkan betapa agungnya perintah tersebut.42 Ayu sangat tidak menghormati ibunya, Ayu selalu membentak ibunya, dan memarahi ibunya karena ibunya tidak memiliki uang. Kesalan-kesalahan kecil yang ibunya perbuat selalu menjadi masalah yang besar bagi Ayu, Ayu tidak berbelas kasih untuk memarahi ibunya, selalu membangkang dan tidak pernah mendengarkan sedikitpun nasihat dari ibunya. Demikian pula nabi muhamad saw memerintahkan kita agar selalu berbakti, berlaku ihsan, dan lemah lembut kepada orang tua. Beliau menjelaskan bahwa

40

Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, hlm 220 Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, hlm 228 42 Tasman Hamami, Akhlak Tasawuf, hlm.27 41

18

berbakti kepada orang tua adalah amal yang sangat dicintai Allah, bahkan adakalanya ia lebih utama daripada bereperang di jalan-Nya.43 “Wahai Rasullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk memohon saran darimu.” Beliau saw bertanya : “Apakah kamu masih memiliki ibu?” Dia menjawab : “bener.” Beliau saw, bersabda : “Tetaplah di sisinya karena sesungguhnya syurga berada dibawah kedua kakinya.” Dan dilain waktu seorang istri mendegar saw bersada : “Orang tua adalah pertengahan pintu syurga, maka kamu boleh menyia-nyiakan pintu tersebut atau memeliharanya.” Diriwayatkan oleh imam ibnu Hibban44 Sesungguhnya berbakti kepada orang tua merupakan salah satu sebab dihapuskannya dosa besar, diterimanya amal, serta sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berbaktilah kepada Orangtua dengan sebaik-baiknya. Niscaya ridha Allah Ta’ala adalah balasan utamanya. Paling tidak, jangan pernah sampai lupa untuk mendoakan keduanya kala kita berdoa. Allah memberikan banyak peluang untuk berbuat baik kepada orang tua atau saudara Muslim lainnya walaupun mereka sudah meninggal dunial.45 Sangat cinta terhadap harta, dan memforsir diri serta berlebih-lebihan dalam mencarinya meskipun dengan jalan yang halal. Walaupun akibat yang timbul dari ambisi terhadap harta hanyalah tersia-sianya waktu dalam hidup ini, padahal memungkinkan bagi manusia untuk memanfaatkan waktu tersebut agar mencapai kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, cukuplah hal tersebut sebagai celaan terhadap perbuatan ambisi terhadap harta. 46 Sudah sangat jelas kita tidak boleh sangat mencitai harta mengejarnya dengan cara yang halal saja tidak dianjurkan apalagi dengan cara haram seperti Riba.

43

Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim, hlm 387 Achan Sunarto, Menyibak Dunia Metafisik, hlm.147 45 Suriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.31 46 Abdurrahman Nuryaman, Adab & Akhlak Islami, hlm. 329 44

19

Ketahuilah wahai hamba Allah yang hatinya dihiasi dengan tawadhu’ (rendah hati) bahwa bencana kesombongan itu sangat besar, orang-orang istimewa binasa di dalamnya, dan jarang orang yang bebas darinya, baik para ulama’, ahli ibadah, atau ahli zuhud. Bagaimana bencana kesombongan itu tidak besar, sedangkan kesombongan itu, dosa pertama yang dengannya Allah Azza Wa Jalla dimaksiati, lalu kesombongan merupakan kawan syirik dan penyebabnya, orangrang yang sombong tempat kembalinya adalah neraka.47 Ketika kita sudah memiliki apa yang orang lain tidak miliki maka kita sepatutnya tidak boleh menyombong kan diri. Kita bisa lihat dari perilaku Ayu yang sangat mencintai harta, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta nya, dan Ayu sampai tega melakukan riba kepada ibunya kandungnya sendiri. Perilaku Ayu ini merupakan akhlak tercela, perilaku Ayu yang seperti ini tidak akan diterima dalam masyarakat, masyarakat pasti akan mengucilkan Ayu. Maka dari itu dapat menanggulangi akhlak yang buruk agar tidak terjadi pada diri kita. Dalam rangka menciptakan akhlak yang baik haruslah disertai dengan iman dan ilmu karena ini adalah merupakan dasar dalam pembentukan akhlak yang baik. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya, pembantu iman adalah ilmu. Maksudnya adalah ketika seseorang berhasrat meneguhkan imannya maka jalannya adalah ilmu. Bahkan dengan sebab ilmu pulalah sebenarnya seseorang dapat menemukan Tuhannya.48 Suara hati berperan untuk memperingatkan manusia dari perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, hatinya merasa tidak senang atau menyesal dan ia memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan yang merupakan kekuatan yang mendorong manusia

