Kadar Klor Pada Air.docx

  • Uploaded by: sriniantidaud
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kadar Klor Pada Air.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,584
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air konsumsi perlu ditinjau tidak hanya dari segi kuantitasnya tetapi juga kualitasnya. Banyak hal yang bisa menjadi sumber pencemaran air. Ada yang berasal dari sumber air itu sendiri, pengolahan lahan yang tidak tepat di sekitar sumber air, bahan-bahan kimia yang berasal dari pengolahan limbah industri yang tidak tepat. Salah satu jenis zat kimia yang sering menjadi pencemar adalah klor. Di dalam tubuh, klor memang sangat dibutuhkan tetapi dalam jumlah yang sedikit. Bahkan pada jaringan tubuh manusia diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Jumlah klor yang dibutuhkan dalam tubuh sangat terbatas, sehingga minuman yang mengandung Cl- harus dikontrol dengan baik. Klorin dapat masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang dikonsumsi. Air merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup. Hampir semua kehidupan di dunia ini tidak pernah lepas dari ketergantungan terhadap air, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai hal-hal yang sangat kompleks sekalipun. Sehari – hari, air digunakan manusia baik untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain. Air konsumsi atau air minum adalah air yangtanpa proses pengolahan atautelah melalui proses pengolahan, sehingga memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Contohnya adalahair minum isi ulang.Saat ini semakin banyak depot air minum isi ulang. Sumber air baku depot air minum isi ulang dapat berasal dari air tanah, mata air/artesis, atau air PDAM. Pada umumnya depot air minum isi ulang tidak mengetahui apakah air yang digunakan sebagai air baku telah memenuhi standar kualitas air konsumsi berdasarkan aturan yang berlaku, khususnya untuk parameter klorida (Cl-). Klorin secara alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam alam maupun tubuh manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh sekitar 0,15% dari berat total tubuh dan utamanya ditemukan dengan sodium. Kurang dari 15% dari total klorida dalam tubuh

berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar terdapat pada sel darah merah. Sebagai salah satu elektrolit penting, klorida bekerja sama erat dengan sodium dan hidrogen (dalam bentuk hidroklorida) menghantarkan cairan tubuh. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui cara penentuan kadar klor pada perairan. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat praktikum yaitu dapat mengetahui cara penentuan kadar klor pada perairan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup baik untuk memenui kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami. Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Air dibumi sekitar 95,1% adalah air asin sedangkan 4,9% berupa airtawar, hal ini tentu saja menjadi perhatian yang sangat penting mengingat keberadaan air yang bisa dimanfaatkan terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas sehingga perlu suatu pengelolaan yang baik agar air dapat dimanfaatkan secara lestari. Air merupakan salah satu komponen yang membentuk bumi, dimana bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya berupa daratan, dan udara mengandung zat cair atau uap air sebanyak 15% dari tekanan atmosfir. Secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari laut, darat, dan udara. Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Asapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut : 1.

Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa penggolongan terlebih dahulu.

2.

Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.

3.

Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4.

Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. (Linsley, 1979)

2.2 Sifat-Sifat Air Air memiliki beberapa sifat yang unik sehingga dapat menjadi senyawa yang paling penting dalam kehidupan di muka bumi ini, diantaranya : 1.

Pelarut yang hebat, karena dibentuk oleh 2 hidrogen dan satu oksigen dengan ikatan kovalen polar, memungkinkan untuk melarutkan ion-ion dengan cara menyelimuti ion dengan sisi sebaliknya dari muatan ion tersebut, sehingga memungkinkan senyawa dapat stabil dalam bentuk larutan. Selain itu air melarutkan dengan sangat baik senyawa-senyawa polar.

2.

Es mengambang, biasanya bila suatu senyawa memadat maka padatannya akan memiliki bobot jenis yang lebih tinggi, tapi sebaliknya pada air ketika menjadi es, bobot jenis es lebih rendah dari air pada kondisi normal sehingga es dapat mengambang pada permukaan air. Hal ini menyebabkan minuman dingin tampilanya lebih indah dengan es yang mengambang.

