PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK SERTA SEBAGAI INTERVENSI KEPERAWATAN Dosen Pengampu: Pri Astuti,A.Kep
Di Susun Oleh: Kelompok 3
Ardhana Reswarini
Ossylavita Ernia W
Putri Ulil K
Siti Kaswati
Siti Nuryati
Syafrial Banaradim
Tlaga Mustika
D3 KEPERAWATAN 2B STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TP 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Peran Bermain Dalam Perkembangan Anak Serta Sebagai Intervensi Keperawatan” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini.Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.
Kudus, 09 Februari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1 C. Tujuan .................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian & Tujuan Bermain, Fungsi Bermain.................................................2 B. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Pada Anak ...............................2 C. Klasifikasi Bermain Menurut Isinya ...................................................................3 D. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial.…………………………...4 E. Klasifikasi Bermain dan Alat Permainan Edukatif Menurut Tahap Usia….….5 F. Aktifitas Bermain sebagai Intervensi Keperawatan………………………...…6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................................6 B. Saran ...................................................................................................................6 Daftar Pustaka .......................................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN a. Apa Pengertian & Tujuan Bermain, Fungsi Bermain? b. Apa Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Pada Anak? c. Bagaimana Klasifikasi Bermain Menurut Isinya? d. Bagaiman Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial e. Bagaimana Klasifikasi Bermain dan Alat Permainan Edukatif Menurut Tahap Usia? f. Bagaimana Aktifitas Bermain sebagai Intervensi Keperawatan? C. RUMUSAN MASALAH a. Mengetahui Pengertian & Tujuan Bermain, Fungsi Bermain. b. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Pada Anak. c. Mengetahui Klasifikasi Bermain Menurut Isinya. d. Mengetahui Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial. e. Mengetahui Klasifikasi Bermain dan Alat Permainan Edukatif Menurut Tahap Usia. f. Mengetahui Aktifitas Bermain sebagai Intervensi Keperawatan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian & Tujuan Bermain, Fungsi Bermain
Pengertian Bermain A. Definisi Bermain Menurut Para Ahli Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli, mendefinisikan konsep bermain berbeda-beda menurut perspektif masingmasing.Berikut ini adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli.para ahli. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu: a. Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan . b. Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa. c. Menyenangkan dan dapat menikmati. d. Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas e. Melakukan secara aktif dan sadar (DWP, 2005). 1. Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain adalah ”kegiatan yang menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. 2. Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian. a. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. b. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah. 8. Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi bermain adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. 3. Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17) bermain adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. 4. Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain : a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya Berdasarkan beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Tujuan Bermain Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik, sosial, dan komunikasi, Diana Mutiah (2010:146). Kegiatan bermain memengaruhi enam aspek perkembangan anak meliputi : aspek kognisi, sosial, emosional, komunikasi, kesadaran diri, dan keterampilan motorik Catron dan Allen (Diana Mutiah2010:146). Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, Diana Mutiah (2010:92). Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Bermain akan memengaruhi perkembangan anak melalui tiga cara Vygotsky (Diana Mutiah 2010:146) yaitu bermain dapat menciptakan suatu kemampuan yang potensial pada anak kepada kemampuan yang aktual, memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran dari objek dan aksi, dan mengembangkan penguasaan diri.
Masih menurut Diana Mutiah 2010:146, tujuan bermain ditinjau dari aspek perkembangan dapat dioptimalkan, antara lain adalah : a. Bermain untuk Pengembangan Kognisi Anak. 1). Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan Anak-anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain Bredekamp dan Coople (Diana Mutiah 2010:149). 2). Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Proses ini terjadi ketika anak bermain peran dan bermain pura-pura. Vigotsky (Diana Mutiah 2010:148) menjelaskan bahwa anak sebenarnya belum berpikir abstrak. Makna dan objek masih berbaur menjadi satu. Ketika anak bermain telepon-teleponan, anak belajar bagaimana memahami perspektif orang lain, menemukan strategi bermain bersama orang lain, dan memecahkan masalah. 3). Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif Bermain mendukung tumbuhnya pikiran kreatif, karena dalam bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai belajar membuat identifikasi tentang banyak hal, belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri dan belajar mengenali makna sosial dan keberadaan diri di antara teman sebaya.
b. Bermain untuk Pengembangan Sosial-Emosional 1). Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak-anak yang bermain mesti berpikir tentang bagaimana mengorganisasi materi sesuai dengan tujuan mereka bermain. Anak-anak yang bermain “dokter-dokteran“. Misalnya, harus berpikir di mana ruang dokter, apa yang digunakan sebagai stetoskop anak juga akan memikirkan tugas dokter dan mempertimbangkan materi-materi tertentu, seperti warna, ukuran, dan bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan. Selama bermain itu, menurut Catron dan Allen (Diana Mutiah 2010:149), anak menemukan pengalaman baru, manipulasi benda dan alat-alat, berinteraksi dengan anak lain, dan mulai menyusun pengetahuan tentang dunia.
2). Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak Menurut Catron dan Allen dalam buku yang sama, bermain mendukung perkembangan sosialisasi, seperti : interaksi sosial, kerjasama, menghemat sumber daya dan peduli terhdap orang lain.
