Kelompok 1
Kelompok 1
Kelompok 1
Namira Rahman
• Budi Agung • Deviriawan Baswan
Mahisya Afny Erwin Rahardi
Hardiansya
Idham
By. Kelompok I
Didalam dunia teknik sipil, terdapat berbagai macam konstruksi bangunan seperti gedung, jembatan, drainase, waduk, perkerasan jalan, dan sebagainya. Semua konstruksi bangunan tersebut tidak terlepas dari resiko kegagalan yang akan terjadi pada struktur tanah yang mendukung/menopang bangunan di atasnya. Analisis potensi likuifaksi ini bermanfaat untuk menghindari penurunan dan disertai keruntuhan bangunan pada saat terjadi gempa. Potensi terjadinya likuifaksi pada lapisan pasir dapat dikurangi dengan membuat stone column (kolom batu) yaitu untuk memberi kesempatan lapisan pasir dapat terdissipasi.
Munirwan (2005: 1) mengemukakan bahwa likuifaksi adalah gejala
keruntuhan struktural tanah akibat menerima beban cyclic (berulang) dimana beban ini menimbulkan perubahan-perubahan di dalam deposit tanah pasir, berupa peningkatan tekanan air pori sehingga kuat geser tanah menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali (loose of strength) sehingga tanah pasir akan mencair dan berperilaku seperti fluida.
Pada prinsipnya likuifaksi dan penurunan itu beda, likuifaksi
adalah hilangnya kekuatan tanah akibat meningkatnya air pori yang diakibatkan oleh getaran gempa bumi. Sedangkan penurunan itu sendiri diakibatkan oleh pergeseran, penggelinciran, dan terkadang juga kehancuran partikel-partikel tanah pada titik tertentu.
Pembebanan Monotonic
Pembebanan Cyclic Pembebanan yang bersifat Shock Wave
Pembebanan monotonic yang biasanya terjadi pada tanah lempung yang mengalami tekanan dari gaya rembesan air atau arus pasang sehingga menimbulkan gejala quick clay, sebagai akibatnya tanah lempung kehilangan kekuatan gesernya yang dikenal dengan nama static liquefaction. Kondisi ini walaupun mungkin tetapi jarang terjadi.
Pembebanan cyclic yang biasanya terjadi pada tanah pasir jenuh air yang mengalami getaran gempa sehingga pasir kehilangan daya dukungnya yang dikenal dengan cyclic liquefaction. Kondisi ini lazim terjadi di lapangan.
Pembebanan yang bersifat shock wave yang biasa terjadi pada tanah pasir kering berbutir halus yang mengalami getaran gempa yang bersifat shock wave atau getaran dari bom sehingga menimbulkan gejala fluidization yang berupa longsoran tanah yang dikenal dengan nama impact liquefaction. Kondisi ini juga jarang ditemukan, karena pada umumnya terjadi bila kondisi pasir jenuh.
Sebelum terjadi gempa, tekanan air di dalam tanah relatif rendah. Namun, pada saat terjadi gempa, getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan air ke titik di mana partikel-partikel tanah dapat dengan mudah bergerak sehingga ikatan antar partikel lapisan pasir tersebut menjadi luruh. Ketika hal itu terjadi, kekuatan tanah akan berkurang, sehingga tanah tersebut tidak mampu lagi untuk menopang beban bangunan di atasnya.Oleh karena itu proses likuifaksi ditandai dengan munculnya semburan air dan pasir dari dalam tanah (sand boiling).
Jika mengamati proses terjadinya Likuifaksi sebenarnya mudah,
namun permasalahan utamanya adalah likuifaksi ini tidak dapat dideteksi dulu berbeda dengan tsunami yang bisa dideteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat bergantung pada getaran dan juga gempa, sehingga anda tidak bisa menilai bahwa gempa tersebut bisa menyebabkan pencairan tanah atau tidak.
Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi
di zona dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi. Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang dekat dengan laut atau pantai. Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir. Maka likuifaksi bisa terjadi begitu saja.
Tanah bergeser, khususnya rumah dan bangunan yang ada diatasnya akan roboh atau ikut bergeser
Permukaan tanah menjadi turun dan membuat perbedaan permukaan (akhirnya area tersebut akan seperti bukit ada yang turun dan naik permukaannya)
Material diatas tanah dapat hanyut semua