47 48

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.102 Hasan Ayyub, Etika Islam, hlm 90

20

melakukan perbuatan yang baik. Ahli etika berpendapat bahwa suara hati itu sering mengingatkan manusia dari kehidupan yang membahayakan dirinya.49 Selain itu juga usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orangtua, dan sayang kepada sesama makhluk. Karena itu jugalah adanya pengaruh aneka spiritual dalam pembentukan akhlak.50 Agar kita dapat terhindar dari akhlak tercela selain dari cara menanggulangi akhlak tercela kita juga harus tau faktor penyebab terjadinya akhlak tercela pada diri seseorang. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.51 Faktor penyebab akhlak tercela yang pertama ialah lemahnya iman. Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang. Iman seseorang merupakan pedoman dan pegangan yang terbaik bagi manusia dalam rangka mengarungi hidup dan kehidupan ini. Iman menjadi sumber pendidikan paling luhur, mendidik akhlak karakter dapat mengatur keseimbangan yang harmonis tersebut manusia dapat mengatur keseimbangan yang harmonis

antara

rohani

dan

jasmani.

Iman

yang

baik

akan

dpat

menimbulkan/membuahkan akhlak yang baik.52 Lalu faktor kedua adalah tabiat atau watak asli. Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut, 49

Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, hlm 102 Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, hlm 110 51 Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.118 52 Abdurrahman Nuryaman, Adab & Akhlak Islami, hlm. 310 50

21

sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya. Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (instink). Naluri merupakan tabiat yang di bawa manusia sejak lahir. Jadi merupakan suatu pembawaan asli.53 Dan faktor yang terakhir adalah lingkungan. Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan lingkungannya.54 Ketika Ayu bersikap akhlak tercela yang akibatnya dapat merugikan dirinya sendiri atau bahkan merugikan orang lain, pasti dari akhlak tercela yang Ayu lakukan akan mendapatkan dampak bagi dirinya. bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim Rahimullah, sebagai berikut. Dampak yang pertama Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan maksiat mematikan itu. Ketika Ayu sudah sangat mencintai harta dan melakukan segala cara seperti riba maka orang disekitarnya akan sangat sulit untuk menasihati Ayu. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertandatanda kehancuran. Ayu yang sudah mendapatkan harta tidak akan pernah merasa puas untuk melipat gandakan uangnya dan akhirnya akan semakin terjerumus oleh dosa. 55 Lalu dampak ketiga untuk orang yang sering melakukan dosa Terhalangnya ketaatan. Ayu yang sudah terjerumus dalam dosa, kenikmatan dunia yang dia dapat dari hasil riba akan melupakan amalan akhiratnya, Ayu sudah mulai meninggalkan

53

Abdurrahman Nuryaman, Adab & Akhlak Islami, hlm. 313 Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak, hlm.120 55 Ayyub, Hasan. Etika Islam, hlm 50 54

22

sholat lima waktunya. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan. Ketika usaha Ayu untuk mendapatkan uang dicapai dengan cara yang tidak benar maka dalam diri ayu akan menyebabkan kehinaan, sebaliknya jiga usaha Ayu untuk mendapatkan uang diraih nya dengan cara yang baik maka akan terdapat kebanggan pada dirinya.56 Ketika Ayu sudah terjerumus dalam dosa, Ayu sudah nyaman dengan kehidupannya yang bergelimang harta tanpa memikirkan baik buruk usaha untuk mendapatkan hartanya tersebut maka Ayu akan selamanya terjebak dalam dosa itu. Seketika Allah mendatangkan musibah untuk Ayu dan Allah mengambil Ibu Ayu selama-lamanya, disini lah Ayu tersadarkan atas dosa-dosa yang selama ini ia perbuat. Setelah menerima musibah dan cobaan ini akhirnya Ayu bisa bertaubat dan meninggalkan usaha ribanya.57 1. PENUTUP 1. Kesimpulan Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah SAW. Industri perfilman Indonesia sudah semakin berkembang dari masa ke masa. Bukan hanya kuantitas tetapi kualitas perfilman Indonesia sudah sangat bagus. Kualitas berapu nilai-nilai unsur akhlak yang sudah banyak bisa kita ambil hikmah nya untuk kita praktikan di kehidupan masyarakat. Perfilman Indonesia banyak

