1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kelompok 1 Novia Teresa Heppi Muliana Situngkir Jenita Kamsya Bakara NoveliaSitompul Gracia Fransiska Hasibuan Iestin Bernice Harefa Yuleen Natasya Telaumbanua Agenia Itoniat Zega Francine Angelica V. B Siregar Quinta G. E Sihotang Cindy Meilani Tambunan Graicia Agustina Sihombing Fitri Octaviani Br. Pasaribu Cindy Nadia Pasaribu Winda Feri Wiranata Haloho Sumiati Petronella Br. Sitinjak Hot Retta Sinaga Gohizisokhi Halawa Elfrida Trisilia Gulo
(032017001) (032017007) (032017013) (032017019) (032017025) (032017031) (032017037) (032017044) (032017050) (032017056) (032017062) (032017068) (032017074) (032017081) (032017087) (032017094) (032017100) (032017107) (032017113)
Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latinad alescere, yang berarti “bertumbuh.” Sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik.
Menerima citra tubuh Menerima identitas seksual Mengembangkan system nilai personal Membuat persiapan untuk hidup mandiri Menjadi mandiri/bebas dari orangtua Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan Mengembangkan identitas seorang yang dewasa
Remaja Tahap Awal (Usia 10-14 tahun) 2. Remaja Tahap Menengah (Usia 15- 16 Tahun) 3. Remaja Tahap Akhir (Usia 17- 21 Tahun) 1.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologi, psikologi personal dan lingkungan.
1. Perilaku Manusia Perilaku yang berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan mortalitas remaja memiliki tema yang sama, yakni mengambil resiko. Mengambil resiko didefinisikan sebagai perilaku disengaja yang hasil akhirnya tidak pasti (Irwin, 1989) Dua alasan remaja tahap awal memilih untuk aktif secara seksual adalah meningkatnya gairah seksual dan semakin dininya awitan menarke, yang kini terjadi antara usia 10 dan 12 tahun. 2. Kontrasepsi Rata-rata remaja menjadi aktif secara seksual 15 bulan sebelum mulai menggunakan kontrasepsi secara regular.Menurut White dan Kellinger (1989), sebagian besar remaja berhenti menggunakan kontrasepsi dalam tahun pertama setelah pertama kali menggunakannya.
3. Aborsi Alasan paling umum yang diberikan remaja untuk tidak memberitahukan orangtua mereka adalah keinginan untuk mempertahankan hubungan mereka dengan orangtua dan keinginan untuk melindungi orangtua merekadari stress dan konflik
4. Pendidikan Seks Orantua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anakanakya karena beberapa alasan, seperti: Orantua tidak memililki informasi yang adekuat Orangtua tidak merasa nyaman dengan topik seks Para remaja tidak merasa nyaman bila orangtua mereka membahas seks. Survei nasional pada orangtua menunjukkan bahwa semakin banyak orangtua mendukung dimasukkannya pendidikan seks pada usia dini (Center for Disease Control and Prevention, 1991, Donovan, 1989 Rosoff, 1989). Program pendidikan seks harus dimulai sebelum masa pubertas dan beberapa orang menyarankan supaya program tersebut dimulai dini, yakni sejak kanak-kanak.
5. Hubungan Seksual Menurut Soetjiningsih, 2004 dalam buku Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: a. Waktu/ saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak memahami tentang apa yang akan dialaminya. b. Kontrol sosial kurang tepat yaitu telalu ketat atau terlalu longgar. c. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam. d. Hubungan antar mereka makin romantis. e. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
6. Penyakit Hubungan Seksual dan Human
Immunodeficiency Virus
Human Immunodeficiency Virus Remaja memiliki risiko terendah terpajan penyakit human immunodifeciency virus (HIV), kecuali bila mereka dianiaya secara seksual orang orang dewasa yang HIV
Kehamilan pada masa remaja menghentikan proses pembentukan identitas dan tugas perkembangan. Mencoba secara simultan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa hamil dan pada masa remaja normal dapat sangat menyulitkan. Beban psikologis dapat menyebabkan depresi dan penundaan dapat memperoleh identitas seorang yang dewasa. Pencegahan primer, sekunder, dan tersier di perlukan untuk mencegah kehamilan pada usia remaja.
