Kasus Kalazion Baru.docx

  • Uploaded by: Edwin Andreas Nugraha
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Kalazion Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,075
  • Pages: 18
LAPORAN KASUS BESAR SEORANG PEREMPUAN 43 TAHUN DENGAN OD CHALAZION

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus

: Dr. dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes., FISCM, Sp. M(K)

Pembimbing

: dr. Muhammad Rhema Adinegara

Dibacakan oleh

: Edwin Nugraha Manurung

Dibacakan tanggal : 01 April 2019

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Edwin Nugraha Manurung

NIM

: 22010118220075

Judul Laporan : Seorang Perempuan 43 Tahun dengan OD Chalazion Penguji

: Dr. dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes., FISCM, Sp. M.

Pembimbing

: dr. Muhammad Rhema Adinegara

Semarang, 28 Maret 2019 Penguji Kasus

Dr. dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes., FISCM, Sp. M.

Pembimbing

dr. Muhammad Rhema Adinegara

1

BAB I PENDAHULUAN Palpebra atau kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam distribusi dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.1 Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai ganas, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti ektropion atau entropion. Kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.1 Hordeolum dan Chalazion adalah beberapa penyakit inflamasi di kelopak mata yang paling umum ditemui dalam praktek klinis. Banyak pasien mencoba mengobati lesi ini secara konservatif menggunakan pengobatan rumah. Seringkali pengobatan tersebut bermanfaat, namun pada kondisi yang menetap, terdapat beberapa individu yang memerlukan penanganan lebih lanjut ke dokter mata.2 Chalazion merupakan radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom, umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang perlahan dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Hordeolum biasanya nyeri, melibatkan kelenjar sebasea palpebra, dan infeksinya karena staphylococcus.1 Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang perempuan, usia 38 tahun dengan diagnosis OD Chalazion.

2

BAB II LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama

: Ny. E

Usia

: 43 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

No. CM

: 88-80-03

Alamat

: Semarang

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

ANAMNESIS Hari/tanggal

: Selasa, 21 Matret 2019 (autoanamnesis) di Poli Mata RS. William Booth, Semarang

Keluhan Utama

: Benjolan pada kelopak mata kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

:

Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata kanan bawah. Awalnya benjolan dirasakan kecil, kemudian lama kelamaan benjolan dirasakan semakin membesar dan tidak disertai nyeri. Keluhan pasien disertai mata gatal, mengganjal (+), tetapi keluhan silau (-), pandangan kabur (-), mata berair (-), mata merah (-), kotoran mata (-), demam (-). Dahulu pasien pernah memiliki keluhan yang sama, kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmas dan sembuh setelah diberi kompres hangat dan obat salep mata, akan tetapi pasien lupa nama obatnya. Namun benjolan ini kemudian muncul lagi dilokasi yang sama dan pasien memeriksakan diri lagi ke puskesmas. Pasien kemudian dirujuk ke RS. William Booth. Riwayat Penyakit Dahulu: 

Riwayat tekanan darah tinggi (+)



Riwayat benjolan kelopak mata sebelumnya (+)



Riwayat radang di kelopak mata sebelumnya disangkal



Riwayat mata merah sebelumnya disangkal



Riwayat kencing manis disangkal



Riwayat alergi disangkal



Riwayat trauma pada daerah mata disangkal 3



Riwayat operasi pada daerah mata disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi: Biaya pengobatan ditanggung JKN non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Fisik (30 Mei 2019) Status Praesens Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis, GCS 15

Tanda Vital

:

a. TD

: 140/98 mmHg

b. RR

: 18x/menit

c. Nadi

: 80x/menit

d. Suhu

: 36,5oC

Kepala

: Tidak terdapat kelainan

Thorax

: Tidak terdapat kelainan

Abdomen

: Tidak terdapat kelainan

Ekstremitas

: Tidak terdapat kelainan

Status Opthamologi Foto Klinis

4

Status Ophtalmologi

Benjolan (+), keras,

Oculus Dexter 5/5 Gerak bola mata ke segala arah baik

Oculus Sinister VISUS BULBUS OCULI

5/5 Gerak bola mata ke segala arah baik

Edema (-), spasme (-), benjolan (-) Edema (-) spasme (-), Tampak benjolan inferolateral, warna sama dengan sekitar, batas tegas, konsistensi padat, permukaan rata, terfiksir Hiperemis (-), sekret (-),

