Isi Spo.docx

  • Uploaded by: lastiar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Spo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 65,341
  • Pages: 341
R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGUKUR SUHU TUBUH MELALUI AXILLA No. Document

No. Revisi

P/IV/1/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 dr. Sahat H. Siahaan, MARS Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer melalui axilla

TUJUAN

Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan keperawatan dan membantu menegakkan diagnosis

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2.

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien Beritahu klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya 3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan 4. Pasang tirai atau tutup pintu ruangan 5. Bantu pasien untuk duduk atau berbaring dalam posisi telentang .Buka lengan pakain klien 6. Letakkan termometer ke tengah ketiak, kemudian turunkan lengan melintasi tubuh hingga lengan bawah menyentuh lengan lainnya 7. Pertahankan posisi termometer raksa selama 5-10 menit dan termometer digital selama 5-10 menit. Ambil termometer dan bersihkan menggunakan tisu dengan gerakan memutar dari pangkal ke ujung termometer,kemudian buang tissue 8. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa 9. Bersihkan termometer 10. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer digital agar kembali ke kondisi awal, kemudian simpan pada tempatnya 11. Cuci tangan 12. Dokumentasikan dalam catatan perawatan 1. Unit Rawat Jalan/Inap 2. ICU 3. IGD 4. VK

1

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGUKUR SUHU TUBUH MELALUI ORAL No. Document

No. Revisi

P/IV/2/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang dimasukkan ke mulut

TUJUAN

Mengkaji suhu tubuh klien untuk menentukan keperawatan dan membantu menegakkan diagnosis

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

tindakan

1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien 2. Beritahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya 3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan 4. Pasang tirai atau tutup pintu ruangan 5. Minta klien membuka mulut 6. Letakkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sublingual lateral ke tengah rahang bawah. 7. Minta klien untuk menahan termometer dengan mengatupkan bibir dan hindari menggigit termometer. Jika klien tidak dapat menahan termometer dalam mulut, pegang termometer. 8. Biarkan termometer dari dalam mulut selama 2-3 menit untuk termometer raksa atau hingga terdengar alarm dan angka terbaca pada termometer digital 9. Keluarkan termometer dengan hati-hati 10. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa 11. Bersihkan termometer 12. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer digital agar kembali ke kondisi awal, kemudian simpan pada tempatnya 13. Cuci tangan 14. Dokumentasikan dalam catatan perawatan 1. Unit Rawat Inap 2. UGD

2

MENGUKUR SUHU TUBUH MELALUI RECTAL

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/03/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer yang dimasukkan ke rectun

TUJUAN

1) Mencegah dan menghentikan efek samping racun dengan dekontaminasi ( mata ,kulit,saluran cerna) 2) Mencegah kematian dengan pengobatan penunjang(terapi support),dan eliminasi cepat

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2.

PROSEDUR

Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien Beritahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya 3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan 4. Pasang tirai atau tutup pintu ruangan 5. Buka pakaian yang menutup bokong klien 6. Atur posisi klien: 1. Dewasa : Sims atau miring dan kaki sebelah atas ditekuk ke arah perut 2. Bayi atau anak : telungkup atau telentang 7. Beri pelumas pada ujung termometer dengan menggunakan tissue2,5 cm pada klien dewasa dan 1,2 cm pada anak-anak 8. Buka anus dengan mengangkatkan bokong atas menggunakan tangan kiri (untuk orang deawasa). Jika bayi telungkup di tempat tidur, buka kedua bokong dengan jari. 9. Minta klien menarik napas dalam dan masukkan termometer secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan 1,2 -3,5 cm pada bayi/anak 10. Pertahankan posisi termometer selam 2-3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (anak-anak) 11. Keluarkan termometer dengan hati-hati 12. Bersihkan termometer menggunakan tissu dengan gerakan Memutar dari pangkal ke ujung, kemudian buang tissu

3

UNIT TERKAIT

13. Baca hasil pemeriksaan dengan melihat angka yang ditampilkan pada termometer digital atau kolom raksa pada termometer raksa 14. Bersihkan anus dari pelumas dan kotoran dengan tissu 15. Kembalikan ketinggian raksa ke titik terendah untuk termometer raksa atau atur termometer digital agar kembali ke kondisi awaal, kemudain simpan pada tempatnya 16. Lepasakan sarung tangan dan cuci tangan 17. Dokumentasikan dalam catatan perawatan 1. IGD 2. Ruang Rawat Inap/Jalan 3. ICU 4. VK

4

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHITUNG DENYUT NADI No. Document

No. Revisi

P/IV/04/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Loncatan aliran darah yang dapat diraba pada titik tubuh, melalui perabaan pada nadi: 1. Arteri radialis pada pergelangan tangan 2. Arteri brachialis pada siku bagian dalam 3. Arteri carotis pada leher 4. Arteri temporalis pada pelipis 5. Arteri femoralis pada lipatan paha (selangkangan) 6. Arteri dorsalis pedis pada kaki 7. Arteri frontalis pada ubun-ubun (bayi) 1. Mengidentifikasi frekuensi denyut nadi dalam satu menit 2. Mengidentifikasi keadaan umum pasien 3. Mengidentifikasi integritas sistem kardiovaskuler 4. Mengidentifikasi riwayat penyakit

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya 2. Cuci tangan 3. Bantu klien ke posisi telentang atau duduk a. Jika telentang, letakkan tangan klien menyilang dada dengan tangan menelungkup b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk sudut 90° dan sangga lengan bawah dengan kursi atau tangan pemeriksa, Julurkan pergelangan tangan dengan telapak tangan menghadap ke bawah 4. Letakkan dua atau tiga jari tangan anda diatas lekukan radialis, searh ibu jari, di sisi dalam pergelangan tangan pasien 5. Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyutan awal, kemudian kurangi tekanan sehingga denyutan mudah diraba 6. Hitung frekuensi denyut menggunkian jam tanagn dengan jarum penunjuk detik atau jam digital setelah denyutan teratur 7. Lakukan penghitungan denyut selama 30 detik, kemudian

5

kalikan dua 8. Jika anda baru pertama kali mengkaji denyut nadi klien atau memliki denyut yang tidak teratur, lakukan penghitungan selama 1 menit penuh 9. Kaji kekuatan, irma dan kesamaan denyut 10. Bantu pklien kembali ke posisi yang nyaman 11. Cuci tangan 12. Dokumentasikan pada catatan perawatan

UNIT TERKAIT

1. 2. 3. 4.

IGD Ruang Rawat Inap/Jalan OK VK

6

MENGUKUR TEKANAN DARAH

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/05/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Melakukan pengukuran tekanan darah, hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh perifer, menggunakan sfigmomanometer 1. Mengkaji hemodinamik dan keadaan umum klien 2. Memonitor respon hemodinamik akibat pengobatan atau kondisi penyakit Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2. 3. 4.

Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya Cuci tangan Atur posisi klien, baik duduk atau berbaring dengan nyaman, dan sangga lengan klien setinggi jantung dengan telapak tangan menghadap ke atas 5. Buka pakaian pasien yang menutup lengan atas 6. Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm diatas denyut arteri brakialis 7. Pasang sfigmomanometer aneroid pada manset, sejajar dengan arteri brakialis dan pastikan lilitan manset rapi dan tidak ketat 8. Pastikan sfigmomanometer raksa sejajar dengan mata dan anda berdiri kurang dari satu meter dari sfigmomanometer 9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30mmHg di atas titik artei brakialis tidak teraba lagi, kemudian perlahan buka katup pada manset. Perhatikan titik ketika denyut kembali teraba 10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu 30 detik 11. Pasang stetoskop di telinga anda 12. Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma stetoskop diatasnya 13. Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat 14. Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg diatas titik sistolik palpasi pasien 15. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan raksa turunrata-rata 2-3 mmHh per detik 16. Perhatikan titik pada sfigmomanometer ketika denyut terdengar pertama kali 17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan 7

titik ketika denyut tidak terdengar lagi 18. Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas 19. Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik 20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik 21. Tutup lengan atas dan bantu klien memperoleh posisi yang diinginkan 22. Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan kapas alkohol 23. Informasikan hasil kepada pasien 24. Cuci tangan 25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan UNIT TERKAIT

1. 2. 3. 4.

IGD Ruang Rawat Inap/Jalan OK VK

8

MENGHITUNG PERNAFASAN

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/06/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Menghitung frekuensi pernafasan, inspirasi yang diikuti ekspirasi, dalam waktu satu menit. 1. Mengkaji keadaan umum klien 2. Mengidentifikasi frekuensi dan karakteristik pernafasan dalam waktu satu menit 3. Mengidentifikasi riwayat penyakit 4. Membantu menegakkan diagnosa Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2. 3. 4.

Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuaanya Cuci tangan Letakkan lengan klien pada posisi relaks menyilang abdomen atau dada bawah, atau letakkan tangan Anda langsung pada abdomen atas klien 5. Observasi siklus pernafasan lengkap,yaitu sekali inspirasi dan sekali ekspirasi 6. Perhatikan jarum penunjuk detik pada jam tangan dan mulai perhitungan frekuensi pernafasan setelah siklus terobservasi 7. Jika irama teratur, hitung frekuensi pernafasan selama 30 detik dan kalikan dua 8. Jika pernafasan tidak teratur, hitung selama satu menit penuh 9. Saat menghitung, perhatikan kedalaman pernafasan 10. Cuci tangan 11. Dokumentasikan pada catatan perawatan 1. IGD 2. Ruang Rawat Inap/Jalan 3. ICU 4. VK

9

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGUKUR TINGGI BADAN DEWASA No. Document

No. Revisi

P/IV/07/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Cara untuk mengetahui tinggi badan

TUJUAN

Sebagai pedoman petugas dalam mengukur tinggi badan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Menganjurkan pasein melepaskan alas kaki 3. Mempersilahkan pasein berdiri tegakdi tempat pengkuran, menghadap petugas 4. Menarik alat pengukur TB tepat pada kepala klien 5. Melihat skala yang ada pada pengukur TB 6. Pengukuran selesai, klien dipersilahkan memakai alas kaki kembali 7. Mencatat hasil pengukuran pada rekam medis a. Perawat mencuci tangan b. Pada klien yang dapat berdiri: memakai alat pengukur khusus c. Pada pasien yang tidak dapat berdiri: dengan centimeter dan segitiga siku-siku d. Mencatat tinggi badan e. Membereskan alat-alat f. Perawat mencuci tangan g. Mencatat hasil pengukuran pada status klien.

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. Unit Rawat jalan

10

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENIMBANG BERAT BADAN PADA KLIEN DEWASA No. Document

No. Revisi

P/IV/08/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan.

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan klien. Membantu menentukan program pengobatan (dosis) Menentukan status nutrisi klien Sebagai data dasar terhadap keseimbangan cairan tubuh

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2.

Beritahu pasien untuk berdiri dengantegak dan tenang Beritahu pasien untuk memakai baju yang tidak tebal dan melepas sandal (sepatu) 3. Bantu pasien naik ketimbangan 4. Atur ratio berat 5. Membaca berat badan 6. Bantu pasien turun dari timbangan 7. Kembalikan timbangan diposisi semula 8. Catat hasilnya Unit Rawat Jalan/ Inap

11

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENIMBANG BERAT BADAN PADA BAYI No. Document

No. Revisi

P/IV/09/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Mengukur berat badan bayi dengan mengunakan alat timbangan

TUJUAN

Untuk mendapatkan data obkjektif mnganai berat badan bayi

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Melakukan verifikasi data 2. Mencuci tangan 3. Menempatkan alat dekat pasien dengan benar 4. Memberi salam kepada pasien/keluarga 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 6. Timbangan diberi kain pengalas 7. Timbangan disetel dengan penunjuk angka pada angka nol 8. Buka pakaian bayi diatas timbangan 9. Membaca berat badan 10. Pakaikan kembali pakaian bayi 11. Bayi diangkat kembali ketempat tidur 12. Dokumentasikan hasil penimbangan berat badan bayi yang di dapat 13. Bereskan peralatan 14. Mencuci tangan

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD 3. VK

12

R.S. Santa Elisabeth

MENGUKUR TINGGI BADAN PADA BAYI

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/10/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

Untuk mengetahui tinggi badan 1. Untuk menilai status perbaikan gizi 2. Untuk menilai tumbuh kembang bayi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan Pengkuran menggunkan Infantometer 1. 2. 3. 4. 5. 6.

PROSEDUR

Melakukan verifikasi data Mencuci tangan Menempatkan alat dekat pasien dengan benar Memberi salam kepada pasien/keluarga Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih dan nyaman misalnya selembar selimut tipis atau kertas tissu yang lebar 7. Sebelum mengukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi,hiasan rambut, dan kaos kaki 8. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skal pengukur 9. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board 10. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berasda pada garis yang tegak lurusn dengan bidang infanmometer 11. Usahakan dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi 12. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan infannometer 13. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan

13

pengukur menahan agar lutut bayi lurus 14. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut 15. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot board sehingga menempel dengan tumit bayi 16. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menuju ke atas 17. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat dilakukan pada satu atau dua kaki bayi Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Jangan menekan lutut terlalu keras terutama bayi kecil 2. Jika bayi diukur telanjang, alasi papan pengukur dengan menggunakan kain kering untuk menghindari cedera 3. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran Pengukuran menggunakan pita (meteran) 1. Siapkan pita pengukur (meteran) 2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi) 3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera 4. Memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak anatara kedua tanda tersebut dnegan pita pengukur

UNIT TERKAIT

1. Ruang Poliklinik 2. VK

14

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

KEBERSIHAN TANGAN No. Document

No. Revisi

P/IV/11/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme pada tangan yang di dapat melalui kontak dengan klien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub berbasisi alkohol 1. Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik ( Handrub) Mencuci tangan dengan menggunakan cairan anetiseptik yang berbahan dasar alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada tangan yang bersih) 2. Pembersih Tangan dengan Sabun Antiseptik/Cairan/Larutan dan Air Mengalir (Handwash) Mencuci tangan dengan air mengalir dengan menggunakan sabun/cairan antiseptik yang bertujuan membersihkan tangan dari transien mikroorganisme di tangan (pada tangan yang kotor) 3. Pembersih Tangan Bedah (Surgical Handwash) pada tindakan operasi a. Proses menghilangkan atau menghancurkan mikroorganisme transien dan mikroorganisme yang tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam folikel rambut yang tidak dapat di hiolangkan seluruhnya (flora residen) b. Membersihkan tangan dengan menggunkan sikat dan sabun dibawah air mengalir dengan menggunakan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian bawah bebas dari mikroorganisme 1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme pada tangan dan mencegah kontaminasi 2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas ke pasien dari pasien ke petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar pasien 15

3.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi Sesuai Kebijakan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam No:001PER/DIR-RSE/BTM/SK/II/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan pengendalian Infeks Pembersihan Tangan dengan Antiseptik Harus di Lakukan Oleh Semua Petugas Kesehatan, Keluarga, Pengungjung Yang Berhubungan Langsung dengan Pasien atau Lingkungan pasien 1. Pembersihan dengan sabun dan air (Handwash): 1) Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan 2) Tuangkan sabun ke telapak tangan 3-5cc 3) Di ratakan diseluruh telapak tangan 4) Gosok punggung dan sela-sela jari-jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 5) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari 6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan 7) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam gemgaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8) Gosok ibu jari dengan gerakan berputar dalam gemgaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir 10) Keringkan kedua tangan dengan tissu sekali pakai 11) Gunakan bekas tissu tersebut untuk menutup kram air 12) Prosedur dilakukan 40-60 detik 13) Setiap langkah dilakukan sebanyak 6 kali ( contoh: point 3 diratakan diseluruh telapak tangan sebanyak 6 kali dst ) 2. Pembersihan tangan dengan cairan Antiseptik (Handscrub) 1) Tuangkan larutan antiseptik berbasisi alkohol ke talapak tangan sebanyak 3-5 cc 2) Gosokkan kedua telapak tangan hingga merata 3) Gosok punggung dan sela-sela jari-jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari 5) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan 6) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam gemgaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 7) Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari – jari kanan dan sebaliknya 8) Prosedur dilakukan 20-30 detik 9) Setiap langkah dilakukan sebanyak 4 kali (contoh: Gosokkan kedua telapak tangan hingga merata sebanyak 4 kali dst) 3. Pembersihan tangan dengan tangan bedah (Surgical Handwash) 16

1)

UNIT TERKAIT

1. 2. 3. 4.

Perhiasan pada tangan dilepaskan, lengan baju digulung sampai diatas siku 2) Basahi tangan dengan air mengalir 3) Gunakan cairan antiseptik 4) Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas dengan air mengalir 5) Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh permukaan tangan dan lengan bawah 6) Mulai dengan tangan, gunkan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan 7) Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari, telapk tangan dan punggung tangan 8) Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi 9) Kemudian scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan 10) Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku 11) Keringkan dengan hadnuk steril 12) Prosedur dilakukan 2-5 menit Seluruh Unit Kerja Unit Rawat Inap/Rawat Jalan OK IGD

17

MENOLONG KLIEN BUANG AIR KECIL DI TEMPAT TIDUR

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/12/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu klien yang hendak Buang Air Kecil (BAK) di atas tempat tidur

TUJUAN

1. Meningkatkan kemampuan pasien untuk buang air kecil 1. Memonitor karakteristik urine normal 2. Mencegah terjadinya kerusakan kulit akibat adanya inkontinensia

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4.

Perawat mencuci tangan Pakai sarung tangan Atur posisi klien yang nyaman Pakaian klien bagian bawah ditanggalkan dan bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut/handuk bawah 5. Letakkan perlak atau pengalas dibawah bokong pasien 6. Bantu klien untuk BAK 7. Untuk klien pria: Masukkan ujung penis klien ke dalam urinal dan anjurkan klien memegang urinal (bila mampu) perawat memegang urinal (bila pasien tidak mampu) dengan dialasi handuk. 8. Untuk pasien wanita Berikan pasusurungan, letakkan tepat dibawah bokong klien. 9. Bila klie sudah selesai buang air kecil keluarkan penis dari urinal (pria), keluarkan pasusurungan dari bokong (wanita). 10. Bersihkan dengan kertas toilet , bila perlu bersihkan dengan air hangat + sabun+ waslap dan keringkan dengan handuk bawah. 11. Bersihkan pasusurungan atau urinal. 12. Membuka sarung tangan dan perawat mencuci tangan. 18

UNIT TERKAIT

13. Catat: 1. Jumlah dan karakteristik urine 2. Kemampuan pasien untuk bereliminasi urine 3. Kendala-kendala yang dihadapi pasien saat bereliminasi 1. Unit Rawat inap 2. VK 3. IGD

19

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG KATETER INTERNUS No. Document

No. Revisi

P/IV/13/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan memasukkan slang karet secara sementara melalui uretra ke dalam kandung kemih 1. Memonitor fungsi saluran perkemihan, mencegah atau mengurangi ketegangan/distensi kandung kemih. 2. Memelihara aliran atau drainase dari kandung kemih secara terus menerus 3. Mengambil bahan urine yang steril 4. Irigasi kandung kemih dengan cairan atau obat 5. Memelihara keutuhan sistem perkemihan 6. Mengukur jumlah residu urine yang ada dalam kandung kemih 7. Mengukur fungsi kandung kemih secara akurat 8. Monitor output pasien Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat mencuci tangan 2. Mengucapkan salam terapeutik 3. Memperkenalkan diri 4. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan 5. Membuat kontrak (waktu,tempat dan tindakan yang akan dilakukan) 6. Validasi data: nama klien dan data lain terkait 7. Meminta persetujuan tindakan 8. Pakai sarung tangan 9. Memberikan sampiran dan menjaga privasi 10. Mengatur posisi pasien ( wanita: posisi dorsal recumbent,pria: posisi supine ) 11. Membuka pakaian bawah pasien dan tutup dengan handuk bawah atau selimut 12. Pasang perlak dibawah bokong pasien 13. Meletakkan nierbeken diantara pahak pasien 14. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom 15. Atur posisi pasien Wanita: Dorsal rekumbent, Alternatif posisi sim’s (pada pasien tua 20

atau pada pasien yang mengalami kontraktur berat dengan kaki bagian atas plexi) Pria; Supine 16. Gunkan sarung tang bersih 17. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic 18. Buka sarung dan simpan nierbekan atau buang ke kantong plastik yang telah disediakan 19. Buka bungkusan luar set kateter dan urine bag dan kemudian simpan di alas steril 20. Jika pemasang keteter dilakukan sendiri, maka siapkan KY jelly di dalam bentuk streril.Jangan menyentuh area steril 21. Gunakan sarung tangan steril 22. Buka sebagian bungkusan dalam kateter,pegang kateter dan berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan tehnik steril Pada laki-laki Posisikan penis tegak lurus 90° dengan tubuh pasien 1. Tangan kiri memegang penis, lalu tarik prepusium sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat/savlon 2. Kateter diberi jelly pada ujungnya 5cm,lalu masukkan pelan-pelan samppai urine keluar,setelah itu masukkan sekitar 1,25 cm 3. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. 4. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhanti sejenak kemudian dicoba lagi 5. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan 6. Pastikan nierbeken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak tumpah 7. Setelah urine mengalir,ambil specimen urin bila diperlukan 8. Lalu segera sambungkan kateter dengan urine bag 9. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/Nacl streil sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai 10. Tarik kateter keluar secra perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria 11. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa 12. Fiksasi kateter 13. Pada laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen 14. Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha 15. Menempatkan urine bag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih 16. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat 17. Lepaskan sarung tangan 18. Rapihkan kembali pasien 21

UNIT TERKAIT

Pada wanita Buka labio minora menggunkan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari tengah tangan tidak dominan 1. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan,masukkan kateter perlahan-lahan hingga ujung kateter 2. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. 3. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhanti sejenak kemudian dicoba lagi 4. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan 5. Pastikan nierbeken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak tumpah 6. Setelah urine mengalir,ambil specimen urin bila diperlukan 7. Lalu segera sambungkan kateter dengan urine bag 8. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/Nacl streil sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai 9. Tarik kateter keluar secra perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria 10. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa 11. Fiksasi kateter 12. Pada laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen 13. Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha 14. Menempatkan urine bag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih 15. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat 16. Lepaskan sarung tangan 17. Rapihkan kembali pasien 18. Menginformasikan hasil tersebut kepda klien dan evaluasi tujuan 19. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi 20. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula ( ruang penyimpanan) 21. Mencuci tangan 22. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur pemasangan kateter 23. Mengevaluasi produksi urine 24. Mecatat prosedur dan respon klien selama prosedur 25. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal,jam) 26. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan 1. Unit Rawat Jalan/Inap 2. OK 3. VK 4. IGD

22

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG KATETER EKSTERNUS (KONDOM KATETER) No. Document

No. Revisi

P/IV/14/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Alat yang digunakan untuk menampung urine pada klien pria yang mengalami inkotinensia urine tanpa menimbulkan resiko infeksi saluran perkemihan 1. Mengumpulkan urine pada pasien inkontinensia tanpa menimbulkan resiko terhadap infeksi 2. Mencegah kerusakan integritas kulit akibat adanya inkontinensia Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat mencuci tangan 2. Mengucapkan salam terapeutik 3. Memperkenalkan diri 4. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan 5. Membuat kontrak (waktu,tempat dan tindakan yang akan dilakukan) 6. Pakai sarung tangan 7. Bantu pasien untuk supine 8. Buka pakain bawah pasien, tutupi dengan handuk bawah 9. Letakkan perlak dibawah bokong pasien 10. Bersihkan daerah genitalia dengan air hangat+ sabun dan keringkan dengan handuk bawah. Kalau perlu gunting rambut yang ada disekitar genitalia 11. Memasang kondom kateter: a. Sambungkan ujung selang urine bag dengan ujung kondom kateter b. Tempelkan plastik tipis sebagai pelindung kulit pada penis (ada dalam set kondom kateter), tunggu kering selama ± 30 detik c. Dengan tangan yang tidak dominan pegang penis dan letakkan kondom kateter di gland penis, dengan tangan yang dominan membuka gulungan kondom kateter sepanjang penis dan berakhir pada batas perekat d. Tempelkan plester dengan cara melingkar membentuk spiral di penis. Pastikan plester tidak terlalu kencang 12. Gantung urine bag di tempat yang aman dan posisi yang baik, cegah selang urine bag menggulung atau terjepit 23

13. Berikan pasien posisi yang nyaman, berikan fiksasi yang baik pada selang urine bag 14. Bereskan alat-alat dan buka sarung 15. Perawat mencuci tangan 16. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan 17. Evaluasi kondisi integritas kulit penis dan sekitarnya dan tanda- tanda vital sesudah tindakan UNIT TERKAIT

1. 2. 3. 4.

Unit Rawat Jalan/Inap OK VK IGD

24

MERAWAT KATETER INTERNUS

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/15/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membersihkan daerah meatus uretra pada klien yang menggunakan kateter , untuk mencegah infeksi saluran perkemihan

TUJUAN

1. Mengurangi resiko terjadinya infeksi pada saluran perkemihan 2. Mengkaji pengaliran/drainage atau adanya encrustasi pada daerah genetalia

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Menegecek program terapi Mencuci tangan Menyiapkan alat Memberi salam pada pasien dan sapa nama Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan Memasang sampiran/menjaga privasi Kosongkan urine bag dan ukur jumlah urine yang ada Membuka pakaian bawah klien dan tutup dengan handuk bawah atau selimut Memasang perlak, pengalas dibawah bokong pasien Menyiapkan pasien dengan posisi Pria: supine Wanita : dorsal recumbent Memakai sarung tangan Membersihkan genetalia dengan air hangat/kapas sublimat Kaji daerah meatus uretra dan jaringan sekitar perineum (perih,pembengkakan dan discharge) Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar (menarik dengan hati-hati, kateter tetap bertahan) Memberi desinfektan pada: Pria; dengan lidi kapas pada ujung penis Wanita: dengan kapas pada daerah vulva Melepaskan pengalas dan sarung tangan Merapikan pasien Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan 25

23. Membereskan dan kembalikan alat 24. Mencuci tangan 25. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawat UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

26

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELEPAS KATETER INTERNUS No. Document

No. Revisi

P/IV/16/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Melepaskan kateter tetap pada pasien setelah tujuan dari pemasangan kateter tercapai berdasarkan intruksi dokter 1. Mengembalikan fungsi eliminasi urine secara normal 2. Meningkatkan fungsi kandug kemih yang normal 3. Mencegah terjadinya trauma pada uretra Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan lingkungan privacy pasien dengan menutup tabir tempat tidur , tutup pintu dan jendela, dan persilakan tamu dan keluarga keluar ruangan 3. Letakkan peralatan dekat pasien 4. Sejak 10 jam sebelum kateter dilepas dilakukan blader training yaitu: a. Klem kateter selama 3 jam, lalu lepaskan dan alirkan urine ke dalam urine bag selama 5 menit b. Ulangi klem kateter urine selama 3 jam, lalu lepaskan dan alirkan urine ke dalam urine bag selama 5 menit, lakukan hal tersebut selama 3 kali 5. Perawat mencuci tangan 6. Kosongkan urine bag dan ukur jumlah urine yang ada 7. Pasang perlak dibagian bawah bokong pasien 8. Berikan pasien untuk posisi: Wanita: Dorssal recumbent Pria: Supine 9. Bersihkan sekitar perineum dengan menggunakan kertas toilet 10. Kaji daerah meatus uretra dan jaringan sekitar perineum (perih, radang, pembengkakan dan discharge) 11. Lepaskan plester pada kulit pasien dan bersihkan bekasbekas plester 12. Aspirasi isi balon dengan menggunakan spuit sampai habis (ujung selang kateter sampai mengempis) 13. Tarik kateter secara pelan-pelan dan gerakan memutar 14. Masukkan bekas keteter ke dalam plastik 27

UNIT TERKAIT

15. Berikan perawatan perineum dengan menggunakan air hangat+ sabun+ waslap dan keringkan dengan handuk bawah (bila pasien mampu, lakukan secara mandiri) 16. Buka sarung tangan dan cuci tangan 17. Bersihkan alat-alat dan buka sarung tangan 18. Dokumentasikan prosedur yang sudah dilakukan 1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

28

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENGAMBILAN URINE UNTUK PEMERIKSAAN No. Document

No. Revisi

P/IV/17/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pengambilan sample sejumlah urine untuk pemeriksaan laboratorium

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mengambil urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas 2. Mengetahui adanya bakteri atau mikroorganisme lain didalam urine Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat mencuci tangan 2. Pakai sarung tangan 3. Lakukan pengambilan bahan pemeriksaan urine a. melalui kateter  klem selang urine bag selama ± 30 menit  letakkan perlak atau pengalas dibawah tempat pengambilan urine  lakukan pengambilan urine  kateter dengan port desinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alcohol 70% tusukkan jarum dengan sudut 900 pada port aspirasi urine ± 3-5 cc untuk urine kultur atau ± 10 – 2- cc untuk urine lengkap pindahkan urine dari spuit ke dalam bokal steril  kateter tanpa port. Buka tutup bokal urine dan letakkan di atas perlak atau pengalas Desinfeksi tempat sambungan kateter dengan selang urine beg dengan antiseptic (alkohol 70%) Buka sambungan tersebut dengan hati-hati , pegang selang diatas sambungan ± 1,5 – 2 inci (± 5 cc), jaga jangan tidak terkontaminasi. 29

-

4. 5. 6.

UNIT TERKAIT

7. 8. 1. 2.

Masukkan urine ke dalam bokal ( jangan sampai ujung kateter bersentuhan Desinfektan selang kateter dengan kapas alcohol kemudian sambungkan kembali selang urine bag dengan kateter.  Buka penjepit klem dan alirkan urine ke dalam urine bag b. Secara Mid stream  Letakkan perlak atau pengalas dibawah bokong klien, lepaskan pakaian bawah klien dan berikan posisi yang sama seperti saat membersihkan perineum ( bila klien dibantu)  Bersihkan daerah perineum dan alat genetalia dengan menggunakan air hangat + sabun + waslap dan keringkan dengan handuk.  Lakukan pembersihan daerah meatus uretra dengan kapas betadine dan pinset steril  Anjurkan klien untuk mengeluarkan urine dan tampung urine yang keluar selanjutnya ke dalam bokal sampai ± 10 – 20 cc dan biarkan klien menyelesaikan berkemih ke dalam pasusurungan / urinal. Tutup bokal bokal urin Berikan etiket pada bokal urine dan buatkan formulirnya. Bawa ke laboratorium bersama dengan formulir pemeriksaan Lepaskan Dokumentasi prosedur yang telah dilakukan IGD Unit Rawat Inap

30

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENOLONG KLIEN BUANG AIR BESAR DI TEMPAT TIDUR No. Document

No. Revisi

P/IV/18/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

ROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB (Buang Air Besar) diatas tempat tidur dengan pispot 1. Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi 2. Memberi rasa nyaman 3. Mengobservasi out put Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan lingkungan privacy pasien dengan menutup tabir tempat tidur , tutup pintu dan jendela, dan persilakan tamu dan keluarga keluar ruangan 3. Letakkan peralatan dekat pasien 4. Perawat mencuci tangan 5. Pasang pagar tempat tidur pada sisi berlawanan dengan perawat 6. Pasang selimut atau kain penutup bagian bawah tubuh pasien 7. Membantu membuka pakaian dalam bagian bawah pasien,lalu ditutup dengan selimut 8. Anjurkan pasien menekuk lutut dan mengangkat bokong 9. Pasang perlak dan pispotnya 10. Beri penjelasan pada pasien untuk mulai BAB dan bila sudah selesai dapat memberitahu perawat dengan menekan bel yang sudah didekatkan sebelumnya pada pasien atau jika tidak tersedia bel anjurkan keluarga pasien untuk memanggil perawat. 11. Bila pasien sudah selesai BAB perawat memakai handschoen,bilas genetalia pasien dengan air bersih bila perlu bilas menggunakan sabun dan bersihkan vulva menggunakan kapas cebok dengan sekali hapus dari atas sampai ke anus,lalu angkat pispot 12. Anjurkan pasien untuk miring 13. Bersihkan daerah anus dan bokong dengan menggunakan tissu 31

14. Angkat perlak 15. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur 16. Pispot dibawa ke WC, perhatikan konsistensi feces,warna bau,lendir dan darah lalu bersihkan pispot 17. Membuat catatan keperawatan yang mencakup:  Respon pasien  Tindakan yang dilakukan  Kedaan umum pasien  Hasil observasi output feces

UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Unit Rawat Inap

32

R.S. Santa Elisabeth

MEMASANG CANUL RECTAL

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/19/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu mengeluarkan flatus

TUJUAN

1. 2. 3.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Membantu mengeluarkan feses atau gas dari dalam abodemen Menghilangkan distensi dank ram abodemen Meningkatkan rasa nyaman

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji keadaan umum klien, 2. Kaji adanya distensi abdomen, perkusi bising usus 3. Kaji kondisi-kondisi patologis yang berhubungan dengan masalah instestinal ( seperti : haemorrid , dll) 4. K/P ukur lingkar perut 5. Kaji tanda-tanda vital 6. Kaji kulit sekitar perianal 7. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 8. Mempersiapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir disekeliling tempat tidur 9. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja perawat 10. Siapkan alat-alat didekat klien dan mudah dijangkau oleh perawat 11. Perawat mencuci tangan 12. Pakai sarung tangan 13. Membuka pakaian bawah klien dan menutup dengan handuk bawah dan selimut 14. Memberikan posisi miring kiri, tutupi bagian bawah tubuh klien dengan handuk kecuali bagian bokong 15. Letakkan perlak/ alas karet dibawah bokong klien 16. Lumasi bagian ujung kanul rectal dengan jelly atau Vaseline sepanjang ± 5 – 15 cm (2 – 6 inch) 17. Buka bokong klien dengan tangan nondominan, sehingga anus terlihat jelas. 18. Masukkan kanul dengan hati-hati dengan ujung kanul mengarah ke umbiculus. Dewasa sepanjang ± 15 cm (6 33

UNIT TERKAIT

inch) dan anak-anak sepanjang ± 5 – 10 cm ( 2 – 4 inch) . anjurkan klien untuk tarik nafas dalam 19. Berikan plester pada kanul dan tempelkan pada bokong tidak lebih dari 20 menit, pada klien anak-anak harus dipegang secara manual 20. Letakkan ujung kanul dalam pipa piala ginjal berisi air/ sambungkan kanul dengan kantong plastic 21. Lepaskan sarung tangan 22. Cek nadi klien 23. Lepaskan kanul dan bungkus di dalam plastic 24. Bersihkan daerah sekitar bokong dan rectal klien dengan tissue , kalau perlu menggunakan air hanget + sabun + waslpa dan keringkan dengan handuk 25. Kenakan pakaian bawah klien dan berikan posisi yang nyaman 26. Bereskan alat-alat yang telah digunakan 27. Mencuci tangan 28. Evaluasi;  Kenyamanan pasien, adanya distensi abdomen  Keluhan dispnea , flatus berkurang  Feses terkumpul, kulit dan luka tidak terkontaminasi 29. Dokumentasi:  Catat tanggal dan waktu pemasangan kanul  Catat jumlah, warna dan konsistensi cairan yang keluar  Gambarkan keadaan abdomen klien (keras distensi / lunak dan perkusi  Catat bisisng usus sebelum dan sesudah tindakan. 1. IGD 2. Unit Rawat Inap

34

R.S. Santa Elisabeth

MENGELUARKAN FESES SECARA MANUAL

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/20/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan mengeluarkan feses yang keras (fecal impaksi) dalam jumlah yang besar berada di dalam calon 1. 2. 3.