Banyak faktor resiko terkait dengan kehamilan pada remaja, termasuk status sosio-ekonomi yang rendah, status minoritas etnis, dibesarkan dalam keluarga dengan satu orang tua, pendidikan rendah, aspirasi pekerjaan yang rendah, dan dibesarkan dalam masyarakat yang memiliki angka tinggi untuk semua faktor ini. Remaja yang hamil sebelum tamat SMU ratarata mengalaminya dua tahun sebelum mereka lulus.Remaja berusia kurang dari 16 tahun memiliki resiko lebih besar untuk hamil (McAnarney, Hendee, 1989b). Remaja hamil seringkali memperpanjang periode waktu antara mencurigai bahwa mereka hamil dan memastikan kehamilan tersebut.Hal ini biasanya disebabkan mereka menyangkal bahwa mereka hamil.Karena para remaja tidak rela mencurigai bahwa diri mereka hamil, para petugas kesehatan harus secara langsung menanyai remaja tentang aktivita seksual mereka dan mendiskusikan pentingnya pemeriksaan dini jika dicurigai terjadi kehamilan (Bluestin, Rutledge,1992).
1. 2. 3.
Menerima realitas biologis kehamilan Menerima realitas tentang bayi yang belum dilahirkan Menerima realita menjadi orangtua
Transisi menjadi orangtua mungkin sulit bagi orangtua yang masih remaja.Koping dengan tugas tugas perkembangan orangtua sering kali diperburuk oleh kebutuhan dan tugas perkembangan remaja yang belum dipenuhi.Remaja dapat mengalami kesulitan dalam menerima perubahan citra diri dan menyesuaikan peran peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi
1.
2. 3. 4.
Menyatukan gambaran anak yang dibayangkan dengan anak yang sesungguhnya, Menjadi terampil dalam aktivitas merawat, Menyadari kebutuhan bayi, dan Menyatukan bayi kedalam keluarga.
Masa usia subur pada keluarga berpenghasilan rendah seringkali dilalui tanpa dukungan dan kehadiran ayah bagi bayi yang baru lahir .bagi remaja tahap awal, anggota keluarga lain dapat berperan penting dalam perawatan bayi. Seringkali nenek bayi tersebut mendukung, melatih , atau mengawasi ibu remaja ini saat ia mempelajari peran ibu. Seringkali nenek si bayi melakukan peran petugas kesehatan primer karna ia berpikir putrinya terlalu muda atau tidak dapat mengambil keputusan yang penting sebagai pengasuh.
Kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab utama remaja puteri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran dan kemiskinan.Akibatnya, orangtua remaja ini seringkali gagal menyelesaikan pendidikan dasar mereka, memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi menghasilkan pemghasilan yang terbatas. Dana yang diberikan bantuan untuk Anak-anak yang mebutuhkan ( Aid to Dependent Children (ADC) ) seringkali tidak memberi dukungan yang memadai bagi perkembangan optimal Anak-anak Penelantaran anak, penganiayaan anak, serta perpisahan dan percerain terjadi dua sampai empat kali lebih sering terjadi diantara wanita yang menikah pada usia remaja daripada wanita yang menikah saat berusia 20 tahunan
Remaja tahap awal yang beresiko paling besar untuk menghadapi masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak.Karena remaja tahap awal cenderung memulai perawatan prenatall lebih lambat daripada remaja berusia lebih tua dan wanita dewasa, mereka memiliki resiko tinggi. Memperoleh perawatan prenatal lebih lambat dapat menyebabkan ibu tidak memiliki cukup waktu ( sebelum melahirkan ) untuk mengatasi masalah-masalahnya. Remaja kelompok ini juga memiliki resiko lebih bersar untuk mengalami kondisi yang berhubungan dengan kehamilan pertama (misalnya, hipertensi kehamilan). Jika perawatan prenatal dilakukan secara dini dan konsisten dan factor resiko yang tinggi diperhitungkan (misalnya, factor sosioekonomi), resiko ibu dan bayi akan sama dengan rasiko wanita hamil yang berusia lebih tua. Untuk mengurangi resiko dan konsekuensi kehamilan pada remaja, perawat perlu melakukan perawatan prenatal dini dan berkesinambungan
Remaja tahap awal yang beresiko paling besar untuk menghadapi masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak.Karena remaja tahap awal cenderung memulai perawatan prenatall lebih lambat daripada remaja berusia lebih tua dan wanita dewasa, mereka memiliki resiko tinggi. Remaja kelompok ini juga memiliki risiko lebih bersar untuk mengalami kondisi yang berhubungan dengan kehamilan pertama (misalnya, hipertensi kehamilan). Untuk mengurangi resiko dan konsekuensi kehamilan pada remaja, perawat perlu melakukan perawatan prenatal dini dan berkesinambungan dan bila perlu, merujuk remaja tersebut ke pelayanan yang yang mendukungnya secara sosial serta dapat memperbaiki lingkungan sosial ekonomi yang negatif.