3.

Melarutkan gas, banyak gas yang dapat terlarut dalam air seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida. Hal ini terjadi karena adanya kombinasi gaya tarik dan tolak antara air dan gas.

4.

Panas laten yang tinggi, air dapat menyimpan panas cukup baik dan melepaskannya dengan bertahap, hal ini banyak menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.

Titik didih tinggi, untuk memecahkan ikatan hidrogen antar molekul air dibutuhkan energi yang cukup tinggi sehingga hal ini menguntungkan kita karena dalam suhu normal air ada dalam kondisi cair.

6.

Titik kritik yang rendah, pertemuan tiga fase air ada pada suhu yang cukup rendah, sehingga air mampu menyublim pada suhu diatas 4 derajar celsius, hal ini menjadikan air bisa hilang bila tercecer pada suhu normal.

7.

Air adalah kohesi, dengan beberapa senyawa air bersifat tidak menempel, bisa dilihat pada beberapa serangga yang memiliki senyawa tertentu dapat melayang diatas permukaan air.

8.

Air adalah adhesi, pada beberapa permukaan senyawa air dapat menempel seperti pada selulosa.

9.

Ikatan hidrogen antar molekul, molekul-molekul air saling bersatu dengan adanya ikatan hidrogen yang memiliki kekuatan ikatan yang tidak terlalu kuat yang membuat air mudah untuk mengikuti bentuk wadah dan bisa dipakai untuk minum, mandi.

2.3 Pengertian Klorida Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion Cl. Garam dari asam klorida HClmengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−. Kebanyakan klorida larut dalam air. Reaksi Cl dengan larutan perak nitrat akan menghasilkan endapan putih perak klorida. AgNO3 + Cl- --> AgCl(s) Dengan asam klorida pekat tidak akan menghasilkan endapan. Setelah cairan didekantasi dari atas endapan, ia akan melarut dalam asam klorida pekat, dikarenakan kompleks dikloroargentat terbentuk Berdasarkan situs IPTEK dan kimia yaitu Petrucci (1989), klorin adalah bahan kimia penting dalam pemurnian air, dalam desinfektan,dalam pemutih, dan gas mustard. Unsur ini juga digunakan untuk membunuh bakteri dan mikroba dari pasokan air minum. Klorin dapat memasuki tubuh saat terhirup bersama dengan udara yang terkontaminasi atau ketika tertelan bersama dengan air yang terkontaminasi. Klorin terurai ketika dicampur dengan air. Klorin mungkin juga dilepaskan dari air kemudian masuk ke udara dalam kondisi tertentu. Karena sifatnya yang reaktif, klorin tidak akan lama tinggal di tanah atau di dalam air. Menurut Petrucci (1989) dalam situsnya tentang mengapa klor tidak boleh berlebihan dalam air, ada beberapa alasan diantaranya : 1.

Klorin dinilai mengandung kadar racun yang tinggi, baik berbentuk gas maupun cairan, dan digolongkan sebagai bahan kimia yang mampu mengakibatkan kematian atau cacat tetap dari penggunaan yang normal (setiap hari pada industri) sekalipun.

2.

Keberadaan ion Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi konsentrasi Cl-, berarti semakin asin air dan

semakin

rendah

kualitasnya.

(Kadar

klorida

maksimal

yang

diperbolehkan pada air minum yaitu 250 mg/l). 3.

Klorin sering dikombinasikan dengan senyawa organik (bahan kimia yang mempunyai unsur karbon) agar bisa dipakai. Akibatnya akan dihasilkan organoklorin. Organoklorin itu sendiri adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi kehidupan karena dapat terakumulasi dan persisten di dalam tubuh makhluk hidup.

4.

Klor dapat terikat senyawa organik berbentuk (Cl-HC) dan bersifat karsinogenik.

5.

Nilai sisa klor harus pas, tidak boleh berlebih karena akan bereaksi dengan metil (sisa dekomposisi) yang akan terbentuk Tri halo metan (THM) yang menyebabkan kanker kandung kemih.