Untuk mengeluarkan fecal impaksi Bebas dari rasa nyeri dan tidak nyaman Pola defekasi kenbali normal dan peristaltic usus kembali normal Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Baca kembali instruksi medic 2. Obs. Daerah sekitar anus, bokong , adanya luka, haemorrhoid , kulit lecet atau mengelupas 3. Obs. Status kesehatan klien dalam catatan keperawatan 4. Kaji adanya distensi abdomen 5. Kaji tanda – tanda vital( khusus : nadi , pernafasan) klien sebelum tindakan dilakukan 6. Kaji indikasi dan komplikasi pada saat tindakan ini dilakukan, seperti ; gangguan , jantung, trauma tulang belakang, dll 7. Kaji riwayat diet ( mis : makanan gandum, cereal, dll) perubahan aktivitas sehari-hari, frekuensi penggunaan laxantia atau enema 8. Kaji pengetahuan klien dan keluarga akan obat-obatan yang dapat menurunkan peristaltic usus , seperti : obat golongan narkotika 9. 9. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 10. Memberikan lingkungan privacy dengan menutup lingkungan sekitar tempat tidur dan pintu masuk kamar klien 11. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja perawat. 12. Perawat mencuci tangan 13. Pakai sarung tangan 14. Melepaskan pakaian bawah klien dan tutup dengan tutup dengan handuk bawah 15. Letakkan perlak/ alas karet di bawah bokong klien 35

UNIT TERKAIT

16. Beri posisi klien miring kiri dan posisi kaku flexi 17. Olesi ujung jari perawat dengan menggunakan jelly/Vaseline 18. Buka bokong klien dengan menggunakan tangan non dominan dan masukkan jari ke dalam anus sambil anjurkan klien untuk menarik nafas dalam. 19. Buatlah gerakan sirkulasi dan pelan-pelan pecahkan feses yang keras dan berada dalam rectum. Keluarkan feses tersebut satu persatu dan masukkan feses ke dalam pasusurungan yang telah disediakan sampai feses dapat di keluarkan semua. 20. Observasi klien, perubahan HR, nadi dan adanya pendarahan 21. Bersihkan daerah anus dan bokong klien dengan menggunakan tissue dan waslap + sabun, kemudian keringkan 22. Kenakan kembali pakaian bawah klien 23. Berikan posisi yang nyaman 24. Bereskan alat-alat 25. Buka sarung tangan 26. Cuci tangan 27. Evaluasi:  Impaksi fekal teratasi  Klien mampu mengeluarkan feses dengan pola yang konsisten  Bebas nyeri, flatus dan ketidaknyamanan 28. Dokumentasikan:  Catat tanggal, jam, waktu pelaksanaan prosedur  Catat respon klien  Catat warna, konsistensi, jumlah dan bau feses 1. IGD 2. Unit Rawat Inap

36

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMANDIKAN KLIEN DI TEMPAT TIDUR No. Document

No. Revisi

P/IV/21/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membersihkan tubuh klien dengan menggunakan air bersih dan sabun diatas tempat tidur yang tidak mampu melakukan sendiri. 1. Membersihkan kulit 2. Memberikan rasa nyaman 3. Merangsang sirkulasi darah 4. Membersihkan sekresi keringat 5. Memberi aktivitas ringan 6. Memelihara mobilitas persendian,kondisi kulit,kekuatan otot Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien 2. Mencuci tangan 3. Menempatkan alat di dekat dengan benar 4. Memberi salam sebagai pendekatan theraupetic 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien 6. Menanyakan keseiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan 7. Menjaga privasi 8. Mencuci tangan 9. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi 10. Melepaskan pakaian atas klien 1) MEMBASUH MUKA  Membentangkan perlak kecil dan handuk kecil dibawah kepala  Menewarkan pasien menggunakan sabun atau tidak  Membersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu dikeringkan  Menggulung perlak dan handuk 2) MEMBASUH LENGAN  Menurunkan selimut mandi kebagian perut klien  Memasang handuk besar diatas dada pasien secara melintang dan kedua tangan klien diletakkan diatas handuk 37



Membasahi tangan klien dengan waslap air bersih,disabun, kemudian dibilas dengan air hangat (lakukan mulai dari ekstremita terjauh klien) 3) MEMBASUH DADA DAN PERUT  Melepaskan pakaian bawah klien dan menurunkan selimut hingga perut bagian bawah,kedua tangan diletakkan diatas bagian kepala,mebentangkan handuk pada sisi klien  Mebasuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah, disabun,kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan,kemudian menutup dengan handuk 4) MEMBASUH PUNGGUNG  Memiringkan pasien kearah perawat  Membentangkan handuk di belakang punggung hingga bokonh  Membasahi punggung hingga bokong dengan waslap,disabun,kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan  Memberi bedak pada punggung  Mengembalikan ke posisi terlentang,kemudian membantu pasien mengenakan pakaian 5) MEMBASUH KAKI  Mengeluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar  Membentangkan handuk di bawah kaki tersebut, menekuk lutut  Membasahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha,disabun,dibilas dengan air bersih,kemudian dikeringkan  Melakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain 6) MEMBASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL  Membentangkan handuk di bawah bokong,kemudian selimut mandi sebagian bawah dibuka  Cuci bagian genitalia dengan wash lap bawah Wanita : Buka daerah labia, bersihkan dengan arah orifisium uretra ke arah anus Pria : Buka prepusium dan bersihkan dengan arah melingkar dari ujung ke pangkal  Anjurkan pasien untuk miring atau tengkurap,kemudian cuci bagian bokong, terakhir cuci bagian anus dengan arah dari perineum ke anus dengan menggunakan wash 38

 

lap bawah Mengangkat handuk,membantu mengenakan pakaian bawah klien  Merapikan klien,ganti selimut mandi dengan selimut tidur  Bantu klien untuk menyisir rambut dan rapikan tempat tidur  Beri posisi yang nyaman dan menyenangkan untuk klien  Beritahukan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan sudah selesai dikerjakan, dan tanyakan respon klien/keluarga terhadap tindakan yang sudah dilakukan 11. Mengevaluasi hasil tindakan 12. Berpamitan dengan klien 13. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 14. Mencuci tangan 15. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

39

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERSIHKAN MULUT PADA KLIEN TIDAK SADAR No. Document

No. Revisi

P/IV/22/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu memenuhi kebutuhan kebersihan rongga mulut dan gigi pada pasien tidak sadar. 1. Mencegah terjadinya masalah – masalah pada rongga mulut 2. Mengurangi bau mulut 3. Memberi perasaan nyaman pada klien Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan lingkungan privacy pasien dengan menutup tabir tempat tidur , tutup pintu dan jendela, dan persilakan tamu dan keluarga keluar ruangan 3. Cuci tangan 4. Atur posisi klien dengan posisi tidur miring ki/kanan 5. Pasang handuk dibawah dagu/pipi klien 6. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat/masak 7. Gunakan tong spatel (sulip lidah) untuk membuka mulut pada saat membersihkan gigi/mulut 8. Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut,gusi, gigi dan lidah 9. Keringkan dengan kassa steril yang kering 10. Setelah bersih,oleskan borax gliserin 11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 12. Evaluasi tindakan 13. Catat tindakan dicatatan perawatan Unit Rawat Inap

40

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERAWATAN MULUT PADA KLIEN SADAR No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/23/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membersihkan rongga mulut dan gigi dari kotoran atau sisa makanan degan menggunakan sikat gigi, dan dilakukan pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri

TUJUAN

1. Mempertahankan kebersihan gigi dan mulut agar tetap sehat dan tidak berbau 2. Mencegah terjadinya infeksi baik setempat maupun penularan melalui mulut 3. Memberi perasaan nyaman pada klien dan meningkatkan kepercayaan diri klien 4. Melaksanakan kebersihan perorangan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Melakukan pengecekan program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menempatkan alat di dekat klien 4. Memberi salam dan menyapa nama klien 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien 7. Menjaga privasi 8. Memasang perlak dan alasnya/handuk dibawah dagu klien 9. Memakai sarung tangan 10. Membantu pasien sambil berkumur sambil menyiapkan bengkok 11. Membantu menyiapkan sikat gigi dan pastanya 12. Membantu pasien menyikat gigi bagian depan,samping dan dalam 13. Mengeringkan bibir menggunakan tissue 14. Merapikan klien dan memberikan posisi senyaman mungkin 15. Mengevaluasi hasil tindakan 16. Berpamitan dengan klien 41

17. Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula 18. Mencuci tangan 19. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

42

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT GIGI PALSU No. Document

No. Revisi

P/IV/24/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu klien membersihkan rongga mulut dan gigi palsu 1. Mencegah timbulnya masalah- masalah pada rongga mulut 2. Memberi rasa nyaman pada klien 3. Mengurangi bau mulut Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan 2. Atur bahan di meja tempat tidur atau dekat wastapel 3. Isi mangkok piala ginjal setengah penuh dan letakkan gigi pada mangkok piala ginjal 4. Jika pasien tidak mampu melepaskan gigi palsu,pegang piringan bagian atas di depan ibu jari dan jari telunjuk yang dibungkus dengan kassa 5. Gunakan tarikan yang mantap dan kearah bawah 6. Secara lembut angkat gigi palsu sebelah bawah dari agu dan rotasikan ke satu sisi arah bawah untuk mengeluarkan dari mulut 7. Letakkan gigi palsu pada mangkok 8. Gunakan pasta gigi palsu dan sikat secara horizontal dan gunakan gerakan kebelakang dan kedepan untuk untuk membersihkan permukaan penggigit 9. Pegang sikat secra horizontal dan gunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar 10. Pegang sikat secra horizontal dan gunakan gerakan kebelakang dan kedepan untuk membersihkan permukaan bawah gigi palsu 11. Bilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa 12. Kembalikan gigi palsu kepada pasien dan simpan dalam air biasa didalam cangkir plastik 13. Kosongkan mangkok piala ginjal dan tambahkan air dingin yang segar 14. Berikan pasta gigi pada sikat gigi lembut dan sikat 43

gusi,langit-langit dan lidah dengan lembut 15. Minta pasien untuk berkumur dengan teliti 16. Masukkan kembali gigi palsu jika pasien menginginkan atau biarkan pasien melakukan sendiri 17. Mulai dengan lembut memasukkan gigi palsu sebelah atas yang lembab 18. Minta pasien untuk menggunakan jari untuk menekan gigi palsu melekat pada tempatnya dan kemudian masukkan gigi palsu sebelah bawah yang lembab 19. Lepaskan sarung tangan 20. Bersihkan dan simpan alat-alat pada tempat semula 21. Cuci tangan 22. Tanyakan pasien jika gigi terasa nyaman 23. Catat prosedur pada flowsheet atau catatan perawat UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

44

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENCUCI RAMBUT KLIEN DIATAS TEMPAT TIDUR No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/25/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Mencuci rambut dan kulit kepala dengan menggunakan shampo 1. Membersihkan kulit kepala dan rambut dari kotoran 2. Menghilangkan bau dan Memberi rasa nyaman 3. Merangsang sirkulasi darah dibawah kulit kepala 4. Membasmi kutu dan ketombe Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan lingkungan privacy pasien dengan menutup tabir tempat tidur , tutup pintu dan jendela, dan persilakan tamu dan keluarga keluar ruangan 3. Melakukan pengecekan program terapi 4. Mencuci tangan 5. Menempatkan alat dekat pasien dengan benar 6. Memberi salam dan menyapa nama pasien 7. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 8. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 9. Menjaga privasi 10. Mengenakan sarung tangan dan celemek 11. Mengganti selimut kecil dengan selimut mandi 12. Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala dipinggir tempat tidur dekat dengan ember penampungan dan kaki ke sisi menjauhi perawat 13. Alasi bantal dengan perlak dan posisikan bantal dibawah bahu sehingga kepala mendongak ke belakang 14. Pasang penahan tempat tidur dan pastikan berada dibawah bahu pasien 15. Memesang handuk dibawah kepala dan meletakkannya di dada pasien 16. Angkat kepala dan posisikan talang karet sehingga aliran air melewati tempat tidur langsung ke ember kosong yang sudah sebelumnya dialasi kain pel 17. Menutup dada dengan handuk sampai ke leher 18. Menyisir rambut 19. Menutup lubang telinga dengan kapas dan mata dengan waslap 45

20. Menyiram rambut dan mengoleskan peditok sampai rata keseluruh rambut kemudian tutup dengan sower cup selama 10-15 menit 21. Bilas dengan air hangat, untuk membersihkan sisa pediotik. Dan mengoleskan shampoo sambil menggosok (memijit-mijit)kulit kepala dan rambut 22. Membilas rambut dengan air hangat sampai bersih dari ujung rambut 23. Ulangi prosedur diatas untuk kedua kalinya 24. Melepas kapas penutup lubang telinga dan kain kassa penutup mata 25. Menyisir rambut 26. Meletakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering 27. Merapikan pasien,ganti selimut mandi dengan selimut tidur 28. Mengevaluasi tindakan 29. Berpamitan dengan pasien 30. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 31. Mencuci tangan 32. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

46

MENYISIR RAMBUT

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/26/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Mempertahankan kebersihan dan kerapian rambut, yang meliputi menyisir dan mencuci rambut serta memasang kap kutu

PENGERTIAN

TUJUAN

5. KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. Mempertahankan rasa nyaman dan meningkatkan kepercayaan diri dalam diri pasien 2. Memelihara rambut agar tetap rapi 3. Merangsang kulit kepala 4. Mencegah adanya kutu kapala dan kotoran lain Mengaetahui apakah ada kelainan pada kulit kepala Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan lingkungan privacy pasien dengan menutup tabir tempat tidur , tutup pintu dan jendela, dan persilakan tamu dan keluarga keluar ruangan 3. Bawa alat kedekat pasein 4. Beri tahu pasien dan jelaskan prosedur 5. Cuci tangan 6. Bentangkan handuk di bawah kepala pasien kemudian miringkan 7. Kaji kulit kepala pasien 8. Bagi rambut menjadi 2 bagian 9. Sisir rambut mulai dari ujung,makin lama makin ke atas sampai pada pangkal rambut 10. Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan kertas kemudian buang kedalam bengkok kosong 11. Ikat ujung rambut yang panjang ( membuat jalinan),demikian juda bagian lainnya, jika perlu 12. Setelah menyisir rambut pasien,bersihkan sisir dengan kertas tissue kemudian masukkan ke dalam bengkok berisi larutan lisol dan buang kertas tissue ke dalam bengkok kosong 13. Ambil handuk di bawah kepla klien dan rapikan 14. Bereskan alat,bersihkan kemudian kembalikan (simpan) ke tempat semula 15. Cuci tangan 47

16. Evaluasi tindakan 17. Catat tindakan pada catatan perawatan UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

48

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

PEMBERIAN HUKNAH RENDAH/TINGGI No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/27/04/16

01

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 April 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukkan larutan ke dalam rektum dan colon 1. Mengurangi destinasi abdomen dan rasa tidak nyaman kepada klien 2. Merangsang peristaltic usus kembali normal 3. Mengembalikan pola eliminasi normal 4. Membersihkan dan mengosongkan isi colon untuk pemeriksaan diagnostic atau persiapan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Lihat kembali pesanan medik untuk prosedur tindakan hukna 2. Kaji status kesehatan klien 3. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang tujuan pemberian enema 4. Kaji daerah anus, bokong, dan kulit sekitarnya (luka,lecet,haemorrhoid dan fistula) 5. Kaji kemampuan klien untuk mengontrol sphincter external rectal atau ani 6. Kaji adanya indicator konstipasi (nyeri, rasa keras pada abdomen bagian bawah, lubang anus, yang menyempit. 7. Kaji keadaan abdomen 8. Kaji tanda-tanda vital sebelum dilakukan tindakan tersebut 9. Kaji terakhir kali klien defekasi dan pola defekasi klien 10. Kaji adanya riwayat kontraindikasi atau komplikasi pemberian enema ( seperti ; gangguan jantung). 11. Kaji riwayat diet klien (mis : intake cairan atau cereal,dll), perubahan aktivitas , pola dan frekuensi penggunaan alxantia atau enema 12. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang obatobatan yang dapat menurunkan peristaltic usus, seperti : golongan obat narkotika 13. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 14. Memberikan lingkungan privacy dengan menutup lingkungan

49

sekitar tempat tidur dan pintu masuk kamar klien 15. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja perawat. 16. Perawat mencuci tangan 17. Pakai sarung tangan 18. Persiapkan cairan enema a. Suhu 1050 -1090 F atau 40,5-430 C ( untuk dewasa ) 370 C untuk (anak-anak) b. Jumlah cairan infant 150-250 ml, toddler 250-350 ml, school age 300-500ml, adolescent 500-750ml, adult 7501000ml c. Jenis cairan sesuai dengan indikasi 19. Pasang perlak dibawah bokong klien 20. Siapkan pasusurungan pada daerah yang mudah terjangkau oleh perawat 21. Beri posisi yang tepat pada klien : huknah rendah posisi miring kiri, huknah tinggi miring kanan, tengah kemudian kanan bila memungkinkan. 22. Sambungkan kanul dengan selang irrigator 23. Beri jelly atau Vaseline pada ujung kanul ± 3 – 4 ich/7,5 – 10 cm 24. Bebaskan selang irrigator dan kanul dari udara dengan cara mengalirkan cairan kemudian selang di klem 25. Buka bokong klien sampai rectum terlihat jelas sambil instruksikan klien untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang melalui mulut 26. Masukkan kanul kedalam rectum dengan ujung kanul mengarah ke umbilicus secara hati-hati sepanjang : Infant 2,5 – 4 cm , anak-anak 5 – 6,5 cm, dewasa 7,5 – 10 cm 27. Atur ketinggian irrigator untuk huknah tinggi : 30 – 45 cm, huknah rendah 30 cm dari anus 28. Buka klem dan alirkan cairan enema ke dalam colon dengan kecepatan 75 – 100 / menit, sambil anjurkan klien untuk menahan cairan sampai seluruh cairan masuk 29. Bila ada kram abdomen atau cairan keluar dari rectal kanul rendahkan ketinggian irrigator 30. Klem irrigator setelah semua cairan masuk kedalam colon 31. Letakkan kertas tissue pada rectal kanul kemudian cabut rectal kanul secara perlahan-lahan kemudian masukkan ke dalam plastic sampah. 32. Anjurkan klien untuk menahan cairan selama 5 – 10 menit sambil klien berbaring diatas tempat tidur 33. Jelaskan kepada klien bahwa rasa tidak nyaman adalah normal 34. Bila klien ada keinginan untuk defekasi anjurkan klien untuk buang air besar di kamar mandi, bila tidak memungkinkan bantu klien untuk BAB diatas tempat tidur 35. Observasi karakteristik, jumlah,warna feses dan cairan yang keluar 36. Bersihkan daerah anus dan bokong klien dengan menggunakan tissue dan waslap + sabun , kemudian keringkan 37. Kenakan kembali pakaian bawah klien 50

38. Berikan posisi yang nyaman 39. Bereskan alat-alat 40. Buka sarung tangan 41. Evaluasi:  Klien menyatakan rasa nyaman dan bebas dari distensi abdomen  Impaksi fekal teratasi dan feses menjadi lunak  Cairan yang keluar menjadi bening juka untuk persiapan pemeriksaan diagnostic atau persiapan pembedahan 42. Dokumentasi:  Catat waktu dan tanggal pemberian enema  Catat tipe dan jumlah cairan  Catat karakteristik, jumlah , warna cairan dan feses yang keluar  Catat adanya komplikasi yang terjadi selama dan sesudah pemberian enema  Toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan. UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

51

PEMBERIAN GLYCERIN

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/28/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 April 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan memasukkan cairan obat / oil untuk membersihkan colon 1. Mengurangi destinasi abdomen dan rasa tidak nyaman kepada klien 2. Merangsang peristaltic usus kembali normal 3. Mengembalikan pola eliminasi normal 4. Membersihkan dan mengosongkan isi colon untuk pemeriksaan diagnostic atau persiapan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Lihat kembali pesanan medik untuk prosedur tindakan hukna 2. Kaji status kesehatan klien 3. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang tujuan pemberian enema 4. Kaji daerah anus, bokong, dan kulit sekitarnya (luka,lecet,haemorrhoid dan fistula) 5. Kaji kemampuan klien untuk mengontrol sphincter external rectal atau ani 6. Kaji adanya indicator konstipasi (nyeri, rasa keras pada abdomen bagian bawah, lubang anus, yang menyempit. 7. Kaji keadaan abdomen 8. Kaji tanda-tanda vital sebelum dilakukan tindakan tersebut 9. Kaji terakhir kali klien defekasi dan pola defekasi klien 10. Kaji adanya riwayat kontraindikasi atau komplikasi pemberian enema ( seperti ; gangguan jantung). 11. Kaji riwayat diet klien (mis : intake cairan atau cereal,dll), perubahan aktivitas , pola dan frekuensi penggunaan alxantia atau enema 12. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang obatobatan yang dapat menurunkan peristaltic usus, seperti : golongan obat narkotika 13. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 14. Memberikan lingkungan privacy dengan menutup lingkungan sekitar tempat tidur dan pintu masuk kamar klien 15. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja perawat. 16. Perawat mencuci tangan

52

27.

UNIT TERKAIT

17. Pakai sarung tangan 18. Persiapkan cairan glyserine di dalam spuit glycerine dengan perbandingan : 1 antara glycerine dengan minyak oli ( dewasa 15-20 CC, anak-anak 10 CC), sesuaikan dengan kebijakan instruksi 19. Melepaskan pakaian bawah klien dengan tutup handuk bawah 20. Letakkan perlak / alas karet dibawah bokong klien 21. Beri posisi klien murung kiri dan posisi kaku flexi 22. Keluarkan sedikit cairan dalam spuit glycerine untuk membasahi ujung kanul atau olesi ujung spuit glycerine dengan jelly atau Vaseline 23. Buka bokong klien dengan menggunakan tangan non dominan, kemudian masukkan ujung spuit glycerin ke dalam rectum mengarah ke umbilicus dan anjurkan klien untuk relaks dengan cara menarik nafas panjang 24. Semprotkan cairan secara perlahan-lahan ke dalam rectum dan anjurkan klien untuk menahan cairan 25. Letakkan kertas tissue diantara anus dan kanul kemudian pelan-pelan keluarkan spuit glycerine sambil menekan bokong 26. Kembalikan klien pada posisi semula Bersihkan daerah anus dan bokong klien dengan menggunakan tissue dan waslap + sabun, kemudian keringkan. 28. Kenakan kembali pakaian klien 29. Berikan posisi yang nyaman 30. Bereskan alat-alat 31. Mencuci tangan 32. Evaluasi 33. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan Unit Rawat Inap

53

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMERIKSAAN FISIK No. Document

No. Revisi

P/IV/29/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/5 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Kajian kesehatan klien (kumpulan informasi/data fisik) yang menyeluruh secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi 1. Menentukan status kesehatan klien 2. Memperoleh data Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan AREA KEPALA-LEHER 1. Kaji riwayat sakit flu atau infeksi , nyeri leher, pembesaran kelenjar, trauma hidung , alergi, infeksi mata dan telinga 2. Jelaskan kepada klien 3. Beri posisi yang nyaman 4. Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien Inspeksi dan palpasi 1) Rambut, kulit kepala 2) Finger print 3) Mata(visus,palpebrae, TIO, sclera, konjungtiva, pupil) 4) Hidung ( septum, mukosa, rongga hidung dan sinus) 5) Telinga (pinna, kanal, membrane tympani 6) Mulut (bibir, gigi, kebersihan mulut, bau mulut, lidah, mukosa, ovula,) 7) Leher 5. Evaluasi: Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data seharusnya 6. Dokumentasi: Catat setiap data sesuai pemeriksaan hindari kata tidak ada kelainan, normal AREA DADA (PARU-JANTUNG-PAYUDARA) 1. Kaji riwayat kesehatan keluarga (kanker, TBC, alergi, asthma, COPD, diabetes, hipertensi, jantung) 2. Kaji sakit infeksi pernafasan , batuk, nyeri dada, hemoptisis 3. kaji factor risiko penyakit paru, jantung dan kanker payudara 4. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien 5. Beri posisi yang nyaman 54

6.

Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien Inspeksi Paru-paru  Bentuk dada, pergerakn dada, pola nafas (frekuensi, irama dan kedalaman )  Mukosa bibir, kuku Jantung  Inspeksi pulsasi apcial Payudara  Anjurkan klien dalam posisi baring dengan tangan keatas disanggah oleh bantakan  Inspeksi ukuran , bentuk, simetris  Inspeksi kulit (warna, lesi , vaskularisasi dan edema)  Inspeksi aerola, putting (retraksi, sekresi, ulkus)  Inspeksi axilla dan klavikula(pembengkakan dan kemerahan) Palpasi Paru-paru  Keadaan kulit, nyeri tekan , massa peradangan , kesimetrisan ekspansi, taktil/vocal fremitus Jantung  Palpasi secara sistematis dari trikuspidalis apical dan epigastrik

aorta,

pulmonal,

Payudara  Palpasi sekitar putting, axilla dan klavikula  Palpasi payudara secara bimanual dengan gerakan sirkulasi / memutar dari tepi aerola searah jarum jam Perkusi Paru-paru  Perkusi paru-paru anterior dan posterior di setiap spasium interkostalis Jantung  Perkuasi semua area jantung ( batas atas, kanan dan kiri jantung) Auskultasi Paru-paru  Auskultasi bunyi napas di semua lapang paru Jantung  Auskultasi pada lima area utama yaitu katup aorta, pulmonalis , tricuspid, apical dan epigastrik.  Kaji ritme dan kecepatan jantung 7. Evaluasi: Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya 55

8. Dokumentasikan  Catat setiap data hasil pemeriksaan dan hindari kata tidak ada kelainan, normal  Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang sebenarnya ABDOMEN 1. Kaji riwayat kesehatan, factor risiko dan setiap tanda gejala penyakit system pencernaan Inspeksi Bentuk, kontur permukaan perut, retraksi, skar, distensi, penonjolan dan adanya bayangan vena Auskultasi  Letakkan diafragma stetoskop disetiap 4 kuadran dan dengarkan selama 1 menit  Letakkan bell stetoskop di atas aorta, arteri renal dan illiaka dan dengarkan suara arteri/bruit Perkusi  Perkusi mulai kuadran kanan atas kemudian searah jarum jam  Perkusi pada area timpani dan redup  Perkusi pada area sudut kostovertebra Palpasi  Lakukan palpasi rigan dan perhatikan ekspresi wajah klien  Lakukan palpasi dalam disemua area empat kuadran dan area yang sensitive/ nyeri dilakukan terakhir  Lakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan kandung kemih 2. Evaluasi Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya 3. Dokumentasikan  Catat setiap data hasil pemeriksaan dan hindari kata tidak ada kelainan, normal  Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang sebenarnya MUSCULOSKLETAL 1. Kaji riwayat kesehatan, factor risiko dan setiap tanda gejala penyakit system muskulosketal Inspeksi , palpasi dan perkusi  Inspeksi cara berdiri , postur  Amati ukuran otot, dan palpasi nyeri otot  Amati area persendian , dan palpasi nyeri tulang  Amati struktur tulang dan palpasi nyeri tulang  Uji kekuatan otot  Uju rentang gerak persendian (ROM) 2. Evaluasi Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya 3. Dokumentasikan 56

 Catat setiap data hasil pemeriksaan dan hindari kata tidak ada kelainan, normal  Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang sebenarnya NEUROLOGI 1. Kaji riwayat kesehatan , factor risiko dan setiap tanda gejala penyakit system neurologic (cidera kepala, pembedahan, persarafan, pingsan dan stroke) 2. Kaji riwayat perubahan sesuai pendengaran, penglihatan, penghiduan, pengecapan dan perabaan 3. Kaji riwayat penyimpangan status mental 4. Kaji kesadaran secara kualitatif dan kuantitatif( menggunakan Glasgow coma scale) 5. Kaji mentasi (perhatian/atensi, kemampuan mengingat, perasaan/afektif, kemampuan berbahasa, kemampuan berpikir dan presepsi spasial) 6. Kaji fungsi saraf cranial ( I-XII) 7. Kaji reflex fisiologi dan patologis 8. 8. Evaluasi Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya 9. Dokumentasikan  Catat setiap data hasil pemeriksaan dan hindari kata tidak ada kelainan, normal  Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang seharusnya  Cari semua perubahan tingkat kesadaran, perilaku lebih detail  Lapor semua perubahan status mental ke dokter GENITALIA DAN RECTUM 1. Kaji riwayat kesehatan , factor risiko dan setiap tanda gejala penyakit system reproduksi 2. Kaji riwayat dan perilaku seksualitas 3. Kaji riwayat reproduksi 4. Kaji masalah eliminasi (hemorrhoid, melena, nyeri pada rectal Wanita  Anjurkan BAK  Beri posisi lototomi/dorsal recumbent  Amati rambut pubis (distribusi dan jumlah)  Amati kulit dan area pubis (lesi, eritema, fissure, eksoriasi)  Buka labia mayora, minora , klistoris dan meatus uretra  Amati area inguinal  Amati area rectal dan anjurkan klien mengedan Pria  Anjurkan BAK 57

  

Beri posisi supine Amati rambut pubis (distribusi dan jumlah Amati penis (kulit, ukuran, lubang uretra dan gland penis)  Amati skrotum (kemerahan, bengkak, ulkus, dan nodul)  Palpasi penis, skrotum dan testis  Amati area rectal dan anjurkan pasien mengedan 5. Evaluasi Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang seharusnya 6. Dokumentasikan  Catat setiap data hasil pemeriksaan dan hindari kata tidak ada kelainan, normal  Perjelas setiap data yang ditemukan menyimpang dari data yang seharusnya UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan/Inap 2. IGD

58

R.S. Santa Elisabeth

MENGGUNTING KUKU

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/30/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Merapikan dan memotong bagian kuku pasien yang panjang dan tidak rapi umumnya dilakukan oleh perawat terhadap pasien yang total care atau apabila pasien tidak dapat melakukannya sendiri 1. 2. 3. 4.

Mencegah infeksi nosokomial dan tidak menimbulkan luka/goresan Menjaga kebersihan kuku Menjaga kerapian Menambah kenyamanan klien yang terganggu karena kuku yang panjang

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3.

Pastikan identitas klien Kaji kondisi klien Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan 4. Jaga privasi klien 5. Atur posisi klien 6. Berikan salam,panggil klien 7. Perkenalkan nama 8. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga 9. Letakkan alat ke dekat pasien 10. Cuci tangan 11. Pakai sarung tangan 12. Pasang pengalas di bawah tangan 13. Rendam kuku dengan air hangat,jika kuku kotor di sikat 14. Keringkan dengan handuk 15. Letakkan tangan diatas bengkok yang berisi lisol 16. Potong kuku,setelah selesai letakkan gunting kuku diatas bengkok kikir kuku agar rata 17. Lepaskan sarung tangan dan letakkan di dalam bengkok 59

18. Rapihkan dan kembalikan alat 19. Buka APD dan cuci tangan 20. Evaluasi respon klien 21. Catat tindakan yang telah dilakukan,tanggal dan jam pelaksanaan UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

60

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGAJARKAN LATIHAN NAFAS DALAM No. Document

No. Revisi

P/IV/31/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Metode latihan nafas yang diajarkan pada klien sebelum tindakan operasi untuk mencegah komplikasi post operasi dan mengurangi nyeri 1. Membantu ekspansi paru 2. Mengurangi nyeri 3. Menurunkan resiko pneumonia, atelektasis dan emboli paru Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Identifikasi jenis pembedahan yang akan dilakukan pada klien 2. Kaji tipe anestesi yang akan diberikan kepada klien 3. Kaji kebutuhan klien akan proses pembelajaran 4. Tentukan metode pembelajaran dengan tepat 5. Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar 6. Mencuci tangan 7. Anjurkan klien untuk duduk di tepi tempat tidur 8. Perawat berdiri di hadapan klien untuk menyilangkan kedua lengankan di depan dada dan jari-jari terbuka menempel pada dingding thorax 9. Klien mengambil nafas dalam perlahan-lahan melalui hidung, tahan 1-2 detik dengan hitungan 1-2-3 , lalu buang melalui mulut 10. Anjurkan klien untuk melakukan latihan nafas 10 kali setiap 2 jam setelah operasi 11. Mencuci tangan 12. Evaluasi  Klien secara psikologis dan fisik siap dalam menghadapi pembedahan  Klien mampu melakukan teknik nafas dalam 13. Dokumentasikan  Jam pelaksanaan tindakan  Kemampuan klien untuk melakukan latihan nafas dalam  Reaksi klien terhadap tindakan yang diberikan 1. Unit Rawat Inap 2. IGD

61

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGAJARKAN LATIHAN BATUK EFEKTIF No. Document

No. Revisi

P/IV/32/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasi dan mengganggu dari dari saluran nafas dengan cara dibatukkan 1. Membebasakan jalan nafas dari akumilasi secret 2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat 3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat 4. Memberi salam dan sapa nama klien 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 6. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien 7. Menjaga privasi klien 8. Mempersiapkan klien 9. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada satu tangan di abdomen 10. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) 11. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung) 12. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 13. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir sepeerti meniup) 14. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot 15. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 16. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke -3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat 17. Menampung lender dalam sputum pot 18. Merapikan pasien 19. Melakukan evaluasi tindakan 62

20. Berpamitan dengan pasien 21. Mencuci tangan 22. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

63

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENCUKUR No. Document

No. Revisi

P/IV/33/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan persiapan klien sebelum operasi untuk membersihkan daerah yang akan dioperasi Membersihkan area yang akan dioperasi dari rambut sehingga mengurangi mikroorganisme Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji jenis pembedahan 2. Inspeksi kondisi umum kulit 3. Kaji lokasi pembedahan untuk menentukan daerah pencukuran 4. Mencuci tangan 5. Pasien diberi posisi yang nyaman pada daerah yang akan dipoerasi 6. Letakkan handuk di bawahnya 7. Gunakan bedak/basahi kulit dengan sabun 8. Rengangkan kulit yang halus dengan tangan kiri dan cukur searah dengan tumbuhnya rambut 9. Menghilangkan sabun dan keringkan, observasi kembali daerah cukuran 10. Membereskan alat 11. Mencuci tangan 12. Evaluasi  Lokasi pembedahan disiapkan dengan benar  Bila terjadi penyimpanan baik secara fisik maupun emosional dapat terindentifikasi lebih dini sebelum operasi 13. Dokumentasi  Catat tanggal dan waktu , persiapan area operasi  Kondisi kulit sebelum dan sesudah pencukuran 1. Unit Rawat Inap 2. IGD

64

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG GURITA No. Document

No. Revisi

P/IV/34/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan untuk mengimobilisasi daerah bekas operasi dengan menggunakan alat bantu gurita 1. Mengimobilisasi daerah bekas operasi 2. Mencegah komplikasi post operasi (evecerasi,dehiscence) 3. Mengurangi nyeri saat klien mobilisasi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji lokasi luka klien 2. Mencuci tangan 3. Membantu klien dalam posisi tidur terlentang 4. Membebaskan pakaian di daerah yang akan dipasang gurita 5. Meletakkan gurita di bawah badan klien sesuai dengan kebutuhan 6. Mengikat tali gurita dengan cukup kuat dan rapi, perhatikan posisi tali gurita , jangan diikat tepat diatas luka 7. Merapikan klien dan lingkungan 8. Mencuci tangan 9. Evaluasi  Rasa nyaman klien  Respon klien terhadap prosedur keadaan integritas kulit klien terhadap pemasangan gurita 10. Dokumentasi  Respon klien terhadap prosedur  Tingkat rasa nyaman klien Unit Rawat Inap

65

R.S. Santa Elisabeth

MENGGANTI BALUTAN

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/35/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan keperawatan untuk mengganti balutan untuk mencegah infeksi dengan mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih 1.

Menghilangkan sekresi yang menumpuk dan jaringan mati pada luka dan incise 2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/incise 3. Membantu penyembuhan luka Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji pesanan dokter termasuk jenis balutan, prosedur rawat luka dan frekuensi ganti balut 2. Kaji jenis dan lokasi luka/incise 3. Kaji tingkat nyeri klien dan kapan terakhir mendapatkan obat penghilang nyeri 4. Kaji riwayat alergi terhadap obat atau plester 5. Pada geriatric imunosupresi dan resistensi, perlu tindakan asepsi yang ketat untuk mengurangi paparan mikroorganisme 6. Mencuci tangan 7. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan dekatkan meja dorong ke tempat tidur klien a. buka set ganti balut b. k/p tambahkan kassa steril dan lidi kapas steril secukupnya ke dalam set ganti balut 8. Pakai sarung tangan tidak steril 9. Letakkan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang terbuka 10. Letakkan perlak di bawah luka 11. Beri klien posisi yang nyaman dan tepat untuk perawat luka 12. Buka plester serah tumbuhnya rambut dan buka balutan secara hati-hati mudah dibersihkan 13. Masukkan balutan kotor ke dalam plastik 14. Buka sarung tangan non steril 15. Pakai sarung tangan steril 66

16.

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

25.

UNIT TERKAIT

Bersihkan luka dengan menggunakan alcohol swab a. bersihkan dari arah atas ke bawah di setiap sisi luka dengan arah keluar menjauh dari luka ( 1 alkohol swab untuk 1 x usapan) b. bersihkan sisi sebelah luka dari bagian atas ke bawah diikuti sisi sebelahnya dengan arah usapan menjauh dari luka ( 1 alkohol swab untuk 1 x usapan) Olesi luka dengan bethadine mulai dari tengah luka/dari daerah kotor ke bersih Tutup luka dengan kassa steril Beri plester pada pinggiran kassa pembalut Tuliskan tanggal dan waktu mengganti balutan dengan plester dan tempelkan pada balutan Bereskan alat-alat yang telah digunakan beserta lingkungannya Beri klien posisi yang nyaman Cuci tangan Evaluasi : a. Kebutuhan frekuensi ganti balut b. Efek plester pada kulit c. Tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka Dokumentasi : a. Lokasi jenis luka dan keadaan luka / incise b. Keadaan balutan sebelumnya c. Cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka d. Pendidikan yang telah diberikan untuk klien e. Toleransi klien terhadap prosedur

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

67

R.S. Santa Elisabeth

MERAWAT LUKA DENGAN TERPASANG DRAIN

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/36/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Merawat luka pada klien dengan luka yang menggunakan drain yang berfungsi untuk mengeluarkan sekresi luka

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mengangkat penumpukan sekresi dan jaringan mati dari luka atau inci 2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau daerah incise 3. Membantu proses penyembuhan luka Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji jenis drain yang digunakan klien 2. Kaji pesanan dokter untuk tindakan perawatan drain dan frekuensi ganti balut 3. Kaji jenis, penampilan dan lokasi luka atau incise 4. Kaji waktu pemberian obat anti nyeri terakhir 5. Kaji riwayat alergi klien terhadap bethadine atau plester 6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 7. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur , k/p tutup pintu dan jendela 8. Atur ketinggian tempat tidur klien untuk memudahkan kerja perawat 9. Cuci tangan 10. Letakkan handuk menutupi daerah privacy klien dan perlak di bawah luka klien 11. Siapkan peralatan diatas meja dorong 12. Buka set angkat jahitan dan atur posisi alat dengan korentang steril 13. K/p tambahkan kassa dan tuffer kassa secukupnya ke dalam set 14. Siapkan plastuk dan piala ginjal ke dekat luka 15. Beri klien posisi yang tepat untuk perawatan drain 16. Pakai sarung tangan non steril 17. Buka plester searah tumbuhnya rambut dan buka balutan luka dengan hati-hati 18. Masukkan bekas balutan ke dalam kantong plastic 19. Buka sarung tangan non steril 68

20. Pakai sarung tangan steril 21. Bersihkan sekitar luka drain menggunakan alcohol swab dengan arah memutar kearah luar 22. Beri bethadine di daerah luka dan drain , dari daerah bersik ke kotor 23. Lipat kassa dengan arah memanjang dan letakkan mengelilingi drain hingga terbungkus 24. Tutup luka dengan kassa atau bantalan 25. Pasang plester 26. Bereskan alat-alat dan lingkungan 27. Buka sarung tangan 28. Cuci tangan 29. Beri klien posisi yang nyaman 30. Evaluasi a. Adanya tanda-tanda infeksi dan tingkat penyembuhan luka b. toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan 31. Dokumentasi a. Lokasi dan jenis luka atau incise b. Status balutan sebelumnya c. Status luka dan jenis drainage (jumlah , warna, konsistensi , bau) d. Obat dan cairan yang digunakan untuk merawat luka e. Toleransi klien terhadap prosedur UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

69

R.S. Santa Elisabeth

MENGANGKAT JAHITAN

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/37/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membuka jahitan luka klien saat luka sudah mulai menutup dan terbentuk jaringan konektif atau berdasarkan instruksi medik 1.

Membuka jahitan pada saat luka sudah menutup dan jaringan konektif terbentuk 2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah infeksi 3. Membantu proses penyembuhan luka Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji pesanan dokter untuk prosedur pengangkatan jahitan 2. Kaji jenis jahitan atau benang yang dipakai 3. Kaji lokasi luka 4. Kaji tingkat toleransi klien terhadap nyeri dan waktu pemberian obat anti nyeri terakhir 5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 6. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela 7. Atur kegiatan tempat tidur klien untuk memudahkan kerja perawat 8. Mencuci tangan 9. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan didekat klien a. Buka set ganti balut b. K/p tambahkan kassa steril secukupnya ke dalam set, kemudian set di tutup kembali 10. Pakai sarung tangan tidak steril 11. Letakkan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang terbuka 12. Letakkan perlak dibawah luka 13. Beri klien posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan luka 14. Buka plester searah tumbuhnya rambut dan balutan secara hati-hati 15. Masukkan balutan kotor ke dalam plastic 16. Buka sarung tangan non steril 70

17. Pakai sarung tangan steril 18. Bersihkan luka dengan menggunakan kassa steril beri bethadine 10% pada luka, dengan arah dari daerah bersih kotor 19. Pegang pinset anatomis dengan tangan nondominan dan gunting pada tangan dominan 20. Angkat simpul benang jahitan dengan pinset dan masukkan ujung gunting di sela-sela antara benang dengan kulit 21. Gunting benang jahitan dan tarik secara perlahan-lahan 22. Gunting sisa benang yang ada dengan prosedur yang sama satu persatu, sambul di obervasi adanya luka jahitan yang masih belum menutup 23. Bersihkan darah yang mongering pada daerah bekas jahitan dengan cairan antiseptic/bethadine 24. Tutup luka dengan kassa steril 25. Beri plester 26. Bereskan alat-alat dan lingkungan 27. Buka sarung tangan 28. Cuci tangan 29. Evaluasi a. Adanya tanda-tanda infeksi dan tingkat penyembuhan luka b. toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan 30. Dokumentasi a. Lokasi dan jenis luka atau incise b. Status balutan sebelumnya c. Status luka dan jenis drainage (jumlah , warna, konsistensi , bau) d. Obat dan cairan yang digunakan untuk merawat luka e. Toleransi klien terhadap prosedur UNIT TERKAIT

1. 2.

Unit Rawat Inap/Jalan IGD

71

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT DEKUBITUS

No. Document

No. Revisi

P/IV/38/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Merawat luka tekan klien, untuk membantu penyembuhan luka

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme kedalam kulit membrane mukosa 2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan 3. Mempercepat penyembuhan 4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris 5. Mencegah penyebaran luka 6. Mencegah perdarahan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek pesanan dokter mengenai jenis balutan, prosedur, frekuensi ganti balut dan cairan yang digunakan untuk irigasi 2. Kaji jenis dan lokasi dekubitus 3. Kaji faktor-faktor dari klien yang mempengaruhi timbulnya timbulnya dekubitus 4. Kaji tingkat nyeri klien dan waktu pemberian obat nyeri terakhir 5. Riwayat alergi terhadap bethadine atau plester 6. Kaji penggunaan bantal pelindung yang ada 7. Kemampuan klien beraktivitas 8. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya dekubitus 9. Jelaskan prosedur pada klien 10. Tutup ruangan atau pasang sampiran 11. Cuci tangan 12. Pakai handscoon bersih 13. Buka balutan dengan menggunakan kapas alcohol dan buang pada tempat sampah atau kantong plastic yang telah disediakan 14. Observasi luka, ukur panjang, lebar dan kedalaman luka dengan menggunakan Penggaris millimeter disposable. Kemudian lihat juga keadaan luka, warna luka, warna sekitar tepi luka, derajat luka dan ada cairan atau tidak. 15. 72

1. 2.

Buka set steril Kasa digulungkan keujung pinset chirurgi kemudian tangan yang satu memegang pinset anatomi 3. Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril yang telah diberi NaCl 0,9 % dengan cara dari dalam keluar (pergerakan melingkar) sambil memencet luka untuk mengeluarkan eksudat 4. Kasa hanya dipakai satu kali dan diganti lagi 5. Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan eksudat keluar 6. Buang handscoon bersih 7. Pakai handscoon steril 8. Pakai cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung eksudat 9. Balut luka dengan menggunakan kasa steril. Jika luka masih basah atau banyak mengeluarkan cairan maka balut luka dengan kasa sampai 7 lapisan. Dan jika luka sudah mulai kering maka 3 lapis kasa saja. 10. Fiksasi dengan menggunakan plester atau hipafix 11. Buang handscoon dan kasa ditepat yang telah disediakan 12. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang nyaman 13. Ankat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan dan dan handscoon kotor 14. Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik 15. Cuci tangan 16. Evaluasi a. Adanya tanda-tanda infeksi dan tingkat penyembuhan luka b. toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan 31. Dokumentasi a. Lokasi dan jenis luka atau incise b. Status balutan sebelumnya c. Status luka dan jenis drainage (jumlah , warna, konsistensi , bau) d. Obat dan cairan yang digunakan untuk merawat luka e. Toleransi klien terhadap prosedur UNIT TERKAIT

1. 2.