3).
Bermain
membantu
anak
mengekspresikan
dan
mengurangi
rasa
takut.
Suatu studi melaporkan adanya reaksi sekelompok anak setelah menyaksikan kecelakaan di taman bermain dan mendeskripsikan bagaimana melampiaskan tekanan itu melalui bermain, Brown, dkk dalam brewer (Diana Mutia, 2010:150). Anak-anak dalam kelompok yang berbeda, tetapi setiap kelompok mengungkapkan ketakutan mereka dan mencoba membebaskan melalui permainan ”rumah sakit-rumah sakitan“ atau permainan lain yang menceritakan orang yang kesakitan.
c. Bermain untuk Pengembangan Motorik 1). Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik kasar anak. Melalui bermain, dapat mengontrol motorik kasar. Pada saat bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, meloncat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respon untuk irama. 2). Bermain membantu anak menguasai keterampilan motorik halus. Melalui bermain anak dapat mempraktikan keterampilan motorik halus mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat.
d. Bermain untuk Pengembangan Bahasa / Komunikasi. 1). Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi Bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul. Terlebih-lebih dalam bermain peran memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk menunjang perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Bahkan bermain peran
memiliki andil yang besar bagi perkembangan kognitif, emosi, dan sosial anak Bredekamp dan Coople (Diana Mutiah 2010:152).
2). Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua. Bermain juga menyediakan konteks yang aman dan memotovasi anak untuk belajar bahasa kedua Heart dalam Bredekamp dan Coople (Diana Mutiah 2010:152), karena pada saat bermain, anak-anak mempraktikan serpihan-serpihan bahasa lain, seperti “Hello, how are you ? (Hallo, apa kabarmu)“ Oleh karena itu serpihan-serpihan bahasa memberi efek kebanggaan, anak-anak semakin terpacu untuk menambah kosakata bahasa kedua tersebut. Fungsi Bermain 1. Perkembangan sensori motorik (membantu perkembangan gerak) 2. Perkembangan Kognitif (membantu mengenal benda di sekitarnya). 3. Perkembangan Sosial (belajar berinteraksi dengan orang lain). 4. Terapi (kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan tidak enak) 5. Sebagai alat komunikasi (seperti menggambar, melukis)
B. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Pada Anak 6 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bermain Anak Menurut Elizabeth Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kesehatan Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif daripada pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya lebih aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan banyak energi.
2. Perkembangan Motorik Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan keterampilan dan koordinasi motorik. Dengan demikian anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan lebih banyak memilih kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya anak yang kurang terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif.
3. Intelegensi Anak yang memiliki intelegensi yang baik (pandai/cerdas) cenderung akan menyukai baik kegiatan bermain aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang pandai akan lebih aktif daripada anak yang tidak pandai. Anak ynag pandai juga akan lebih kreatif dan penuh rasa ingin tahu sehingga meeeka suka dengan permainan yang membutuhkan kemampuan problem solving missal puzzle yang melibatkan daya fantasi dan imaji seperti drama, permainan konstruktif seperti lego dan balok juga permainan membaca buku dan musik.
4. Jenis Kelamin Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat kecenderungan perbedaan antara anak laki laki dan perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Perbedaan ini terjadi secara ilmiah
dan di tentukan secara genetik, tetapi juga dapat muncul juga karena adanya perbedaan perlakuan yang di terima oleh anak laki laki dan anak perempuan sejak merea bayi. Anak laki laki cenderung menyukai kegiatan bermin aktif tetapi anak perempuan menyukai permainan perempuan konsuktrif dan permainan lainya yang bersifat tenang. Berbagai kecenderungan umum belum tentu terjadi pada setiap anak karena pasti akan terjadi perbedaan perbedaan pada setiap individu mengingat manusia adalah mahluk yang unik. 5. Lingkungan dan Taraf Sosial Ekonomi Lingkungan dan taraf social ekonomi akan mempengaruhi jenis kegiatan bermain dan alat permainan yang di gunakan oleh anak. Anak kota dengan anak desa menggunakan alat permainan yang betbeda. Misal anak kota bermain dengan mobil mobilan bertenaga baterai, computer dan video games sedangkan anak desa bermain dengan mobil mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, sera bermain dengan daun, ranting kayu dan bahan lainya. 6. Alat Permainan Ketersediaanberbagai alat permainan yang di miliki anak akan mempengaruhi jenis kegiatan bernmain, perlu kiranya di sediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara jenis permainan. Hal ini akan berdampak positif bagi semua aspek perkembanganya. C. Klasifikasi Bermain Menurut Isinya
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dlm kelompok permaianan, tetapi anak bermain sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya tida ada sosialisasi.
D. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dlm kelompok permaianan, tetapi anak bermain sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya tida ada sosialisasi.
Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
E. Klasifikasi Bermain dan Alat Permainan Edukatif Menurut Tahap Usia a.
Bayi
Tumbuh kembang saat bayi sangat pesat, maka berikan mainan yang berbeda. Yang menonjol pada waktu bayi yaitu affective play dan sense of pleasure play. b.