2.4 Dasar Titrimetri Titrimetri atau volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran

volume

larutan

pereaksi

berkepekatan

tertentu

(peniter/titrant/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi/peniteran, yaitu larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh hingga tercapai titik akhir. Hendaknya diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik setara (stoikhiometri), yaitu saat jumlah mol zat yang dititer setara dengan jumlah mol zat peniter. Dibandingkan dengan cara gravimetri, cara titrimetri ini memiliki beberapa keuntungan. Keuntungannya yaitu pelaksanaannya lebih sederhana, cepat dan kemungkinan kesalahan lebih kecil. Penggunaan contoh dan pereaksi untuk analisa lebih hemat dibandingkan cara gravimetri. 2.5 Titrasi Dan Standarisasi Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya/larutan standar. Titrasi merupakan proses analisa dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah

larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan sekunder. Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standart primernya dan larutan standar sekundernya. Larutan standar primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kem urniannya dengan pasti, konsentrasinya dapatdiketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi. Di dalam larutan standar sekunder perlu diperhatikan pemilihan indikatornya agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin. Di dalam pembuatan larutan standar asam yang biasa dipakai adalah HCl dan H2SO4. Sedangkan di dalam pembuatan larutan standar basa yang biasa digunakan adalah NaOH. Larutan standar yang diinginkan biasanya dibuat dengan mengencerkan asam yang pekat. Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh konsentrasi yang tidak tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perlu distandarisasikan. Pada saat melakukan proses standarisasi atau penetapan kadar, saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator warna berubah warna pada saat titik ekuivalen. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi. Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang akan memadai dalam hal ini disebut dengan standar primer. Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan 2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan 3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengatur 4. Zat harus mempunyai ekuivalen tinggi

5. Zat harus mudah larut pada kondisi dalam mana ia digunakan 6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. 2.6 Argentometri Metode Mohr Pembentukan dari sebuah endapan bewarna (Metode Mohr). Metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42- untuk mengendapkan Ag2CrO4 berwarna merah bata. Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6 sampai 10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalin, perak oksida mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat secara besar-besaran menurun, karena HCrO4 hanya sedikit terionisasi. Hydrogen kromat ada dalam kesetimbangan dengan dikromat : 2H+ + 2CrO42- ↔ 2HCrO4- ↔ Cr2O72- + H2O Penurunan

konsentrasi

ion

kromat

mengharuskan

kita

untuk

menambahkan sejumlah besar ion perak untuk menghasilkan pengendapan dari perak kromat dan akhirnya mengarah pada galat yang besar. Secara umum ikromat cukup dapat larut.Titrasi Mohr antara klorida dengan ion perak, dimana ion kromat dipergunakan sebagai indicator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat Dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan saat praktikum yaitu erlenmeyer 250 ml, pipet volume 25ml, buret 50 ml, pipet gelas, statif dan klaim, gelas piala. 3.2.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan saat praktikum tentang penentuan kadar klorida yaitu larutan AgNO3 0,1 N, K2CrO4 1%. 3.2 Prosedur Kerja 1.

Ambil 50 ml sampel dengan menggunakan pipet volume,masukkan ke dalam erlenmeyer serta ukur pH sampel

2.

Tambahkan serbuk MgO sampai suasana netral atau sedikit basa (jika kondisi sampel asam), ukur kembali pH sampel

3.

Tambahkan indikator K2CrO4 5% tetes

4.

Titrasi sampel dengan menggunakan larutan standar AgNO3 0,01 N hingga terbentuk endapan merah bata

5.

Lakukan dengan metode yang sama pada larutan blanko.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum Kimia Air dalam penentuan kadar klorida yaitu sebagai berikut :

No. Sampel

1.