PALPEBRA SUPERIOR

CONJUNGTIVA

Hiperemis (-), sekret (-),

ekhimosis (-), khemosis(-)

PALPEBRALIS

ekhimosis (-), khemosis(-)

Hiperemis (-), sekret (-),

CONJUNGTIVA

Hiperemis (-), sekret (-),

ekhimosis (-), khemosis(-)

FORNICES

ekhimosis (-), khemosis(-)

Injeksi (-), sekret (-)

CONJUNGTIVA BULBI

Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan

SCLERA

Tidak ada kelainan

Jernih

CORNEA

Jernih

Kedalaman cukup

CAMERA OCULI

Kedalaman cukup

PALPEBRA INFERIOR

Edema (-), spasme (-), benjolan (-) Edema (-), spasme (-), benjolan (-)

ANTERIOR Kripte (+)

IRIS

Bulat, central, regular, diameter: 3 mm, refleks

Kripte (+) Bulat, central, regular,

PUPIL

pupil (+)

diameter: 3 mm, refleks pupil (+)

Sedikit keruh

LENSA

Sedikit keruh

(+) cemerlang

FUNDUS REFLEKS

(+) cemerlang

Tidak dilakukan

FUNDUSKOPI

Tidak dilakukan

T(digital) normal

TENSIO OCULI

T(digital) normal 5

RESUME Seorang perempuan 43 tahun datang ke poliklinik mata RS. William Booth semarang dengan keluhan terdapat benjolan pada palpebra inferior dextra sejak 1 bulan yang lalu, awalnya kecil kemudian membesar dan menetap, benjolan tidak terasa nyeri. Mata gatal (+), mengganjal (+), mata merah (-), kotoran mata (-), pandangan kabur (-), mata berair (-).

Mata Kanan 5/5

Mata Kiri VISUS PALPEBRA SUPERIOR

Edema (-), spasme (-), benjolan (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-) spasme (-), Tampak benjolan inferolateral, warna sama dengan sekitar, batas tegas, konsistensi padat, permukaan rata, terfiksir Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA ekhimosis (-), khemosis(-) PALPEBRALIS Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA ekhimosis (-), khemosis(-) FORNICES Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Jernih KORNEA Kripte (+) IRIS Bulat, central, regular, PUPIL diameter: 3 mm, refleks pupil (+) T(Digital) Normal TENSION OCULI

5/5 Edema (-), spasme (-), benjolan (-) Edema (-), spasme (-), benjolan (-)

Hiperemis (-), sekret (-), ekhimosis (-), khemosis(-) Hiperemis (-), sekret (-), ekhimosis (-), khemosis(-) Injeksi (-), sekret (-) Jernih Kripte (+) Bulat, central, regular, diameter: 3 mm, refleks pupil (+) T(Digital) Normal

DIAGNOSIS BANDING  OD Chalazion 

OD Hordeolum



OD Tumor palpebra

DIAGNOSA KLINIS  OD Chalazion TERAPI  Insisi konjungtiva palpebra dan kuretase 6

PROGNOSIS Mata Kanan

Mata Kiri

Quo ad visam

Ad bonam

Ad bonam

Quo ad sanam

Ad bonam

Ad bonam

Quo ad vitam

Ad bonam

Quo ad cosmeticam

Ad bonam

EDUKASI 

Menjelaskan pada pasien bahwa terdapat benjolan pada kelopak mata kanan bawah yang disebabkan peradangan pada kelopak mata karena adanya penyumbatan kelenjar Meibom yang ada dikelopak mata.



Menjelaskan pasien tentang tatalaksana pada kasus ini yaitu insisi dan kuretase.



Menjelaskan pada pasien untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian setelah dilakukan insisi dan kuretase konjungtiva palpebra untuk evaluasi keadaan pasien. Sementara itu pasien disarankan istirahat yang cukup agar proses penyembuhan dapat berjalan dengan maksimal.



Menjelaskan pada pasien agar menjaga kesehatan dan kebersihan mata.



Menjelaskan kepada pasien agar rajin menggunakan obat yang diberikan oleh dokter.

USULAN Kontrol kembali 1 minggu kemudian untuk evaluasi keadaan pasien.