1 bulan
visual : lihat dari jarak jauh, gantungkan benda yang terang/menyolok. Auditory : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam. Tactile : dipeluk, digendong. Kinetik : diayun, kereta untuk jalan-jalan. c.
2 – 3 bulan
Visual : beri objek warna terang, bawa bayi ke ruangan berbeda, letakan bayi agar dapat memandang sekitar. Auditory : biacara dengan bayi, beri mainan yang berbunyi, ikut sertakan dalam pertemuan keluarga
Tactile : membelai waktu memandikan, sisir rambut dengan lembut, gosok dengan lotion atau dengan bedak. Kinetik : jalan-jalan dengan kereta, gerakan berenang. d.
4 – 6 bulan
visual : beri cermin, bawa nonton TV, beri mainan dengan warna terang. Auditory : ajak bicara, ulangi suara-suara yang dibuatnya, panggil namanya, remas kertas dekat telinganya, letakan mainan berbunyi dekat telinganya. Tactile : beri mainan berbagai tekstur lembut, kasar, bermain air, masukan ke dalam bak mandi. Kinetik : Bantu telungkup, sokong waktu duduk, tunjukan bangunan-bangunan agak jauh, bermain bola, Beri mainan yang dapat ditarik/didorong e.
Mainan yang dianjurkan pada bayi umur 6 –12 bulan
Blockles dengan warna terang dan menyolok, bola besar, mainan yang dapat didorong/ditarik, boneka berbunyi, balon. f.
Toddler (2-3 tahun) : mulai berjalan, memanjat, lari; dapat memainkan sepatu dengan
tangannya; senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu; perhatiannya sangat singkat; mulai mengerti memiliki “milikku’; toddler selalu bertengkar memperebutkan mainan. g.
Preschool ( 3 – 6 tahun ) : anak sangat aktif dan imaginative, mulai terbentuk
perkembangan moral, dapat melompat. Karakterisitik bermain preschool adalah : peralatan rumah tangga, sepeda roda tiga, lilin, boneka, buku-buku dengan kata-kata simple, alat olah raga, kapal terbang,mobil truk. h.
Usia ( 6 – 12 tahun ) :
-
Bermain dengan kelompok, dapat belajar dengan aturan-aturan kelompok.
-
Belajar mandiri, kooperative bersaing, menerima orang lain dan tingkah laku yang
diterima. -
Bermain tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan fisik, intelektual, fantasi,
tetapi anak mulai membentuk club serta persatuan dalam tim. -
Karakteristik “cooperative play”, mechanical serta Mother Roles : keduanya senang
membaca.
Mainan untuk usia sekolah : usia 6 – 8 tahun adalah kartu, boneka, alat-alat untuk melukis, alat-alat olah raga, buku-buku, sepeda; mainan usia 8 –12 tahun adalah : buku, mengumpulkan perangko, main kartu, olah raga : berenang, sepeda, sepatu roda, pingpong. i.
adolescense :
-
Anak lebih dekat dengan kelompok luar.
-
Permainan : sepak bola, badminton, buku, basket, mendengar musik.
Dalam memilih permainan, orang tua harus dilibatkan sehingga anak merasa seperti dirumah sendiri dan dapat bermain dengan kelompok, anak mudah mengekspresikan perasaan, diskusi. F. Aktifitas Bermain sebagai Intervensi Keperawatan Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindak operatif. Contoh dari terapi bermain antara lain: a. Bermain mengamati/menyelidiki, yaitu perhatian pertama anak pada alat bermain. b. Bermain Konstruksi, biasanya dilakukan pada anak berumur 3th. c. Bermain drama d. Bermain fisik
A. Keuntungan bermain di Rumah Sakit 1. Meningkatkan hubungan perawat pasien di Rumah Sakit 2. Dapat mengekspresikan perasaan tidak enak, misalnya : takut sendirian, rasa marah. 3. Memulihkan rasa mandiri pada anak, dengan kegembiraan dalam bermain. 4. Bermain terapeutik : dapat meningkatkan penguasaan pengalaman yang traumatic, misalnya : peran perawat, dokter. 5. Membina tingkah laku positif di Rumah Sakit terhadap perawat. Di rumah Sakit selain mendapat pengalaman traumatic juga dapat bermain seperti anak lain. 6. Alat berkomunikasi antara perawat – pasien yaitu cerita gambar. B. Prinsip Bermain di Rumah Sakit :
1. Tidak banyak membutuhkan energi 2. Permainan simple 3. Kegiatan yang singkat waktunya 4. Mempertimbangkan keamanan : perlukaan, infeksi silang. 5. Kelompok umur yang sama. 6. Melibatkan orang tua 7. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan 8. Semua alat bermain harus dicuci larutan desinfeksi.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social.Oleh karena itu bermain merupakan media belajar bagi anak.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA http://sis-doank27.blogspot.co.id/2010/04/konsep-bermain-pada-anak.html http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/mempengaruhi-perkembangan-bermain-anak.html http://fourseasonnews.blogspot.co.id/2012/07/faktor-yang-mempengaruhi-aktifitas.html