Air

V

V

titrat

titran

50 ml

0,2 ml

Indikator

Kadar sampel

K2CrO4

142

5%

mg/L

Hasil

Perubahan

warna

dari kuning menjadi warna coklat merah

Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Penentuan kadar klorida Perhitungan Perhitungan Kadar Cl = 1000 50

Kadar Cl =

𝑥 (𝑉. 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑉. 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 35,5 𝑋 1 𝑚𝑔/𝑙

1000 50

𝑥 (0,6 − 0,4) 𝑥 35,5 𝑋 1 𝑚𝑔/𝑙

Kadar Cl = 20 x 0,2 x 35,5 x 1 Kadar Cl = 142 mg/L

4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini, digunakan titrasi Mohr untuk menentukan kadar klorida. Adapun prinsip dari metode Mohr ini adalah AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah tercapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.

Pada praktikum ini sampel air diukur pHnya hal ini karena titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkalis berkisar pada pH 6.5-9.0 jika dalam suasana asam maka perak kromat akan larut krena terbentuk dikromat sedangkan dalam suasana basa akan membentuk endapan perak hidroksida. Apabila sampel memiliki ph asam maka tambahkan MgO, penambahan MgO berfungsi untuk menetralkan sampel air. Selanjutnya sampel ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 5% sampel yang semula berwarna bening berubah menjadi kuning perubahan warna ini mengikuti warna K2CrO4 5% fungsi penambahan indikator ini untuk menunjukan titik akhir titrasi dan untuk mendeteksi kelebihan Ag, yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah. Selanjutnya sampel di titrasi dengan AgNO3 0,1 N hingga terbentuk endapan merah bata. Munculnya endapan yang berwarna kemerah-merahan pada titik akhir titrasi dikarenakan kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna merah bata Pada percobaan penentuan kadar klorida, endapan putih AgCl terbentuk lebih dahulu dibandingkan endapan merah Ag2CrO4. Hal ini disebabkan kelarutan AgCl yang lebih kecil dari Ag2CrO4. Selain itu, endapan merah Ag2CrO4 terbentuk karena AgCl sudah habis bereaksi, sehingga hanya tersisa CrO42- dan bereaksi dengan AgNO3 membentuk endapan merah. Dengan timbulnya endapan merah bata tersebut maka proses Titrasi di hentikan, itu menandakan bahwa Titik Akhir Titrasi sudah tercapai. Kemudian titrasi ulangi dengan menggunakan larutan blanko, Titrasi blanko bertujuan untuk mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya pereaksi lain atau anion lain yang beraksi dengan AgNO3 pada saat percobaan titrasi yang terdapat dalam pelarut (aquadest). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kandungan klorida dalam sampel air yaitu 142 mg/L jika dibandingkan deangan PERMENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 standar maksimum untuk parameter klorida (Cl-) dalam air komsumsi adalah kurang dari 250 mg/L, maka sampel air tidak dapat dikonsumsi hal ini karena kadar klorin yang telalu tinggi mengandung kadar racun yang tinggi, baik berbentuk gas

maupun cairan, dan digolongkan sebagai bahan kimia yang mampu mengakibatkan kematian atau cacat tetap dari penggunaan yang normal (setiap hari pada industri) sekalipun.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa didapatkan kandungan klorida dalam sampel air yaitu 142 mg/L jika dibandingkan deangan PERMENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 standar maksimum untuk parameter klorida (Cl-) dalam air komsumsi adalah kurang dari 250 mg/L, maka sampel air tidak dapat dikonsumsi hal ini karena kadar klorin yang telalu tinggi mengandung kadar racun yang tinggi, baik berbentuk gas maupun cairan, dan digolongkan sebagai bahan kimia yang mampu mengakibatkan kematian atau cacat tetap dari penggunaan yang normal (setiap hari pada industri) sekalipun. 5.2 Saran Sebaiknya dalam melakukan praktikum, digunakan larutan yang masih segar (baru dibuat) agar hasil titrasi lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Kadar Klor Pada Air.docx
November 2019 12
Kadar
June 2020 26
040718 Klor De Alba
November 2019 4
Kadar Abu.pdf
June 2020 13
Kadar Air.docx
June 2020 14

More Documents from "Kiki Fatkhu Roziqin"