Unit Rawat Inap/Jalan IGD

73

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG RESTRAINS

No. Document

No. Revisi

P/IV/39/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Alat yang digunakan untuk membatasi pergerakan secara fisik untuk seluruh tubuh ataupun bagian tertentu dari tubuh 1. Untuk mencegah mempertahankan mobilisasi sendi 2. Mencegah terjadinya kontraktur 3. Mencegah klien jatuh, dan klien mencabut alat medic yang digunakan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kebutuhan klien akan penggunaan restrain sesuaikan tipe dan ukuran yang digunakan 2. Inspeksi area pemasangan 3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 4. Pasang tirai di sekeliling tempat tidur 5. Inform consent K/ P, sesuai dengan SOP RS menganai kondisi kulit dan sirkulasi yang adekuat 6. Cuci tangan 7. Tempatkan klien dalam posisi tubuh yang sesuai dengan pemasangan restraint 8. Alasi bagian tubuh klien yang akan dipasang restrain 9. Pasang restrain ( ikatan harus mudah dibuka) Jaket restrain :  Rompi restraint diletakkan di atas pakaian klien  Tempatkan klien diatas tempat tidur / kursi roda  Agar pemasangan restrain tidak terbalik, baca instruksi dari bahan yang digunakan 10. Bila klien menggunakan kursi roda, restraint diikat di belakang kursi Belt restrain :  Mengamankan klien di tempat tidur/kursi roda  Letajjab restrain di pinggang klien, buka di bagian dada dan hindari pemasangan yang terlalu kencang Extermitas restrain :  Bantu klien dalam posisi lateral  K/p gunakan alas di bawah restrain 74



Pasang restrain jangan terlalu kencang dengan cara masukkan 2 jari di bawah restrain 11. Cuci tangan 12. Evaluasi :  Observasi keefektifan penggunaan restraint untuk mencegah cedera pada klien  Obervasi sirkulasi pada lokasi pemasangan restraint ( nadi, temperature, warna, dan sensasi setiap 15 – 30 menit )  Pastikan terapi yang sudah di resepkan diberikan tanpa ada interupsi 13. Dokumentasi:  Tingkah laku klien setelah pemasangan  Tingkat orientasi  Pendidikan untuk klien dan keluarga  Tipe dan ukuran resistraint yang digunakan  Kaji oksigenasi, sirkulasi dan integritas kulit klien  Latihan ROM, perpindahan posisi yang diberikan  Waktu restraint dilepas dan respon klien UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

75

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

No. Document

No. Revisi

P/IV/40/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/4 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Alat yang digunakan sebagai tehnik pencegahan mikroorganisme pathogen dari seseorang ke orang lain yang disebut “carier” Barier yang umum digunakan masker, kacamata pelindung, gaun, apron, sarung tangan, penutup kepala, pelindung kaki Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga pengunjung dan lingkungan dari kemungkinan trransmisi material infeksius

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

PROSEDUR

A. Masker N95 1. Genggam respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jari – jari, biarkan tali pengikat menjuntai bebas di bawah tangan anda 2. Posisikan respirator di bawah dagu dan sisi untuk hidung berada di atas 3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang kepala di atas telinga.Tarik tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga. 4. Letakkan jari – jari kedua tangan anda di atas bagian hidung yang terbuat dari logam.Tekan sisi logam tersebut ( gunakan dua jari dari masing – masing tangan ) mengikuti bentuk hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif 5. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hati – hati agar posisi respirator tidak berubah B. Masker Biasa 1. Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher 2. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung

76

3. Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik 4. Periksa ulang pengepasan masker Melepaskan 1. Jangan di sentuh bagian depan masker karena telah terkontaminasi 2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas 3. Buang ke tempat limbah infeksius C. Pemakaian Kaca Mata Pelindung. 1. Siapkan kaca mata pelindung 2. Cuci tangan sesuai dengan prosedur mencuci tangan 3. Kenakan kaca mata pelindung hingga menutupi kedua mata 4. Pastikan telah terpasang dengan baik Melepaskan : 1. Bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi 2. Saat melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata 3. Letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk dip roses ulang atau dalam tempat limbah infeksi D. Pemakaian Gaun / Apron 1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung 2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang Melepaskan : 1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi 2. Lepas tali 3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja 4. Balik gaun pelindung 5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius E. Pemakaian Sarung Tangan 1. 2.

Buka pembungkus sarung tangan dengan hati – hati, pilih yang sesuai ukuran Jika harus mempertahankan prinsip – prinsip steril hindarkan sarung tangan terkontaminasi obyek tidak steril

77

3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagian atas dan masukkan tangan non dominan dengan posisi telentang, masukkan jari secara pelan – pelan. 4. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari tangan dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan ( bagian luar ), segera masukkan tangan non dominan secara perlahan - lahan Melepaskan: 1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi 2. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan 3. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan 4. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama 5. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius 6. Cuci tangan sesuai prosedur.

F. Pemakaian penutup kepala 1. Siapkan tutup kepala yang sesuai dengan fungsinya 2. Rapikan rambut kemudian pakai tutup kepla 3. Rapikan tali pengikatnya 4. Buanglah tutup kepala pada tempat yang telah disediakan (untuk yang sekali pakai), atau taruh pada tempat yang telah disediakan ( untuk yang dapat dipakai berulang) untuk dicuci dan di sterilkan 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja sesuai prosedur 6. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup semua rambut

G. Pemakaian pelindung kaki (Sepatu Boot) 1. Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit 2. Sepatu harus selalu bersih 3. Harus selalu di gunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh di pakai keluar, tidak di anjurkan memkai sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki

78

UNIT TERKAIT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Ruang Rawat Inap/jalan OK IGD NICU GIZI Petugas Medis Seluruh Karyan yang menggunakan sarung tangan yang berkerja dibagian mesin/diesel dan bengkel

79

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBANTU KLIEN BERGESER KE SISI ATAS TEMPAT TIDUR No. Document

No. Revisi

P/IV/41/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memindahkan posisi klien ke salah satu tepi tempat tidur 1. Mempertahankan body alignment 2. Mempertahankan integritas kulit dan mencegah deformasi dari system musculoskeletal 3. Meningkatkan rasa nyaman 4. Mempertahankan posisi yang optimal untuk ekspansi dan ventilasi paru-paru Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji body aligement dan tingkat kenyamanan klien dalam merubah posisi 2. Kaji kemampuan , kondisi klien untuk merubah posisi adanya fraktur, paralysis, perlukan tulang belakang 3. Kaji adanya selang infuse , adanya luka 4. Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan untuk memahami instruksi 5. Kaji berat badan klien dan kekuatan perawat, untuk menentukan bantuan yang diperlukan 6. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 7. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur/ jendela/ pintu Satu orang ) 1. Identifikasi klien dan adanya batasan posisi, jelaskan prosedur dan rasionalnya pada klien 2. Turunkan kepala tempat tidur pada posisi datar dan tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman 3. Cuci tangan 4. Singkirkansemua bantal dari atas tempat tidur. Tempatkan 1 bantal diatas kepala tempat tidur

80

5. Instruksikan klien untuk menekuk lutut dan telapak kaki diatas tempat tidur 6. Bila terdapat trapeze bantu klien untuk memegang. Letakkan satu tangan dibawah paha dan tangan lain di bahu klien 7. Bila tidak terdapat trapeze letakkan satu tangan dekat kepala dibawah bahu klien dan letakkan tangan lain di bawah punggung atas. Dengan mendorong dengan kaki pada hitungan ke tiga 8. Instruksikan klien untuk menekuk leher, hingga dagu menyentuh dada. 9. Letakkan kaki dengan dasar tumpuan yang lebar, satu kaki berada di depan yang lain. Buat fleksi pada lutut dan paha 10. Instruksikan klien untuk mendorong / mengangkat tubuh dengan bantuan kaki pada hitungan ketiga pada saat ekspirasi 11. Pada hitungan ketiga ayunkan dan pindahkan berat badan dari kaki depan ke kaki belakang. ( pada saat yang bersamaan klien mengangkat tubuh dengan mendorong kaki) 12. Berikan posisi sesuai dengan kebutuhan klien dan kaji tingkat kenyamanan klien 13. Cuci tangan

UNIT TERKAIT

Dua orang perawat atau lebih pada klien yang tidak dapat membantu) 1. Lakukan langkah 1-4. 2. Letakkan kain pengangkat dibawah tubuh klien mulai dari bahu sampai paha 3. Fleksikan lutut dan paha. Kencangkan otot abdomen dan gluteal 4. Instruksikan klien untuk rileks dan mengangkat kepala pada hitungan ketiga 5. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan kaji tingkat kenyamanan klien 6. Evaluasi  Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat  Obervasi body aligment dan posisi klien 7. Dokumentasi  Posisi yang diberikan kepada klien  Waktu perubahan posisi yang dilakukan  Alat bantu yang digunakan tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman 1. IGD 2. Unit Rawat Inap

81

R.S. Santa Elisabeth

MEMBERI POSISI FOWLER’S

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/42/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Posisi tempat tidur dengan bagian kepala di tinggikan 45-90 derajat dan bagian lutut dapat difleksikan

TUJUAN

1. 2.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Memperbaiki cardiac output, meningkatkan ventilasi paru Membantu/ mempermudah komunikasi / sosialisasi , makan, menontob TV, eliminasi

Kaji body aligement dan tingkat kenyamanan klien dalam merubah posisi Kaji kemampuan , kondisi klien untuk merubah posisi adanya fraktur, paralysis, perlukan tulang belakang Kaji adanya selang infuse , adanya luka Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan untuk memahami instruksi Kaji berat badan klien dan kekuatan perawat, untuk menentukan bantuan yang diperlukan Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur/ jendela/ pintu Tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman untuk bekerja , pindahkan bantal-bantal dan dekatkan semua alat yang dibutuhkan untuk memberikan posisi Berikan privasi untuk klien Atur tempat tidur pada posisi datar dan bantu klien untuk bergeser ke sisi atas tempat tidur Tinggikan kepala tempat tidur klien 30 - 900 Letakkan bantal tipis menyokong kepala,leher dan bahu Gunakan bantal untuk mensuport lengan dan tangan klien bila tubuh bagian atas diimoblisasikan Letakkan bantal tipis atau gulungan kain pada punggung Letakkan bantal kecil atau gulungan kain dibawah paha,Hindari penekanan pada area popliteal Letakkan papan kaki pada telapak kaki klien

82

17. Evaluasi a. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat b. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman c. Observasi body alignment dan posisi klien 18. Dokumentasi a. Posisi yang diberikan kepada klien b. Waktu perubahan posisi yang dilakukan c. Alat bantu yang digunakan d. Kondisi kulit pada daerah yang tertekan

UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Unit Rawat Inap

83

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN POSISI SUPINE No. Document

No. Revisi

P/IV/43/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Keadaan tidur terlentang dengan posisi anatomi

TUJUAN

Posisi alternative untuk klien bedrest

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi 2. Kaji usia , berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama 3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi klien 4. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 5. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur/ jendela/pintu 6. Jelaskan semua tindakan yang akan dilakukan 7. Kaji kebutuhan akan bantuan 8. Cuci tangan 9. Tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman untuk bekerja, pindahkan bantal-bantal dan dekatkan semua alat yang dibutuhkan untuk memberikan posisi 10. Berikan privacy untuk klien 11. Atur tempat tidur pada posisi datar dan bantu klien untuk bergeser ke sisi atas tempat tidur 12. Letakkan bantal dibawah kepala, bahu dan leher 13. Letakkan bantal tipis atau gulungan kain dibawah area lumbal 14. Letakkan trochanter roll atau bantalan pasir di bagian leteral pada paha / panggul 15. Letakkan bantalan tipis dibawah paha klien 16. Letakkan bantal atau gulungan kain dibawah pergelangan kaki untuk menaiki tumit 17. Letakkan papan kaki pada telapak kaki klien 18. Letakkan bantal dibawah lengan yang pronasi, pertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh klien 19. Letakkan gulungan kain atau bola di tangan klien

84

19. Evaluasi d. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat e. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman f. Observasi body alignment dan posisi klien 20. Dokumentasi e. Posisi yang diberikan kepada klien f. Waktu perubahan posisi yang dilakukan g. Alat bantu yang digunakan h. Kondisi kulit pada daerah yang tertekan

UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Unit Rawat Inap

85

R.S. Santa Elisabeth

MEMBERIKAN POSISI LATERAL (SIDE LYING)

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/44/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Posisi berbaring pada satu sisi tubuh ( kanan / kiri)

TUJUAN

Posisi alternative untuk klien bedrest untuk mencegah penekanan pada punggung dan sacrum Catatan : Tidak digunakan pada klien sesudah pembedahan panggul

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13.

Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi Kaji usia, berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi klien Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur / jendela/ pintu tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman untuk bekerja, pindahkan bantal-bantal dan dekatkan semua alat yang dibutuhkan untuk memberikan posisi Cuci tangan Atur tempat tidur pada posisi datar dan bantu klien untuk bergeser ke sisi atas tempat tidur Naikkan pengaman sisi tempat tidur yang berlawanan dengan posisi perawat Geser klien kesisi tempat tidur yang berlawanan arah posisi lateral Letakkan tangan dimana klien dan tangan lain menyilang di dada. Tekuk lutut klien yang tidak bersentuhan dengan Posisikan perawat pada posisi dimana klien akan miring. Letakkan tangan perawat pada panggul dan bahu klien. Tarik/gulingkan klien kearah perawat Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien Berikan posisi fleksi pada kedua tangan. Tangan bagian

86

atas disokong bantal sejajar dengan bahu 14. Letakkan bantal/guling di punggung klien 15. Letakkan bantal dibawah kaki yang semufleksi mulai dari pangkal paha sampai kaki 16. Letakkan bantal pasir sejajar dengan permukaan telapak kaku 17. Evaluasi g. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat h. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman i. Observasi body alignment dan posisi klien 18. Dokumentasi i. Posisi yang diberikan kepada klien j. Waktu perubahan posisi yang dilakukan k. Alat bantu yang digunakan UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Unit Rawat Inap

87

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

LOG ROLLING KLIEN (MEMINDAHKAN KLIEN) No. Document

No. Revisi

P/IV/45/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Teknik yang digunakan untuk memindahkan / menggeser klien dalam satu waktu dengan mempertahankan posisi tubuh tetap lurus

TUJUAN

Teknik yang digunakan untuk posisi miring pada klien yang harus mempertahankan body alignmentnya. Contoh pada klien dengan spinal injuru.Prosedur ini dulakukan tiga atau lebih perawat. Pada klien yang mengalami injuri cervical satu perawat harus mempertahankan posisi kepala dan leher klien

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi 2. Kaji usia, berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama 3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi klien 4. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 5. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur / jendela/ pintu 6. Cuci tangan 7. Tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman untuk bekerja, pindahkan bantal-bantal dan dekatkan semua alat yang dibutuhkan untuk memberikan posisi 8. Semua perawat berdiri di sisi tempat tidur yang sama dengan kaki fleksi, satu kaki berada di depan kaki yang lain 9. Geser klien ke satu sisi tempat tidur dengan cara mengangkat klien secara bersamaan dengan menggunakan blat bantu. Naikkan sisi penghalang tempat tidur yang berlawanan dengan posisi perawat 10. Instruksikan klien untuk meletakkan tangan diatas dada 11. Pegang / sokong bagian kepala, bahu, panggul , lengan dan

88

dan kaki, pada hitungan ketiga gulingkan klien secara bersamaan pada posisi lateral 12. Support klien dengan bantalan seperti pada posisi “ side lying” . klien yang dicurigai atau yang mengalami spinal injuri harus menggunakan collar cervical 13. Evaluasi j. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat k. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman l. Observasi body alignment dan posisi klien 14. Dokumentasi l. Posisi yang diberikan kepada klien m. Waktu perubahan posisi yang dilakukan n. Alat bantu yang digunakan UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Unit Rawat Inap

89

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

POSISI PRONE (TENGKURAP)

No. Document

No. Revisi

P/IV/46/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Posisi tengkurap yang bertumpu pada bagian perut dan kepala miring ke salah satu sisi ( kanan/ kiri)

TUJUAN

1. 2.

Posisi alternative untuk klien immobilisasi Kontraindikasi pada klien post op daerah abdomen dan klien dengan masalah pada system pernafasan/spinal

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1.

Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi 2. Kaji usia, berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama 3. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 4. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur / jendela/ pintu 5. Cuci tangan 6. Tinggikan tempat tidur ke tingkat yang nyaman untuk bekerja, pindahkan bantal-bantal dan dekatkan semua alat yang dibutuhkan untuk memberikan posisi 7. Atur tempat tidur pada posisi datar dan bantu klien untuk bergeser ke sisi atas tempat tidur 8. Naikkan pengaman sisi tempat tidur yang berlawanan dengan posisi perawat 9. Geser klien ke sisi tempat tidur yang berlawanan arah posisi lateral 10. Letakkan tangan klien sepanjang garis tubuh/dekat dengan tubu, telapak tangan menghadap panggul 11. Miringkan kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal kecil 12. Letakkan bantal kecil di bawah dibawah perut di bawah diafragma 13. Posisikan perawat pada posisi dimana klien akan tengkurap letakkan tangan perawat pada panggul

90

UNIT TERKAIT

dan bahu klien. Tarik / gulingkan klien kearah perawat sokong lengan dalam posisi sejajar bahu 14. Sokong kaki bagian bawah dengan bantal jari-jari terangkat 15. Evaluasi m. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat n. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman o. Observasi body alignment dan posisi klien 16. Dokumentasi o. Posisi yang diberikan kepada klien p. Waktu perubahan posisi yang dilakukan q. Alat bantu yang digunakan Unit Rawat Inap

91

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERI POSISI SIMS (SEMI PRONE)

No. Document

No. Revisi

P/IV/47/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Posisi setengah miring dan setengah tengkurap yang bertumpu pada salah satu sisi anterior dada

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Biasanya digunakan untuk klien tidak sadar dimana dapat memfasilitasi grainage dari mulut dan mencegah aspirasi 2. Mengurangi penekanan di sacrum dan trichanter/panggul 3. Sering digunakan untuk klien yang mengalami prosedur enema 4. Pemeriksaan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

1. Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi 2. Kaji usia, berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama 3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi klien 4. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 5. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur / jendela/ pintu 6. Cuci tangan 7. Letakkan kepala pada posisi datar 8. Letakkan klien pada posisi berbaring 9. Posisikan klien dalam posisi lateral di bagian abdomen 10. Letakkan bantal di bawah kepala 11. Letakkan bantal di bawah lengan atas yang difleksikan, mencupport lengan sejajar bahu 12. Letakkan bantal dibawah kaki tatas yang difleksikan, sokong kaki sejajar penggul 13. Letakkan bantalan pasir sejajar permukaan telapak kaku 14. Observasi posisi body alignment yang baik, tingkat kenyamanan klien dan kemungkinan penekanan pada bagian tubuh 15. Turunkan posisi tempat tidur 16. cuci tangan

92

UNIT TERKAIT

17. Evaluasi a. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat b. Tanyakan pada klien apakah posisinya nyaman c. Observasi body alignment dan posisi klien 18. Dokumentasi a. Posisi yang diberikan kepada klien b. Waktu perubahan posisi yang dilakukan c. Alat bantu yang digunakan 1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

93

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN POSISI DORSAL RECUMBENT

No. Document

No. Revisi

P/IV/48/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemberian posisi pada klien dengan posisi kedua kaki menekuk, telapak kaki menapak di tempat tidur degan posisi kaki terbuka

TUJUAN

1. Untuk pemeriksaan daerah vagina 2. Untuk membersihkan daerah vagina 3. Pemasangan kateter pada klien wanita

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Kaji kemampuan untuk beraktivitas , adanya keterbatasan aktivitas 2. Kaji rentang pergerakan sendi 3. Kaji adanya ketidaknyamanan : nyeri 4. Memberitahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan 5. Menutup pintu , jendela dan memasang tabir 6. Perawat mencuci tangan 7. Membantu klien menekuk lutut dan melebarkan kedua kaki 8. Klien memakai bantal di kepala 9. Kedua telapak kaki tetap menapak di tempat tidur 10. Evaluasi  Rasa nyaman dan aman klien  Tercapainya tujuan dari tindakan 11. Dokumentasi  Respon klien

UNIT TERKAIT

1. 2.

Unit Rawat Inap/Jalan IGD

94

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN POSISI TRENDELENBERG

No. Document

No. Revisi

P/IV/49/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemberian posisi kepada klien dengan bagian kepala tempat tidur lebih tinggi dari pada bagian kaki

TUJUAN

Mencegah peningkatan intra cranial

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9.

UNIT TERKAIT

1. 2.

Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan peningkatan intracranial Kaji adanya kontraindikasi terhadap tindakan yang akan dilakukan Memberitahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan Mencuci tangan Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur, perawat lain member balok/bantal di bagian kepala tempat tidur Memberikan klien posisi yang nyaman Perawat mencuci tangan Evaluasi  Rasa nyaman dan aman klien  Tanda-tanda vital klien  Tercapainya tujuan dari tindakan Dokumentasi  Respon klien  Perubahan tanda vital dan  Alat bantu yang digunakan  Jumlah penolong Unit Rawat Inap/Jalan IGD

95

R.S. Santa Elisabeth

MEMBANTU KLIEN UNTUK DUDUK DI TEMPAT TIDUR

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/50/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Posisi duduk di salah satu tepi tempat tidur

TUJUAN

Posisi yang diberikan sebelum klien berjalan, berpindah ke kursi roda / kursi, makan atau melakukan aktivitas lainnya

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1.

Kaji body alignment klien dan tingkat kenyamanan klien saat berubah posisi 2. Kaji usia, berat badan klien, tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk bekerja sama 3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi klien 4. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 5. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur / jendela/ pintu 6. Bantu klien pada posisi miring ke satu sisi, posisikan perawat menghadap ke susu dimana klien akan duduk 7. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan kenyamanan klien 8. Perawat berdiri menghadap klien. Letakkan lengan dibawah bahu menyokong kepala dan leher, letakkan tangan lain di atas paha klien 9. Pindahkan kaki klien di tepi tempat tidur 10. Bantu klien pada posisi duduk dengan gerakan mengayun pada kaki 11. Tetap berada di depan klien hungga 12. Evaluasi a. Inspeksi kulit klien pada daerah yang tertekan, observasi adanya eritema, pucat b. Tpada klien apakah posisinya nyaman c. Observasi body alignment dan posisi klien

96

UNIT TERKAIT

13. Dokumentasikan a. Posisi yang diberikan kepada klien b. Waktu perubahan posisi yang dilakukan c. Kondisi kulit pada daerah yang tertekan d. Alat bantu yang digunakan 1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

97

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI/KURSI RODA No. Document

No. Revisi

P/IV/51/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda

TUJUAN

1. Mencegah komplikasi immobilisasi 2. Meningkatkan status mobilisasi 3. Meningkatkan kemandirian dan harga diri

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Kaji kekuatan otot kaki dan lengan klien, bandingkan kekuatan kiri dan kanan 2. Kaji rentang pergerakan sendi dan adanya keterbatasan akibat kontraktur / ketidaknyamanan 3. Kaji perubahan sensasi : penglihatan dan pendengaran 4. Kaji kemampuan untuk mengikuti instruksi verbal dan respon pada instruksi singkat 5. Kaji TV dan adanya riwayat hipotensi orthostatic 6. Kaji adanya kebutuhan analgetik sebelum berpindah tempat 7. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan 8. Siapkan lingkungan dan jaga privacy klien dengan menutup tabir tempat tidur/jendela/pintu 9. Identifikasi klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan 10. Posisikan kursi / kursi roda 45 derajat / sejajar dengan tempat tidur dan naikkan penyangga kaki/alas kaki pada kursi roda 11. Turunkan posisi tempat tidur, tutup sisi pengaman tempat tidur yang berlawanan dengan klien dan anjurkan klien untuk bergeser kearah perawat 12. Bantu klien pada posisi dukuk 13. Instruksikan klien untuk tarik nafas dalam . dorong untuk melakukan pergerakan bahu, kai , jari dan kaku , duduk selama 1-2 menit 14. Bantu klien untuk menggunakan alas kaki/ sepatu dan letakkan kaki datar di lantai 15. Gunakan sabuk untuk berpindah bila diperlukan 98

16. Gunakan penyangga lengan bila legan flaccid 17. Ulangi langkah-langkah prosedur dan cara yang akan digunakan untuk berpindah 18. Sokong klien lewat aksila dan letakkan tangan discapula klien atau pegang sabuk pengaman . klien dapat meletakkan tangan dibahu perawat ( bukan disekitar leher perawat) 19. Instruksikan klien untuk berdiri tegak pada hitungan ketiga. Bila perlu stabilkan klien dengan meletakkan lutut didepan lutut klien 20. Arahkan klien ke kursi roda, anjurkan untuk memegang sisi kursi / kursi roda 21. Fleksikan panggul dan lutut ketika menurunkan klien ke kursi 22. Letakkan kaki klien pada alas kaki di kursi roda 23. Evaluasi a. Obervasi kemampuan klien untuk berpindah b. Jumlah orang yang membantu saat berpindah posisi c. Respon klien saat berpindah atau setelah 24. Dokumentasi a. Peralatan bantuan yang digunakan dan jumlah perawat yang membantu b. Respon subyektif klien terhadap prosedur yang dilakukan c. Tujuan transportasi UNIT TERKAIT

1. 2.

Ruang Rawat Inap/Jalan IGD

99

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMINDAHKAN KLIEN KE KERETA DORONG

No. Document

No. Revisi

P/IV/52/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu memindahkan klien dari tempat tidur ke kereta dorong

TUJUAN

Memindahkan klien tanpa perlukan pada perawat atau klien

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Kaji kemampuan untuk beraktivitas, adanya keterbatasan aktivitas 2. Kaji rentang pergerakan sendi 3. Kaji adanya ketidaknyamanan : nyeri 4. Kaji fungsi kognitif klien 5. Kaji berat badan klien dan kekuatan perawat 6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien 7. Tujuan transportasi 8. Identifikasi klien, jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 9. Letakkan kereta dorong sejajar tempat tidur, tinggikan tempat tidur sejajar dengan kereta dorong 10. Satu atau dua perawat berdiri di sisi tempat tidur dan dua perawat leinnya berdiri disisi kereta dorong 11. Lepaskan sprei kecil di kedua sisi tempat tidur 12. Letakkan lengan klien menyilang di dada klien 13. Pegang ujung-ujung kain dan pindahkan klien ke kereta dorong pada hitungan ke tiga 14. Tutup sisi kereta dorong dan pindahkan kereta dorong menjauh dari tempat tidur 15. Letakkan selimut menutupi klien . gunakan sabuk pengaman menyilang di dada klien dan panggul klien Bila klien dapat membantu pergerakan :  Berdiri di sisi kereta dorong dan instruksikan klien untuk menggeser kaki, kemudia bokong dan tubuh bagian atas ke atas kereta dorong  Pastikan tubuh klien berada di tengah kereta dorong

100

Memindahkan dengan mengangkat klien (tiga perawat )  Posisikan kereta dorong 90 derajat dari tempat tidur  Ketiga perawat berdiri sejajar disisi tempat tidur dengan posisi klien disisi tempat tidur  Setiap perawat bertanggung jawab untuk satu area tubuh : kepala dan bahu / punggung, panggul dan paha dan lutut  Lebarkan dasar tumpuan fleksikan kaki, dekatkan satu kaku di decant tempat tidur  Letakkan lengan dibawah kepala dan bahu, panggul dan paha dan kaki. Jari-jari menyangga sisi tubuh klien sejauh mungkin  Dekatkan klien ke dada perawat  Pada hitungan ke tiga perawat berdiri serempak. Secara bersamaan bergerak ke sisi kereta dorong  Letakkan klien diatas kereta dorong dengan menekuk lutut perawat hingga siku sejajar dengan kereta dorong  Tutup sisi kereta dorong dan pindahkan kereta dorong menjauh dari tempat tidur  Letakkan selimut menutupi klien. Gunakan sabuk pengaman menyilang di dada kliendan panggul klien  Cuci tangan 16. Evaluasi a. Rasa nyaman dan aman b. Kemampuan klien untuk mengontrol saat pindah 17. Dokumentasi a. Peralatan bantuan yang digunakan dan jumlah perawat yang membantu b. Respon subyektif klien terhadap prosedur yang dilakukan c. Tujuan transportasi UNIT TERKAIT

1. 2.

Ruang Rawat Inap/Jalan IGD

101

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBANTU KLIEN AMBULASI

No. Document

No. Revisi

P/IV/53/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Membantu klien untuk berjalan atau turun dari tempat tidur

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Meningkatkan keamanan selama ambulasi, bebas dari cedera / jatuh 2. Meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas sendi 3. Mencegah komplikasi dari immobilisasi 4. Meningkatkan harga diri dan kemandirian Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji lama tirah baring dan bangun dari tempat tidur sebelumnya 2. Kaji tanda-tanda vital 3. Kaji ROM (lutut, pergelangan kaku dan panggul) 4. Kaji kekuatan otot ekstremitas bawah 5. Kaji apakah perlu alat bantu ambulasi walker, tongkat dll) 6. Kaji obat-obat yang didapat adanya inflamasi sendi, fraktur, kelemahan otot atau kondisi lain yang mempengaruhi mobilitas fisik 7. Kaji rasa nyaman 8. Identifikasi klien 9. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan tujuan ambulasi klien 10. Putuskan bersama seberapa jauh dan kemana akan berjalan 11. Turunkan ketinggian tempat tidur 12. Bantu klien pada posisi duduk di sisi tempat tidur, kaji adanya pusing, kaji tanda vital 13. Bantu klien menggunakan alas kaki 14. Satu perawat 15. Kenakan transfer belt sekitar pinggang klien bila klien tidak stabil 16. Kaji klien untuk berdiri, kaji keseimbangan klien kembali klien keposisi semula bila lelah. Pastikan tidak memegang leher perwat. 17. Posisikan perawat disamping klien (pada posisi kaki yang lebih lemah), bila menggunakan sabuk maka pegang sabuk 102

dibagian pinggang dan tangan lain di bawah siku pada lengan yang difleksikan. 18. Bila klien menggunakan infuse letakkan tiang infuse sejajar dengan lokasi penusukan infuse instruksikan klien untuk memegang tiang infuse. 19. Bila klien menggunakan kateter anjurkan klien untuk membawa kateter lebih rendah dan selang tidak tertarik. 20. Coba beberapa langkah, kaji kekuatan dan keseimbangan klien, anjurkan klien untuk melihat kedepan. 21. Bila klien kelelahan/ pusing kembali ketempat tidur atau bantu klien untuk duduk. 22. Evaluasi Pastikan rencana ambulasi selanjutnya berdasarkan kemampuan klien yang diharapkan/normalnya. 23. Dokumentasi  Respon klien  Perubahan tanda vital  Alat bantu yang digunakan.  Jumlah penolong  Jarak yang ditempuh UNIT TERKAIT

1. 2.

Ruang Rawat Inap/Jalan IGD

103

MEMBANTU KLIEN DALAM LATIHAN OTOT (RANGE OF MOTION)

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/54/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/4 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Segenap gerakan yang dalam keadan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan 1. 2. 3. 4.

Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi Untuk merangsang sirkulasi darah Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas) Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai 2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman 3. Periksa alat-alat yang digunakan 4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur 5. Posisikan pasien senyaman mungkin 6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan A. Fleksi Bahu 1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, kemudian tangan kanan memegang tangan pasien 2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh 3. Gerakan tangan perlahan- lahan, lemah lembut ke arah kepala sejauh mungkin 4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah dorong fleksi, tekuk tangan dan siku 5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula 6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali B. Abduksi dan Adduksi Bahu 1. Tempatkan tangan kiri perawat diatas siku pasien tangan kanan memegang tangan pasien 2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan sejauh mungkin

104

3. 4. 5.

Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh mungkin Kembalikan pada posisi semula Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali

C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu 1. Tempat lengan pasien pada titik jauh dari tubuh,bengkokkan siku. Pegang lengan atas tempatkan pada bantal 2. Angkat lengan dan tangan 3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahan-lahan ke belakang sejauh mungkin 4. Kembalikan lengan pada posisi semula 5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali D. Supinasi dan Pronasi Lengan 1. Permulaan posisi: pegang tangan pasien dengan kedua tangan, posisi telunjuk pada telapak tangan, kedua jari di punggung tangan 2. Tekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien 3. Kemudian tekuk telapak tangan bagian punggung 4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali E. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari 1. Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien dan tangan pasien bergemgaman tangan perawat 2. Tekuk punggung tangan ke bealakang sambil mempertahankan posisi jari lurus 3. Luruskan tangan 4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat genggaman, kemudian buka tangan 5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali F. . Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari 1. Pegang tangan pasien, tekuk ibu jari kedalam telapak tangan pasien 2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali 3. Gerakan ibu jari pasien memutar/ sirkulasi pada suatu lingkaran G. Fleksi dan Ekstensi Panggul Lutut 1. Tempatkan salah satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain diatas tumit dan menahan kaki pasien 2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali 3. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali

105

4.

Gerakan ibu jari pasien memutar/ sirkulasi pada suatu lingkaran

H. Fleksi dan Ekstensi Panggul Lutut 1. Tempatkan salah satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain diatas tumit dan menahan kaki pasien 2. Angkat tungkai kaki dan tekukan pada lutut, gerakan tungkai ke belakang sejauh mungkin 3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi semula 4. Ulangi latihan lebih darai 3 kali 1. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul 1. Tempat satu tangan perawat dibawah lutut pasien, tangan lain di atas tumit kaki pasien 2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut 3. Pegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat 4. Gerakkan kaki ke posisi semula 5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi semula 6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali J. Abduksi dan Adduksi Panggul 1. Tempatkan satu tanganb perawat di bawah lutut pasien, letakkan tangan lain di bawah tumit 2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian 3. Tarik kaki ke arah luar, kehadapan perawat 4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan keposisi semula 5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki 1. Pegang tumit pasien dengan tangan perawat, biarkan istirahat pada tangan perawat 2. Tekan lengan perawat pada telapak kaki, gerakkan menghadap tungkai 3. Pindahkan tangan perawat pas posisi semula 4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong kaki kebawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian dorong kembali ke atas pada tumit 5. Ulangi latihan berikut lebih kurang 3 kali I. Eversi dan Inversi kaki 1. Putar kaki satu persatu ke arah luar 2. Kemudian kembali ke arah dalam 3. Ulangi latihanlebih kurang 3 kali 106

J. Ekstensi dan Fleksi jari-jari Kaki 1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki keatas 2. Ujun-ujung jari kaki di doraong ke bawah 3. Ulang latihan lebih kurang 3 kali 7. Rapikan pasien ke posisi semula 8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai 9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dae melepaskan sarung tangan 10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela 11. Kaji respon pasien (subjektif dan objektif) 12. Cuci tangan 13. Dokumentasikan nam tindakan/ tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh. Respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana Hal –hal yang perlu diperhatikan: 1. Pegang ekstermitas pada sendi-sendi seperti elbow, wrist, knee. Gerakkan sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika tidak nyaman/agak nyeri pada sendi misalnya: adanya arthritis (dukung ekstermitas pada daerah tersebut) 2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus secara teratur dan perlahan-lahan. Hindarkan pergerakan yang berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM 3. Hindarkan pada tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat 4. Hentikan pergerakan bila ada nyeri 5. Catat adanya keitdak nyaman (nyeri, kelelahan),kontraktur/kekakuansendi,kekuatan otot dan adanya atrofi otot 6. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan sendi secara perlahan-lahan, jangan berlebihan. Gerakkan dengan lemah lembut secara bertahap sampeti terjadi relaksasi UNIT TERKAIT

Rawat Inap

107

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN OBAT ORAL No. Document

No. Revisi

P/IV/55/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memberikan obat kepada pasien melalui mulut 1. Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran cerna 2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan 3. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Siapkan peralatan 2. Mengecek program terapi 3. Mencuci tangan 4. Kaji kemampuan klien untuk minum obat per oral, meliputi kemampuan menelan,adanya mual dan muntah, program puasa, rencana klien akaan menjalani pengisapan lambung, atau bising usus klien tidak terdengar 5. Siapkan jumlah dan dosis obat yang akan diberikan tanpa mengontaminasi obat. Gunakan tehnik aseptik untuk mencegah kontaminasi 6. Lakukan konfirmasi ddengan kembali membaca intruksi pengobatan sebelum memberikannya kepada klien Tablet atau Kapsul a. Tuang tablet atau kapsul dalam jumlah dan dosisi yang benar ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat b. Jika perlu, gunakan alat pemotong tablet untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Buang tablet yang tidak digunakan sesuai kebijakan institusi c. Jika klien mengalami keseulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk menggunakan lumpang penggerus. Setelah itu, campur dengan air atau masukkan ke dalam makanan. Sebelum menggerus ibat, lakukan konfirmasi dengan bagian farmasi Obat Cair a. Kocok obat agar tercmpur secara merata sebelum dituang. Jangan gunkan obat jika berubah warna atau menjadi lebih keruh b. Buka penutup botol dan letakkan di meja, dengan bagian 108

dalam menghadap ke atas c. Pegang botol obat sedemikian rupa sehingga label obat mengahadap telapak tangan anda, kemudian tuang obat menjauh dari label d. Tuang obat ke dalam sendok ao9bat atau gelas ukur sesuai kebutuhan e. Sebelum menutup botol, usap bibir botol dengan kertas tissu f. Jika volume obat yang diberikan kurang dari 5ml, gunkan spuit steril tanpa jarum untuk mengambil obat dari botol 7. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar; d. Identifikasi identitas klien dengan tepat e. Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien  Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian  Beri klien air yang cukup untuk menelan obat. Jika klien sulit menelan obat, anjurkan untuk meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan untuk minum  Mencuci tangan 8. Dokumentasikan obat yang telah diberikan, ,meliputi nama dan dosis obat, keluhan klien dan tanda tangan anda 9. Lakukan evaluasi efek obat sekitar 30 menit setelah pemberian obat UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

109

MEMBERIKAN OBAT BUKAL DAN SUBLINGUAL

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/56/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Meletakkan obat di bawah lidah hingga obat habis diabsorpsi ke dalam pembuluh darah

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit Untuk memperoleh efek local dan sistemik Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat Menghindari kerusakan obat oleh hepar

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 4. Baca obat,tepat dosis,tepat waktu,tepat kerja dan tepat pendokumentasian 5. Meletakkan obat dibawah lidah pasien 6. Memberitahu pasien supaya tidak menelan obat dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya 7. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut,tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya 8. Mencuci tangan 9. Evaluasi perasaan pasien 10. Evaluasi reaksi obat 11. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,respon klien,hasil tindakan,nam dan dosis obat,perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan

1. Unit Rawt Inap 2. IGD

110

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN INJEKSI DARI AMPUL No. Document

No. Revisi

P/IV/57/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu kegiatan pelayanan keperawatan dalam menyiapkan injeksi untuk pengobatan/therapy bagi pasien yang sedang dirawat

TUJUAN

Menyiapkan dan menghisap dengan teknik aseptik

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan 2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan 3. Kumpulkan peralatan dan bahan di area kerja di ruang obat 4. Periksa setiap kartu,atau huruf cetak nam obat pada label di setiap ampul atau vial 5. Siapkan obat injeksi dari: Ampul a. Ketuk bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat dengan jari sampai cairan menginggalkan leher ampul b. Tempatkan bantalan kasa kecil atau kapas alkohol kering di sekeliling leher ampul c. Patakan leher ampul dengan cepat dan dengan mantapkanjauhkan dari tangan.Jika leher ampul tidak patah,gunakan metal file untuk mengikir sisi leher ampul d. Pegang ampul terbalik atau letakkan di atas permukaan datar. Lepas tutup jarum,masukkan jarum spuit ke dalam bagian tengah permukaan muara ampul. Jangan biarkan ujung atau batang jarum menyentuh tepi mapul e. Aspirasi obat ke dalam spuit dengan secara perlahan menarik alat pengisap f. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan larutan. Miringkan ampul supaya semua cairan di dalam ampul terjangkau oleh jarum g. Apabila gelembung udara teraspirasi jangan keluarkan udara ke dalam ampul h. Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara,

PROSEDUR

111

keluarkan jarum dari dalam ampul.Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk sisi spuit untuk membuat gelembung udara naik menuju jarum. Tarik kembali pengisap sedikit dan dorong penghisap kearah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan i. Apabila cairan dalam spuit berlebihan. buang ke dalam bak cuci. Pegang spuit dalam posisi vertical dengan ujung jarum diatas dan miringkan dengan tenang kebak cuci keluarkan kelebihan cairan ke bak cuci secara perlahan-lahan. Priksa kembali penunjukkan cairan pada sdspuit dengan memegang spuit secara vertikal j. Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum terpasang aman pada spuit k. Buang bahan yang kotor ke dalam tempat sampah. Letakkan ampul yang pecah di wadah khusus untuk bahan gelas Vial a. Lepas penutup logam yang menutup bagian atas vial,sehingga penutup karet terlihat b. Usap permukaan karet dengan kapas alkohol c. Ambil spuit, pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Lepas tutup jarum. Tarik penghisap untuk mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk dimasukkan ke dalam vial obat yang sam dengan volume obat yang akan diaspirasi dari vial d. Masukkan ujung jarum dengan level mengarah ke atas menembus bagian tengah penutup karet. Beri tekanan rinagan pada ujung jarum selama insersi e. Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang penghisap agar udara tidak kembali ke spuit f. Blik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan kuat. Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu jari dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan penghisap dengan ibu jari di bawah permukaan cairan g. Pertahankan ujung jarum tetap di bawah permukaan cairan h. Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara bertahap. Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan i. Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati supaya gelembung udara lepas. Keluarkan udara sisa bagian atas spuit ke dalam vial j. Setelah volume obat yang benar diperoleh pindahkan 112

6. 7. 8. 9. UNIT TERKAIT

jarum dari vial dengan menarik badan spuit k. Baung udara sisa dari spuit dengan memegang spuit dan jarum tetap tegak.ketuk badan spuit untuk menanggalkan gelembung udara. Tarik penghisap sedikit kemudian dorong penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan l. Ganti jaruam dan tutup m. Untuk vial multi dosis, buat label yang memuat tanggal pencampuran, konsentrasi obat permililiter n. Buang bahan yang kotor di tempat yang benar Periksa jumlah cairan dalam spuit dan bandingkan dengan dosis yang diinginkan Beri etiket nama pasien dan nama obat pada spuit dan masukkan ke tempat injeksi Bersihkan area kerja Mencuci tangan

1. Unit Rawt Inap/Jalan 2. IGD

113

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN INJEKSI INTRA CUTAN No. Document

No. Revisi

P/IV/58/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukkan cairan obat langsung pada lapisan dermis atau dibawah epidermis atau permukaan kulit 1. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu 2. Pemberian vaksinasi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan 2. Siapkan obat 3. Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat,dosis,pasien,cara pemberian dan waktu) 4. Memberitahukan tindakan yang dilakukan 5. Mengatur posisi senyaman mungkin 6. Letakkan perlak dan pengalas dibwah daerah yang akan di injeksi 7. Pilih area penyuntikan 8. Pakai sarung tangan 9. Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler 10. Pegang kapas alkohol pada jari tangan non dominan 11. Buka tutup jarum 12. Tempatkan ujung jarum menghadap keatas dan dengan tangan dominan masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15° 13. Masukkan obat perlahan-lahan,perhatikan samapai adanya bula 14. Cabut jarum sesuai sudut masuknya 15. Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alkohol,jangan ditekan 16. Buat lingkaran pada bula dengan menggunakan pulpen/spidol.Dengan Diameter ± 5 cm 17. Observasi kulit terhadap kemerahan dan bengkak atau reaksi sistemik (10-15 menit) 18. Kembalikan posisi pasien 114

19. Bereskan alat 20. Lepaskan sarung tangan 21. Cuci tangan 22. Evalusi respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan 23. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,respon klien,hasil tindakan,nam dan dosis obat,perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

115

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN INJEKSI SUB CUTAN (SC) No. Document

No. Revisi

P/IV/59/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

PENGERTIAN

Memasukkan obat kedalam bagian bawah kulit

TUJUAN

Untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat kepada jaringan sub cutan di bawah kulit untuk proses di absorbsi

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4.

