HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT ANALGETIK NARKOTIK KELOMPOK 1 : Muslikha Tsalatsa Mukharomi
1617000411
Salsabiela Quintanuha Meisa
1617000581
Putri Sukawati
1617000621
Safira Alya Hanun
1617000631
Adi Satria Wibowo
1617000691
Amanda Kusumaning Astari
1617000701
Siti Aminah
1617000771 S1 FARMASI B
Analgetika Narkotik • Merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang sedang ataupun berat, seperti rasa sakit akibat kanker, serangan jantung akut, pasca operasi dan kolik usus atau ginjal. • Sering digunakan untuk paramedikasi anestesi bersama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi. • Over dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernafasan • Menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal Turunan metadon
Turunan morfin Analgetik Narkotik Turunan meperidin
Turunan lain-lain
2
Mekanisme kerja
Efek analgetik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord Rangsangan reseptor menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk Menurut Beckett dan Casy, reseptor turunan morfin mempunyai 3 sisi yang sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgetik, yaitu : 1) Struktur bidang datar, yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der waals 2) Tempat anionik, yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat 3) Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk bagian –CH2 dari proyeksi cincin peperidin, yang terletak didepan bagian yang mengandung cincin aromatik dan pusat datar
4
• Morfin didapat dari opium, getah kering tanaman papaver somniferum • Opium mengandung ± alkaloida, diantaranya : morfin, noskapin, papaverin tebain, narcein • Morfin digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang hebat,missal: serangan jantung akut • Menimbulkan efek euforia sehingga disalah gunakan • Efek kecanduan terjadi sangat cepat • Diikat oleh protein plasma ± 2030% • Waktu paro eliminasi 2,9± 0,5 jam • Dosis oral 20-25mg, setiap 4 jam. i.m atau s.c 10mg/70kg bb 5
Mekanisme Morfin Mengikat dan mengaktivasi reseptor mikro opioid pada sistem saraf pusat. Opioid memperlihatkan efek utamanya berinteraksi dengan reseptor opioid pada SSP dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel saraf menghambat peletupan saraf dan menghambat presinaptik pelepasan transmitter Morfin bekerja µ daklam lamina 1 dan lamina 2 dari subsantia gelatinosa medulla spenalis dan menurunkan pelepasan substansi p, yang memodulasi persepsi nyeri dalam medulla spinalis
Struktur umum morfin
7
Hubungan Struktur dan Aktivitas Turunan Morfin • Eterifikasi dan esterifikasi gugus OH fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, menaikkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang. • Eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau pergantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitas • Pengubahan gugus OH alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara drastis. 8
Lanjutan • Pengubahan konfigurasi OH pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik. • Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi dibanding morfin • Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik. • Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan aktivitas. • Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas. • Demetilasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan aktivitas. 9
Lanjutan • Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif. • Asetilasi kedua gugus hidroksil morfin menghasilkan heroin (diasetilmorfin). • Efek analgesik dan euforianya lebih tinggi dibanding morfin. • Kecenderungan kecanduan heroin terjadi lebih cepat dan efek samping jauh > dibanding morfin. • Heroin sering disalahgunakan, sehingga digolongkan sebagai obat terlarang.
10
Meski struktur tidak berhubungan dengan struktruk morfin, tetap masih menunjukkan kemiripan karena mempunyai pusat atom C kuarterner, rantai etilen, gugus N tersier dan cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik
Mekanisme Mengikat reseptor opioid terutama reseptor alfa 11
Hubungan Struktur dan Aktivitas Turunan Meperidin
12
13
Meperidin (Pethidin = Dolantin) • Digunakan mengurangi sakit pada obstetri • Untuk pramedikasi pada anestesi • Digunakan sebagai pengganti morfin untuk pengobatan penderita kecanduan turunan morfin karena mempunyai efek analgesik seperti morfin tetap kecenderungan kecanduan lebih rendah
• Penyerapan dalam saluran cerna cukup baik • 40-50% diikat oleh protein plasma • Kadar plasma tertinggi dicapai dlm 1-2 jam • Waktu paro plasma 5 jam • Dosis oral, i.m dan s.c.: 50-100mg, dapat diulang setiap 3 -4 jam
14