7

BAB III DISKUSI Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi.1

Gambar 1. Anatomi makroskopis kelopak mata.12

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis1,2,8

8

Gambar 2. Anatomi kelopak mata potongan sagittal.13

Tarsus merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).3 Konjungtiva Palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).1,2 Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.1,2,4 Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah 9

fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.1 Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.1,2 Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebralis. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2

Gambar 3. Anatomi mikroskopis kelopak mata potongan sagital.7 Definisi Chalazion Chalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada chalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang 10

mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Chalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang chalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.5,6

Etiologi Chalazion juga disebut sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom. Chalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Chalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.7,8

Epidemiologi Chalazion umum terjadi, namun angka insidensi dan prevalensi nya tidak diketahui secara pasti. Dikatakan bahwa chalazion merupakan lesi inflamasi terbanyak pada kelopak mata dan 13,4% dari seluruh lesi jinak pada kelopak mata merupakan chalazion. Chalazion dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada kelompok usia dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh hormonal terhadap peningkatan sekresi sabaseous dan viskositas pada saat pubertas dan selama kehamilan. Sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang dan kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai

Patofisiologi Chalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Di dalam nodul terdapat sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate plasma, sel polimorfonuklear, leukosit dan eosinofil.1,6 Chalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.2

11

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara Chalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun Chalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.1,6

Gambar 5. Gambaran peradangan granulomatosa pada Chalazion.7

Manifestasi Klinis 1. Benjolan pada kelopak mata, terlokalisir, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan. 2. Adanya pseudoptosis 3. Kelenjar preaurikula tidak membesar 4. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. 5. Pada anak muda dapat diabsorbsi spontan.

12

Gambar 6. Gambaran klinis Chalazion.7

Diagnosis Banding Diagnosis banding dari Chalazion, yaitu: hordeolum, tumor palpebra, dan selulitis preseptal. 1.

Hordeolum adalah nodul infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Pengaruh secara intensif dari infeksi akut bakteri tersering dikarenakan Staphylococcus aureus atau proses alergi. Hordeulum bisa berhubungan dengan diabetes, penyakit gastrointestinal, atau akne. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.1,2 Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll. Benjolan ini nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra) dan biasanya muncul pada batas kelenjar keringat berada. Gejala inflamasi pada hordeulum ditemukan edema, merah, sensasi panas, nyeri pada nodul, dan biasanya timbul unilateral. 2,4 Sedangkan Chalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Chalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang membedakan antara Chalazion dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat hiperemi palpebra dan nyeri tekan.1,5,6

13

Gambar 7. Hordeolum Interna.7

Gambar 8. Hordeolum Eksterna.7

2. Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada kelopak mata yang akut dan edema. Selulitis preseptal dapat disebabkan oleh bakteria, virus, jamur, atau cacing. Infeksi bakteri dapat berasal dari persebaran lokal dari sinusitis atau dakriosistitis, penyakit mata luar, atau infeksi pada trauma kelopak mata. Organisme penyebab yang tersering adalah Staphylococcus aureu, Streptococcus sp, dan beberapa kuman anaerob lain yang menyebabkan saluran napas atas dan infeksi eksternal kelopak mata. Kejadian lesi kelopak mata seperti hordeolum dan Chalazion dapat pula berlanjut menjadi selulitis preseptal. Selulitis perseptal merupakan kelainan yang lebih ringan daripada selulitis orbita, dimana hanya melibatkan jaringan sebelah anterior dari septum orbita. Keluhan yang dapat dijumpai pada selulitis preseptal antara lain nyeri, mata berair, dan penglihatan kabur. 10

Gambar 9. Selulitis Preseptal.7

3. Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada kelopak mata. Gejala awal yang dapat ditemui adalah penurunan visus dan pergeseran bola mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan hangat. Tumor palpebral dapat dibedakan menjadi tumor 14

jinak dan tumor ganas.

Tumor jinak palpebral meliputi nevus, veruka,

moluskum kontagiosum, xanthelasma, dan hemangioma.

Tumor ganas

palpebral meliputi karsinoma, sarkoma, dan melanoma maligna.