Cuci tangan Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar Identifikasi identitas klien Beritahu pasien prosedur tindakan yang akan segera dilakukan 5. Atur klien pada posisi yang nyaman 6. Memilih lokasi penusukan 7. Gunakan sarung tangan 8. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alcohol 9. Pegang kapas alcohol dengan jari tengah pada tangan yang non dominan 10. Buka tutup jarum menggunakan tehnik one hand 11. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum dengan sudut 45° atau 90° 12. Lepaskan tarikan tangan non dominan 13. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit 14. Seandainya tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan apabila ada darah tarik kembali jarum dari kulit tekan lokasi penusukan selama 2 menit dan observasi adanya memar, apabila butuh berikan plester, siapkan obat yang terbaru 15. Cabut jarum dengan sudut yang sama disaat jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol yang telah didesikfetan pada lokasi penusukan

116

16. Bila ada persarahan, tekan lokasi itu bersama memanfaatkan kas steril hingga perdarahan berhenti 17. Kembalikan posisi klien 18. Buang alat yang telah tidak dipakai 19. Buka sarung tangan 20. Cuci tangan 21. Catat respon pasien 24. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,respon klien,hasil tindakan,nam dan dosis obat,perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

117

MEMASANG INFUS

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/60/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan memasukkan intravena cateter ke dalam vena untuk jalur terapi parenteral. 1. Mempertahankan/mengganti cairan tubuh yang mengandung air,eletrolit,vitamin.protein.lemak dan kalori yang tidak dapat mempertahankan melalui oral 2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan eletrolit 3. Memperbaiki keseimbangan asam basa 4. Memberi transfusi darah 5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena 6. Membantu pemberian nutrisi parentral Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji tanda vital sebagai data dasar 2. Turgor kulit 3. Adanya alergi terhadap plester atau betadin 4. Kecenderungan perdarahan 5. Adanya penyakit atau perlukan pada ekstremitas 6. Kondisi vena tempat penusukan 7. Berapa lama akan diinfus jenis infuse, obat yang akan diberikan, untuk menentukan pemilihan vena. 8. Jelaskan prosedur pada klien, tujuan pemberian therapy intravena hal-hal yang perlu dilaporkan selama menggunakan infuse 9. Cuci tangan Siapkan cairan infuse dan selang IV  Perhatikan teknik asepsis saat membuka set infuse steril dan cairan IV  Klem selang, buka tutup penusuk dan tusukan kebagian botol atau container cairan intravena  Tekan chamber drip dan isi hingga separuhnya mengobservasi tetesan.  Buka klem pengatur tetesan dan alirkan cairan melalui selang sehingga gelembung udara hilang.. tutup pengatur tetesan dan pasang penutup ujung selang, pertahankan sterilitas  Jika alat elektronik digunakan, ikuti manual prosedur yang ada dan atur kecepatan tetesan infuse  Beri label obat yang ditambahkan kekontainer. (gunakan) 118

ballpoint, tuliskan nama obat, dna dosis)  Pasang label waktu pada container I 10. Berikan posisi supine pada klien. Letakkan alas dibawah lengan klien 11. Pilih lokasi yang memungkinkan dana vena yang teraba:  Gunakan vena dibagian distal terlebih dahulu pada lengan yang tidak dominan  Hindari area yang nyeri saat dipalpasi, area luka, jaringan skar, edema, infeksi.  Pilih vena yang sesuai dengan ukuran IV cateter  Hindari vena dikaki kecuali lokasi lain tidak dapat diakses  Hindari vena daerah pembedahan contoh post op mastektomi, adanya shunt dialysis.  Hindari lokasi pada daerah penonjolan tulang, area fleksi  Sesuaikan dengan jenis cairan yang diberikan : cairan hipertonis, obat iritatif, pemberian cairan kecepatan tinggi harus diberikan melalui vena yang besar. 12. Bila lokasi penusukan berambut/ berbulu sebaiknya digunting sekitar 5cm dari lokasi tusukan 13. Pasang tourniquet 12-15 cm diatas lokasi punksi vena untuk menghambat aliran darah. Pasang tourniquet tidak terlalu kencang dan tidak lebih dari 2 menit 14. Anjurkan klien untuk membuka dan menutup genggamannya. Observasi dan palpasi vena yang memungkinkan untuk pungksi. Jika vena tidak teraba cobalah beberapa teknik dibawah ini :  Lepaskan tourniquet dan anjurkan klien untuk merendahkan lengannya dibawah posisi jantung. Pasang kembali tourniquet dengan lembut.  Lepaskan tourniquet dan beri kompres hangat diatas vena yang diinginkan selama 10-15 menit. 15. Gunakan sarung tangan 16. Berikan area punksi dengan cairan antiseptic (alcohol swab). Kemudian cairan microbialn (povidone-iodine) sesuai dengan policy institusi, dengan gerakan sirkular muali dari tengah kearah luar daerah punksi 17. Gunakan tangan non dominan untuk menahan kulit sekitar 2-5 cm dibawah lokasi vena yang akan dipunksi. 18. Tusukan IV cateter perlahan dengan memegang hub kateter ditangan dominant, bevel menghadap keatas dan sudut 1030 derajat. Kateter dapat ditusukan tepat diatas vena atau dari sisi vena. Masukkan sesuai arah vena. 19. Jika Nampak darah keluar melalui lumen jarum atau chamber kateter, masukkanlah plastic kateter lebih jauh lagi kevena. Masukkan plastic kateter hingga hub mencapai lokasi tusukan. 20. Lepaskan penutup selang IV segera dan hubungkan selang 119

dengan kateter atau stabilkan atau tahan kateter dengan tangan nondominan dan lepaskan tourniquet dengan tangan yang lain 21. Mulailah teteskan cairan dengan mengatur klem amati kulit sekitar tusukan untuk melihat tanda-tanda infiltrasi bila perlu fiksasi keteter dengan kassa diletakkan dibawah beri plester, secara chevron, H atau U 22. Cairan antiseptic dapat diberikan diatas lokasi tusukan jika menggunakan kassa. 23. Pasang kassa steril diatas lokasi tusukan (dapat juga menggunakan transparent dressing). Beri plester pada selang diatas kasa kemudian rapikan. 24. Beri label, tanggal, jam lokasi punksi vena dan ukuran kateter yang digunakan pada plester diselang, kalau perlu fiksasi lengan pada papan penyangga /spalk 25. Atur tetesan infuse sesuai jumlah yang dianjurka 26. Rapikan semua alat dan buang ditempat yang telah ditentukan, lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. 27. Evaluasi  Monitor intake dan output setiap hari, turgor kulit mukosa membrane, tanda vital  Inspeksi lokasi tusukan infuse dan ekstremitas setiap 2-4jam dari adanya tanda-tanda nyeri, pembengkakan, panas, kemerahan, perubahan kecepatan tetesan infuse, terhentinya aliran infuse selama pemasangan infuse. 28. Dokumentasikan Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan meliputi : waktu, lokasi penusukan, cateter yang digunakan, jenis cairan dan jumlah cairan, catat respon klien. UNIT TERKAIT

1. Unit IGD 2. Unit Rawat jalan/Inap

120

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMONITOR TETESAN INFUS DAN INFUS No. Document

No. Revisi

P/IV/61/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan mengatur tetesan aliran infuse yang mengalir masuk kedalam vena melalui IV caeter sesuai dengan skema infus yang ditentukan. 1. Mencegah timbulnya komplikasi yang berkaitan dengan pemasangan infuse 2. Mempertahankan kelancaran pemberian therapy intravena Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Lihat kembali perencanaan trapi infus, tipe cairan dan kecepatannya 2. Kaji tanda vital, status keseimbangan cairan klien. 3. Kaji respon klien. 4. Bandingkan cairan infuse dengan kartu therapy infuse. 5. Observasi ketinggian cairan dalam ruang tetesan. Bila kurang dari setengah tekan ruang tetes untuk mengisi cairan. 6. Inspeksi selang apakah tertekuk atau adanya sumbatan. 7. Observasi kepatenan jalur intravena. 8. Buka pengatur tetesan dan amati kecepatan tetesan dari botol infuse keruang tetesan kemudian tutup kembali sesuai tetesan semula. 9. Bila cairan tidak mengalir, turunkan botol infuse dibawah lokasi punksi dan amati adanya aliran balik darah diselang infus 10. Hitung kecepatan tetesan dalam ruang tetes selama 1 menit dengan menggunakan jam hingga jumlah tetesan akurat 11. Inspeksi lokasi tusukan infuse terhadap adanya infiltrasi, inflamasi, phlebitis, adanya perdarahan 12. Observasi respon klien terhadap 13. Dokumentasikan Catat kecepatan infuse : tetes/menit dan CC /jam, kepatenan aliran infuse dan sesuai kebijikan institusi Therapy 1. Ruang Rawat Jalan/Inap 2. Ruang Diagnostik 121

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELEPASKAN INFUS CATHETER No. Document

No. Revisi

P/IV/62/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan melepaas IV catheter yang berada didalam vena 1. Menghentikan terapi 2. Ketika tempat penusukan infus perlu diganti (terjadi plebitis, infiltrasi,aliran infus berhenti karena ada sumbatan) Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat mencuci tangan 2. Hentikan aliran infus dengan menggunakan pengatur tetesan 3. Gunakan sarung tangan 4. Lepaskan plester, balutan yang melekat pada lokasi penusukan dan tangan yang lain memegang hubungan IV cateter 5. Setelah semua plester terlepas, lepaskan IV kateter keluar dari vena dan lakukan penekanan dengan menggunakan kassa /alkohol selama 1-2 menit 6. Bila selang infus akan digunakan kembali pada pemasangan infus yang berikutnya maka tutup ujung selang dengan jarum steril 7. Tinggikan lengan pasien bila terjadi perdarahan 8. Tutup lokasi tusukan dengan kas steril 9. Lepaskan sarung tangan dan perawat mencuci tangan 10. Dokumentasikan dalam catatan keperawatan:  Jumlah cairan yang masuk dan yang dibuang,  waktu pelaksanan melepas infus,  kondisi sekitar lokasi tusukan  respon pasien  tuliskan nama dengan jelas 1. Unit Rawat Jalan/Inap 2. Unit Pelayanan Diagnostik

122

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN INJEKSI INTRAMUSKULAR No. Document

No. Revisi

P/IV/63/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemberian obat dengan memasukkan obat kedalam jaringan otot menggunakan spuit, Lokasi penyuntikan intramuskular, meliputi area vastus latralis,ventogluteal,dorsogluteal, deltoid, dan area rektus femoris

PENGERTIAN

TUJUAN

Memasukkan sejumlah obat ke dalam jaringan otot untuk absorpsi

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan 2. Siapkan obat dan lakukan pemeriksaan dengan menggunakan prinsip ”12 benar” 3. Identifikasi 4. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan 5. Merencanakan lokasi yang akan digunakan 6. Menghitung dosis obat sesuai pesanan. 7. Hisap obat sesuai prosedur jangan tambahkan udara kedalam spuit 8. Berikan posisi yang tepat sesuai dengan lokasi yang dipilih: a. Ventrogluteal – klien terlentang atau miring dengan lutut diketuk b. Dorsogluteal – klien tengkurap atau miring c. Vastus lateralis - klien terlentang atau duduk d. Deltoid – klien duduk atau berbaring dengan lengan rilek 9. Lokasi yang dipilih jangan ada bengkak atau nodul. Gunakan sarung tangan k/p 10. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alcohol 11. Buka tutup spuit jangan diputar 12. Tekan kulit pada Z-trackatau regangkan kulit pada daerah suntikan 13. Pegang spuit dengan tangan kanan, tusuk cepat dengan sudut 90 derajat 14. Segera pindahkan tangan kiri keujung spuit dan tangan kanan ke pangkal barel 15. Aspirasi perlahan (5 detik) lihat apakan jarum masuk kepembuluh darah. Bila ada darah, buang spuit dan obat, siapkan obat baru dan pindah lokasi 16. Bila tidak ada darah, suntikkan obat dengan kecepatan 10

PROSEDUR

1.

123

UNIT TERKAIT

detik per CC 17. Tunggu 10 detik lalu cabut cepat 18. Tekan hati hati dengan kapas massage k/p 19. Buang spuit dan jarum tanpa ditutup 20. Bantu klien keposisi nyaman, anjurkan klien menggerakkan kaki k/p 21. Buka sarung tangan, cuci tangan 22. Catat pemberian obat 23. Evaluasi a. Evaluasi respon klien terhadap obat dalam waktu yang tepat. b. Kaji lokasi penyuntikan setelah 2-4 jam 24. Dokumentasi a. Catat pemberian obat, dosis, waktu, waktu cara pemberian, dan lokasi penusukan b. Catat toleransi klien terhadap injeksi dan efek samping obat Unit Rawat Jalan/Inap

124

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN INJEKSI INTRAVENA No. Document

No. Revisi

P/IV/64/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Menyuntikkan larutan obat ke dalam vena klien menggunakan spuit. Ada empat lokasi penyuntikan, yaitu lengan (vena basilika dan vena sefalika), tungkai (vena safena), leher (vena jugularis), dan kepala (vena frontalis dan vena temporalis 1. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan meyode pemberian obat lainnya 2. Menghindari kerusakan jaringan 3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan 2. Siapkan obat dan lakukan pemeriksaan dengan menggunakan prinsip ”12 benar” 3. Identifikasi klien 4. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan 5. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dan pastikan vena mudah diakses 6. Pilih lokasi penyuntikan yang bebas dari lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa gatal 7. Minta klien untuk membuka pakaian hanya pada area yang akan disuntik 8. Pasang perlak alas di bawah lokasi penyuntikan 9. Pasang torniket sekitar 15 cm diatas lokasi penyuntikan 10. Kenakan sarung tangan 11. Bersihkan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar hingga diameter sekitar 5 cm. Tunggu hingga mengering 12. Buka tutup jarum spuit 13. Tekan kulit klien,dengan tangan non-dominan, menjauh lokasi penyuntikan sekitar 2,5 cm diarea penusukan 14. Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang akan ditusuk, kemudian lakukan penusukan secara perlahan dan pasti 15. Rendahkan posisi jarum hingga sejajar kulit dan dorong jarum masuk ke dalam vena 16. Lakukan aspirasi ,dengan tangan non-dominan menahan tabung spuit dan tangan dominan menarik plunger 17. Observasi adanya darah di dalam spuit 125

18. Keluarkan jarum dari vena dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan. Lakukan penekanan p-ada lokasi penyuntikan menggunakan kapas alkohol yang dipegang di tangan non –dominan 19. Tutup lokasi penyuntikan menggunakan kasa steril yang diberi betadine 20. Bantu klien kembali memperoleh posisi yang nyaman 21. Buang peralatan sekali pakai ke dalam wadah medis khusus 22. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok 23. Cuci tangan 24. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

UNIT TERKAIT

1. Unit rawat Jalan/Inap 2. Unit pelayanan diagnostik

126

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA No. Document

No. Revisi

P/IV/65/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

2/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

Pemberian obat-obat atau cairan tertentu melalui vagina yang dapat dilakukan dengan cara mengumbah (irigasi), mengoleskan dan suppositorium. 1. Memberikan anti septik untuk mengurangi pertumbuhan bakteri 2. Menghilangkan bau atau ekskresi yang berlebihan 3. Untuk induksi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan 2. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan 3. Buka pakaian hanya bagian yang diperlukan 4. Posisi pasien dorsal recumbent dengan lutut ditekuk dan kedua kaki terbuka 5. Buka labia, bersihkan dengan kapas yang dibsahi dengan air hangat dari arah depan ke belakang ( sesuai dengan prosedur) 6. Buka sarung tangan dan cuci tangan 7. Catat respon pasien terhadap tindakan yang dulakukan dan rasa tidak nyaman akibat obat yang diberikan seperti gatal rasa terbakar dll Untuk tujuan induksi masukkan obat sesuai instruksi dokter, dengan cara lakukan vaginal tauche sambil menilai pembukaan serviks kedua jari tersebut (jari telunjuk dan tengah) masih tetap berada dalam vagina sambil memasukkan obat ke daerah Fornic Posterior.  Kedua jari tangan ditarik perlahan-lahan.  Bersihkan genitalia luar dengan tissue  Pasien dianjurkan terlentang dan tidak boleh turun dari tempat tidur ± 4 jam.  Lepaskan sarung tangan kemudian alat-alat dibereskan.  Catat dalam catatan perawatan.

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. Ruang Kamar Bersalin

127

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL MATA No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/66/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemberian obat topical mata dilakukan dengan mengoleskan salep atau gel, atau meneteskan cairan obat langsung ke mata 1. Menangani gangguan mata 2. Melebarkan pupil untuk pemeriksaan struktur internal mata 3. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata 4. Mencehag kekeringan pada mata Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Konfirmasi intruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan lokasi pemberian obat 2. Cuci tangan 3. Idenfitikasi klien dengan tepat 4. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat 5. Bantu klien memperoleh posisi telentang atau duduk dengan leher hiperekstensi 6. Kenakan sarung tangan steril 7. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari arah dalam ke luar 8. Minta klien untuk melihat ke atas 9. Teteskan obat ke mata: a. Dengan tangan dominan Anda di dahi klien, pegang obat tetes mata sekitar 1-2 cm diatas sakus konjungtiva, kemudian tarik kelopak mata ke bawah menggunakan tangan non dominan b. Teteskan sejumlah obat yang diresepkam ke dalam sakus konjungtiva c. Ulangi prosedur jika klien berkedip, menutup mata, atau jika tetesan ke luar dari kelopak mata d. Setelah meneteskan obat, minta klien untuk menutup mata secara perlahan e. Beri tekananmlembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik 10. Oleskan salep mata: a. Posisikan aplikator salep di pinggir kelopak mata bawah. Tekan tube salep hingga memberi olesan tipis di sepanjang pinggiran dalam kelopak mata bawah b. Minta klien untuk melihat kebawah c. Buka kelopak mata atas d. Berikan olesan tipis di sepanjang pinggiran dalam kelopak mata atas e. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak 128

11. 12.

13. 14. 15.

UNIT TERKAIT

mata secar perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas Jika terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap secara perlahan dari bagian dalam ke liar kantus Jika ada, pasang penutup mata yang bersih pada mata klien yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberi penekanan pada mata Lepaskan sarung tangan Cuci tangan dan buang peralatan sekali pakai ke dalam tempat sampah medis khusus Dokumentasikan nama obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata yang diobati

1. Unit Rawat Jalan/Inap 2. IGD

129

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL TELINGA

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/67/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemberian obat topikal telinga dilakukan dengan meneteskan obat cair pada telinga melalui kanal eksternal

TUJUAN

1.

2. 3.

Memberi efek terapi lokal yang meliputi mengurangi pradangan dan menangani infeksi pada kanal telinga eksternal Meredakan nyeri Melunakkan serumen agar mudah dikeluarkan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2.

3.

4. 5.

6. 7. 8. 9.

Konfirmasi intruksi dokter untuk memastikan nam obat, daya kerja, dosis, waktu dan lokasi pemberian obat Siapkan klien; a. Identifikasi klien dengan tepat dan konfirmasi nama klien b. Minta bantu jika perlu c. Bantu klien memperoleh posisi miring dengan telinga yang akan diobati berada pada bagian atas Bersihkan daun telinga dan lubang telinga a. Gunakan sarung tangan jika dicurigai terdapat infeksi b. Dengan menggunakan lidi kapas yang dibasahi normal salin, bersihkan daun telinga dan meatus auditorius Hangatkan obat dengan tangan Anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat Tarik daun telinga ke atas dan kebelakang (untuk klien dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), dan tarik daun telinga ke bawah serta ke belakang (untuk bayi) Tetes obat dalam dosis yang tepat di sepanjang sisi kanal telinga Berikan tekanan lembut beberapa kali pada tragus telinga Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selam 5 menit Kaji respon klien

130

10. Kaji karakteristik dan jumlah pengeluaran jika ada dan adanya ketidaknyamanan. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi kembali pada saat obat telah bekerja 11. Rapikan peralatan dan buang peralatan sekali pakai ke tempat sampah 12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan /Inap 2.IGD

131

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL HIDUNG No. Document

No. Revisi

P/IV/68/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 PENGERTIAN TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

Pemberian obat topikal hidung dilakukan dengan meneteskan obat secara langsung ke dalam hidung 1. Mengencerkan sekesi hidung 2. Memfasilitasi drainase dari hidung 3. Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Komfirmasi intruksi dokter untuk memastikan nam obat,daya kerja, dosis, waktu dan lokasi pemberian obat 2. Siapkan klien a. Identifikasi klien dengan tepat dan konfirmasi nam klien b. Minta bantuan jika perlu c. Bantu klien untuk tidur telantang dengan kapala hiperekstensi di atas bantal (untuk pnegobatan sinus etmoid dan sfenoid) atau berbaraing telentang dengan kepala hiperekstensi dan miring ke samping (untuk pengobatan sinus maksilar dan frontal) d. Bersihkan lubang hidung e. Gunakan sarung tangan jika diduga terdapat infeksi 3. Masukkan sejumlah tetes obat dengan dosis yang tepat di bagian tengah konka seuperior tulang etmoidalis 4. Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit 5. Kaji respons klien 6. Kaji karakteristik dan jumlah drainase jika ada atau adanya ketidaknyamanan. Lakukan segera setelah obat dimasukkan. Ulangi pengkajian pada saat obat telah bekerja 7. Rapikan peralatan 8. Buang peralatan sekali pakai ke dalam tempat sampah medis khusus 9. Catat tindakan pada catatan keperawatan meliputi: waktu pemberian, jumlah tetesan yang diberikan, serta bagian hidung yang mendapat medikasi, serta catat adanya efek samping Unit Rawat Jalan/Inap 132

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHITUNG PERNAFASAN BAYI/ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/69/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Respirasi merupakan salah satu fungsi dasar tubuh dimana terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida antara paru anak dengan lingkungannya.

TUJUAN

1. Mengkaji status respiratori dengan mengevaluasi kecepatan dan kualitas pernafasan. 2. Mengevaluasi pengaruh pengobatan/therapy pada resporatori.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan PERNAFASAN NORMAL:

PROSEDUR

NO.

KELOMPOK USIA

PERNAFASAN/MENIT

1.

Newborn/Bayi

30-60 x/mnt

2.

Anak

20-30 x/mnt

3.

Remaja

15-24 x/mnt

4.

Dewasa

16-20 x/mnt

1. Tentukan tujuan pengukuran 2. Kaji faktor yang mempengaruhi fungsi respirasi seperti usia, latihan, suhu tubuh, status fisik dan psikologis. Posisi, pengobatan, infeksi, prematuritas, diit dan kondisi lingkungan termasuk tekanan darah. 3. Kaji adanya kondisi yang menggambarkan terjadinya gangguan pernafasan seperti kelelahan, takut, pucat, sianosis, menangis, lemah, nasofaring, dan retraksi dada. 4. Kaji data laboratorium dan monitor hal-hal yang berkaitan dengan oksigenasi: darah lengkap, analisa gas darah, nadi oksimetri. 5. Jelaskan prosedur pada anak dan keluarga. 6. Ajak anak untuk menyentuh dan bermain dengan stetoskop, 133

jika memungkinkan. Anak mungkin akan suka jika mencoba mendengarkan pernafasan atau orang tua atau biarkan ia mempraktekan pada boneka. 7. Atur posisi anak sehingga mudah mengobservasi irama pernafasan. 8. Observasi dan dengarkan pernafasan secara lengkap selama 1 menit. 9. Sementara menghitung, perhatikan kedalaman dan observasi pergerakan dinding dada. Secara objektif kaji kedalaman dengan palpasi persimpangan dinding dada setelah kecepatan dijumlahkan. 10. Catat irama siklus pernapasan. 11. Bantu klien merapikan pakaiannya. 12. Puji anak untuk kerja samanya 13. Evaluasi a. Bandingkan pernafasan dengan baseline atau kecepatan pernafasan yang normal pada kelompok usia klien. b. Laporkan kepada perawat atau dokter yang bertanggung jawab, bila ada penyimpangan 14. dokumentasi a. Catat kecepatan dan karakteristik pernafasan pada Flow Seet tanda-tanda vital atau pada catatan perawatan. b. Nama dan paraf perawat

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

134

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHITUNG NADI BAYI/ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/70/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Loncatan aliran darah yang dapat diraba pada titik tubuh, melalui perabaan pada nadi: 8. Arteri radialis pada pergelangan tangan 9. Arteri brachialis pada siku bagian dalam 10. Arteri carotis pada leher 11. Arteri temporalis pada pelipis 12. Arteri femoralis pada lipatan paha (selangkangan) 13. Arteri dorsalis pedis pada kaki Arteri frontalis pada ubun-ubun (bayi)

TUJUAN

1. Mendapatkan data dasar pengukuran kecepatan dan irama jantung 2. Mengevaluasi respon jantung terhadap berbagai obat/ pengobatan Memeriksa aliran darah local pada ekstremitas

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan NADI NORMAL PADA INFANT DAN ANAK USIA

PROSEDUR

NADI (KALI/MENIT) AKTIVITAS

TIDUR

Newborn

100-180

80-160

1 minggu s/d 3 bulan

100-220

80-200

3 bulan s/d 2 tahun

80-150

70-120

2 tahun s/d 10 tahun

70-110

60-90

1. Tentukan tujuan pengukuran nadi 2. Kaji kembali factor-faktor yang dapat berpengaruh seperti usia, jenis kelamin, kemampuan kardiovaskuler, aktivitas, 135

pola tidur, panas, kecemadan, menangis, stress, kondisi penyakit, kegemukan, volume darah, status okxigenasi, keseimbangan elektrolit dan perubahan posisi. 3. Kaji adanya tanda-tanda gangguan kardiovaskuler 4. Kaji kembali factor-faktor yang dapat menggangu posisi melakukan pengukuran nadi seperti adanya gips, infuse, luka, draine atau arterial line 5. Jelaskan tujuan pengukuran denyut nadi. 6. Rencanakan waktu untuk mengukur nadi saat anak sedang tenang atau ketika sedang beraktivitas, jika mungkin. Jila anak mendapat pengobatan khusus hal ini dapat berpengaruh terhadap irama nadi (ex.Digoxin). lakukan pemeriksaan sebelum obat diberikan. 7. Berikan posisi yang nyaman untuk anak 8. Tentukan tempat untuk mengukur nadi 9. Rencanakan aktivitas pengalihan perhatian seperti melihat boneka/ mobil yang bergerak atau meminta orang tua bercerita. 10. Biarkan anak menyentuh dan bermain dengan peralatan, jika diinginkan. 11. Beri posisi yang nyaman untuk anak agar memudahkan memilih lokasi nadi. 12. Setelah lokasi didapatkan, letakkan ujung jari tengah 2-3 jari tengah sejajar dengan ujung jari di pergelangan tangan 13. Hitung nadi satu menit penuh, kaji frekuensi , irama, volume dan elastisitas pembuluh darah 14. Jika pengukuran telah selesai berikan kembali posisi yang nyaman untuk anak 15. Beri pujian untuk kerjasamanya. 16. Evaluasi a. Dapatkan hasil pengukuran denyut nadi yang akurat b. Identifikasi adanya denyut nadi yang abnormal dalam irama, frekuensi atau karakteristiknya 17. Dokumentasi a. Catat waktu , frekuensi, irama dan karakteristik denyut nadi b. Tuliskan perilaku klien, keadaan emosi, dan factor lain yang mempengaruhi sebelum dan selama pengukuran nadi (termasuk rangsangan verbal) c. Nama dan paraf perawat

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

136

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG PIPA LAMBUNG PADA ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/71/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Selang yang dimasukkan ke dalam lambung dapat melalui hidungatau mulut. 1. Menghilangkan distensi abdomen dengan menggerakkan cairan dan gas dari gastrointestinal bagian atas (dekompensasi). 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, makanan cairan dan obatobatan secara langsung ke gastrointestinal 3. Mengalirkan atau membilas 4. Mengambil cairan lambung untuk pemeriksaan diagnostic. 5. Mengurangi nausea atau vomitus. Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji tujuan pemasangan NGT. Periksa ulang instruksi dari dan tujuannya. 2. Kaji usia anak, berat badan dan ukuran. 3. Tentukan kemampuan masing-masing cuping hidung. a. Anak-anak kecil atau bayi, rasakan udara yang keluar dari masing-masing lubang hidung dengan ujung-ujung jari di dekat cuping hidung dengan menutup salah satu cuping hidung dan merasakan hembusan udara (bergantian). b. Anak-anak lebih besar, anjurkan anak untuk bernafas melalui salah satu cuping hidung yang lain tertutup. Ulangi pada cuping hidung yang satunya. 4. Kaji kebutuhan dan masalah anak serta keluarga tentang prosedur. a. Pengalaman sebelumnya/yang lalu b. Kemampuan mengikuti instruksi c. Ketakutan kecemasan d. Kebutuhan untuk restrain 5. Kaji kemungkinan awal atau kontraindikasi dari prosedur, misalnya: a. Trauma atau operasi gastroesophangeal b. Fraktur hidung atau wajah c. Operasi korektif atau perbaikan nasophangeal. d. Gangguan structural 137

e. Fraktur tulang basal f. Septum miring g. Endotracheal tube 6. Jelaskan tujuan pemasangan NGT 7. Jelaskan tiap tahap prosedur pada klien dan keluarga 8. Jelaskan partisipasi kllien selama pemasangan NGT a.l: a. Posisi kepala b. Tarik nafas dalam bila ingin muntah c. Melakukan gerakan menelan untuk membantu pipa masuk ke dalam esophagus d. Bila merasa tidak nyaman, beri kode dengan menunjukkan jari. 9. Perhatikan keamanan IMPLEMENTASI prosedur (lihat di prosedur keamanan) k/p siapkan asisten. 10. Tutup tabir di lingkungan klien 11. Atur posisi tidur klien (supine/semifowler). 12. Mencuci tangan 13. Menggunakan sarung tangan bersih. 14. Meletakkan handuk/popok melintang di atas dada klien 15. Dekatkan piala ginjal dan Tissue 16. Anjurkan klien untuk rileks, lalu periksa nostril dan tentukan nostril yang paling tepat 17. K/p menganjurkan klien menghembuskan napas melalui nostril secara bergantian. 18. Mengukur panjang pipa lambung yang akan dimasukkan: a. Bayi : dari cuping hidung ke telinga bawah lalu ke pertengahan prosessus Xypoideus dan umbilicus b. Anak : dari cuping hidung ke telinga bawah lalu ke prosessus Xypoideus c. Memberi tanda panjangnya pipa lambung yang harus dimasukkan. 19. Merendam pipa NGT dalam gelas berisi air hangat. 20. Pegang kepala dengan cara : a. Bayi : cekap mandibula bayi dengan ibu jari dan jari lain dilebarkan (tanpa hiperekstensi) b. Anak : minta untuk hiperflexi leher, bernafas malalui mulut. 21. Memasukkan pipa lambung melalui mulut atau nostril. a. Pipa langsung masuk menuju belakang tenggorokan. b. Posisikan kepala hiperflexi/hidung mengarah ke atas (NB : klien dianjurkan nafas dalam) c. Bila ada tahanan berhenti sejenak dan menganjurkan anak tarik nafas. Lanjtkan setelah anak rileks. d. K/p sejalan dengan masukknya pipa anjurkan klien menelan atau beri minum air dengan sendok/sedotan e. Bila pipa sudah masuk sampai dengan oropharynx, anjurkan posisi kepala fleksi 22. Perhatikan respon klien (adanya reflex vagal rasa sakit/ ada tahanan, sianosis) 23. Bila klien batuk-batuk, tarik sedikit pipa dan hentikan sejenak memasukkan pipa lambung serta klien dianjurkan nafas dalam. 138

24. Gunakan penlight untuk mengetahui posisi pipa lambung. 25. Melakukan tes untuk menentukan posisi NGT tepat pada lambung. a. Pasang spuit 10 cc tarik plunger dan rasakan tarikan negative. Aspirasi caitan lambung. k/p lakukan tes pH. b. Jika ada cairan lambung yang normal masukkan kembali isi lambung c. Memasukkan udara 1-5 cc dan auskultasi dengan stethoscope pada Quadran atas/ regio epigastrik 26. Menambatkan NGT dengan plester di atas bibir dan pipa. 27. Menutup bagian proximal NGT atau menghubungkan dengan kantong penampung 28. Melepaskan sarung tangan 29. Merapikan klien, dan memberikan posisi nyaman serta pujian a. Bayi : digendong atau dielus kepalanya b. Anak : peluk atau diusap-usap. c. Membereskan/ mengembalikan alat-alat dan mencuci tangan. 30. Evaluasi Respon klien pemasangan NGT 18. Dokumentasi a. Tanggal , waktu, da respon klien selama pemasangan NGT serta cara yang telah dilakukan untuk memastikan posisi NGT tepat. b. K/p ukur catat panjang pipa lambung yang tersisa ( dari mulut atau hidung sampai ujung distal) c. Catat adanya perdarahan hidung atau mulut d. Catat kerjasama yang dilakukan klien dan keluarga. e. Nama dan paraf perawat

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

139

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN NUTRISI MELALUI PIPA LAMBUNG/ NASO GASTRIC TUBE (NGT) PADA BAYI/ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/72/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi/anak (sebagai kebutuhan dasar yang penting) yang diberikan melalui pipa lambung (sonde) karena bayi/anak memiliki masalah dalam saluran pencernaan terutama proses absorbsi dan masalah dalam mencukupi intake makanan

TUJUAN

1. Memenuhi kebutuhan kalori untuk pertumbuhan 2. Membantu proses absorbsi memadai.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek kembali program medic : a. Jenis dan jumlah susu b. Frekuensi dan cara pemberian 2. Kaji usia dan berat badan klien 3. Kaji pengalaman klien dan keluarga tentang pemberian makanan melalui NGT. a. Toleransi terhadap makanan sebelumnya seperti adanya muntah, sendawa b. Alergi makanan seperti telur, susu c. Kondisi kinis yang menyertai 4. Kaji adanya masalah gastrointestinal : a. Abdomen membesar b. Bising usus meningkat c. Perubahan warna cairan lambung atau peningkatan jumlah cairan sebelumnya pemberian makanan/susu, perubahan bentuk feses. 5. Kaji adanya obat yang harus diberikan sebelum atau sesudah makan. 6. Jelaskan tujuan pemberian makanan melalui pipa NGT 7. Atur posisi tidur bayi/anak :semifowler/prone/miring 8. Perhatikan aktivitas (tangan) bayi/anak 9. Mencuci tangan 10. Menghangatkan susu sampai sesuai suhu ruangan 11. Memberikan posisi supine/miring kekanan dengan kepala dan dada lebih tinggi. 12. Bayi : gunakan lipatan popok /selimut dan tempatkan

PROSEDUR

140

dibawah kepala da bahu Anak kecil : Pakai bantal kecil Anak Besar : tinggikan bagian kepala tempat tidur 13. K/p memasang”empeng”pada bayi selama pemberian susu 14. Letakkan alas dibawah selang NGT 15. Kaji kepatenan posisi NGT a. Aspirasi isi residu, bila jumlahnya lebih dari ¼ jumlah cairan sebelumnya masukkan kembali dan tunda ½ -1 jam b. Bila residu yang keluar sedikit masukkan kembali c. Kaji karakteristik cairan yang keluar d. Masukkan 2 -5 cc udara kedalam NGT dan auskultasi suara di regio epigastrik 16. Melepaskan plunger dari spuit 17. Klem pipa NGT dan menghubungkan pipa NGT dengan spuit 5 cc atau 10cc 18. Menuangkan susu dalam spuit perlahan (k/p pada awal aliran, memberikan tekanan sedikit dengan plunger ). 19. Mengatur kecepatan aliran a. Bayi : 5 cc tiap 5-10 menit b. Anak : 10cc / menit 20. Mengajak bayi berbicara/ bercerita 21. Membilas dengan air 5-15 cc 22. Klem pipa NGT dan melepaskan spuit dari selang 23. Kemudian menutup segera pipa NGT. 24. Merendam spuit dalam gelas berisi air hangat 25. K/p . memepuk-nepuk pungungg bayi sampai sendawa 26. Memberikan posisi miring ke kanan selama 1 jam 27. Membereskan/mengembalikan alat-alat 28. Mencuci tangan 29. Evaluasi Respon klien selama pemberian makanan : a. Pemberian makanan dan cairan yang adekuat b. Ada/tidak komplikasi c. Ekspresi ketidaknyamanan bayi/anak d. Ekspresi keluarga dan klien (personal social dan perasaan positif) 30. Dokumentasi a. Catat jumlah , jenis, dan waktu pemberian makanan/ susu b. Catat jumlah dan jenis cairan lambung/isi residu c. Catat adanya emesis, distensi, dan/ atau diare. d. Catat posisi pipa setelah pemberian sonde (tertutup atau terbuka) e. Nama dan paraf perawat

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

141

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN DAN MEMBERIKAN TERAPI NEBULIZER PADA ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/73/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Merupakan salah satu tindakan pemeliharaan pada system pernafasan dalam upaya hygiene bronchial dengan pembersihan secret, pelembaban udara, inspirasi dan pemberian terapi

TUJUAN

Pembersihan secret, pelembaban udara, inspirasi dan pemberian terapi

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji status pernafasan anak sebelum dan setelah pengobatan: 1) Auskultasi suara nafas: a. Wheezing b. Crackles c. Suara sengau d. pernafasan bronchial e. Ngorok f. Dengkuran 2) Observasi tanda-tanda respiratory disress a. Tachipnea b. Dyspnea c. Nasal flaring d. Pengukuran otot-otot dada e. Stridor pernafasan cyennestokes f. Cyanosis g. Retraksi intrercostal h. Meningkatkan batuk 3) Observasi sputum a. Konsistensi b. Warna c. Bau 2. Kaji usia, berat badan dan tinggi badan, perkembangan serta kemampuan anak untuk beradaptasi. 3. Kaji kembali riwayat kesehatan, apakah ada karena efek obat: 1). Lihat adanya alergi terhadap pengobatan 2). Side efek yang ditimbulkan 4. Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang nebulizer 5. Kaji kemampuan anak untuk menggunakan aerosol therapy

PROSEDUR

142

6. Jika anak menggunakan nebulizer di rumah, pastikan bahwa keluarga menggunakannya dengan baik. 7. Cek kembali pesanan dokter untuk menentukan dosis dan kombinasi pengobatan 8. Kaji kembali identitas anak sesuai dengan kardex 9. Informasikan pada anak dan keluarga kapan obat akan diberikan, gunakan waktu ini untk memberikan informasi yang diperlukan atau menjawab bila ada pertanyaan dari keluarga. a. Diskusikan pemakaian alat b. Diskusikan side efek pengobatan. c. Kaji pengalaman anak terhadap rasa tidak nyaman. d. Jelaskan dan demonstrasikan cara membersihkan dan merawat alat nebulizer. 10. Sebelum tindakan lakukan tindakan keperawatan yang kemungkinan berhubungan dengan terapi. Misalnya : nadi dan tekanan darah. 11. Siapkan pengobatan: a. Mencuci tangan b. Yakinkan power pada posisi off c. Masukkan obat dalam nebulizer d. Sambung nebulizer dengan listrik e. Menghidupkan nebulizer dan cek out flow apakah timbul uap (embun) f. Pasang masker di atas mulut hidung g. Anjurkan anak duduk dan menghisap dalam dan lambat, kemudian menghembuskannya dalam hitungan 10 detik. h. Anak dapat bernafas dengan menggunakan masker. 12. Matikan compressor dan cabut dari aliran listrik. 13. Anjurkan klien untuk batuk efektif 14. Bereskan peralatan dan rapikan klien. 15. Beri reinforcement positif pada anak. 16. Evaluasi a. Kondisi anak setelah pemberian terapi nebulizer b. Auskultasi suara nafas c. Anak dan keluarga dapat mendemonstrasikan pemakaian nebulizer dengan benar. 17. Dokumentasi Catat dan observasi adanya distress pernafasan, kemampuan anak dan keluarga menggunakan nebulizer, respon anak terhadap pengobatan

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD

143

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMASANGAN CATETER URINE PADA ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/74/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemasangan cateter urine yaitu pemasangan selang (berupa latex silastic atau po-lyethylene) melalui urethra kedalam kandung kemih. Pemasanga cateter pada klien pediatrik memerlukan perhatian khusus secara anatomik dan perkembangan kognifif anak.