56 57

Asmaran AS, Pengantar Study Ahlaq, hlm 82 Mas’ari, Anwar. Ahlaq al-Qur’an, hlm 36

23

yang sudah berfokus untuk memberikan dasar-dasar akhlak dalam berperilaku di kehidupan masyarakat dan sudah mengurangi unsur pornografi. Akhlak mulia yang dapat kita ambil dari film Azab Rentenir Sadis ini sangat banyak.Bukan hanya menonton film saja kita juga harus memperhatikan isi-isi kebaikan yang ada di dalam film ini untuk kita praktikan di kehidupan masyarakat. Dari film positif seperti ini akhlak masyarakat indonesia sedikit demi sedikit akan berubah menjadi lebih baiklagi. Akhlak tercela dalam film ini menggambarkan akhlak masyarakat indonesia yang biasa kita temui di kehidupan kita. Maka dari itu film ini berperan untuk mengubah dan menyadarkan masyarakat Indonesia untuk merubah sikap dan sifatnya agar tidak seperti yang ada di film ini. Jangan contoh keburukan yang ada di film ini tapi mari ambil hikmah yang ada di film ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Marzuki. 2009.Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Yogyakarta: Debut Wahana Press. 2. Mustofa. 2014. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia. 3. Al-Sulami. 2007. Tasawuf : Buat yang Pengen Tahu. Jakarta : Erlangga 4. EL-JAZAIRI, Abu Bakar Jabir. 1993. Pola Hidup Muslim. Bandung : Remaja Rosdakarya 5. Sunarto, Achmad. 1996. Meyibak Dunia Metafisik. Bandung : Husaini 6. Bahreisy, Fauzi. 2013. Kembali ke Islam. Jakarta : Zaman 7. Muhammad, Ahmad. 2003. Bercermin pada Akhlak Nabi saw. Bandung : Pustaka Hidayah

24

8. Tebba, Sudirman. 2008. Bekerja dengan Hati. Jakarta : Bee Media Indonesia 9. Sahriansyah. 2014. Ibadah Dan Akhlak. Banjarmasin : IAIN Anatasari Press 10. Abdullah, Yatimih. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif AlQuran. Jakarta : Amzah 11. Malik, Abdul. 2009. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : Amzah 12. Anwar, Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia 13. Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas berbagai Persoalan Umat. Bandung : Mizan 14. Nafik Muhammad. 2009. Benarkah Bunga Haram. Surabaya : Amanah Pustaka 15. Hamami, Tasman. 1996. Akhlak tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada 16. Ihsan, Ummu. 2015. Aktualisasi Akhlak Muslim. Jakarta : Pustaka Imam Asy-syafi’i 17. Syukur, Abdul. 2003. Mutiara Hikmah Kitab Madarijus Falikin. Jakarta : Najla Press 18. Nuryaman, Abdurrahman. 2015. Adab & Akhlak Islami. Jakarta : Darul Haq 19. Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset 20. Departemen Penerangan RI. 1991. Festival Film Indonesia 1985-1990. Jakarta : Direktorat Publikasi 21. Mohamad, Goenawan. 1981. Film Indonesia: Catatan Tahun 1974. Jakarta : Sinar Harapan 22. Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi, dan Milier. Yogyakarta : Media Pressindo 23. Salim, Abdullah. 1994. Akhlaq Islam. Jakarta : Media Da’wah 24. Mansyhur, Kahar. 1994. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Rineka Cipta 25. Ghazali, Muhammad. 1993. Akhlak Seorang Muslim. Semarang: Wicaksana

25

26. Al-Abrasy, Muhammad. 1974. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang 27. Ayyub, Hasan. 1994. Etika Islam. Bandung: Trigenda Karya 28. Mas’ari, Anwar. 1990. Ahlaq al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu 29. Asmaran AS. 1992. Pengantar Study Ahlaq. Jakarta: Rajawali Pers

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "lisa evangelista"