Tumor

palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan biopsi.11

Gambar 6. Karsinoma sel basal.7

Gambar 11. Karsinoma sel squamous.7

Diagnosis Diagnosis chalazion ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan pemeriksaan oftalmologi sederhana. Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis dan biopsi diindikasikan pada chalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip tampilan chalazion.

Penatalaksanaan Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat selama 10 menit, 3 kali sehari yang dilanjutkan dengan pemberian antibiotik oral dan analgetika seperti natrium diklofenak atau asam mefenamat. Pemberian kompres hangat ditujukan untuk mempermudah ekskresi sekret pada kelenjar meibom yang terinfeksi. Doxysiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang diberikan untuk mengobati infeksi baik dari bakteri gram positif atau negatif. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif yakni ekskokleasi Chalazion dengan menggunakan anestesi lokal topikal pantokain yang disuntikkan secara infiltratif di bawah kulit di depan Chalazion. Selanjutnya Chalazion dijepit dengan klem Chalazion lalu klem dibalik sehingga konjungtuva tarsal dan Chalazion terlihat. Kemudian dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan diteruskan kuretase seluruh isi jaringan granulomatosa hingga bersih. Klem Chalazion lalu dilepas dan mata diberi salep mata. Jaringan hasil kuretase dapat dikirim untuk 15

dilakukan pemeriksaan histopatologi, dimana karakteristik yang khas adalah reaksi lipogranulomatosa.2

Analisis kasus Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan pada kelopak mata kanan bawah. Benjolan ini awalnya kecil, lama kelamaan benjolan ini kemudian semakin membesar, tidak ada nyeri bila disentuh atau ditekan, namun menjadi terasa mengganjal. Pasien pernah mengalami benjolan seperti ini juga sebelumnya dilokasi yang sama. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan bahwa manifestasi klinis awalnya chalazion hanya berupa benjolan kecil yang makin lama makin membesar, tidak disertai nyeri tekan dan biasanya ditemukan adanya riwayat sakit seperti ini sebelumnya. Benjolan yang semakin membesar terkadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga dapat terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan pada pasien ini disimpulkan bahwa pasien ini mengalami chalazion pada mata kanan. Diagnosis banding pada kasus ini adalah hordeolum eksternum, dan hordeolum internum. Hordeolum internum memiliki gejala dan tanda yang hampir mirip dengan hordeolum eksternum, namun rasa sakit pada hordeolum internum lebih nyeri karena terjadi pembengkakan pada jaringan fibrous yang lebih dalam dari hordeolum eksternum. Hordeulum memiliki gambaran klinis yang mirip dengan chalazion yaitu benjolan pada palpebra, namun pada hordeolum didapatkan kemerahan dan nyeri pada benjolan tersebut, sehingga diagnosis hordeolum dapat disingkirkan. Pada pasien ini diberikan terapi insisi dan kuretase konjungtiva palpebra. Prognosis pada pasien ini adalah baik, namun harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mata. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menggosok-gosok atau terlalu banyak menyentuh daerah mata yang sakit untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pasien juga dianjurkan untuk kontrol 1 hari lagi untuk memantau dan evaluasi keadaan pasien.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 17-20 2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94 3. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Synopsis. Butterworth-Heimann, Boston, 2016. 4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Cet. IV. Jakarta: Penerbit FKUI, 1996. Hal 92-94 5. External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology. 2008- 2009. Hal 87-88 6. Lang G. Ophthalmology – A short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York. 2000 7. Khurana A. comprehensive opthalmology. fourth ed. New Delhi. 2007. 350-8. 8. Skorin l. hordeolum and chalazion treatment. skorin l, editor. Newyork. 2002. 9. Joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20. 10. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New York. 2011. 103-13. 11. Khaw PT. et al. ABC Of Eyes. Fourth Edition. 2004. London: BMJ Publishing Group Ltd. 12. Oliver J. et al. Ophthalmology at a Glance. Second Edition. 2014. 13. Leila M. Khazaeni,MD Ophthalmic Anatomy. Loma Linda University School of Medicine

17

Related Documents

Kasus
June 2020 54
Kasus Tht.docx
May 2020 30
Kasus Ppm.docx
October 2019 39

More Documents from "elhant"

Keratitis Baru.docx
May 2020 7
Pneumonia.docx
November 2019 51
Benar
May 2020 56
Regenerasi
May 2020 37
Pi
May 2020 47