TUJUAN

1. Memberikan aliran urine yang continues pada anak yang tidak mempu mengontrol pengosongan urine, seperti anak yang coma, neurogenic bladder, congenital anomaly, injury/spinal cord. 2. Memonitor pengeluaran urine secara ketat pada penyakit dengan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Mengkaji usia, ukuran/besarnya anak dan tahapan perkembangan 2. Mengkaji pemahaman keluarga tentang kebutuhan akan catherisasi dan prosedur IMPLEMENTASInya 3. Mengkaji medical record anak, alergi,insrtuksi dokter, alasan pemasangan cateter, waktu pemasangan dan jumlah urine output terakhir. 4. Tentukan apakah prosedur akan dilakukan diruang anak/klien atau diruang tindakan 5. Jelaskan alasan dan prosedur pemasangan cateter. Gunakan istilah yang singkat dan jelas, gunakan gambar yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak. Berikan penjelasan yang jujur dan intonasi suara yang positif 6. Bila restraint diperlukan, persilahkan assistant hadir pada awal prosedur dilengkapi. 7. Susun dan letakkan perlengkapan pada meja tindakan, jangan dibuka perlengkapan steril pada saat ini. 8. Turunkan pagar tempat tidur dan naikkan tempat tidur pada posisi tinggi yang nyaman pada IMPLEMENTASI prosedur. 9. Berikan tempat yang privacy 10. Letakkan perlak diatas tempat tidur anak

PROSEDUR

144

11. Memberi posisi anak : a. Anak wanita : berbaring supine dan asistant dapat memegang kaki anak dalam posisi fleksi pada paha dan lutut. b. Anak pria : posisi berbaring supine 12. Bersihkan daerah perineal dengan sabun dan bilas dengan air bersih dan keringkan 13. Gantungkan urine bag disamping tempat tidur anak, bukan pada pagar tempat tidur 14. Berikan pencahayaan yang cukup selama prosedur 15. Buka set cateter dan jaga area sekitarnya steril 16. Gunakan sarung tangan steril dan susun alat-alat. Bila perlu tes balon pada cateter tetap, denga memasukkan aquades dengan jumlah yang diperlukan (tertulis dalam selang cateter). Lalu tarik kembali cairan dalam balon tersebut. 17. Tempatkan kain diatas perlak, selipkan dibawah bokong supaya tidak mengkontaminasi sarung tanggan. Tempatkan kain berlubang diatas perineum dengan celah tepat dilabia atau diatas penis. 18. Siapkan meatus uretra : a. Perempuan : buka labia dengan tanggan yang tidak dominan sampai meatus terlihat, pertahankan posisi tersebut sampai cateter masuk. Dengan kapas dan sabun antiseptik bilas labia dengan cara menekan kebawah (dari atas ke bawah-dari uretra ke vagina) dari tepi kiri kemudian kanan dan tengah dengan sekali usap untuk tiap-tiap kapas. b. Laki-laki : dengan tangan yang tidak dominan, pegang penis hanya bagian bawah glans (tarik preputiumnya apabia anak belum disunat), pertahankan posisi tersebut sampai cateter masuk. Hati-hati kesterilan tetap dijaga. Dengan kapas dan sabun anti septik bersihkan meatus dari tengah keperifer dengan garis memutar dan sekali usap untuk setiap kapas. 19. Pegang kateter dengan tangan yang dominan, 2-3 cm dari ujung dan beri xylocain jelly. Tempatkan bagian bawah kateter dipiala ginjal steril. 20. Masukkan kateter : a. Perempuan : arahkan sedikat kearah dinding uretra, masukkan ujung kateter melalui meatus 1-2 cm atau sampai urine keluar, masukkan sedikit lagi 1/2 -1 cm b. Laki-laki : pegang penis dengan sudut 90º dan masukkan kateter 2-3 cm atau sampai urine keluar 21. Tampung urine dalam piala ginjal kemudian beri kesempatan untuk mengosongkan vesika urinaria 22. Masukkan aquadest sejumlah yang dibutuhkan, hati-hati jangan terlalu keras memompa dan observasi adanya nyeri saat dipompa. Jika ada nyeri, kepiskan balon, sedikit masukkan kateter dan kembali pompa 23. Tarik perlahan kateter sementara tersebut, rasakan tahanan pada lumen atau pompa balon dari selang kateter 145

24. Hubungkan kateter dengan urine bag, yakinkan urine bag berada dibawah vesika urinaria dan selang urine bag tidak kaku 25. Fiksasi selang kateter dipaha dalam atau abdomen (lakilaki)dengan plester, ikat cukup kencang untuk mencegah tekanan pada kateter dengan posisi kaki extensi a. Jepit dengan teliti selang urine bag di bagian bawah tempat tidur b. k/p restrain tangan anak untuk melindungi trauma uretra akibat tarikan pada kateter c. Beri pujian pada anak atas kerjasamanya 26. Evaluasi a. Apakah tampak adanya distensi v.u atau retensi urine b. Tidak terjadi obstruksi aliran urine c. Tidak terjadi UTI akibat kateterisasi 27. Dokumentasi a. Prosedur IMPLEMENTASI, kondisi perineum dan meatus uretra  Waktu pemasangan, konsistensi, warna, bau dan jumlah urine b. Reaksi anak pada saat pemasangan urine kateter

UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD

146

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN HUKNAH/LAVAMENT PADA ANAK

No. Document

No. Revisi

P/IV/75/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu prosedur memasukan cairan melalui kanul rektal dari rektum ke kolon sigmoid

TUJUAN

1. Membersihkan isi usus untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada pemerikasaan/ garing prosedur diagnostik tertentu 2. Mengurangi jumlah baktei dan flora khusus dan membersihkan isi usus yang dapat menebabkan infeksi (pada kondis paska operasi), akibat keluarnya feses dan masuk kedalam peritonium selama operasai

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji usia , ukuran tubuh dan tingkat perkembangan anak 2. Kaji bising usus, ketegangan dan adanya nyeri abdomen (perut) 3. Kaji kembali catatan medik bayi/anak tentang tujuan hukna, kondisi yang mempengaruhi keadaan keseimpangan cairan dan elektrolit serta tanda-tanda vital. 4. Kaji tingkat pemahaman anak dan/atau keluarga tentang alasan dilakukannya hukna 5. Informasikan secara singkat, jelas, sederhana (sesuai tingkat perkembangan anak) alasan hukna dan prosedur yasng akan dilakukan serta jelaskan adanya hubunga lamanya menahan cairan dengan keberhasilan tujuan tindakan 6. Siapkan buku-buku bacaan dan permainan yang sesuai dengan usia untuk mengalihkan perhatian selama menahan cairan 7. Informasi tentang adanya rasa mulas ketika cairan masuk ke perut bayi/anak 8. Tempatkan peralatan dekat dengan tempat tidur 9. Perhatikan “privasi”bayi/anak 10. Memasang sarung tangan 11. Memasang pengalas/perlak dan popok dibawah bokong bayi/anak 12. K/p minta bantuan untuk menahan gerakan anak 13. Mengatur posisianak/bayi

PROSEDUR

147

a. Bayi/toddler memberikan posisi terlentang b. Anak yang lebih besar memberikan posisi sim;s dengan kedua lutut flexi/dorsal recumbent 14. Melakukan hukna sesuai pesanan medik 15. Menghubungkan hukna irrigator dengan selang penyambung dan kanul rektal 16. Mendekatkan piala ginjal di ujung kanul rectal 17. Mengolesi ujung kanul dengan pelumas 18. Menutup/menjepit selang dan menuangkan cairan isotonic dalam tabung irigator 19. Mengeluarkan udara dalam selang dengan meninggikan irigator 20. Memasukkan kanul ke dalam rektum secara perlahan a. Bayi 2,5 cm b. Toddler 5,0 cm c. Pra-sekolah 5,0 cm d. Sekolah 7,5 cm e. Pertahankan kedalaman kanul rektal 21. Mengalirkan cairan secara perlahan (100cc/menit) dan pertahankan kecepatan aliran 22. Mengatur posisi tabugn 30-46 cm diatas anus 23. Menutup aliran/ menjepit selang penyambung bila cairan bersisa sedikit 24. Menarik kanul secra perlahan dan membersihkan anus 25. Menganjurkan anak tetap ditempat tidur dan berupaya menahan cairan agar tidak segera keluar 26. menganjurkan anak buang air diatas pasusurungan/ duduk dikloset kamar mandi sampai bab selesai 27. Pada anak besar a. Menganjurkan anak supaya membersihkan daerah bokong dengan air sabun b. Bila anak tidak mampu dengan memakai sarung tangan bantu dengan membersihkan daerah bokong 28. Merapikan bayi/anak dan peralatan yang digunakan 29. Memberikan pujian pada bayi/anak atas kerjasamanya 30. Evaluasi a. Karakteristik feses yang keluar dan jumlahnya (sesuai dengan alasan hukna) b. Tanda-tanda vital : HR, pernafasan dan (k/p)tekanan darah, tonus otot,berat badan dan jumlah urine serta tingkat kesadaran bayi/anak. c. Ketidaknyamanan anak selama prosedur berlangsung 31. Dokumentasi a. Jenis dan volumr cairan b. Suhu cairan c. Ukuran kanul d. Respon anak terhadap prosedur e. Karakteristik feses yang keluar Unit Rawat Inap UNIT TERKAIT

148

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN OKSIGEN PADA ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/76/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Oksigen adalah suatu zat yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak terlihat, mempunyai berat lebih rendah dibandingkan udara. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada klien untuk mengatasi hipoksia.

TUJUAN

Untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat bagi jaringan terutama otak dan jantung.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji status pernafasan anak. 2. Kaji adanya riwayat medis sehubungan dengan status pernafasan klien 3. Kaji kembali pesanan medik untuk konsentrasi oksigen yang diperlukan. 4. Jelaskan tujuan tindakan. 5. Jelaskan kemungkinan adanya rasa tidak nyaman. 6. Jelaskan partisipasi klien selama tindakan dilakukan. 7. Beri posisi yang nyaman bagi klien, bila perlu pasang tabir di sekeliling tempat tidur. 8. Mengontrol humidifier dan flow meter 9. Mengontrol apakah peralatan berfungsi. 10. Mencuci tangan. 11. Identifikasi kebutuhan klien untuk: a. Jumlah liter oksigen yang diperlukan b. Cara pemberiannya c. Reaksi klien. 12. Cara pemberian nasal kanul: a. Pastikan bahwa rongga hidung bebas dari mucus. b. Pasang kanul secara tepat pada hidung, kemudian fiksasi pada cuping hidung. c. Sisa kanul fiksasi di dekat telinga sehingga posisi kanul menjadi paten. d. Beri posisi yang nyaman. 13. Cara pemberian masker: a. Memasang slang masker pada perangkat oksigen.

PROSEDUR

149

b. Mengatur aliran oksigen sesuai yang diinginkan c. Memasang masker pada wajah anak, tempatkan diatas dagu, mulut dan hidung. d. Pastikan bahwa posisi klien nyaman 14. Mengkaji respon klien setelah 15-30 menit pemberian oksigen. 15. Memonitor peralatan setiap 2-4 jam. 16. K/p lakukan suction. 17. Evaluasi a. Kebutuhan oksigenasi anak terpenhi. b. Tidak terjadinya hypoxia dan hyperoxia. c. Kecemasan anak akan pemberian terapi oksigen dapat diminimalkan. d. Anak toleransi terhadap prosedur 18. Dokumentasi Catat: a. Kapan pemberian oksigen dimulai, berapa konsentrasinya. b. Perubahan kondisi yang muncul pada anak selama terapi dan setelah terapi. c. Respon anak selama prosedur berlangsung. d. Nama dan paraf perawat. UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD

150

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHISAP LENDIR PADA ANAK No. Document

No. Revisi

P/IV/77/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu teknik untuk mempertahankan keutuhan jalan nafas dengan cara memasukkan kateter kecil ke dalam saluran nafas atas dengan tekanan negatif untuk mengeluarkan lendir. 1. 2.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mempertahankan keutuhan jalan nafas dengan mengeluarkan lendir. Mencegah aspirasi pulmonal terhadap cairan tubuh (darah atau muntah

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji status pernaasan anak 2. Adanya obstruksi pada system pernafasan. 3. Pengetahuan klien dan keluarga tentang prosedur tindakan 4. Jelaskan tujuan tindakan. 5. Jelaskan tiap tahap prosedur dan kemungkinan adanya rasa tidak nyaman. 6. Jelaskan partisippasi klien selama tindakan dilakukan. 7. Beri posisi yang nyaman bagi klien, bila perlu pasang tabir disekeliling tempat tidur. 8. Mencuci tangan 9. Membantu klien posisi terlentang 10. Perawat memakai sarung tangan. 11. Menghubungkan kateter pengisap dengan slang penghisap. 12. Menghisap lendir dengan cara: a. Menghidupkan alat suction. b. Cek kembali tekanan suction.sesuaikan dengan usia klien/anak. c. Tuang 100 cc normal saline ke adalam kom untuk melunakkan ujung slang dan mengontrol apakah alat penghisap bekerja dengan baik dan mencegah trauma pada mucosa. d. Menjepit pangkal kateter dengan tangan kiri. Memasukkan ujung kateter dengan tangan kanan ke dalam mulut/hidung sampai kerongkongan selama 3”4”. 151

e.

Jika anak sulit membuka mulut: 1) Bayi: dekap msndibula dan tekan kedua pipi ketengah sambil mendemontrasikan mulut yang terbuka. 2) Anak: minta anak untuk mengatakan “aaaa….” Sambil perintahkan untuk membuka mulut. g. Melepaskan jepitan dan penghisap lendir dengan menarik serta memasukkan kateter dengan arah diputar. Ulangi tindakan tersebut pada lubang hidung yang lainnya dengan memperhatikan waktu 30”-60”diantara suction. h. Membilas kateter dengan air putih/NaCl 0,9% sampai bersih. i. Mengulangi prosedur diatas sampai jalan nafas bebas dari lendir atau sampai nafas tidak berbunyi. 13. Prosedur dilakukan tidak lebih dari 3x berturut-turut. 14. Hentikan prosedur bila klien menolak atau menjadi cyanosis. 15. Mematikan mesin dan melepas kateter dari alat penghisap, kemudian memasukkan ke dalam kom berisi savlon. 16. Melepas sarung tangan 17. Beri rasa nyaman pada klien: a. Bersihkan wajah dan hidung pasien dengan tisu atau waslap. b. Beri perawatan oral bila klien muntah c. Beri posisi yang nyaman/menyenangkan. d. Membereskan alat-alat. e. Mencuci tangan. 18. Evaluasi a. Kebersiahan nafas anak disertai oksigenasi yang adekuat. b. Tidak terjadi trauma pada mukosa jalan nafas. 19. Dokumentasi a. Jumlah, warna, bau, serta konsistensi secret b. Perubahan kondisi pernafasan anak. c. Respon anak selama prosedur berlangsung d. Nama dan paraf perawat. UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

152

MELAKUKAN TEST RUMPLE LEED

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/78/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan DHF ( dengue Hemoragic fever) dengan cara menetapkan tekanan darah klien sebelumnya 1. 2.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Membantu memberikan pedoman untuk diagnosis DHF secara dini. Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi seperti : petekie.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek kembali program medic 2. Kaji TTV pada medical record klien 3. Cek hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap (terutama Hb, Ht, leukosit dan trombosit). 4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 5. Mencuci tangan 6. Klien dalam posisi baring terlentang 7. Mengukur tekanan darah klien 8. Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP) 9. 1 sistole + 2 distole = mmHg 3 10. Memompa kembali manset pada batas x mmHg dan mempertahakan selama 5 menit. 11. Menurunkan tekanan secara perlahan-lahan dan membuka manset. 12. Perhatikan timbulnya petekia pada kulit dibawah lengan bawah bagian medial pada sepertiga proximal. 13. Membaca hasil tes : positif / negative ( Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat Merapihkan klien 14. lebih dari 20 petekia). 15. Evaluasi a. Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan test. b. Observasi tanda-tanda vital. c. Kaji tanda-tanda perdarahan

153

16. Dokumentasi Catat : a. Tanggal dan waktu test dilakukan b. Hasil tes ( positif atau negative). UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

154

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

CT SCAN No. Document

No. Revisi

P/IV/79/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Meneliti tengkorak atau medulla spinalis lapis demi lapis dengan menggunakan x-rays; computer menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyusun gambar dari struktur internal otak; kadang-kadang pemeriksaan ini menggunakan medium contrast.

TUJUAN

1. Untuk mendeteksi lesi pada intracranial dan medulla spinalis 2. Monitor dampak dari operasi atau terapi.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek program medik. 2. Pastikan bahwa klien tidak menggunakan jepit rambut. 3. Cek riwayat alergi iodine bila menggunakan medium contrast 4. Beri gambaran ketika dilakukan scanner 5. Anjurkan klien untuk tetap berbaring selama prosedur pememeriksaan a. Kaji kelengkapan administrasi. 6. Kaji kesiapan klien untuk prosedur pemeriksaan. 7. Mengantar klien kebagian CT scan eriksaan. 8. Evaluasi Kaji respon klien terhadap pemeriksaan terutama bila mendapatkan zat kontras 9. Dokumentasi Catat : 1. Waktu dilakukan tindakan. 2. Respon klien terhadap prosedur tindakan. 1. Unit Rawat Inap 2. IGD

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

155

R.S. Santa Elisabeth

PERSIAPAN DAN PERAWATAN KLIEN DENGAN LUMBAL PUNKSI

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/80/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukkan spinal needle pada sub arachnoid space diantara vertebra lumbalis 3 dan 4 atau lumbal 4 dan 5 atau pada systerna magna (jarang dilakukan ) untuk mengambil cerebrospinal fluid (CSF) 1.

Mengukur tekanan pada ruang sub arachnoid dengan menggunakan manometer 2. Memperoleh LCS/CSF untuk pemeriksaan 3. Untuk menentukan adanya darah dalam cairan cerebro spinalis. 4. Memeriksa hambatan pada spinal yang disebabkan oleh lesi pada medulla spinalis 5. Memasukkan zat contras atau udara guna pemeriksaan diagnostic 6. Melakukan spinal anestesi 7. Memasukkan obat 8. Pada kondisi tertentu dapat sedikit menurunkan tekanan intra cranial Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek kembali program medik 2. Periksa catatan medic untuk menilai adanya kontra indikasi seperti peningkatan tekanan infracranial atau gangguan degenerasi sendi 3. Kaji pengetahuan dan respon klien mengenai prosedur. 4. Kaji tingkat kooperatif klien untuk mempertahankan posisinya dengan tidak banyak melakukan gerakan 5. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obat yang akan digunakan untuk local anestesi atau obat yang akan dimasukkan (‘Radiopaque dye’) 6. Pastikan adanya surat persetujuan 7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 8. Kaji fleksibilitas musculoskeletal untuk melakukan fetal posisi

156

9.

b. c. d. e. f. g.

UNIT TERKAIT

Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih (b.a.k) dan b.a.b sebelum dimulainya prosedur. 10. Pasang tabir disekitar tempat tidur klien 11. Atur fetal posisi 12. Mencuci tangan 13. Meletakkan perlak kecil dibawah bagian yang akan dipunksi 14. Mendekatkan piala ginjal 15. Membuka set punksi lumbal dengan menggunakan korentang steril 16. Mengunjukkan sarung tangan steril. 17. Membantu desinfeksi dengan mengunjukkan tuffer/kapas lidi beserta betadin dan alcohol. 18. Membantu dalam lokasi anestesi : a. Mengunjukkan spuit 3 – 5 cc b. Menggunjukkan obat anestesi local (dokter memasang duk/kain steril untuk melindungi area punksi). 19. Mengunjukkan spinal needle. 20. Menampung 1-2 tetes LCS kedalam tabung none dan pandy 21. Membantu menegakkan manometer 22. Membantuk melakukan queckenstedt test 23. Menampung 2-3 tetes LCS dalam 2 botol steri 24. Menutup bekas punksi dengan band air atau kasa yang telah diberikan betadin 25. Segera mencuci tangan, khususnya bila anda membantu klien istirahat prosedur. 26. Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontra indikasi. 27. Membereskan alat-alat. 28. Memberi etiket pada masing-masing botol steril. 29. Mengirim bahan dan formulir kelaboratorium 30. Evaluasi a. Kaji keluhan klien. b. Kaji cairan yang keluar melalui bekas punksi. c. Kaji perubahan tingkat kesadaran, tanda-tanda vital dan status pernafasan, reaksi pupil. 31. Evaluasi a. Prosedur dilakukan tanggal, jam, dokter yang melakukan dan toleransi klien terhadap prosedur. b. Warna LCS dan pemeriksaan yang dilakukan. c. Tanda-tanda vital sesudah pemeriksaan, kesadaran, istirahat tempat tidur yang dianjurkan dan adakah rembesan cairan pada bekas punksi. 1. Unit Rawat Inap 2. IGD

157

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN DENGAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

No. Document

No. Revisi

P/IV/81/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukkan satu/lebih selang kedalam rongga dada/ thoraks, difiksasi dengan jahitan pada dinding dada dan dihubungkan dengan suatu unit drainage tertutup dengan atau tanpa suction. 1. Mengeluarkan udara/cairan/darah dari rongga dada/thoraks. 2. Mempertahankan tekanan negative paru-paru Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji program mediK dan program keperawatan. 2. Kaji tanda vital, satusasi oksigen, suara nafas pada kedua lapangan paru, pola nafas. 3. Kaji keluhan klien. 4. Kaji kepadanan system drainage. 5. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan WSD. 6. Menjelaskan program perawatan yang akan dilakukan. 7. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih. 8. Memasang tabir/skerm. 9. Membebaskan pakaian klien bagian atas. 10. Mengatur posisi klien : a. Member posisi semi fowler/duduk b. Menyokong dinding dada dekat pemasangan selang c. Merubah posisi klien setiap 2jam d. Menganjurkan klien batuk efektif dan nafas dalam 11. Mengobsevasi luka punksi dan sekitarnya: a. Membuka dan melepaskan balutan dengan sangat hatihati, masukan kedalam kantong yang tersedia. b. Mengamati kondisi luka apakah ada tanda-tanda infeksi. c. Melakukan palpasi sekitar luka dan selang adanya bengkak dan krepitasi. d. Membuka set angkat jahitan, secara steril, memakai sarung tangan steril dan merawat luka secara steril. 12. Memonitor kepatenan system drainage a. Mengobservasi kepatenan fiksasi selang pada dada dan pada botol WSD. 158

b. Memfiksasi selang dada pada alat tenun tempat tidur dengan klem. c. Mempertahankan level air pada waterseal sesuai program masing-masing sisitem. d. Memeriksa kebocoran udara dengan memonitor gelembung-gelembung udara diruang water seal. e. Memelihara/menjaga agar posisi selang dada/ system drainage selalu lebih rendah daripada dada. f. Mengangkat selang dada sesering mungkin untuk mendrainage cairan ke dalam botol. g. Memijat dan mengurut selang setiap 30 menit jika cairan drain adalah darah. h. Mengobservasi adanya bekuan darah pada selang darah, bila ada segera diatasi i. Mengobservasi adanya fluktuasi/undulasi dalam water seal setiap kali klien bernafas Normal fluktuasi 2-4 detik(5 – 10cm). j. Mengontrol lubang pipa udara apakah berfungsi baik. k. Memasukkan bahwa 2 buah klem selalu tersedia disamping tempat tidur klien. 13. Memantau cairan drainage. Mengobservasi warna, konsistensi dan jumlah cairan drain, setiap 1 jam sesudah operasi (24jam)/bila jumlah cairan drain banyak. Beri tanda pada botol untuk setiap shift. 14. Menganjurkan klien untuk batuk dan nafas dalam secara periodic. 15. Mengenjurkan klien untuk memberitahukan segera bila ada kesulitan bernafas. 16. Melakukan kolaborasi medic bila kondisi klien menurun (sianosis, pernafasan cepat dan sesak, empisema subkutan, nyeri dada, perdarahan hebat. Catatan : 1) System 1 botol : a. Botol berfungsi sebagai water seal. b. Pipa dalam botol terendam 2cm dibawah permukaan air. 2) System 2 botol tanpa suction control : a. Botol 1 sebagai penampung cairan drain. b. Botol 2 sebagai water seal dengan pipa terendam 2cm dibawah permukaan air. 3) System 2 botol dengan suction control : a. Botol 1 sebagai penampung dan water seal. b. Botol 2 sebagai suction control, pipa udara terendam sedalam 10 – 20 cm air. 4) System 3 botol : a. Botol 1 sebagai penampung, botol 2 sebagai water seal, botol 3 dihubungkan dengan suction control. b. Ukuran air dalam botol = sama dengan diatas. c. Disposable water seal system = system 3 botol.

159

UNIT TERKAIT

17. Melakukan asisten pencabutan selang WSD. Pencabutan dilakukan oleh dokter, tindakan dilakukan secara steril. a. Memberikan obat analgesic-30 menit sebelumnya(bila diprogramkan) b. Menganjurkan klien untuk duduk ditepi tempat tidur/ berbaring miring pada sisi yang sehat c. Membuka set angkat jahitan d. Dokter menklem selang WSD, balutan dibuka. e. Dokter menganjurkan klien mengambil napas dalam dan menahan nafas, sementara selang dicabut dan segera ditutup dengan kassa vaselin/bethadine steril. f. Memberi balutan tekan diatasnya g. Kadang-kadang dokter menggunakan aagrave/jahitan sebelum melakukan penekanan. 18. Merapikan klien dan peralatan. 19. Kaji pernafasan klien untuk melihat tanda distress pernapasan dan nyeri dada. 20. Auskultasi paru klien dan observasi ekspansi paru. 21. Monitor tanda vital, hematokrit dan hemoglobin 22. Evaluasi 1) Evaluasi kemampuan klien menggunakan teknik latihan napas dalam sambil terus mempertahankan kenyamanan klien. 2) Monitor keberlangsungan (kelancaran) system yang ditandai dengan pengurangan jumlah drainage, tidak adanya kebocoran udara dan re-ekspansi (pengembangan) total paru-paru. 3) Monitor saturasi oksigen klien 23. Dokumentasi Deskripsikan : a. Hasil pengkajian-observasi pada klien dan system drainage. b. Respon klien c. Masalah dan intervensinya 1. Unit Rawat Inap 2. IGD

160

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN BNO-IVP No. Document

No. Revisi

P/IV/82/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS BNO-IVP (Blass Nier Oversicht-Intavenous Pyelography) BNO sering pula disebut Kidney Ureter Bladder (KUB).BNOIVP merupakan suatu pemeriksaan diagnostik dengan menggunakan X-Ray dan diinjeksikan medium kontras secara intravena untuk memvisualisasikan seluruh saluran urinari mulai dari ginjal, ureter, dan kandung kemih.

TUJUAN

1. Melihat ukuran, strutur dan fungsi ginjal, ureter dan kandung kemih dan mengidentifikasi adanya kelainan pada bentuk, ukuran, dan fungsi ginjal. 2. Melihat lokasi batu, tumor, kiste, hidroneprosis, pyelonephritis, renovascular hipertensi.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji program medik terhadap rencana pemeriksaan 2. Kaji riwayat alergi khususnya makanan laut, yodium atau zat kontras. Bila ada riwayat terhadap iodium beri prednison dan dipenhidramine sesuai instruksi dokter selama 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah prosedur. 3. Periksa BUN darah. Jika BUN >40 mg/dl beritahu dokter. 4. Periksa kadar creatinine. 5. Catat tanda-tanda vital. 6. Lapor dokter bila klien pernah mendapat enama barium atau pemeriksaan GI sebelumnya 7. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan pro Meminta klien atau keluarga mengisi dan menandatangani surat persetujuan pemeriksaan. 8. Buat perjanjian dengan unit radiologi. 9. Puasakan klien 8-12 jam sebelum pemeriksaan 10. Beri pencahar pada malam hari sebelum pemeriksaan dan enema pada pagi hari menjelang pemeriksaan. 11. Koordinasi pada unit radiologi mengenai persiapan pemeriksaan

PROSEDUR

161

UNIT TERKAIT

12. Jelaskan pada klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan yaitu untuk melihat organ ginjal, ureter dan kandung kemih. 13. Jelaskan pada klien bahwa kemerahan atau rasa terbakar dan rasa asin atau logam akan terjadi selama atau setelah zat kontras disuntikkan per IV. 14. Anjurkan pada klien untuk bertanya dan mengekspresikan perasaannya. 15. Bawa klien ke unit radiologi dan beri posisi supine. 16. Anjurkan klien sebelum pemeriksaan ia harus mengosongkan kandung kemih. 17. Klien baring terlentang di meja sinar x.dilakukan 3,5,10,15 dan 20 menit sesudah kontras disuntikkan. 18. Setelah diinjeksi, kaji tanda-tanda vital dan gejala anaphylaxis seperti kegagalan nafas, shock dan TD turun. Obat-obat dan alat-alat emergency disiapkan. 19. Setelah prosedur, kaji adanya keluhan kelemahan. Anjurkan untuk bedrest dan ambulasi 20. Evaluasi Kaji tanda-tanda vital. 21. Dokumentasi Cacat prosedur pemeriksaan, tanggal, waktu dan respon klien. 1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD

162

R.S. Santa Elisabeth

MENYIAPKAN KLIEN USG KANDUNG KEMIH

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/83/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu pemeriksaan diagnostik non invasif untuk memvisualisasikan struktur jaringan kandung kemih dengan menggunakan gelombang Doppler. 3.

Mendeteksi adanya kelainan pada organ kandung kemih seperti massa, kiste, batu atau edema. 4. Mengukur jumlah urine dalam kandung kemih, mengukur urine residu setelah berkemih Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Cek program medik dan rencana keperawatan klien. 3. Jelaskan prosedur 4. Membuat perjanjian dengan petugas bagian USG. 5. Jelaskan pada klien 2 jam sebelum pemeriksaan diberi banyak minum dan diminta menahan BAK sampai pemeriksaan selesai. 6. Membawa klien ke tempat pemeriksaan dengan kursi roda atau kereta dorong sesuai kondisi klien. 7. Jelaskan pada klien posisi selama pemeriksaan adalah supine. 8. Buka area suprapubik klien dan berikan gel ultrasonik pada area yang akan diperiksa dan jelaskan pada klien bahwa akan terasa dingin pada area abdomen. 9. Setelah selesai pemeriksaan bersihkan gel ultrasonik dengan kapas alkohol.Kemudian antar kembali klien ke ruangan 10. Evaluasi a. Respon klien terhadap pelaksanaan prosedur. b. Evaluasi pengetahuan klien tentang prosedur yang dijalani 11. Dokumentasi a. Tanggal,waktu pelaksanaan. b. Respon klien. 1. Unit Rawat Inap/Jalan 2. IGD 163

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN FOTO COLON No. Document

No. Revisi

P/IV/84/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Colon foto adalah serangkaian pemeriksaan x-ray dengan menggunakan zat kontras seperti barium sulfat untuk memvisualisasikan keadaan usus besar (colon). Pemeriksaan ini seringkali disebut barium enema. 1. Menilai adanya masalah yang klien dengan keluhan buang air besar berdarah, pus atau ada mucus serta menilai perubahan pola eliminasi(diare atau konstipasi). 2. Mendeteksi adanya tumor, divertikula, stenosis, inflamasi, colitis ulserasi dan polip. 3. Menilai adanya malfungsi usus besar atau adanya kelainan anatomi usus Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji program medic mengenai rencana colon foto dan persiapannya. 2. Kaji riwayat alergi pada klien terutama terhadap zat kontras. 3. Kaji adanya keluhan nyeri, perdarahan atau mual. 4. Kaji warna, jumlah dan konsistensi faeces 5. Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus. 6. Jelaskan tujuan, persiapan dan tindakan yang akan dilakukan pada klien untuk pemeriksaan Colon foto. 7. Mintakan surat persetujuan tindakan Colon foto pada klien. 8. Berikan klien diet rendah serat sehari sebelum pemeriksaan. 9. Puasakan klien 8 – 12 jam sebelum pemeriksaan dan anjurkan klien untuk tidak merokok. 10. Berikan laxantia sehari sebelum pemeriksaan atau sesuai pesan medic. 11. Hentikan obat-obatan 8jam sebelum pemeriksaan kecuali ada indikasi 12. Hentikan obat-obatan seperti golongan narkotika dan anticholinergik 24jam sebelum pemeriksaan. 13. Berikan enema pada pagi hari sebelum pemeriksaan atau sesuai program medic. 14. Jelaskan pada klien bahwa selama pemeriksaan akan dipasang irrigator melalui anus untuk memasukkan barium 164

kedalam colon dan jelaskan pada klien bahwa akan mengalami rasa tidak nyaman dan kedang-kadang kram pada abdomen. Siapkan foto-foto x-ray terdahulu, status dan kartu opname klien. 15. Antar klien keruang radiology untuk pemeriksaan dan jelaskan pada klien lamanya pemeriksaan antara 1 – 2jam 16. Anjurkan klien menarik nafas dalam dan menahan sphincter anus selama pemeriksaan. 17. Antar klien kembali keruangan 18. Berikan laxantia atau enema setelah pemeriksaan selesai. 19. Anjurkan klien minum air putih banyak kecuali bila ada kontra indikasi. 20. Observasi tanda-tanda vital dan keluhan klien. 22. Evaluasi a. Kaji keluhan klien selama dan sesudah pemeriksaan colon foto b. Kaji kemampuan defekasi klien 23. Dokumentasi a. Tanda-tanda vital klien b. Keluhan klien terhadap adanya rasa nyeri atau tidak nyaman dank ram abdomen c. Keadaan faeces : warna, konsistensi jumlah setelah pemeriksaan. UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap

165

R.S. Santa Elisabeth

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

GASTROSCOPY No. Document

No. Revisi

P/IV/85/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Gastroscopy adalah pemeriksaan terhadap, esophagus, esophagus lambung dan duodenum dengan menggunakan alat endoscope feberoptik yang fleksibel. Melalui endoskop dapat juga dimasukkan forcep biopsy atau brush cytology untuk pemeriksaan jaringan. Pemeriksaan gastroscopy memerlukan anestesi local dan dilakukan diruangan endoscopy. Pemeriksaan gastrostcopy lebih akurat dari pada pemeriksaan radiology karena dapat melihat secara langsung sumber perdarahan, adanya lesi permukaan atau penyembuhan jaringan.

TUJUAN

1. 2.

3.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada permukaan atau penyembuhan jaringan. Menilai adanya perdarahan akut atau kronik, anemia perniciosa, injury esophagus, massa, striktura, dyspagia, nyeri substernal, nyeri epigastrik atau inflamsi pada penyakit usus. Mengambil jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau biopsy.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Program mediK tentang rencana gastroscopy dan persiapannya 2. Tekanan darah, denyut jantung, pernafasan Klien 3. Adanya riwayat sakit cardiovascular berat 4. Keadaan rongga mulut dan catat jumlah gigi yang hilang atau adanya lesi pada mulut. 5. Jelaskan tujuan, persiapan dan tindakan yang akan dilakukan klien untuk pemeriksaan gastroscopy 6. Mintakan surat persetujuan tindakan 7. Anjurkan klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum pemeriksaan. 8. Lepaskan gigi palsu dan perhiasan klien. 166

9. Jelaskan pada klien bahwa ruangan pemeriksaan mungkin akan dingin dan gelap serta klien tidak dapat berbicara selama pemeriksaan gastroscopy. 10. Antar klien keruang endoscopy. 11. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan selama pemeriksaan 1) selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar. 2) Pemberian anastesi local spray pada pharing posterior. 3) Pemberian sedative, opiat atau tranquilezer. 4) Posisi klien selama prosedur adalah lateral recumbent kekiri. 5) Endoskop akan masuk melalui esophagus keduodenum. 6) Selama pemeriksaan akan dilakukan pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan pulse oksimetri. 7) Jika diperlukan akan ada pemeriksaan bahan laboratorium. 12. Anjurkan klien untuk menarik nafas panjang selama pemeri Antar klien kembali keruangan 13. Monitor tanda-tanda vital klien. 14. Monitor tanda-tanda adanya perdarahan atau perforasi. 15. Setelah pemeriksaan anjurkan klien tidur pada posisi sims sampai sedasi dan local anestesi berkurangi 16. Puasakan klien 1-2 jam setelah pemeriksaan atau sampai gag reflex kembali normal. 17. Evaluasi 1) Monitor apakah gag reflek sudah kembali dengan menilai reflex menelan. 2) Kaji keluhan klien selama dan sesudah tindakan gastroscopy. 3) Kaji apakah ada perdarahan selama dan sesudah gastroscopy. 4) Kaji tanda-tanda vital klien. 5) Kaji gag reflek klien. 18. Dokumentasi Catat : 1) Keluhan klien apakah ada nyeri dan perdarahan 2) Tanda-tanda vital klien. 3) Kemampuan menelan atau gag reflek klien. UNIT TERKAIT

Unit Rawat Inap/Jalan

167

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERSIAPAN DAN PERAWATAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN COLONOSCOPY No. Document

No. Revisi

P/IV/86/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemeriksaan colon dengan menggunakan alat endoscope fiberoptik yang fleksibel.

TUJUAN



   KEBIJAKAN

PROSEDUR

Menilai adanya lesi pada usus besar seperti tumor, massa, polip dan inflamasi jaringan serta mendeteksi adanya perdarahan pada usus bagian bawah, diverticulitis, dan diare Dapat digunakan sebagai pengobatan perdarahan usus atau striktura. Mendapatkan bahan pemeriksaan biopsy jaringan atau polip sebagai screening dan tindakan lanjut pada klien dengan resiko tinggi Ca colon. Mengangkat polip.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Program medic tentang rencana colonos copy dan persiapannya. 2. Tanda-tanda vital klien terutama tekanan darah dan pernafasan. 3. Adanya pemeriksaan laboratorium:Hemoglobin, hematokrit, PT, PTT dan masa pembekuan darah 4. Status hydrasi klien (intake-output cairan). 5. Jelaskan tujuan, persiapan dan tindakan yang akan dilakukan klien untuk pemeriksaan Colonoscopy. 6. Mintakan surat persetujuan tindakan 7. Berikan diet cair 24-72jam sebelum pemeriksaan 8. Berikan laxantia, dapat dengan cara: laxantia diberikan 2 malam sebelum pemeriksaan, kemudian pada pagi hari diberikan lavamen sempai dengan cairan jerniah. Cara lain adalah dengan memberikan cairan lavage elektrolit(golytely atau colyte). 9. Puasakan klien 8 – 12 sebelum pemeriksaan. 10. Antar klien keruang endoscopy. 11. Jelaskan pada klien prosedur yang dilakukan selama pemeriksaan 168

UNIT TERKAIT

a. Alat akan dimasukkan kedalam rectum b. Klien akan mengalami rasa tidak nyaman ketika udara dimasukkan kedalam anus untuk membuka colon. 12. Jika diperlukan akan dilakukan pengambilan jaringan Berikan sedative/tranquilizer atau sesuai pesan medic sebelum pemeriksaan. 13. Berikan posisi tidur miring kekiri dengan lutut ditekuk selama endoscope masuk melalui usus. 14. Anjurkan klien menarik nafas panjang dan dalam selama colonoscope dimasukkan. 15. Antar klien kekembali keruangan. 16. Anjurkan klien untuk istirahat tirah baring selama 2 – 6 jam setelah pemeriksaan. 19. Evaluasi Kaji : a. Adanya tanda-tanda perforasi usus (malaise, perdarahan rectal, nyeri abdomen, distensi, demam dan cairan yang mukopurulen). b. Tanda-tanda vital klien c. Kecemasan klien. 20. Dokumentasi Catat : a. Keluhan klien selama dan sesudah pemeriksaan. b. Adanya tanda-tanda perforasi usus Unit Rawat Inap

169

MEMASANG PIPA LAMBUNG

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

(NASO GASTRIC TUBE= NGT) No. Document

No. Revisi

P/IV/87/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukan pipa melalui hidung

TUJUAN

1. 2.

3.

4.

5. KEBIJAKAN

PROSEDUR

Dekompresi lambung dan duodenum untuk mengeluarkan cairan dan gas ( pada klien yang puasa; post operasi besar) Pemberian makanan cair dan pengobatan kelambung ( klien yang tidak mampu menelan ; disfagia, kesadaran menurun) Kompresi : memberi tekanan internal dengan menggunakan balloon untuk mencegah perdarahan gastrointestinal, Lavage ( bilas lambung) untuk membersihkan lambung untuk operasi lambung, mengurangi perdarahan aktif dilambung, tindakan darurat untuk keracunan) Aspirasi cairan lambung untuk pemeriksaan laboratorium.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek kembali program medik 2. Kaji riwayat perdarahan hidung, deviasi septum, operasi hidung 3. Kaji kebutuhan klien untuk pemasangan NGT 4. Kaji kesediaan klien untuk dilakukan prosedur 5. Kaji kepatenan lubang hidung dengan menganjurkan klien relaks dan bernapas menggunakan 1 lubang hidung secara bergantian 6. Auskultasi peristaltik usus dan palpasi abdomen 7. Kaji kemampuan menelan klien dengan menggunakan spatel untuk menyentuh uvula 8. Kaji status mental klien 9. Memberitahu tujuan pemasangan NGT dan partisipasi klien selama pemasangan NGT:

170

1. 2. 3. 4.

Posisi kepala extensi lalu flexi Napas dalam bila ingin muntah Menelan untuk membantu pipa masuk kedalam esophagus Bila merasa tidak nyaman beri kode dengan menunjukkan jari 10. Menutup tabir dilingkungan klien 11. Mengatur posisi tidur ( posisi fowler tinggi) 12. Mencuci tangan 13. Gunakan sarung tangan bersih 14. Letakkan handuk melintang diatas dada 15. Dekatkan piala ginjal dan tissue pada klien 16. Siapkan plester perekat untuk fiksasi 17. Mengukur panjang pipa lambung yang akan dimasukan ( dari cuping hidung ke telinga bawah lalu ke prosesus xifoideus) 18. Memberi tanda panjangnya pipa lambung yang harus dimasukkan. 19. Melumasi pipa lambung sepanjang 7.5-10cm 20. Instruksikan posisi kepala ekstensi, bila pipa sudah masuk sampai dengan oropharynx anjurkan posisi kepala fleksi. 21. Kaji kedudukan NGT di mulut dan tenggorokan dengan menggunakan senter dan spatel. 22. Lanjutkan memasukkan pipa lambung dengan menganjurkan minuman dengan sedotan( bila tidak ada kontraindikasi) sempai batas yang telah ditentukan. 23. Bila klien batuk-batuk, hentikan pemasangan dan anjurkan napas dalam. Setelah klien relaks, lanjutkan memasukkan pipa lambung. 24. Fiksasi sementara dengan plester 25. Lakukan tes dengan cara: a. Menghisap cairan lambung b. K/p periksa dengan kertas pH untuk menentukan keasaman isi lambung c. Memasukan udara 5-10 cc dan diauskultasi pada perut sebelah kiri kuadran atas. pada perut sebelah kiri kuadran atas * Memasukan ujung pipa lambung kedalam gelas berisi yang air TIDAK DIANJURKAN karena dapat menyebabkan aspirasi.Adanya gelembung udara pada permukaan air tidak menjamin bahwa posisi NGT tepat. 26. Kaji warna cairan lambung yang keluar melalui NGT 27. Fiksasi pipa lambung pada hidung dengan plseter 28. Tutup pipa lambung dengan spuit atau kantong penampung 29. Lepaskan sarung tangan, rapikan klien dan bereskan serta kembalikan alat-alat ketempat semula 30. Cuci tangan 21. Evaluasi Kaji : Respon klien terhadap pemasangan NGT : a. Reflex muntah yang terus-menerus (persistent gagging)

171

b. Mendadak mengalami batuk-batuk (paroxysmal Of Coughing) c. Kaji karakteristik cairan lambung (warna, jumlah) 22. Dokumentasi a. Jenis dan ukuran NGT b. Panjang NGT yang dimasukkan c. Lubang hidung mana yang digunakan d. Respon dan toleransi klien selama prosedur e. Tes kepatenan posisi pipa lambung yang dilakukan f. Nama dan paraf perawatan g. Tinggal dan waktu melakukan UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

172

R.S. Santa Elisabeth

MEMBERI MAKANAN CAIR MELAUI NASO GASTRIC TUBE (NGT)

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/88/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Proses memberikan makanan melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT kearah lambung 1. 2. 3. 4. 5.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Memenuhi kebutuhan nutirsi klien Mempertahankan fungsi usus Mempertahankan intefirtas saluran cerna Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Menerangkan prosedur pada klien 2. Klien tetap dalam posisi semo fowler tinggi atau dengan tempat tidur ditinggikan 30° atau lebih selama 30 menit setelah memberikan makanan melalui selang 3. Pasang pengalas di dada klien 4. Siapkan makanan dan obat (jika ada)yang akan diberikan 5. Mencuci tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen) 6. Cek kepatenan selang di lambung dengan cara: Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop, masukkan udara ke dalam spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan gerakan cepat. Posisi tepat jika terdengar suara udara yang dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah) 7. Cek residu lambung. Jika residu 50-100cc tunda pemberian sampai 1 jam, Jika setelah 1 jam jumlah residu masih tetap , lapor dokter 8. Menerangkan prosedur pada klien 9. Dengan tangan yang tidak dominan, klem selang NGT dan tinggikan selang 45 cm dari dada klien 10. Alirkan makanan perlahan-lahan tanpa mendorong. Jangan membiarkan udara masuk ke dalam selang. Bila makanan sudah habis, bilas selang dengan cairan

173

11. Tutup ujung selang 12. Biarkan klien pada semifowler selama 30 menit setelah pemberian makanan 13. Merapikan klien 14. Melakukan evaluasi tindakan 15. Berpamitan dengan klien 16. Membereskan alat-alat 17. Mencuci tangan 18. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Inap 2. IGD

174

R.S. Santa Elisabeth

MELAKUKAN BILAS LABUNG (LAVAGE)

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/89/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan mengirigasi atau membilas lambung

TUJUAN

1. 2.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Membilas lambung pada keadaan kasus keracunan atau overdosis obat Mengontrol perdarahan saluran pencernaan bagian atas ketika intervensi lainnya tidak dapat segera dilakukan

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Periksa kembali program medic, tujuan dan jenis cairan irigasi yang digunakan 2. Kaji distensi atau keluhan nyeri abdomen 3. Kaji bising usus dan kemampuan untuk flatus 4. Kaji tanda-tanda vital 5. Kaji kondisi rongga mulut dan keutuhan gigi geligi. Bila ada gigi palsu, cabut gigi 6. Lihat prosedur pemasangan NGT 7. Setelah NGT terpasang dengan tepat, miringkan klien ke kiri dengan kepala direndahkan ±15 derajat (left trendelenburg) 8. Masukkan larutan normal saline hangat kedalam irrigator/ corong sebanyak 150-200 ml 9. Atur ketinggian corong diatas kepala klien.Cairan irigasi jangan didorong dan biarkan mengalir menurut gaya gravitasi. 10. Rendahkan posisi NGT untuk mengalirkan isi gaster keluar ke piala ginjal / kom muntah. 11. Pastikan bahwa cairan yang masuk sama dengan cairan yang keluar 12. Ulangi prosedur tersebut beberapa kali sampai perdarahan berhenti dan cairkan jernih 13. Tetap alirkan cairan dan terus amati sampai tidak ada cairan dari lambung yang keluar kembali. Lalu NGT diklem atau dilepaskan sesuai pesanan medic. 14. Evaluasi

175

UNIT TERKAIT

a. Kaji kedudukan pipa lambung bila NGT masih digunakan b. Kaji keluhan klien akan rasa tidak nyaman atau nausea c. Inspeksi warna, volume dan karakteristik cairan NGT d. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 15menit dan tingkat kesadaran klien 15. Dokumentasi a. Volume cairan yang masuk dan keluar b. Karakteristik cairan yang keluar c. Respon pasien selama prosedur d. Tanggal, waktu, nama dan paraf perawat 1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD

176

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN PENGHISAPAN LENDIR MELALUI MULUT, HIDUNG DAN TRACHEOSTOMY

No. Document

No. Revisi

P/IV/90/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu teknik untuk mempertahankan keutuhan jalan nafas dengan cara memasukkan kateter kecil kedalam saluran nafas atas dengan tekanan negative untuk mengeluarkan lender. 1. Mempertahankan keutuhan jalan nafas dengan mengeluarkan lender. 2. Mencegah aspirasi pulmonal terhadap cairan tubuh seperti darah/ muntahan (misalnya : klien tidak sadar). Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kebutuhan penghisapan 2. Auskultasi suara nafas : wheezing, crackles. 3. Observasi status respiratori: gelisah tachypnea, sesak nafas 4. Observasi tanda-tanda: hipoksia, sianosis 5. Jelaskan prosedur dan pentingnya partisipasi klien selama prosedur 6. Jelaskan pentingnya batuk selama prosedur 7. Atur posisi tidur klien fowler/semi fowler bila tidak ada kontra indikasi. 8. Letakkan handuk melintang pada dada klien. 9. Mencuci tangan 10. Letakkaan handuk secara melintang diatas dada klien. 11. Atur tekanan negative pada alat penghisap lender. 12. Buka kateter steril, upayakan agar tidak menyentuh area yang tidak steril. 13. Buka kom steril, isi dengan cairan NaCI. 14. Memakai sarung tangan steril. 15. Hubungkan kateter steril dengan pipa pernghisap 16. Ambil kateter steril dengan tangan dominan/steril, hubungkan dengan pipa penghisap yang dipegang dengan tangan tidak dominan. 17. Menghidupkan mesin, control fungsi alat dengan memasukan kateter pada kom berisi NaCI.

177

19. Bila klien menggunakan O2, lepaskan O2 dengan tangan yang tidak dominan lalu segera masukkan kateter penghisap dengan tangan dominan dalam keadaan mesin penghisap tidak berfungsi. 20. Lakukan intermittent penghisapan dengan gerakan rotasi sambil menarik kateter keluar. 21. Lama penghisapan 10 – 15 detik. 22. Anjurkan nafas dalam, kalau perlu beri O2 1-2 menit. 23. Bilas kateter dengan Normal Saline. 24. Prosedur dapat diulang sampai jalan nafas bersih. Beri cukup waktu diantara penghisapan untuk ventilasi. 25. Kaji status kardiopulmonal diantara waktu penghisapan. 26. Matikan mesin, lepas sarung tangan dan kateter. Masukkan dalam kantong plastic. 27. Tutup pipa penyambung dengan kasa steril 28. Angkat handuk, tempatkan dikom untuk dicuci. 29. Atur posisi klien, k/p anjurkan untuk kumur-kumur. 30. Kosongkan botol penghisapan tiap shift/bila cairan didalam botol penghisapan sudah menunjukkan pada batas tertuntu. 31. Merapihkan alat-alat, biarkan mesin penghisap dekat tempat tidur klien bila masih dibutuhkan. 32. Cuci tangan 33. Evaluasi a. Auskultasi suara nafas, bandingkan kondisi saluran pernafasan sebelum dan sesudah penghisapan. b. Identifikasi dampak fisiologik prosedur penghisapan terhadap klien. 34. Dokumentasi a. Catat hasil pengkajian saluran nafas sebelum dan sesudah penghisapan, ukuran kateter yang digunakan, lama penghisapan, rute penghisapan, toleransi klien, tekanan negative yang digunakan bau, jumlah, warna dan konsistensi lender. b. Catat respon klien UNIT TERKAIT

1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD

178

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN PPD TEST

No. Document

No. Revisi

P/IV/91/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi/mengidentifikasi adanya infeksi oleh Bacillus Tuberkulosis. PPD test kepanjangan dari Purified Protein Derivative. 2. Untuk mendeteksi/mengidentifikasi adanya infeksi Tuberculosis. 1. Untuk mengetahui apakah proses infeksi masih aktif atau terhenti Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji apakah klien pernah mendapat vaksin BCG, penyakitpenyakit yang disebabkan virus, keadaan imunosupresi karena penyakit tertentu, kortikosteroid sebelum tes dilakukan. 2. Mencuci tangan 3. Pilih area yang akan dilakukan penyuntikan: 1/3 lengan bawah bagian atas/tengah (3 – 4 jari dibawah antecubital dan 5 jari diatas pergelangan tangan). 4. Beri posisi yang nyaman dengan lengan diregangkan dan disanggah pada permukaan yang datar 5. Ambil tuberculin PPD dan hisap ke dalam spuit 6. Bersihkan kulit klien (bagian dalam lengan) dengan alcohol, dimulai dari tengah dan melingkar kearah luar(sirkular)±5cm (2inci). Biarkan kering 7. Regangkan kulit 8. Dekatkan spuit tuberculin/ spuit injeksi insulin kearah kulit, masukkan jarum dengan hati-hati dengan sudut 5-15 derajat (tehnik menyuntik: intrakutan). Masukkan jarum keepidermis sampai dengan ±3mm (1/8 inci) dibawah permukaan kulit. Ujung jarum dapat dilihat melalui kulit. 9. Memasukkan obat 0,1 cc secara perlahan sehingga membentuk gelembung berwarna terang seperti gigitan nyamuk dengan diameter ± 6-10 mm dan akan menghilang secara bertahap.Tidak perlu diaspirasi karena dermis relative avaskuler 179

10. Cabut jarum sambil memberi kapas alcohol/ alcoholswab pada area penyuntikan. 11. Jangan melakukan penekanan/pemijatan ada area penyuntikan. 12. Member tanda pada lokasi suntik 13. Memperhatikan waktu penyuntikan 14. Bereskan alat-alat 15. Evaluasi a. Respon klien setelah prosedur dilakukan b. Baca hasil tes setelah 48-72 jam setelah penyuntikan dilakukan. c. Ukur diameter pelebaran maksimal dari indurasi(bukan eritema) dalam millimeter dengan menggunakan penggaris 16. Dokumentasi Dokumentasikan pada catatan keperawatan: nama klien, kamar/nomer bed, tanggal membaca hasil, jam , lokasi. UNIT TERKAIT

1. 2.

Unit Rawat Jalan/ Inap IGD

180

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN NASAL KANUL,NASAL KATETER, MASKER

No. Document

No. Revisi

P/IV/92/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu zat yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak terlihat, mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan komponen udara lainnya Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam darah arteri pada kondisi paru dan jantung yang bermasalah serta peningkatan fungsi metabolik Kateter Nasal Aliran : 1-6 liter, konsentrasi 23 -44% jarang digunakan dibandingkan dengan nasal kanul Nasal Kanul Aliran : 1-6 liter, konsentrasi 23-44% Simple face mask Aliran : 6-8 liter/mnt konsentrasi 40-60% Partial rebreather mask Aliran : 8-12 liter/mnt konsentrasi 60-80% Non rebreather mask Aliran: 12-15 liter/mnt Konsentrasi 80-100% Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji program medik. 2. Kaji pengetahuan klien kecepatan prosedur yang akan dilakukan. 3. Kaji pola nafas klien; kecepatan, kedalam dan ritme 4. Kaji warna kulit (pucat dan sianosis) dan membrane mukosa 5. Monitor hasil AGD dan saturasi oksigen. 6. Auskultasi 7. Kaji area belakangan telinga, pipi atau tempat lain dimana kontak kulit dan alat terapi oksigen 8. Monitor status hemodinamik: TD, Nadi. 9. Monitor perubahan perilaku : tingkat kesadaran klien,

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

8

181



10. 11. 12. 13. 14.

15.

16.

UNIT TERKAIT

kecemasan , penurunan konsentrasi, kelelahan dan dizzines Mencuci tangan Mengontrol flow meter dan humidifer *). Mengontrol apakah peralatan berfungsi *). Mengikuti intruksi yang tertulis pada alat tersebut *) Perawat mencuci tangan. Cara Pemberian Nasal Kateter : a. Mengukur jarak dari lubang hidung-telinga dan diberi tanda*). b. Melumasi kateter dengan jelly/vaselin*). c. Memasukan kateter kedalam lubang hidung sampai batas tanda. d. Pindahkan keteter kelubang hidung lain maksimal setiap 8 jam atau lebih sering Cara Pemberian Nasal Kanule : a. Pasang kanul secara tepat pada hidung b. Kencangkan tali fiksasi dibelakang telinga dan dagu c. Cek lubang hidung setiap 8 jam k/p beri jelly/vaselin steril Cara pemberian oksigen melalui Masker : a. Pasang masker pada wajah klien, pastikan alat metal pada masker terpasang dengan tepat. b. Kaji kulit sekitar area pemasangan masker, k/p beri kasa pada sekitar area pemasangan masker c. Pada klien yang menggunakan rebrafher mask, pastikan kantung penampung (reservoir) berfungsi (berisi udara) dan tidak terlipat Evaluasi a. Kaji respon klien b. Kaji status repirasi klien selama dan setelah prosedur dilakukan. c. Monitor hasil AGD dan saturasi oksigen. d. Auskultasi suara nafas klien Dokumentasi Catat: a. Jumlah lIter oksigen yang digunakan, tanggal dan waktu pemberian terapi oksigen. b. Jenis alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen c. Tanda-tanda vital, warna kulit, suara nafas. d. Respon klien sebelum dan sesudah terapi diberi

1. Unit Rawat Jalan/ Inap 2. IGD 

182

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK BIOPSI PLEURA/PARU

No. Document

No. Revisi

P/IV/93/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pleural Biopsi :Merupakan tindakan insisi kecil pada dinding thorax atau sekaligus dilakukan pada thoracotomy thoracentesis dengan menggunakan jarum biopsy. Jarum tersebut mengambil sebagian kecil dari bagian pleura parietal, sebagian bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan microscopic cellular dan cultur.Jika untuk pemeriksaan bacteriologic sebaiknya diambil sebelum klien mendapatkan kemoterapi. Biopsi Paru: merupakan tindakan pembedahan pada paru(open lung biopsi) dengan atau tanpa endoscopy yang menggunakan jarum yang dapat menarik bagian jaringan paru. Jaringan diperiksa untuk mengetahui adanya struktur sel abnormal dan bakteri.Biopsy paru biasanya dilakukan untuk identifikasi tumor paru atau perubahan parenchyma (sarcoidosis).

TUJUAN

Untuk menegakkan diagnosa bila ditemukan adanya pleural effusion.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji pengetahuan klien tentang prosedur: tujuan, metode dan langkah-langkah prosedur. 2. Kaji kemampuan/tingkat toleransi klien terhadap prosedur. 3. Kaji kebutuhan: psikologis yang berhubungan dengan prosedur. 4. Kaji riwayat hipersensitivitas terhadap analgesic, anestetik dan antibiotika. 5. Observasi tanda-tanda vital sebagai data dasar. 6. Penjelasan tentang tujuan, langkah-langkah prosedur. 7. Persiapan fisik psikologis 8. Jelaskan tentang tujuan tindakan biopsy pleura. 9. Jelaskan langkah-langkah prosedur secara rinci

PROSEDUR

183

a. Klien dalam posisi duduk dan pertahankan posisi tersebut selama tindakan. Perpindahan posisi oleh klien dapat menyebabkan kerusakan oleh jarum punksi.klien sampai dengan obat habis. b. Dilakukan desinfektans pada area yang telahditentukan(paru) untuk membersihkan daerah punksi dari kuman-kuman/ mencegah infeksi. c. Klien dianjurkan mengikuti semua kinstruksi dokter selama tindakan untuk mempermudah tindakan. d. Dilakukan punksi dengan jarum biopsy mengambil jaringan untuk diperiksa laboratorium. e. Setelah selesai, luka punksi akan ditutup secara steril. f. Lamanya tindakan kira-kira 30menit 10. Evaluasi a. Klien sudah dipersiapkan secara fisik untuk prosedur. b. Klien sudah dipersiapkan secara psikologis untuk prosedur. c. Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang prosedur (tujuan dan langkah) 11. Dokumentasi Catat : a. Persiapan klien sebelum prosedur. b. Kondisi klien sebelum prosedur : TTV, suara nafas, warna kulit, observasi distress pernafasan( merupakan indikasi pneumo thorax), warna sputum respon(bercampur darah/tidak). UNIT TERKAIT

Unit Rawat Jalan/ Inap

184

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

POSTURAL DRAINAGE FISIOTHERAPI DADA No. Document

No. Revisi

P/IV/94/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Merupakan tindakan perawatan dengan melakukan drainage postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. Tindakan postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernafasan. Tindakan drainage postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. 1. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan 2. Membersihkan jalan napas Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan A. Drainage postural 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Cuci tangan 3. Atur Posisi: 1) Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan didrainage pada lobus atas bronkus apikal. 2) Tegak dengan sudut 45 derajat membungkuk ke depan pada bantal dengan 45 derajat ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan di drainage bronkus posterior. 3) Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan didrainage brokus anterior. 4) Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajat atau menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan di drainage pada lobus tengah (bronkus lateral dan medial). 5) Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajat atau menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kanan iri apabila daerah yang akan di drainage pada bronkus superior dan inferior 6) Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang di drainage bronkus apikal 7) Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajat atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45-50cm, 185

4.

5. 6. 7.

miring ke samping kanan, apabila yang akan di drainage bronkus medial. 8) Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajat atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm, miring ke samping kiri, apabila yang akan di drainage bronkus lateral. 9) Posisi trendelenberg condong sudut 45 derajat dengan bantal di bawah panggul, apabila yang akan di drainage brokus posterior. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode selanjutnya kurang lebih 15 – 30 menit. Lakukan observasi tanda vital selama prosedur. Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping, vibrasi, dan pengisapan lendir (suction). Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

B. Clapping dan Vibrasi 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Cuci tangan 3. Atur Posisi sesuai dengan postural drainage. 4. Lakukan clapping dan vibrasi pada: 1) Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus apikal. 2) Lebar bahu kanan masing-masing sisi apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus posterior. 3) Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus anterior. 4) Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan medial). 5) Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior. 6) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal. 7) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial. 8) Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral. 9) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior 5. Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih satu menit 6. Setelah dilakukan tindakan drainage postural, clapping 186

dan vibrasi dapat dilakukan tindakan pengisapan lendir (lihat tindakan penghisapan lendir/suction). 7. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi. 8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan. 9. Evaluasi a. Setalah dilakukan 3-4 kali vibrasi klien dianjurkan untuk batuk, lender ditampung dalam sputum pot. b. Perhatikan reaksi klien. c. Tindakan clapping dan vibrasi dihentikan bila ada keluhan nyeri dan sesak nafas meningkat. 10. Dokumentasi Catat: a. Tanggal dan waktu fisioterapi dada. b. Segmen dada yang dilakukan perkusi atau vibrasi. c. Warna, jumlah dan kekentalannya produksi (ada darah dan tidak). UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

187

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERIKAN NEBULIZER PADA KLIEN DEWASA No. Document

No. Revisi

P/IV/95/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Satu tindakan pemeliharaan pada system pernafasan dalam upaya hygiene bronchial dengan pembersihan secret, pelembaban udara, inspirasi dan pemberian terapi 1. Merelaksasi jalan nafas 2. Mengencerkan dan mempermudah mobilisasi secret 3. Menurunkan edema mukosa 4. Pemberian obat secara langsung pada saluran pernafasan untuk pengobatan penyakit, seperti; bronkospasme akut, produksi secret yang berlebihan dan batuk yang disertai dengan sesak nafas Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Mencuci tangan 2. Memasang sampiran 3. Memakai handscoen bersih 4. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari alat nebulizer 5. Menghubungkan nebulizer dengan listrik 6. Menyalakan mesin nebulezer (tekan power on) dan mengecek out flow apakah timbul uap atau embun 7. Menghubungkan alat ke mulut atau menutup hidung dan mulu (posisi) yang tepat 8. Menganjurkamn agar pasien untuk melakukan nafas dalam,tahan sebentar,lalu ekspirasi 9. Setelah selesai, mengecek keadaan umum pasien, tandatanda vital dan melakukan auskultasi paru secara berkala selama prosedur 10. Menganjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret 11. Perhatian; a. Tetap mendapingi pasien selama prosedur tidak meninggal pasien b. Observasi adanya reaksi pasien apabila terjadi efek samping obat c. Tempatkan alat nebulizer pada posisi yang aman (jangan sampai jatuh) 12. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur terhadap: keadaan umum,tanda- tanda vital dan efek 188

samping obat Mengauskultasi suara nafas Mengobservasi sputum/secret yang dikeluarkan pasien Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan Mencatat hasil pemgkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur 17. Mencatat hasil observasi pasien selama dan setelah tindakan 18. Mencatat sputum/secret dan karakteristiknya (jumlah, konsistem dan warnanya) 13. 14. 15. 16.

UNIT TERKAIT

1. 2.

Unit Rawat Jalan/ Inap IGD

189

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT COLOSTOMY No. Document

No. Revisi

P/IV/96/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan operasi membuka dinding abdomen untuk tujuan mengeluarkan feses. Colostomy mulai berfungsi 3-6 hari setelah operasi 1. Melindungi kulit dari drainase 2. Mengobservasi kondisi stoma 3. Mengganti pembalut insisi/ colostomy bag sesuai dengan kebutuhan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji program medic 2. Kaji kondisi kantong colostomy dan kaji keluhan tidak nyaman pada stoma dan sekitarnya. 3. Auskultasi peristaltic usus 4. Kaji pemahaman klien mengenai stoma 5. Jelaskan prosedur 6. Berikan privacy untuk clien 7. Atur posisi tidur klien k/p semi fowler Menggunakan colostomy bag 1) Cuci tangan 2) Gunakan sarung tangan bersih 3) Dekatkan piala ginjal ketubuh klien 4) Melepaskan colostomy bag kotor dan tempatkan dalam piala ginjal/ bedpen 5) Ganti sarung tangan dengan yang steril/bersih 6) Bersihkan stoma dan kulit sekitarnya dengan kapas basah/ NaCI 7) Observasi kondisi kulit, stoma dan jahitan 8) Keringkan kulit sekitar stoma Menggunakan Cicin tumit 1) Cucitangan 2) Gunakan sarung tangan bersih 3) Piala ginjal didekatkan ketubuh klien 4) Buka plester dengan kapas bensin 5) Angkat pembalut kotor dan masukkan dalam kantong plastik

190

6) 7)

UNIT TERKAIT

Ganti sarung tangan dengan yang bersih/steril Bersihkan colostomy dan kulit sekitarnya dengan kapas basah/ NaCI 8) Bersihkan bekas Zink Olie dengan Olie 9) Keringkan kulit sekitar stoma 10) Lakukan observasi kulit sekitar, stoma dan jahitan 11) Olesi kulit sekitar stoma dengan zink olie tipis-tipis 12) Pasang kain berlubang sesuai dengan ukuran stoma, cicin tumit dan bantalan kapas 13) Rekatkan bantalan kapas dengan plester 14) Rapihkan klien 15) Bereskan alat-alat dan membuang balutan kotor 16) Cuci tangan 17) Motivasi klien untuk melakukan observasi setiap hari 18) Evaluasi a. Respon klien terhadap stoma/ ostomy bag b. Integritas kulit sekitar stoma, stoma damsutures c. Karakteristik cairan yang keluar melalui stoma: jumlah, konsistem dan warna 19) Dokumentasi a. Type bag dan skin barrier yang digunakan b. Wktu pemasangan dan pengosongan bag c. Jumlah, warna dan konsistensi dari faeces/cairan d. Kondisi kulit sekitar stoma, stoma dan sutures e. Partisipasi dan toleransi klien terhadap pemasangan ostomy bag f. Penyuluhan keperawatan yang sudah diberikan Unit Rawat Inap

191

MEMBERIKAN TRANSFUSI DARAH

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/97/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) 01 APRIL 2016 PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang memerlukan darah dan atau produk darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set tranfusi. 1. Meningkatkan volumen darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan). 2.

Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia berat.

3.

Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Cuci tangan 3. Gantung larutan NaCl 0,9 % dalam botol untuk digunakan setelah tranfusi darah. 4. Gunakan selang infus yang mempunya filter (selang Y atau tunggal). 5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9 % (lihat prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum pemberian tranfusi darah. 6. Sebelum dilakukan tranfusi darah terlebih dahulu memeriksa identifikasi kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan. 7. Buka set pemberian darah a. Untuk selan Y, atur ketiga klem. b. Untuk selang tunggal,lem pengatur pada posisi off

192

8

Cara tranfusi darah dengan selang Y: a. Tusuk kantong NaCl 0,9 % b. Isi selang dengan NaCl 0,9 % c. Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9 %. d. Tutup/klem pada slang yang tidak digunakan. e. Tekan/klem sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian). f. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl 0,9 %. g. Kantong darah perlahan-lahan dibalik-balik 1 – 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka klem pada selang dan filter terisi darah.

9 Cara tranfusi darah dengan selang tunggal: 10 Tusuk kantong darah 11 Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian). 12 Buka klem pengatur biarkan selang terisi darah. 8.

Hubungkan selang tranfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengataur bawah.

9.

Setelah darah masuk, pantau tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan setiap 15 menit selama 1 jam berikutnya.

10. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang infus dengan NaCl 0,9 %. 11. Catat tipe, jumlah dan komponen darah yang diberikan. 12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan. UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

193

MELAKUKAN IRIGASI MATA

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/98/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan membersihkan/ mengeluarkan cairan, secret, bahan kimia dan benda asing yang masuk kedalam mata/ ada didalam mata.Irigasi dilakukan selama 15 menit secara kontiniu.

TUJUAN

1. 2. 3. 4. 5.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Untuk membersihkan/mengeluarkan secret dari selaput konjungtiva. Untuk mengangkat benda asing/mengirigasi bahan kimia dari mata Untuk pemberian anti septic Untuk mengurangi edema/rasa tidak nyaman dengan menggunakan cairan hangat/ dingin Untuk melembabkan permukaan mata pada klien tidak sadar.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kembali program medik : jenis cairan, jumlah, suhu cairan dan frekuensi irigasi. 2. Inspeksi daerah mata : apakah ada benda asing, kemerahan, ukuran pupil. 3. Kaji apakah ada keluhan : rasa terbakar, nyeri, penglihatan kabur, photofobia. 4. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai prosedur yang akan dilakukan 5. Beri posisi duduk atau tidur miring kearah mata yang diirigasi. 6. Memasang tabir disekeliling tempat tidur. 7. Mencuci tangan, siapkan lingkungan 8. Letakkan perlak dan handuk dibawah kepala dan bahu klien. 9. Pakai sarung tangan bersih. 10. Letakkan piala ginjal disamping mata yang akan diirigasi untuk menampung cairan irigasi. 11. Tutup telinga dengan kapas bulat (sesuai mata yang akan diirigasi)

194

12. Dengan kapas bulat yang sudah dibasahi dengan cairan Na CI, bersihkan dengan lembut batas kelompak mata dan bulu mata dari kantus dalam kekantus luar 13. Isi spuit 10cc dengan cairan irigasi. 14. Tangan yang tidak dominan menarik dengan lembut kelopak mata bawah untuk memaparkan kantung konjungtiva. Untuk mempertahankan agar kelopak mata tetap terbuka, berikan tekanan pada tulang orbital dan tulang prominens dibawah alis, jangan menekan mata. 15. Tangan dominan mengalirkan cairan irigasi dengan tekanan rendah kekantung konjungtiva bawah dari 16. kanthus dalam kearah kantus luar. Tinggi irrigator 2,5 inch. Hindari tersentuhnya struktur mata dengan alat irigasi. 17. Tinggi irigator 2,5 inch. 18. Hindari tersentuhnya struktur mata dengan alat irigasi. 19. Anjurkan klien untuk melihat keatas 20. Anjurkan klien untuk menutup mata secara periodic. 21. Lakukan irigasi sampai bersih (jumlah cairan yang dituntukan habis/untuk irigasi zat kimia perlu 15menit). 22. Keringkan kelopak mata dan daerah wajah dengan kapas bulat. Lepaskan kapas penutup telinga. Lepaskan dan buang sarung tangan lalu mencuci tangan. 23. Evaluasi a. Kaji tingkat kenyamanan klien setelah irigasi dilakukan. b. Observasi adanya tanda verbal dan nonverbal kecemasan saat diirigasi. c. Kaji apakah terjadi penglihatan kabur selama irigasi. d. Observasi reaksi pupil dan pergerakan ekstraokuler. 24. Dokumentasi Catat : a. Waktu melakukan irigasi, jenis, jumlah cairan yang digunakan untuk irigasi irigasi dan lama irigasi b. Keluhan klien akan adanya nyeri dan status penglihatan.

UNIT TERKAIT

1. 2.

Ruang Rawat Jaan/Inap IGD

195

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN IRIGASI TELINGA No. Document

No. Revisi

P/IV/99/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Tindakan membersihkan daerah meatus auditory eksternal denga menggunakan cairan normal salin/H202/ minyak sesuai tujuan irigasi. 1. Untuk mengeluarkan serumen, benda asing atau pus yang terdapat kanalis telinga luar 2. Mengirigasi kanalis telinga luar dengan cairan anti septic. 3. Caloric test. Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kembali program medik 2. Kaji riwayat kesehatan klien, apakah pernah dilakukan operasi pada liang telinga, rupture membrane timpani, myryngotomi 3. Kaji kemampuan mendengar pada telinga yang akan diirigasi. 4. Kaji pinna dan meatus auditorius eksternal apakah ada kemerahan, bengkak, abrasi, pengeluaran cairan adanya serumen atau benda asing lainnya. 5. Kaji keutuhan membrane timpani 6. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan telinga. 7. Kaji tingkat rasa nyaman klien. 8. Jelaskan klien dan keluarga mengenai prosedur yang akan dilakukan. 9. Beri posisi duduk atau tidur miring kearah mata yang diirigasi.Memasang tabir disekeliling tempat tidur. 10. Mencuci tangan. 11. Pakai sarung tangan bersih. 12. Letakkan perlak dan handuk dibahwa kepala dan bahu klien. 13. Dekatkan pila ginjal ketelinga yang akan diirigasi. 14. Bersihkan kanal telinga bagian luar dengan lidi kapas. Jangan mendorong serumen/ benda asing kedalam telinga. 15. Isi spuit 10 cc dengan cairan irigasi,keluarkan udara dari spuit

196

16. Tarik daun telinga keatas dan kebelakang( pada orang dewasa) atau tarik daun telinga kebawah dan belakang ( pada anak kecil) dengan tangan yang tidak dominan. Tangan yang dominan memegang spuit dan letakkan dipangkal kanal. 17. Alirkan secara perlahan menuju dinding kanal posterior dan pertahankan posisi telinga. 18. Pertahan aliran irigasi, amati drainage cairan apakah terdapt serumen atau benda asing. 19. Secara periodic kaji apakah klien merasa nyeri, vertigo atau nausea. 20. Ulangi irigasi selama diperlukan, sediakan waktu istirahat diantara irigasi. 21. Keringkan daun telinga dan liang telinga dengan kapas/tuffer / lidi kapas. 22. Taruh tuffer pada liang telinga, anjurkan klien miring kearah telinga yang sudah diirigasi selam 5 – 10 menit. 23. Evaluas a. Observasi secara reaksi verbal dan non verbal adanya kecemasan klien selama di irigasi. b. Kaji tingkat kenyamanan klien setelah irigasi dilakukan. c. Kaji kondisi meatus eksternal dan liang telinga klien. d. Kaji kemampuan mendengar pada telinga yang diirigasi. 24. Dokumentasi Catat a. Waktu melakukan irigasi, jenis, dan jumlah cairan yang digunakan untuk irigasi. b. Kondisi telinga sebelum dan susudah diirigasi. c. Hasil drainage irigasi. d. Semua keluhan klien selama dilakukan irigasi. UNIT TERKAIT

1. 2.

Ruang Rawat Jalan/Inap IGD

197

PERAWATAN KLIEN DENGAN GIPS

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/100/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu kerangka yang keras yang terbuat dari plester, fiberglas, atau materi plastik yang digunakan untuk mengimobilasikan bagian tubuh yang mengalami fraktur

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji status neurovascular dari ekstremitas yang terpasang gips : nyeri, bengkak, warna ( pucat/kebiruan), temperature (akral dingin), rasa kesemutan/ baal, nyeri saat digerakkan. Capillary refill lambat, denyut nadi. Kelumpuhan 2. Kaji integritas kulit yang terpasang gips: perhatikan adanya nyeri, bau dan cairan yang keluar dari gips 3. Kaji posisi dan penekanan pada ekstremitas yang terpasang gips: 4. Kaji status pernapasan, kardiovaskuler dan gastrointestinal 5. Kaji keluhan gatal atau iritasi dibagian dalam gips 6. Kaji aspek psikologis klien terdapat dampak penyakit, gips dan imobilisasi. 7. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan gips 8. Lapisi setiap tepi gips yang kasar dengan 1,5 s.d 2 buah plester 9. Beritahu dokter jika ada area gips yang terlalu kencang 10. Tinggikan ekstremitas yang terpasang gips sehingga sama tinggi dengan jantung 11. Untuk klien yang terpasang gips yang luas, tempatkan posisi tempat tidur dalam posisi trendelenburg untuk hari pertama atau kedua untuk mencegah bengkak, kecuali ada kontraindikasi dengan kondisi klien 12. Ubah posisi klien pada waktu-waktu tertentu sehingga semua permukaan gips terpapar udara sehingga dapat kering :

PROSEDUR

Mengimobilisasikan bagian tubuh dalam posisi tertentu Memberikan penekanan/ kompresi jaringan lunak Mencegah dan memperbaiki deformitas Menyokong dan menstabilkan sendi yang lemah

198

a. b.

Jika gips masih basah, ubah posisi klien tiap jam Jika gips sudah kering, ubah posisi tiap 2 jam saja sudah cukup kecuali klien merasa tidak nyaman. c. Beri bantuan pada klien sehingga dapat mencegah injuri 13. Minta klien untuk tidak menggunakan pisau, pulpen atau benda-benda keras lainnya untuk menggaruk kulit dibawah permukaan gips. 14. Cium / membaui tepi gips yang terbuka untuk mengkaji adanya infeksi dibawah gips. 15. Evaluasi Evaluasi gips dengan memeriksa apakah ada retak atau remuk, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini : apakah ada rasa tidak nyaman dibawah gips ? Apakah gips menggesek kulit ?apakah tepi gips lembut ? apakah gips kering 16. Dokumentasi Catat temuan-temuan dari pengkajian dan intervensi dalam catatan perawat UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

199

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN TONGKAT/KRUK DAN PENYANGGA TUBUH No. Document

No. Revisi

P/IV/101/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Alat bantu yang digunakan untuk menyokong tubuh klien yang membutuhkan bantuan dalam perjalanan karena adanya penyakit, injuri atau catat bawaan.Kruk digunakan oleh klien yang harus memindahkan beban tubuh ketangan.

TUJUAN

1. Membantu klien dalam melakukan mobilitas 2. Mempertahankan & meningkatkan kesiimbangan tubuh 3. Menyokong berat badan klien dari satu atau kedua kaki.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji riwayat medis, tingkat aktivitas klien sebelumnya. 2. Kaji indikasi penggunaan kruk pada klien : secara tipikal diberikan pada pasien dengan injuri pada ekstremitas bawah atau pasien yang mengalami kelemahan untuk berjalan 3. Kaji kemampuan fisik klien menggunakan kruk, kekuatan otot lengan, punggung dan kaki klien, TTV, orientasi terhadap tempat, waktu & orang 4. Kaji kekuatan otot tubuh bagian atas, ROM, keseimbangan tubuh klien & adanya deformitas pada kaki 5. Kaji pengetahuan kien tentang penggunaan kruk & teknik ambulasi 6. Kaji adanya deficit visual, perceptual atau sensori 7. Kaji lingkungan : adanya ancaman terhadap keselamatan klien 8. Jelaskan tujuan dan prosedur sebelum dilakukan latihan mobilisasi 9. Diskusikan jadwal dan beberapa jauh klien ambulasi 10. Ukur tinggi dan berat klien sebelum memulai latihan mobilisasi 11. Deskripsikan tentang jenis kruk yang akan digunakan. 12. Pastikan bahwa jenis kruk yang akan digunakan sudah sesuaikan dengan tinggi klien 13. Pasang safety belf jika merasa tidak yakin dengan keseimbangan klien 14. Bantu klien dalam keadaan berdiri & amati keseimbangan tubuh klien.

PROSEDUR

200

15. Pilih kruk yang sesuai: a. Four-point gait a. Mulai dalam posisi tripod. Kruk ditempatkan 15cm didepan & 15 cm disamping tiap kaki. b. Gerakan kruk sebelah kanan 10 – 15 cm c. Gerakan kaki kiri kedepan sejajar dengan kruk sebelah kiri. d. Gerakan kruk kiri kedepan sejauh 10-15cm e. Gerakan kaki kanan ke dapan sejauh kruk sebelah kanan f. Ulangi gerakan b. Three-point gait: a. Mulai dengan posisi tripod b. Majukan kedua kruk & kaki yang lumpuh c. Gerakan kaki yang kuat kearah depan d. Ulangi gerakan c. Two-point gait : a. Mulai dalam posisi tripod b. Gerakkan kruk kiri & kaki kanan kedepan c. Gerakkan kruk kanan & kaki kiri kedepan d. Ulangi gerakan 16. Menaikan tangga dengan kruk : a. Mulai dalam posisi tripod b. Klien memindahkan beban tubuh kekruk. c. Kaki yang sehat bergerak maju d. Sejajarkan kedua kruk dengan kaki yang sehat. e. Ulangi gerakan hingga klien mencapai bagian atas tangga. 17. Menuruni tangga dengan kruk a. Mulai dengan posisi tripod b. Pindahkan beban tubuh ke kaki yang sehat c. Pindahkan kruk keanak tangga dibawahnya, & intruksikan klien untuk memindahkan beban tubuh kekruk & pindahkan kaki yang sakit kedepan d. Pindahkan kaki yang sehat menuruni tangga & letakkan sejajar dengan kedua kruk. e. Ulangi gerakan hingga klien mencapai anak tangga terakhir 17. Evaluasi a. Observasi klien saat menggunakan alat bantu kruk b. Periksa tangan & aksila, lihat adanya kemerahan, bengkak, atau iritasi kulit yang disebabkan karena penggunaan alat bantu c. Evaluasi rasa ketidaknyamanan yang dirasakan klien setelah melakukan latihan d. Monitor adanya hipotensi postural, peningkatan HR, TD, RR, atau sesak setelah ambulasi UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

201

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBANTU KLIEN MENGGUNAKAN WALKER No. Document

No. Revisi

P/IV/102/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Alat bantu ambulasi yang sangat ringan, dan dapat dibawa kemana-mana, tingginya kira-kira setinggi pinggang, terbuat dari metal disertai adanya pegangan, punya empat kaki dan terdapat satu bagian sisi yang terbuka 1. Menyokong tubuh klien dengan stabilitas & keamanan lebih besar dibandingkan alat bantu lainnya. 2. Dipilih untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pada ekstremitas atas & bawah, biasanya digunakan pada orang tua yang memiliki arthritis, atau penyakit neuromuscular Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji pengetahuan klien tentang penggunaan walker & teknik ambulasi 2. Jelaskan alas an melakukan latihan teknik penggunaan walker pada klien 3. Bantu klien berdiri ditengah walker,& instruksikan untuk memegang handgrip dengan kuat. Perawatan berdiri dibelakang klien 4. Angkat walker, pindahkan 15-20 cm kedepan, pastikan keempat kaki walker telah bertumpu pada lantai 5. Kaki klien juga melangkah kedepan dengan kaki secara bergantian, pertahankan langkah yang seimbang, yakinkah keseimbangan& ulangi langkah tersebut dengan mengangkat walker kembali 6. Jika klien mengalami kelemahan unilateral ( kaki), setelah walker digerakkan maju, instruksikan klien untuk melangkah maju dengan kaki yang lemah, didukung dengan kedua lengan,dan diikuti dengan kaki yang sehat. 7. Jika pasien mengalami hemiplegia/hemiparese, berdiri disamping sisi tubuh yang sehat. Kemudian dukung pada bagian panggul & bahu klien 8. Lakukan beberapa langkah kedepan bersama klien. Lalu kaji

202

Lalu kaji kekuatan & keseimbangan. 9. Evaluasi a. Observasi klien saat menggunakan alat bantu walker b. Evaluasi rasa ketidaknyamanan yang dirasakan klien setelah melakukan latihan c. Monitor adanya hipotensi postural, peningkatan HR,TD,RR atau sesak setelah ambulasi 10. Dokumentasi a. Catat tipe walker yang digunakan b. Catat derajat bantuan perawatan yang diperlukan klien c. Catat tingkat toleransi klien terdapat ambulasi UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

203

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN KLIEN DAN BAHAN UNTUK PEMERIKSAAN NUCHTER POST PRANDIAL (NPP) No. Document

No. Revisi

P/IV/103/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN



TUJUAN       KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Serangkaian tindakan untuk proses pemeriksaan gula darah klien dalam keadaan puasa dan 2 jam sesudah makan. Gula Darah Puasa : 1. Untuk evaluasi diagnosa dan manajemen klien dengan DM 2. Untuk data penunjang berbagai diagnosa 3. Untuk evaluasi terapi Gula Darah 2 jam PP : 1. Untuk mengevaluasi apakah respon insulin pada klien masih cukup ade kuat terhadap pemasukan tinggi karbohidrat. 2. Sebagai data penunjang untuk diagnosa DM. 3. Untuk evaluasi manajemen klien dengan DM. Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji adanya gejala hiperglikemi/ hipoglikemi. 2. Kaji ulang pesanan medik 3. Kaji pengetahuan klien tentang tujuan pengambilan specimen. 4. Kaji obat-obat yang digunakan dan makanan yang telah dimakan. 5. Sehari sebelumnya (± pkl 20.00) klien dijelaskan akan dilakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah dan dalam urine untuk memastikan apakah klien menderita DM. 6. Anjurkan klien untuk puasa 6 – 7 jam (± mulai pkl 24.00) sampai dengan pengambilan urine dan darah pagi hari. Klien diperbolehkan minum hanya air putih saja (air yang tidak mengandung glukosa). 7. Pengumpulan sebanyak 2 kali yaitu saat klien puasa (jam 06.00) dan 2 jam setelah klien makan (pkl 11.00) 8. Urine dan darah Nucter ( saat puasa) diambil dan selanjutnya bahan darah dan urine diambil 2 jam setelah makan (PP)

204

9.

Catat jumlah urine yang diproduksi klien saat pengambilan bahan di etiket bokal urine 10. Bahan pemeriksaan dan formulir selanjutnya dikirim ke laboratorium 11. Evaluasi a. Klien dapat menjelaskan tujuan tes sebelum dilakukan pemeriksaan. b. Klien menjelaskan prosedur secara singkat. c. Klien mengatakan tidak takut untuk dilakukan tes. d. Evaluasi tingkah laku non verbal tentang kecemasan sebelum, selama dan sesudah dilakukan prosedur. e. Tanyakan klien apakah ada yang belum jelas. f. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan tes secara mandiri. 12. Dokumentasi a. Prosedur yang telah dilakukan dan respon klien. b. Tanggal waktu pengambilan bahan dan jumlah urine yang diproduksi klien. UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Jalan /Inap

205

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN INJEKSI INSULIN (INSULIN PEN) No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/104/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Insulin : adalah hormon yang digunakan untuk mengobati Diabetes Mellitus. Actrapid Novolet : pulpen khusus yang diisi dengan 3 cc insulin “short-acting” (ex : Actrapid)

PENGERTIAN

 TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan Diabetes Mellitus. Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Lihat pesanan dokter dalam daftar obat .cek nama pasien, jenis insulin, dosis insulin, waktu dan rute pemberian. 2. Kaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, rute pemberian yang tepat, waktu kerja dan masa efek puncak insulin, efek samping yang mungkin timbul. 3. Kaji tanggal kadaluwarsa insulin. 4. Kaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human insulin. 5. Kaji riwayat medik klien, riwayat alergi. 6. Kaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan jumlah jaringan. 7. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pengobatan yang akan diberikan (pemberian insulin). 8. Observasi respon verbal dan non verbal klien sebelum dilakukan injeksi insulin. 9. Jelaskan tujuan pemberian insulin pada pasien 10. Tutup tirai 11. Cuci tangan 12. Ambil vial insulin dan hisap sebanyak dosis yang diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat pasien). 13. Pilih lokasi penusukan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, edema. 14. Rotasi tempat/ lokasi penyuntikaninsulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.

206

15. Desinfeksi area penyuntikan dengan kapas alkohol/ alkoholswab, dimulai dari bagian tengah area penusukan danbergerak ke arah luar secara sirkular ± 5 cm. 16. Cubit kulit tempat area penyuntikan dengan tangan yang tidak dominan. 17. Dengan tangan yang dominan suntik insulin dengan pelan dan lembut. 18. Cabut jarum dengan cepat, tidak boleh dimasase, hanya dilakukan penekanan pada area penyuntikan denhan kapas alkohol. 19. Buang spuit ke tempat yang ditentukan dalam keadaan jarum sudah ditutup edngan capnya. 20. Cuci tangan Khusus insulin pe (Actrapid Novolet) 1. Cek apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai. 2. Ganti jarum pada insulin pen yang baru. 3. Pasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator dosis. 4. Pegang Novolet secara horizontal dan gerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai dosis yang ditentukan sehingga indikator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada pasien. 5. Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 10, 12, 14, 16, 18 unit. Setiap rasa “klik” yang dirasakan perawat saat memutar cap Novolet menandakan 2 unit insulin telah tersedia. 6. Evaluasi a. Observasi respon klien terhadap medikasi 30 menit setelah injeksi insulin dilakukan. b. Observasi indikasi adanya efek samping pada pasien. c. Inspeksi tempat penyuntikan dan amati apakah terjadi bengkak, atau hematom. d. Minta klien menyebutkan tujuan, dosis, efek yang diharapkan dan efek samping terapi insulin. 7. Dokumentasi a. Respon klien setelah pemberian insulin b. Kondisi tempat tusukan injeksi insulin UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

207

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MELAKUKAN IRIGASI KANDUNG KEMIH PADA KLIEN POST OPERASI BPH (TURP) No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/105/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKA

PROSEDUR

Suatu tindakan mengirigasi kandung kemih dengan menggunakan kateter yang umumnya dilakukan pada pasien pasca operasi TURP (Transuretral Retoperitoneal Prostatektomy). 1. Membantu mencegah obstruksi pada saluran urinary dengan cara membilas adanya bekuan darah yang terbentuk setelahpembedahan prostat atau kandung kemih. 2. Mengobati iritasi, inflamasi atau infeksi kandung kemih Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji tanda-tanda vital klien 2. Kaji program medik terhadap rencana irigasi. 3. Kaji adanya perdarahan aktif. 4. Kaji tingkat kesadaran dan kemampuan klien untuk kooperatif. 5. Palpasi kandung kemih terhadap adanya distensi dan tegang. 6. Catat jumlah urine yang keluar dari kandung kemih. 7. Tanyakan klien tentang adanya nyeri kandung kemih atau rasa tidak nyaman dan mungkin membutuhkan lumen kateter irigasi yang lebih besar. 8. Observasi warna urine , jumlah, konsistensi dan adanya mucus, darah dan sedimen. 9. Bandingkan jumlah cairan irigasi infus dengan urine output. 10. Kaji intake dan output 11. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang tujuan irigasi kateter. 12. Kaji tanggal kadaluwarsa cairan irigasi. 13. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada klien dan keluarga 14. Cuci tangan dan beri privacy 15. Tempatkan klien pada posisi yang nyaman. 16. Lihat kembali standar prosedur sesuai protocol rs 17. Letakkan label cairan irigasi yang digunakan : tanggal, waktu, type, caian 208

18. Letakkan label cairan irigasi yang digunakan : tanggal, waktu, type, caian 19. Siapkan cairan (harus steril). Isi slang infus dengan cairan, keluarkan udara dalam slang. 20. Lumen kateter 3 cabang, bagian irigasi didesinfeksi dengan cairan anti septik dan hubungkan dengan slang infus. 21. Lepaskan sarung tangan 22. Atur tetesan infus sesuai instruksi dokter/ sesuai protocol. 23. Bila urine tampak merah/ ada bekuan darah, tingkatkan irigasi tetesan sampai dengan bersih. 24. Ganti cairan irigasi bila dibutuhkan, jangan biarkan botol cairan irigasi kosong 25. Gunakan sarung tangan, kosongkan urine bag bila dibutuhkan. Perhatikan prinsip steril. 26. Bandingkan urine output dengan cairan irigasi yang diberikan tiap 1 – 2 jam. 27. Cuci tangan 28. Evaluasi a. Observasi klien terhadap adanya bekuan darah pada urine dan sedimen. b. Tanyakan klien adanya keluhan nyeri dan adanya demam. c. Bandingkan urine output dengan cairan irigasi total. d. Kaji kelancaran tetesan infus cairan irigasi, lapor medik bila terjadi obstruksi irigasi. 29. Dokumentasi a. Prosedur yang dilakukan. b. Respon klien c. Jumlah cairan irigasi dan hitung intake output cairan d. Karakteristik dan penampilan urine yang keluar. e. Tanggal, waktu pemberian UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

209

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN DENGAN CYSTOSTOMY No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/106/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKA

PROSEDUR

Suatu tehnik pengeluaran urine dari kandung kemih dengan dimasukkan suatu alat kateter sekitar 5 cm diatas shympisis pubis, dan selang cystostomy dihubungkan dengan kateter. 1. Memastikan pengeluaran urine secara adekuat dari kandung kemih 2. Untuk mengurangi terjadinya UTI atau gagal ginjal 3. Digunakan setelah prosedur pembedahan ginekologi tertentu 4. Pembedahan kandung kemih, prostaktektomi, pada striktura berat atau injury traumatik Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan untuk kooperatif 2. Kaji balutan yang ada (warna, jumlah, dan bau) 3. Kaji tempat insersi kateter terhadap kemerahan, edema, drainage dan bau 4. Kaji peningkatan temperatur tubuh 5. Kaji beberapa lama kateter telah dipasang 6. Kaji tempat penempelan plester terhadap tanda iritasi 7. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada klien dan keluarga secara singkat. 8. Kaji kembali program medik 9. Cuci tangan 10. Ciptakan suasana yang nyaman 11. Jelaskan prosedur secara singkat kepada klien dan keluarga 12. Beri pasien posisi berbaring terlentang 13. Pasang alas/ perlak di bawah klien 14. Gunakan sarung tangan bersih. Angkat balutan kotor dan tempatkan pada kantong balutan kotor 15. Ganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan steril 16. Kaji lokasi insersi dan kepatenan (lihat pengkajian) 17. Pertahankan sterilisasi, bersihkan lokasi dengan swab/ cairan antiseptik secara sirkuler dimulai dari tempat pemasangan kateter dan terus-menerus keluar sampai mencapai diameter 5 cm. bila perlu gunakan tangan yang 210

tidak dominan untuk mengangkat kateter saat dibersihkan 18. Ulangi langkah no.5 setiap saat bila dibutuhkan untuk membersihkan lokasi 19. Ambil satu kasa basah dengan cairan antiseptic dan bersihkan kateter dari proksimal kebagian distal 20. Dengan tangan yang dominan ambil kasa steril, lingkari kateter bila perlu tambahan kasa kering diatasnya kemudian diplester 21. Fiksasi kateter ke arah abdomen 22. Atur posisi urine bag dan kateter Tanyakan klien apakah ada pertanyaan tentang perawatan kateter 23. Cuci tangan 24. Evaluasi a. Observasi urine`terhadap sediment b. Cek kembali laboratorium kultur urine dan sensitivity untuk mengetahui adanya bakteri c. Monitor temperature tubuh dan peningkatan lekosit d. Observasi lokasi pemasangan kateter e. Monitor urine yang keluar melalui kateter suprapubik f. Tanyakan dan kaji adanya tanda dan gejala uti dan infeksi di lokasi insersi g. Tanyakan klien adanya rasa tidak nyaman (range 0 – 10) 25. Dokumentasi Catat : a. Perawatan meliputi pengkajian luka dan toleransi klien untuk perawatan luka b. Warna dan jumlah serta karakteristik cairan drainage yang keluar c. Kondisi klien UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

211

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENERIMA KLIEN HAMIL PADA KUNJUNGAN PERTAMA No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/107/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan pemeriksaan klien hamil pada kunjungan pertama, di Poli Antenatal

TUJUAN

1. Membantu klien untuk berperilaku positif terhadap kehamilannya 2. Mendeteksi faktor - faktor risiko aktual & potensial. 3. Mencegah / mengatasi komplikasi dalam kehamilan 4. Meningkatkan pengetahuan & kenyamanan klien

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Tanyakan surat pengantar / rujukan 2. Kaji riwayat kehamilan / persalinan yang lalu ( format pengkajian ibu hamil) 3. Kaji tanda pasti dan tidak pasti kehamilan 4. Mencuci tangan efektif 5. Melakukan pemeriksaan fisik 6. Pengukuran tanda vital 7. Inspeksi: Chloasma, konjunctiva, sclera, leher,mamae, abdomen, vulva, haemorroid, tungkai. 8. Palpasi: Finger print, leher, mammae, abdomen (Leopold), hepar, lien, tungkai. 9. Auskultasi: Jantung, Paru, DJJ 10. Observasi: BB, TB, TFU, TBBJ 11. Perkusi: Reflek patela. 12. Test diagnostik (darah : Hb, Ht, HBSAg, urine : pregnancy test,protein, reduksi) 13. Perkusi: Reflek patela 14. Test diagnostik (darah : Hb, Ht, HBSAg, urine : pregnancy test, protein, reduksi) 15. Memberikan informasi tentang nutrisi, Ketidaknyamanan dan keteraturan minum vitamin 16. Identifikasi tanda bahaya kehamilan & hal yang membahayakan janin 17. Menjadwalkan tanggal kunjungan yang akan datang

PROSEDUR

212

UNIT TERKAIT

18. Evaluasi  Respon verbal dan non verbal  Kehamilan fisiologis / patologis  Kondisi janin 19. Dokumentasi  Catat seluruh hasil pengkajian dan tindakan keperawatan kedalam format dan kartu register  Catat respon klien Ruang Poliklinik

213

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENERIMA KLIEN HAMIL PADA KUNJUNGAN TRIMESTER II No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/108/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan pemeriksaan klien hamil pada kunjungan pada trimester II

TUJUAN

1. Mendeteksi faktor - faktor risiko aktual & potensial. 2. Mencegah / mengatasi komplikasi 3. Meningkatkan pengetahuan & kenyamanan klien, serta adaptasi positif terhadap kehamilannya. 4. Mendemonstrasikan citra tubuh positif dengan mempertahankan kepuasan penampilan fisik yang positif Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kecukupan nutrisi 2. Kaji kenaikan berat badan 3. Kaji tanda pasti kehamilan 4. Kaji rasa gerak anak pertama kali 5. Sambut ibu dengan ramah 6. Ciptakan hubungan saling percaya 7. Perkenalkan diri dengan ramah 8. Jelaskan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan 9. Lingkungan: Jaga privasi 10. Mengkaji secara lengkap tentang Identitas klien dan keluarga 11. Keadekuatan pola nutrisi seblm hamil / saat ini, BB, keluhan mual - muntah yang berlanjut. 12. Ketidaknyamanan fisik dan psikologis 13. Pengetahuan klien tentang kehamilan 14. Klarifikasi penerimaan perubahan citra tubuh 15. Mencuci tangan 16. Tanda vital a. Inspeksi: Chloasma, sclera, leher, mamae, abdomen, vulva, haemorroid, tungkai. b. Palpasi: Finger print, leher, mammae, abdomen Leopold, hepar, lien, tungkai c. Auskultasi: Jantung, paru, DJJ, gerakan janin.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

214

d. Mesurasi: BB, TB, Jarak symphisis ke FU e. Perkusi: Reflek patela 17. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehamilannya dan mendiskusikan masalah seksual. 18. Identifikasi tanda bahaya kehamilan dan hal yang membahayakan janin 19. Kaji pembesaran uterus dan tinggi fundus uteri, serta memperhatikan aktivitas / gerakan janin. 20. Menjadwalkan tanggal kembali berkunjung 21. Evaluasi - Respon verbal dan non verbal - Kehamilan fisiologis / patologis 22. Dokumentasi Catat seluruh hasil pengkajian dan tindakan keperawatan kedalam format dan kartu register UNIT TERKAIT

Ruang Poliklinik

215

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

AUSKULTASI BUNYI JANTUNG JANIN DENGAN DOPPLER No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/109/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan periksa dengar mempergunakan doppler

TUJUAN

1. Menentukan tanda pasti kehamilan 2. Memantau keadaan janin 3. Menghitung detak jantung janin Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji HPHT 2. Kaji Siklus haid 3. Kaji letak janin 4. Kaji posisi punggung 5. Jelaskan kepada klien, prosedur yang akan dilakukan 6. Bersikap ramah, ciptakan hubungan saling percaya. 7. Anjurkan Klien berbaring diatas tempat tidur dengan satu bantal. 8. Jaga privasi 9. Anjurkan klien untuk rileks 10. Perawat mencuci tangan yang efektif 11. Jaga privasi 12. Perawat berdiri di sebelah kanan klien 13. Menentukan presentasi janin (palpasi Leopold I dan III). 14. Menentukan posisi punggung j anin 15. Melakukan auskultasi saat uterus tidak berkontraksi 16. Mengoleskan jely tipis pada permukaan probe/corong doppler 17. Meraba nadi ibu pada nadi radial (di pergelangan tangan, bandingkan dengan denyut yang terdengar dari doppler) 18. Menghitung frekuensi djj (3 X 5" dengan selang waktu berhenti masing-masing 5") 19. Meminta klien untuk mendengarkan bunyi jantung janin. 20. Membersihkan jelly pada probe dan perut ibu 21. Mengembalikan alat-alat 22. Mencuci tangan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

detak

jantung

janin

216

dgn

23. Evaluasi a. Kaji respon klien verbal dan non verbal, bila ada kelainan segera konsul ke bidan/dokter b. DJJ dan gerakan janin c. Kaji kenyamanan klien 24. Dokumentasi a. Catat hasil auskultasi dalam status b. Catat respon klien UNIT TERKAIT

1. 2. 3.

Ruang Poliklinik Ruang Rawat Inap Kamar bersalin

217

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHITUNG TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/110/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Menghitung perkiraan berat badan janin dengan menggunakan rumus Johnson Tausak 1. Menentukan berat badan janin 2. Memantau tumbuh kembang janin Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. KajiHPHT 2. Kaji siklus haid 3. Kaji tinggi fundus uteri 4. Kaji presentasi janin 5. Jelaskan kepada klien, prosedur yang akan dilakukan 6. Anjurkan Klien berbaring diatas tempat tidur dengan satu bantal. 7. Lutut diluruskan 8. Jagaprivasi 9. Anjurkan klien untuk rileks 10. Perawat mencuci tangan yang efektif 11. Jaga privasi 12. Perawat berdiri di sebelah kanan klien 13. Menentukan presentasi janin 14. Menentukan berapa bagian terendah yang masuk ke dalam pintu atas panggul 15. Mengukur jarak pinggir atas symphisis pubis ke fundus 16. Mencatat hasil pengukuran dalam cm 17. Menghitung taksiran berat badan sesuai dengan rumus Johnson Tausak 18. Mengembalikan alat-alat 19. Mencuci tangan 20. Evaluasi a. Kaji respon klien verbal dan nonverbal, bila ada kelaman segera konsul ke dokter b. Kaji kenyamanan klien c. Informasikan kepada ibu berat badan janin 218

21. Dokumentasi Catat hasil auskultasdalam status dan respon klien UNIT TERKAIT

Ruang Poliklinik

219

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHITUNG USIA KEHAMILAN DALAM BULAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/111/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Menghitung usia kehamilan dengan menggunakan rumus Me. Donald

TUJUAN

1. Menentukan usia kehamilan dalam bulan / mgg 2. Memantau tumbang janin

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. KajiHPHT 2. Kaji siklus haid 3. Kaji gerak anak pertama kali 4. Kaji presentasi janin 5. Kaji tinggi fundus uteri 6. Jelaskan kepada klien, prosedur yang akan dilakukan 7. Anjurkan Klien berbaring diatas tempat tidur dengan satu bantal. 8. Lutut diluruskan 9. Jaga privasi 10. Anjurkan klien untuk rileks 11. Perawat mencuci tangan yang efektif 12. Jaga privasi 13. Perawat berdiri di sebelah kanan klien 14. Mengukur jarak pinggir atas symphisis pubis kefundus uteri denan pita pengukur 15. Mencatat hasil pengukuran dalam cm 16. Menghitung usia kehamilan 17. Informasikan hasil kepada ibu 18. Mencuci tangan 19. Evaluasi: Kaji respon klien verbal dan nonverbal, bila ada kelainan segera konsul ke dokter 20. Dokumentasi:Catat hasil auskultasdalam status dan respon klien Kaji kenyamanan klien

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ruang Poliklinik 220

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PALPASI ABDOMEN MENURUT LEOPOLD I,II,III,IV No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/112/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Pemeriksaan bimanual dengan cara meraba abdomen, menurut Leopold

TUJUAN

Menentukan besarnya bagian janin yang masuk kedalam pintu atas panggul Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan LEOPOLD I 1. Kaji HPHT 2. Kaji s iklus haid 3. Kaji tanda pasti dan tidak pasti kehamilan 4. Jelaskan kepada klien, prosedur yang akan dilakukan 5. Anjurkan klien untuk b.a.k 6. Anjurkan Klien berbaring diatas 7. tempat tidur dengan satu bantal. 8. Anjurkan klien untuk rileks 9. Jagaprivasi 10. Perawat/Bidan berdiri di sebelah kanan klien, dengan posisi menghadap klien 11. Anjurkan klien untuk rileks 12. Tangan kiri menahan fundus uteri 13. Tangan kanan dengan ibu jari dan jari-jari lain dalam bentuk mangkok diletakan diatas symphisis pubis 14. Tekan tangan kanan secara perlahan ke bawah dan dim disekitar bagian presentasi, pada saat klien menghembuskan nafas 15. Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi

KEBIJAKAN

PROSEDUR

LEOPOLD II 1. Langkah 1-10 sama seperti leopold I 2. Letakan kedua belah tangan pada sisi kiri dan kanan abdomen klien 3. Salah satu tangan menahan, tangan yang lain meraba & membandingkan apa yang diraba pada sisi tersebut. 4. Bila palpasi tidak//kurang jelas, tanyakan kepada klien dibagian mana klien merasa pergerakan janin menendang/bergerak 221

LEOPOLD III 1. Langkah 1-14 sama seperti leopold II 2. Tekan tangan kanan secara perlahan ke bawah dan dim disekitar bagian presentasi, pada saat klien menghembuskan nafas 3. Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi LEOPOLD IV 1. Langkah 1-9 sama seperti leopold I 2. Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dengan posisi membelakangi klien/menghadap ke kaki klien 3. Kedua tangan diletakan di bagian kiri dan kanan pada segmen bawah uterus 4. Perlahan - lahan kedua tangan meraba berpa bagian terendah janin yang teraba diatas pintu atas panggul 5. Tentukan presentasi janin dan berapa bagian yang masuk kedalam pintu atas panggul Evaluasi: a. Kaji respon klien verbal dan nonverbal, bila ada kelainan segera konsul ke bidan/dokter b. Djj dan gerakan janin c. Kaji kenyamanan klien Dokumentasi: Catat hasil palpasi dalam status DAN Catat respon klien UNIT TERKAIT

1. Ruang Poliklinik 2. Kamar bersalin

222

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENERIMA KLIEN HAMIL PADA KUNJUNGAN PERTAMA DI RUANG BERSALIN No. Document No. Revisi Halaman P/IV/113/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Menerima klien yang datang ke ruang bersalin karena waktu melahirkan telah tiba

TUJUAN

Menetapkan laporan dengan klien selama wawancara awal, pengumpulan data, proses persiapan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Surat rujukan 2. Identitas klien, suami serta data Demografi 3. Benda-benda berharga diserahkan kepada keluarga 4. Ciptakan hubungan saling percaya 5. Perkenalkan diri dengan ramah 6. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien 7. Jaga privas Menimbang 8. Berat Badan Klien 9. Menganjurkan klien untuk BAB/BAK 10. Menganjurkan klien untuk mengganti baju dan kain 11. Mengidentifikasi riwayat kehamilan dan persalinan lalu 12. Mengidentifikasi Keluhan Klien 13. Mengidentifikasi kesehatan klien dan keluarga 14. Mengidentifikasi kontraksi, show dan atau perdarahan, membran amnion, HPHT, siklus haid, jumlah gravidapartus-abortus, waktu dan jumlah cairan dan makanan, alergi terhadap makanan dan obat-obatan, pengetahuan dasar dan harapan untuk keterlibatan dari pendamping persalinan, rencana untuk memberi makan pada bayi 15. Memberikan informasi tentang peraturan rumah sakit, lingkungan ruang persalinan, apa yang diharapkan berikutnya. 16. Memeriksa fisik(sesuai standard) 17. Tanda-tanda vital 18. Kontraksi uterus 19. Inspeksi dan Palpasi abdomen dengan manuver Leopold's IIV 223

20. Evaluasi: d. Kaji respon klien verbal dan nonverbal, bila ada kelainan segera konsul ke bidan/dokter e. Djj dan gerakan janin f. Kaji kenyamanan klien 21. Dokumentasi: Catat hasil palpasi dalam status dan Catat respon klien UNIT TERKAIT

Kamar Bersalin

224

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN DALAM PERSALINAN KALA I No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/114/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Mendampingi klien sejak fase laten sampai pembukaan lengkap

TUJUAN

1. Meningkatkan kesiapan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan 2. Meningkatkan dan mempermudah kemajuan persalinan normal 3. Mendukung kemampuan koping klien/pasangan 4. Mencegah komplikasi maternal/janin 5. Meningkatkan kesejahteraan janin Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Kontraksi uterus (intensitas,durasi dan frekuensi) b. Tanda-tanda vital c. Keluaran vagina terhadap warnajumlah d. DJJ 5. Eliminasi b.a.k e. Asupan cairan dan makanan f. Mood dan aktivitas umum g. Rasa tidak nyaman h. Penggunaan obat-obatan tradisional yang berpengaruh terhadap proses persalinan 2. Jagaprivasi 3. Anjurkan untuk mengganti baju 4. Posisi berbaring rileks 5. Memberikan perawat primer atau dukungan profesional kontinu 6. Mengorientasikan klien pada lingkungan, staf dan prosedur. Beri informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis sesuai kebutuhan 7. Mengkaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan,latar belakang budaya dan peran orang terdekat 8. Memantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi saat klien rileks 9. Memantau pola kontraksi uterus setiap 30'- 60', status janin,

KEBIJAKAN

PROSEDUR

225

perdarahan vagina dan dilatasi serviks. 10. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan,masalah dan rasa takut 11. Mendemonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, memberikan tindakan kenyamanan 12. Menjaga privacy 13. Mengkaji kebutuhan klien terhadap pemberi asuhan 14. Menganjurkan klien untuk berjalan-jalan disekitar ruang bersalin 15. Memberikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan 16. Memantau kebutuhan nutrisi dan cairan. 17. Menganjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sedikitnya 2 jam sekali. 18. Memantau tanda vital setiap 4 jam sekali atau sesuai indikasi. Memantau djj setiap jam sekali. 19. Memantau karakter cairan amnion 20. Melakukan persiapan perineal bila diindikasikan 21. Memberikan enema pembersih bila perlu 22. Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posisi janin, punggung dan presentasi. 23. Memantau djj dengan sering, perhatikan variasi djj 24. Mengkaji sifat dan jumlah tampilan vagina,dilatasi serviks, penonjolan, lokasi janin dan penurunan janin 25. Menganjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ia merasakan dorongan untuk mengejan 26. Periksa djj dengan segera bila pecah ketuban dan 5 menit kemudian. Observasi perineum klien terhadap prolapsus tali pusat. Bila bagian presentasi belum masuk pelvis anjurkan klien untuk tirah baring. 27. Evaluasi a. Kemajuan persalinan sesuai dengan partograf b. Respon verbal dan non verbal 28. Dokumentasi a. Catat waktu dan hasil pemeriksaan dan keistimewaan yang ditemukan. b. Catat respon klien UNIT TERKAIT

Kamar Bersalin

226

R.S. Santa Elisabeth

MERAWAT KLIEN DALAM PERSALINAN KALA II

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/115/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memberikan asuhan keperawatan klien mulai dilatasi serviks penuh dan berakhir dengan lahirnya janin

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Memudahkan kemajuan normal dari persalinan dan turunnya janin 2. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin 3. Mendukung keinginan klien / pasangan berkenaan dengan pengalaman melahirkan, mempertahan keamanan sesuai prioritas Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Aktivitas/istirahat (kelelahan, lingkaran hitam sekitar mata) b. Sirkulasi (peningkatan tekanan darah diantara kontraksi) c. Integritas ego (respons emosional, hilang kontrol) d. Eliminasi (keinginan untuk defikasi saat kontraksi, keluarnya feses, distensi kandung kemih) e. Nyeri/ketidak nyamanan f. Pernapasan (peningkatan frekuensi per-napasan) g. Djj h. Seksualitas (dilatasi serviks penuh, peningkatan perdarahan vagina, penonjolan perineum, vulva membuka, anus membuka, membran amnion ruptur, tampak bagian terendah janin 2. Jagaprivasi 3. Beri posisi yang nyaman untuk meneran 4. Atur posisi pendamping 5. Jelaskan keadaan klien dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan 6. Mengidentifikasi derajat kenyamanan dan sumbernya 7. Memberi tindakan kenyamanan 8. Memantau aktivitas uterus pada saat kontraksi 9. Memberi informasi dan dukungan yang berhubungan

227

dengan kemajuan persalinan 10. Menganjurkan klien untuk mengatur upaya mengejan dengan spontan, mendorong selama kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan otot abdomen dan merelaksasikan otot dasar pelvik 11. Memantau penonjolan perineal dan rektal, pembukaan muara vagina 12. Membantu klien untuk memilih posisi meneran yang mengoptimalkan sirkulasi seperti posisi rekumben lateral, Fowler, berdiri saat mendorongatau jongkok 13. Menjelaskan pada klien kapan waktu yang tepat untuk meneran, anjurkan untuk relaksasi diantara kontraksi.pantau tekanan darah, nadi klien dan djj 14. Mengkaji kepenuhan kandung kemih kalau perlu kateterisasi diantara kontraksi 15. Memberi cairanperoral 16. Memantau upaya mendorong saat kepala keluar. Instruksikan klien untuk napas pendek dan cepat selama proses. 17. Membantu / menolong pada saat kelahiran bayi: a. Menilai APGAR bayi baru lahir b. Menghisap lendir (k/p) c. Mengeringkan tubuh bayi d. Melakukan resusitasi bila diperlukan. e. Membantu pasien memposisikan bayi diatas dada ibu f. Memfasilitasi Kontak dan inisiasi dini g. Memotong dan merawat tali pusat 18. Melahirkan plasenta 19. Evaluasi a. Respon klien dan keluarga verbal dan nonverbal. b. Persalinan normal c. Resiko HPP : kontraksi uterus, TFU, Jumlah perdarahan. d. Kondisi bayi 20. Dokumentasi Catat seluruh hasil pertolongan persalinan pada status klien. UNIT TERKAIT

Kamar Bersalin

228

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN DALAM PERSALINAN KALA III No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/116/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Mendampingi klien mulai kelahiran bayi dan berakhir dengan pelepasan dan pengeluaran plasenta (l-30menit)

TUJUAN

1. Meningkatkan kontraktivitas uterus 2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi 3. Meningkatkan keamanan maternal dan bayi baru lahir 4. Mendukung interaksi orangtua - bayi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Aktivitas/istirahat (perilaku dari senang sampai letih) b. Sirkulasi (peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi melambat) c. Makanan/cairan (kehilangan darah normal 250-300 ml) d. Nyeri/ketidak nyamanan (tremor kaki/ menggigil) e. Keamanan (perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir) f. Seksualitas (darah berwarna hitam, tali pusat memanjang pada muara vagina, uterus bentuk globular dan meninggikan abdomen) 2. Jaga privacy 3. Beri posisi yang nyaman 4. Fasilitasi inisiasi dini 5. Beri suntikan 1 ampul sintosinon i.m 6. Memeriksa kontraksi uterus, tinggi flindus uteri, kandung kemih dan mengontrol perdarahan pasca persalinan. 7. Mengobservasi tanda-tanda lepasnya plasenta 8. Melahirkan plasenta 9. Masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta 10. Mengobservasi robekan jalan lahir 11. Mengukur jumlah perdarahan 12. Memeriksa kelengkapan plasenta (inspeksi permukaan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

229

plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersi tali pusat, keutuhan dan kalsifikasi) 13. Fasilitasi interaksi antara klien/pasangan dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah melahirkan 14. Berikan klien dan ayah kesempatan menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran bila kondisi memungkinkan 15. Bersihkan badan ibu, ganti pakaian dan linen basah 16. Evaluasi a. Keadaan klien dan bayi baru lahir b. Respons verbal non verbal klien dan pasangan 17. Dokumentasi Catat semua hasil temuan kedalam format UNIT TERKAIT

Kamar Bersalin

230

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN DALAM PERSALINAN KALA IV No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/117/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memberikan asuhan keperawatan klien mulai pengeluaran plasenta sampai dengan 4 jam setelah kelahiran

TUJUAN

1. Mencegah hemoragi 2. Memberikan kenyamanan fisik,nutrisi, hidrasi, keamanan dan eliminasi 3. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk mulai mengintegrasikan proses kelahiran pengalaman hidup mereka 4. Memelihara proses kedekatan dengan neonatus Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Tanda Vital b. Fundus uteri c. Kandung kemih d. Lokea e. Perineum f. Ketidak nyamanan (nyeri) g. Iteraksi anak-orang tua h. Status emosi 2. Jaga privacy 3. Beri posisi yang nyaman 4. Memberikan posisi tirah baring 5. Massase lembut dan intermiten pada fundus uteri 6. Mengidentifikasi lokea terhadap jumlah dan karakteristik 7. Menganjurkan klien untuk berkemih secara teratur. 8. Menjelaskan fisiologi afterpain normal pada ibu 9. Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi diri 10. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan higiene kulit 11. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi

KEBIJAKAN

PROSEDUR

231

18. Evaluasi a. Keadaan klien dan bayi baru lahir b. Respons verbal non verbal klien dan pasangan 19. Dokumentasi Catat semua hasil temuan kedalam format UNIT TERKAIT

1. Kamar Bersalin 2. Ruang Rawat Nifas

232

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

CARA PENGISIAN PARTOGRAF No. Document

No. Revisi

P/IV/118/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/5 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Instrumen untuk memantau kemajuan persalinan 1. Mencatat kemajuan persalinan 2. Mencatat kondisi ibu dan janin 3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran 4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan 5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu Sebagai pedoman tindakan dan tanggung jawab Perawat, Bidan dalam prosedur 1. Kala 1 persalinan ttd dua fase yaitu :  Fase Laten : pembukaan serviks ≤ 4cm  Fase Aktif : pembukaan serviks 4 – 10 cm Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu/dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi actual ibu dan bayinya. 2. Pencatatan selama fase aktif persalinan : Patograf Halaman dengan patograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan. 3. Informasi tentang ibu : 1. Nama, Umur 2. Gravida, Partus, abortus 3. No.catt medic/ No.Puskesmas 4. Tgl dan waktu mulai dirawat 5. Waktu pecahnya selaput ketuban 4. Kondisi janin :  DJJ  Warna dan adanya air ketuban  Penyusupan kepala janin 5. Kemajuan persalinan  Pembukaan servik

233

6.

7.

8.

9.

 Penurunan bagian terbawah janin  Garis waspada dan garis bertindak Jam dan waktu  Waktu mulainya fase aktif persalinan  Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian Kontraksi uterus  Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit  Lama kontraksi Obat- obatan dan cairan yang diberikan  Oksitosin  Obat-obatan lainya dan cairan IV yang diberikan Kondisi ibu  Nadi, TD dan Temp  Urin (volume, aseton atau protein)

MENCATAT TEMUAN PADA PATOGRAF 1. INFORMASI TENTANG IBU Lengkapi bagian awal (atas) patograf secara rutin pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam atau pukul” pada patograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban. 2. KONDISI JANIN Bagian atas grafik pada patograf ada untuk pencatatan DJJ, air ketuban dan penyusupan (kepala janin). a. Denyut jantung janin 1. Catat DJJ setiap 30 menit. Setiap kotak dibagian atas patograf menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung. 2. Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Penolong harus waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160 b. Warna dan adanya air ketuban U = selaput ketuban masih utuh J = selaput ketuban sudah pecah dan jernih M = selaput ketuban sudah pecah + mekonium D = selaput ketuban sudah pecah + darah K = selaput ketuban sudah pecah (kering) 3. KEMAJUAN PERSALINAN  Kolom dan lajur kedua pada patograf ada untuk pencatatan kemajuan persalinan  Angka 0 – 10 dikolom paling kiri ada besarnya dilatasi

234

  



Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan Cm dan menempati lajur dan kotak sendiri. Perubahan nilai atau perpindahan satu lajur satu kelajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1 – 5 yang sesuai denga Setiap kotak segi empat menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu Pembukaan serviks Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Tanda “X” harus di cantumkan digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.

PERHATIKAN :  Pilih angka tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan hasil dari periksa dalam.  Pembukaan serviks pada pemeriksaan pertama fase aktif hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks dan cantumkan tanda “X” pada titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.  Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus) 1. Penurunan bagian terbawah janin  Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (hodge) yang menunjukan bagian terbawah janin memasuki rongga panggul.  Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks  Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Ex : jika hasil pemeriksaan palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka dituliskan tanda “O” digaris angka 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus. 2. Garis waspada dan bertindak  Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada.  Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan <1 cm per jam) maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.

235



Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampui dan berada disebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

3. JAM DAN WAKTU a. Waktu mulainya fase aktif Persalinan dibagian bawah patograf (pembukaan serviks dan penurunaan) tertera kotak-kotak yang diberi jangka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. 4. KONTRAKSI UTERUS Dibawah lajur waktu patograf terdapat 5 kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Ingat !!! a. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30 menit selama fase laten b. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi c. Catat temuan-temuan dikotak yang sesuai dengan waktu penilaian d. Catat temuan-temuan dikotak yang sesuai dengan waktu penilaian. 5. OBAT-OBATAN DAN CAIRAN YANG DIBERIKAN Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.  Oksitosin Jika tetesan drip oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.  Obat-obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 6. KONDISI IBU Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan patograf terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanaan ibu selama persalinan waktu yang sesuai. 236

UNIT TERKAIT

a. Nadi, TD dan Suhu  Catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda (*) pada kolom waktu yang sesuai  Catat tekanan darah ibu setiap 4jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah pada patograf pada kolom waktu yang sesuai.  Catat temp ibu setiap 2 jam pada kotak yang sesuai. b. Volume urin, protein dan aseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu setiap 2 jam. 1. Unit VK 2. Unit Rawat Inap Nifas

237

R.S. Santa Elisabeth PEMERIKSAAN DALAM (VAGINAL TOUCHE) Jl. Anggrek Blok II No. Document No. Revisi Halaman Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

P/IV/119/04/16 Tanggal Terbit

01

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan pemeriksaan dalam yang dilakukan terhadap klien untuk menegakkan penyakit/238iagnose tertentu 1. Untuk mendeteksi dini adanya komplikasi/penyulit 2. Memantau jalannya persalinan, apakah masih fisiologis atau sudah termasuk patologis 3. Memantau pembukaan serviks 4. Menilai penurunan bagian terendah dari janin 5. Memantau keadaan ketuban sudah pecah atau masih utuh Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Berikan salam panggil nama klien 2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga 3. Berikan kesempatan bertanya sebelumkegiatan dilakukan 4. Sebelum melakukan tindakan anjurkan klien untuk BAK terlebih dahulu 5. Pastikan privasi klien terjaga, kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian bagian bawah 6. Cuci tangan 7. Alat didekatkan kepada klien 8. Gunakan alat pelindung diri masker dan sarung tangan 9. Atur posisi dorsal recumben 10. Pasang penggalas 11. Ganti sarung tangan yang steril 12. Lakukan vulva hygiene buang kapas dibengkok 13. Anjurkan klien untuk melakukan relaksasi nafas dalam saat prosedur 14. Ganggam tangan kanan masukkan jari tengah ke dalam vulva disusul dengan jari teelunjuk 15. Nilai hasil pemeriksaan anda. Bila anda ingin mengetahui dilatasi serviks coba gambarkan jari anda di tangan yang lain yang tidak dominan 16. Tarik tangan anda lepas sarung tangan buang di bengkok

UNIT TERKAIT

1. Unit rawat jala 2. Unit VK 238

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMERIKSAAN IBU POST NATAL No. Document

No. Revisi

P/IV/120/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/3 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Masa sesudah persalinan berakhir hingga pulihnya organ reproduksi (eksternal dan internal). Masa ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 minggu akan tetapi akan pulih sempurna dalam waktu 3 bulan. - Immediate post partum 24 jam - Early partum Minggu I - Late post partum Minggu ke 2 minggu ke 6 1. Untuk memandirikan ibu-ibu dalam melakukan perawatan diri setelah melahirkan karena ibu-ibu yang baru bersalin spontan maupu sectio caesar tidak mau melakukan perawatan diri 2. Memulihkan kesehatan fisik dan mental ibu 3. Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi 4. Memperlancar pembentukan ASI 5. Ibu dapat melaksanakan perawatan masa nifas 6. Ibu dapat merawat bayinya dengan baik Sebagai pedoman tindakan dan tanggung jawab Perawat, Bidan dalam prosedur 1. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan 2. Pemeriksaan keadaan umum klien, tingkat kesadaran dan penampilan, tanda-tanda vital, kluhan utama 3. Kulit, inspeksi dan palpasi, warna , jaringan parut, lesi dan kondisi vaskularisasi supervisial kelembapan, tekstur suhu turgor, mobilitas dan adanya lesi 4. Kuku, inspeksi dan palpasi kuku tangan dan kaki meliputi, warna , bentuk setiap ada ketidaknormalan (cubbing finger) dan lesi 5. Kepala, inspeksi dan palpasi kesimetrisan wajah dan tengkorak ukuran dan bentuk keadaan rambut /kebersihan rambut, masa, pembengkakann ,nyeri tekan keutuhan kulit kepala (lesi, luka), warna jumlah distribusi adanya tanda radang, tekstur, warna dan rambut kulit kepala. Penekanan ibu jari pada kulit dahi finger prin, temukan tanda-tanda demam (wajah kemerahan dan dahi panas) dan sakit kepala. 6. Mata, inspeksi dan palpasi: posisi dan kesejajaran mata alis mata kelopakmata, bola mata, keluasan mata membuka, konjungtiva palpebra dan bulbi dan sclera, warna iris, 239

reaksi opupil terhadap cahaya ukuran pupil dan kesimetrisan pupil, gerakan mata, lapang pengelihatan (visual) 7. Hidung, bentuk hidung, keadaan kulit, kesimterisan hidung, posisi septum, suping hidung, kebersihan 8. Telinga, inspeksi: bentuk,warna, massa,ukuran lesi dan massa di spina, adanya peradangan, kebersihan, dinding lubang telinga, membrane timpani (warna) bentuk dan adanya peradangan 9. Mulut dan faring, inspeksi:bibir, gigi, (karien dan sisa makanan) dan gusi, bau mulut/kebersihan mulut dan lidah selaput lendir mulut dan faring, lesi, warna, kelembapan mukosa mulut uvula Leher, inpeksi:bentuk kulit 9 wrna, pembengkakan, jaringan parut, massa)tiroid, palpasi kelenjar getah bening, kelenjar tiroid,kaku kuduk, mobilitas leher, vena jugulasris dan ROM 10. Payudara , inpeksi: keadaan puting susu (datar/menonjol) hiperpigmentasi pada puting dan areola, kebersihan laktasi diberikan dan melakukan stimulasi produksi ASI. Palpasi, adanya pembengkakan , benjolan, rabas dari puting susu(apakahn keluar pus atau darah). Konsistensi, lembek/tegang (adanya bendungan ASI). Aerola, urut dengan lembut kearah atas (apakah ada ASI/tidak) teraba hangat. 11. Abdomen dan fundus, iinspeksi : abdomen tampak longgar atau tidak tegang, striae palpasi - Tonus otot - Tinggi fundus, sebelum melakukan pemeriksaan pastikan blader kosong, posisi pasien terlentang kaki diluruskan, tengankanan menekan fundus, bagian bawah diatas sympisis dan tangan kiri melakukan palpasi mengitari uterus secara perlahan - Diastasi otot rektus abdominalis, posisi pasien terlentang , kaki diluruskan dan bantu pasien mengangkat kepala dengan melihat kearah perut mengenccangkan otot perut dengan menggunsksn jari tangan kanan telusuri bagian bawah prosesus xypoideus terus menelusuri kebawah sampai tidak teraba sambil jari tangan mengukur lebarnya serta ukur beberapa panjangnay (menggunakan meteran) 12. Kandung kemih, tanyakan apakah ibu mengalami kesulitan dalam berkemih? 13. Defekasi, tanyakann apakah ibu sudah bisa BAB

240

14. Ekstremitas bagian bawah - Lihat apakah ada varises dan odema -Lakukan pemeriksaan homan’s sign ;luruskan tungkai bawah lutut untuk membantu lutu fleksi. Bila didapat nyeri pada kaki atau pergelangan kaki maka dikatakan tanda homans positif - Refleksi patela: lakukan pemeriksaan refleks patella pada kedua lutut pasien 15. Lokea, sebelum memeriksa lokhea dan perineum lakukan vulva hygiene Perhatikan : - Jumlah frekuensi penggantian pembalut/duk dengan melihat darah yang menodai pembalut/duk, dapat juga dengan cara ditimbang - Sifat pengeluaran - Warna dan bau 16. Perineum dan Anus(posisi pasien sim kearah jahitan) - Perhatikan perineum( menggunkan penerangan yang cukup/senter/lampu sorot) terhadap sumber perdarahan (misal,epysiotomy/robekan) - Observasi tanda-tanda REEDA jika dilakukan heacting, baik karena epysiotomy ataupun robekan (redness, edema, echymocic, discharge, approximation) - Kaji adanya hemoroid 9ukuran, nyeri,perdarahan) - Varises - Oedema UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap

241

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERAWATAN PERINEUM DAN VULVA HYGIENE POST PARTUM No. Document

No. Revisi

P/IV/121/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah vulva dan perineum ibu setelah persalinan, 1. 2. 3. 1.

Menjaga kebersihan daerah kemaluan Mencegah terjadinya iritasi dan infeksi Mengurangi nyeri Meningkatkan rasa nyaman pada ibu

Sebagai pedoman tindakan dan tanggung jawab Perawat, Bidan dalam prosedur 1. Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukahn 2. Pastikan privasi klien terjaga 3. Kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian dalamnya 4. Sebelum melakukan tindakan palpasi erut ibu utnuk mengetahu apakah kandung kemihnya penuh atau tidak 5. Jika kandung kemih teraba penuh laukan keteterisasi dengna kateter logam 6. Persilahkan ibu berbaring di tempat tidur dengan satu bantal dibagian kepala, dan lutut (posisi dorsal recumbent) 7. Pasang pembalut dan celana bersih 8. Letakkan pengalas dibawah bokong klien 9. Bersihkan perineum -Ambil kapas styeril dengan pinset kemudian masukkan kassa steril tersebut kedalam air sabun -Basahi kassa steril tersebut kearah perineum dari arah depan kebelakang -Lekukan hal tersebut hingga area perium terlihat bersih -Lakukan perawatan dengan betadine jika ada jahitan pada perineum(luka epistomi) -Amati ada tidaknya tnda infeksi pada are atersebut -Tutupi dengan alat tenun bagian tubuh pasien yang termasuk are yang akan dilakukan tindakan. Ruang Rawat Inap

242

MERAWAT PAYUDARA PADA MASA NIFAS R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/122/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Merawat payudara klien postpartum mulai hari kedua

TUJUAN

1. Memelihara kebersihan payudara 2. Melancarkan pengeluaran ASI 3. Mencegah pembendungan ASI 4. Melancarkan produksi ASI Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Pengetahuan Klien tentang menyusui b. Kondisi payudara c. Inisiasi dini 2. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan. 3. Klien duduk di kursi dalam posisi tegak yang bersandar 4. Lingkungan: jaga privasi 5. Perawat mencuci tangan efektif 6. Menganjurkan klien membuka pakaian atas danBH 7. Meletakkan handuk melintang di bawah mamae klien 8. Melincinkan tangan dengan minyak 9. Pengurutan pertama, menempatkan kedua telapak tangan diantara kedua buah dada klien dan menggerakkan kedua tangan tersebut kearah atas, samping, bawah dan melepaskannya. Ulang selama 5 menit 10. Pengurutan kedua (friction), sokong payudara kiri dengan tangan kiri, 3 jari tangan kanan, buat gerakkan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan, setiap payudara minimal 2 gerakan selama 5 menit 11. Buah dada dibersihkan dan dikeringkan dengan handuk 12. Mengenakan BH yang menyokong 13. Menyelesaikan alat-alat pada tempatnya. 14. mencuci tangan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

243

UNIT TERKAIT

15. Evaluasi a. Keadaan buah dada b. ASI (pengeluaran danjumlah asi) c. Perhatikan ketepatan pengurutan mammae yang dilakukan klien 16. Dokumentasi a. Catat keadaan buah dada, jumlah asi b. Catat kemampuan ibu melaksanakan pengurutan buah dada. c. Catat respon klien Ruang Rawat Nifas

244

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERAWATAN PADA KLIEN POSTPARTUM LANJUT No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/123/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memberikan Asuhan Keperawatan pada klien pospartum lanjut (setelah 4 jam melahirkan)

TUJUAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Mencegah infeksi Meningkatkan penyembuhan j aringan Meningkatkan involusi uteri dan kenyamanan Meningkatkan istirahat,aktivitas, keamanan serta mencegah komplikasi Meningkatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat Meningkatkan pembentukan laktasi atau supresinya Meningkatkan pola eliminasi normal Memenuhi kebutuhan klien belajar.

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji catatan prenatal dan persalinan 2. Kaji status emosional, tingkat energi, letak dan derajat ketidak nyamanan, lapar, haus, pengetahuan terhadap perawatan diri dan bayi, rencana pemberian makanan bayi 3. Kaji tanda-tanda vital, fundus uteri, lokea, kandung kemih, asupan dan haluaran, perineum dan episiotomi,, payu dara, eliminasi. 4. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan. 5. Lingkungan: jagaprivasi 6. Perawat mencuci tangan efektif 7. Menganjurkan klien memelihara kebersihan diri 8. Memeriksa conjungtiva dan sclera 9. Memeriksa kebersihan mulut 10. Memeriksa kelenjar thyroid pada leher 11. Memeriksa keadaan payudara, putting, hiperpigmentasi 12. Mengidentifikasi adanya linea nigra, striae, bising usus. 13. Mengidentifikasi proses involusi (penurunan flindus uteri, kontraksi uterus). 14. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK 15. Mengidentifikasi lokea (COCA= Konsistensi, bau, warna dan jumlah). 245

UNIT TERKAIT

16. Mengobservasi keadaan luka episiotomi dengan skala REEDA 17. Memperhatikan keluhan nyeri/afterpain 18. Menganjurkan klien untuk menyusui bayi sesuai kebutuhan 19. Mengajarkan cara merawat vulva dan perineum 20. Mengajarkan cara perawatan payudara 21. Mengajarkan latihan peregangan otot (latihan Kegel) 22. Memberikan makanan dengan menu seimbang, vitamin dan mineral. 23. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang memandikan bayi, memberi makan bayi. 24. Evaluasi a. Proses laktasi (pengeluaran danjumlah asi) b. Proses involusi c. Respon klien verbal dan nonverbal 25. Dokumentasi a. Catat keadaan buah dada, kualitas asi b. Catat hasil temuan. c. Catat respon klien 1. Kamar Bersalin 2. Ruang Rawat Nifas

246

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHISAP LENDIR BAYI BARU LAHIR DENGAN PENGHISAP DEE I No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/124/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Penghisapan lendir pada daerah mulut atau hidung dimana terdapat sekret berlebihan mengganggu kebersihan jalan nafas

TUJUAN

1. Membersihkan jalan nafas 2. Mendapatkan asupan oksigen yang optimal Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji daerah oral: cairan berlebihan 2. Kaji cyanotis / accrocyanotis 3. Kaji bayi resiko tinggi 4. Kaji pernafasan bayi: retraksi, cuping hidung 5. Posisikan bayi saat penghisapan lendir adalah kepala "Midline" posisi dengan 30 - 45° 6. Mencuci tangan 7. Miringkan kepala bayi agar cairan yang terkumpul di mulut keluar 8. Meninggikan kepala bayi dengan kepala "Midline" posisi dengan kepala 30°- 45° 9. Masukkan dengan lembut kateter penghisap lendir menggunakan tangan perawat yang dominan.ke dalam mulut bayi maksimal 5 cm, kemudian dihisap 10. Menghisap lendir perlahan-lahan sampai bersih Bila sangat diperlukan boleh membersihkan lendir dari hidung, 11. Memasukkan kateter penghisap lendir maksimal 3 cm ke dalam lubang hidung. 12. Menghisap lendir perlahan-lahan dengan gerakan memutar 5-10 detik 13. k/p Mengulangi penghisapan lendir 14. Merangsang bayi untuk melakukan pernafasan 15. Memberi kesempatan bayi untuk menagis 16. Membungkus bayi 17. Membereskan alat-alat

KEBIJAKAN

PROSEDUR

247

UNIT TERKAIT

18. Evaluasi  Respon bayi.  Kaji pernapasan bayi 19. Dokumentasi  Catat kondisi bayi pada status bayi  Catat respon bayi 1. Kamar Bersalin 2. Ruang Rawat Bayi

248

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT BAYI DENGAN TERAPI SINAR/PHOTOTHERAPY No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/125/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Sinar flourescent yang digunakan untuk memecah bilirubin agar dapat masuk ke dal; subcutaneous (kulit) sehingga dapat diekskresikan ke dalam urine dan feaces

TUJUAN

1. Phototherapy untuk menurunkan kadar bilirubin indirek 2. Mencegah terjadinya ikterus Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kadar bilirubin pada neonatus 2. Kaji keadaan ikterik pada neonatus terutama : kulit dan sclera 3. Kaji warna feaces dan urine 4. Jagajarak antara bayi dengan sinar +30 cm, dan usahakan agar bayi tidak terpapar bayi lain. 5. Periksa keadaan blue light. 6. Mengukur suhu bayi sebelum terapi sinar dimulai. 7. Membuka pakaian bayi, ganti dengan celana blue light. 8. Menutup mata bayi dengan penutup mata, kemudian difiksasi. 9. Membaringkan bayi di dalam box / couve untuk disinar. 10. Memasang penghalang tempat tidur. 11. Menyalakan lampu 12. Evaluasi  Lakukan cek bilirubin setiap hari  Periksa wama kulit dan sclera. 13. Dokumentasi Catat jam keluar dan masuk dari couve selama proses penyinaran.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Bayi

249

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBEDONG BAYI / SWADDLE / MUMMY RESTRAINT No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/126/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Salah satu jenis restraining dan therapeutic hugging, dimana bayi dalam pos yang sangat dekat dengan ibu / perawat dalam kurun waktu tertentu

TUJUAN

1. Menjaga Suhu bayi agar tetap stabil 2. Menjaga bayi agar aman 3. Sarana untuk pengambilan darah kapiler dimana tubuh bayi akan hangat Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kebutuhan pembedongan 2. Kaji keadaan umum bayi: cyanotis 3. Bayi diangkat dan dibaringkan diatas tempat kasur kecil yang telah tersedia atau dalam box bayi/tempat tidur ibu. 4. Mencuci tangan efektif 5. Memeriksa suhu bayi 6. Memeriksa bayi BAB/BAK, bila ya, ganti popok dengan yang bersih. K/p mengenakan baju 7. Membedong bayi: DOWN UP DOWN a. Membuat segitiga kecil pada salah satu ujung bedong b. Menempatkan bayi pada salah satu ujung bedong c. Meluruskan tangan bayi dengan lembut (kanan), sejajar dengan tubuh. d. Menarik ujung bedong sebelah kanan, dan masukkan ke bagian bawah bokong bayi. e. Bila bedong panjang, lipat bagian kaki kearah dada. f. Meluruskan tangan kiri sejajar dengan tubuh dan selenjutnya menarik ujung kiri bedong. g. Masukkan ke bagian bawah bokong bayi 8. Membaringakn bayi ke box 9. Mencuci tangan 10. Evaluasi a. Kaji responbayi b. Kerapihan bedong

KEBIJAKAN

PROSEDUR

250

11. Dokumentasi a. Catat alasan bayi dibedong b. Catat respon bayi UNIT TERKAIT

1. Ruang Rawat Bayi 2. Kamar Bersalin

251

R.S. Santa Elisabeth

MEMANDIKAN BAYI DENGAN AIR

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/127/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Membersihkan kulit bayi dari darah ibu dan vervix caseosa

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kondisi bayi sebelum dimandikan : 2. Kaji keadaan umum (sesuai dengan syarat rawat gabung). 3. Kajisuhu stabil dalam 2 jam sebelum dimandikan yaitu 36,5°C-37,5°C 4. Kaji cephalo hematom 5. Kaji oksigenerasi 6. Kaji letargi 7. Lingkungan : AC dimatikan 8. Memakai skort plastik 9. Perawat mencuci tangan 10. Memakai masker bila perlu 11. Membuka kelambu 12. Mengukur suhu per axilla +3-5 mnt atau per rectal 13. Posisi bayi sim 14. Thermometr dimasukkan ke anus sebatas reservoir (Turunkan Hg terlebih dahulu) 15. Setelah dibaca, bersihkan dengan air mengalir dan keringkan. 16. Membersihkan mata bayi dengan kapas rebus dari ujung mata ke pangkal hidung 17. Membersihkan mulut bayi dengan kassa yang telah dibasahi dengan air matang. Dengan urutan lidah, langitlangit, bagian dalam pipi dan sekitar mulut. 18. Menanggalkan selimut 19. Membuka dan menutup peniti dan Membuka baju bayi 20. Membuka tali pusat

PROSEDUR

Membersihkan secara menyeluruh pada neonatus Mengobservasi kondisi neonatus Membuat rasa nyaman Mensosialisasikan hubungan antara orangtua dan bayi

252

21. Membersihkan feaces dengan kapas basah 22. Membersihkan muka bayi tanpa sabun dengan kantung pencuci. 23. Menyabuni bayi dengan urutan : Kepala, telinga, leher, dada, perut, lengan, ketiak, punggung, bokong, kaki, dan terakhir alat kelamin. 24. Mengangkat bayi dengan prasat garpu 25. Memasukkan bayi ke dalam ember untuk dibersihkan (perhatikan telinga) 26. Membalikkan bayi 27. Mengangkat bayi dengan prasat garpu dan baringkan diatas handuk untuk dikeringkan. 28. (Tidak diberi lotion dan bedak). 29. Memperhatikan Keadaaan umum dan kelainan pada bayi 30. Memelihara talipusat 31. Membasahi kassa dengan alcohol 70% 32. Memberikan minyak telon pada daerah dada, perut, dan punggung. 33. Menimbang berat badan bayi 34. Mengenakan baju bayi dan popok kemudian memasang peniti. 35. Menyisir rambut 36. Meletakkan bayi diatas alas dan dibedong 37. Evaluasi Respon bayi selama proses memandikan 38. Dokumentasi a. Berat badan dan Waktu memandikan b. Keadaan tali pusat c. Suhu dan menilai keadaan bayi UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Bayi

253

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGGANTI POPOK BAYI (BAB/ BAK) No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/128/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Menjaga keutuhan kulit/integritas kulit

TUJUAN

1. Menjaga kebersihan kulit daerah bokong dan perianal 2. Mencegah terjadi ruam popok, rush, kemerahan Menjaga rasa nyaman Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kebutuhan eliminasi pada bayi 2. Kaji warna, frekuensi BAB/BAK 3. Bayi diangkat dan dibaringkan diatas tempat kasur kecil yang telah tersedia atau dalam box bayi/tempat tidur ibu. 4. Perawat mencuci tangan efektif 5. Melepaskan popok: a. Membuka dan menutup peniti (letakkan agak jauh dari bayi dan dalam keadaan tertutup b. Popok dibuka, dilipat, diangkat dan dimasukkan ke dalam ember (bila bayi buang air besar, ujung popok dilipat ke bawah bokong, lalu bersihkan bokong dengan kapas dari arah depan ke belakang) 6. Mengenakan popok: Meletakkan popok bersih di bawah bokong (dengan lipatan sesuai jenis kelamin) 1) Memakaikan popok dengan rapih sesuai dengan: a. Metode tradisional b. Metode Sumo c. Metode Perry Poter 2) Memasang peniti dengan meletakkan 2 jari tangan kiri perawat diantara badan bayi dan popok. 7. Mengembalikan alat-alat pada tempatnya. 8. Mencuci tangan 9. Evaluasi a. Kaji respon bayi verbal dan nonverbal. b. Warna dan frekuensi defekasi/miksi c. Kerapihan popok dan fiksasi

3. KEBIJAKAN

PROSEDUR

254

10. Dokumentasi a. Catat hasil kajian bab/bak dan ruam popok dalam status bayi. b. Catat respon bayi. UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Bayi

255

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYUSUKAN BAYI PADA KLIEN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/129/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN KEBIJAKAN

PROSEDUR

Kegiatan antara ibu dan bayi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bayinya dimana kegiatan tersebut dapat meningkatkan kualitas hubungan antara ibu dan anak 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang siap saji 2. Meningkatkan bonding attachment antara ibu dan bayi Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji daerah oral: kebersihan 2. Kaji kebersihan daerah mamame dan keadaan puting susu 3. Kaji reflek menelan dan menghisap bayi 4. Mengidentifikasi bayi yang akan diberi minum 5. Lingkungan: jaga privasi 6. Ibu bayi diminta untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui 7. Kebersihan payudara ibu 8. Mencuci tangan 8. Mengidentifikasi bayi yang akan disusukan pada klien 9. Mengantikan popok bayi bila bak/bab. 10. Menggendong bayi dan membawa bayi ke ibu: a. Memperhatikan nomor bayi dan klien b. Memanggil nama yang tertera pada gelang bayi. 11. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangannya 12. Menganjurkan untuk mendisinfektan pada puting susu dengan mengoleskan ASI pada puting susu 13. Menganjurkan klien pada posisi yang menyenangkan 14. Mengamati apakah puting susu lecet 15. Menyusukan bayi pada klien Mengamati apakah aerola bagian atas lebih besar dibandingkan aerola bagian bawah,dagu menempel pada payudara, mulut bayi mencekap aerola. 16. Mengamati reflek isap bayi. 17. Menyusui 15-20 menit 18. Membuat bayi bersendawa. 19. Mengatur posisi bayi dalam box untuk miring ke kanan 20. Mengembalikan alat-alat pada tempatnya. 21. Mencuci tangan. 256

UNIT TERKAIT

22. Evaluasi a. Kaji keadaan umum bayi setelah minum: tampak tidur dengan tenang b. Jumlah asi yang diminum c. Defekasi dan miksi 23. Dokumentasi a. Catat j am minum dan jumlah minum b. Catat keistimewaan yang ada c. Catat respon bayi. sebelum dan sesudah menyusui Ruang Rawat Bayi

257

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERI MINUM BAYI DENGAN MENGGUNAKAN SENDOK No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/130/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Pemenuhan nutrisi pada bayi khususnya yang mengalami gangguan pada reflek menelan, pernafasan cepat, schizis, dll 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi 2. Mencegah terjadinya aspirasi 3. Melatih reflek primitif: Menghisap dan menelan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kondisi payudara ibu : jumlah ASI, pembengkakan. 2. Kaji reflek primitif : menghisap, menelan dan rooting 3. Suhu ruangan yang sesuai. 4. Tempat duduk yang nyaman untuk menggendong bayi 5. Mencuci tangan. 6. Mengganti popok bayi yang basah. 7. Memasang popok bayi pada dagu bayi. 8. Menuangkan ASI perah atau susu formulapada gelas sesuai dengan usia bayi. 9. Menggendong bayi dengan posisi setengah duduk 10. Menuangkan ASI perah ke dalam mulut bayi dari pinggir dan dituangkan diatas lidah menggunakan sendok teh 11. Memperhatikan respon bayi selama proses berlangsung. 12. Menepuk punggung bayi dengan lembut untuk disendawakan setelah minum. 13. Baringkan bayi di tempat tidur dengan miring ke kanan. 14. Evaluasi Respon bayi selama proses pemberian nutrisi menggunakan sendok. 15. Dokumentasi  Mencatat jumlah intake yang telah masuk.  Mencatat bila bayi mengalami muntah Ruang Rawat Bayi

258

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMBERI MINUM BAYI DENGAN DOT No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/131/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memberikan nutrisi kepada bayi melalui botol susu

TUJUAN

Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi bagi ibu tidak dapat menyusui karena CA mamae, penyakit tertentu dan serta bayi adopsi

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kondisi oral: lidah kotor, stomatitis 2. Kaji peralatan botol dan dot higienis 3. Kaji kebutuhan nutrisi 4. kaji reflek menghisap dan menelan pada bayi 5. Mengidentifikasi bayi yang akan diberi minum 6. Mencuci tangan 7. Memakai masker k/ p 8. Menghitung jumlah minum sesuai umur bayi 9. Mengisi botol susu dengan susu sesuai jumlah yang diperlukan 10. Memasang dot pada botol minum 11. Memeriksa panasnya susu dengan punggung tangan perawat. 12. Mendinginkan atau memanaskan susu jika terlalu panas/dingin. 13. Memeriksa apakah bayi bab/bak, bila BAB/BAK popok diganti 14. Mencuci tangan 15. Mengangkat bayi dari box 16. Menggendong bayi dengan memberi posisisetengah duduk agak miring ke kanan. 17. Memasangkan kain alas untuk tetesan susu 18. Memberi minum bayi dengan dot 19. Membaringkan bayi dengan posisi miring kanan. 20. Membuat bayi bersendawa 21. Mengembalikan alat-alat pada tempatnya. 22. Evaluasi: Respon bayi: Regurgitasi dan muntah

259

UNIT TERKAIT

23. Dokumentasi a. Catatjumlah intake yang telah masuk. b. Catat respon bayi. c. Catat jumlah dan jenis susu d. Defekasi/miksi Ruang Rawat Bayi

260

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MEMASANG PIPA LAMBUNG / ORO GASTRIC TUBE PADA BAYI/NEONATUS No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/132/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memasukkan Pipa lambung ke dalam lambung atau jejunum pada bayi dimana melalui mulut

TUJUAN

1. Mengurangi distensi abdomen dengan cara menggerakkan cairan dan gas dari bagian bawah pada gastrointestinal 2. Memberikan nutrisi dan medikasi serta cairan secara langsung masuk ke saluran gastrointestinal 3. Untuk irrigasi 4. Mengambil sample pada gaster untuk pemeriksaan diagnostic 5. Mengurangi nausea dan vomiting Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Cek kembali program medik 2. Kaji kebutuhan klien untuk pemasangan NGT 3. Kaji pengalaman klien dan keluarga tentang pemasangan NGT 4. Kaji status kesehatan : anomali tenggorokan atau esophagus, gangguan menelan, distress pernafasan, penurunan kesadaran 5. Jelaskan tujuan pemasangan NGT pada keluarga 6. Posisikan bayi (supine/semifowler 7. Mencuci tangan 8. Menggunakan sarung tangan 9. Mengukur panjangnya pipa untuk neonatus dari puncak hidung ke lubang telinga lalu ke pertengahan prosessus Xyphoideus dan umbilikus 10. Memberi tanda panjangnya pipa lambung yang harus dimasukkan 11. Merendam pipa NGT dalam gelas berisi air hangat 12. Memasukkan pipa lambung Pegang kepala dengan cara 13. Bayi : cekap mandibula bayi dengan ibu jari dan jari lain dilebarkan 14. Memasukkan pipa lambung melalui mulut 15. Pipa langsung masuk menuju belakang tenggorokan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

261

16.

UNIT TERKAIT

16. Posisikan kepala hiperflexi / hidung mengarah ke atas 17. Bila pipa sudah masuk sampai dengan oropharynx, posisi kepala fleksi. 18. Memperhatikan respon klien (adanya reflek vagal, rasa sakit/ ada tahanan, sianosis). 19. Bila klien batuk-batuk , tarik sedikit pipa dan hentikan sejenak 20. Menggunakan penlight untuk mengetahui posisi pipa lambung 21. Melakukan tes untuk menentukan posisi NGT tepat pada lambung : a. L Celupkan ujung pipa NGT pada air di dalam gelas 22. Memasukkan udara 0,5- 1CC dengan cepat dan auskultasi dengan stetoscope pada quadran atas / regio epi-gastrik 23. Kemudian diaspirasi lagi udara yang telah dimasukkan 24. Memfiksasi NGT dengan plester di atas bibir dan pipi 25. Menutup bagian proximal NGT atau menghubungkan dengan kantong penampung 26. Melepaskan sarung tangan 27. Merapihkan pasien 28. Membereskan / mengembalikan alat-alat 29. Evaluasi a. Respon klien terhadap pemasangan NGT b. Persistent gagging Paroxysmal Of Coughing 30. Dokumentasi a. Tanggal, waktu, respon klien selama pemasangan NGT dan cara yang telah dilakukan untuk memastikan posisi NGT tepat b. K/p ukur dan catat panjang pipa lambung yang tersisa (dari mulut atau hidung sampai ujung distal) c. Nama dan paraf perawat Ruang Rawat Bayi

262

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/133/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Membersihkan tali pusat dengan air bersih dan dibiarkan terpapar dengar terbuka

TUJUAN

1. Mencegah infeksi pada masa perinatal 2. Mempercepat lepasnya tali pusat

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kebersihan tali pusat 2. Kaji pengalaman klien dan keluarga tentang perawatan tali pusat 3. Perawat mencuci tangan 4. Membuka popok bayi 5. Mengkaji talipusat: bau, kemerahan 6. Membersihkan sekeliling tali pusat dengan dengan cotton buds yang sudah dibasahi air matang. 7. Mengeringkan dengan kassa kering 8. Membiarkan tali pusat terbuka tidak dibungkus 9. Mengenakan popok bayi 10. Evaluasi Respon bayi selama dan setelah perawatan tali pusat 11. Dokumentasi a. Catat keadaan tali pusat basah, atau kering b. Catat Berbau atau tidak c. Nama dan paraf perawat

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Bayi

263

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/134/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas ( respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersbut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali

TUJUAN

1. sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi perawat dalam resusitasi jantung paru 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan respirasi yang adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita di nyatakan meninggal 3. Memberikan oksigenasi terhadap otak, jantung dan organorgan vital lain sampai datangnya sistem pengobatan yang definitif

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Penilaian respon a. Segera setelah menemukan pasien tidak sadar lakukan penilai respon b. Penilaian respon di lakukan setelah petugas yakin dirinya aman untuk melakukan pertolongan c. Penilaian dilakukan dengan cara menepuk-nepuk atau menggoyangkan sambil memanggil pasien d. Jika tidak ada respon aktifkan system layanan gawat darurat

264

2. Aktifkan system layanan gawat darurat dengan memanggil teman sejawat atau mengaktifkan kode blue 3. Kompresi jantung Sebelum melakukan kompresi dada periksa nadi karotis maksimal 10 detik. Jika nadi tidak teraba: a. Tentukan titik kompresi: bagian tengah sternum b. Lakukan kompresi dengan irama teratur dan kecepatan

minimal

100x/mnt,

dilanjutkan

ventilasi dengan perbandingan 30:2 c. Berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inchi (5cm), minimalkan interupsi dan ikuti recoil dada secara komplet 4. Cek nadi setelah 5 siklus 5. Pasang monitor/defibrilator bila ada 6. Bila irama Ventrikel Trachicardi tanpa nadi/ Ventrikel Fibrilasi, lakukan defibrilasi sesuai standar operasional prosedur, kemudian segera lanjutkan RJP selama 5 siklus/2menit, kemudian lakukan evaluasi irma dan cek nadi 7. Bila irama asystole/PEA, lakukan RJP selama 5 siklus/2 menit,lakukan pemasagan iv line bila belum terpasang, berikan vasopressor epineprin 1mg iv, ulangi setiap 3-5 menit atau atropine sulfat 1mg iv dan dapat diulangi setiap 3-5 menit (sampai 3 dosis) 8. Jika irama Sinus Rytme dan nadi sudah ada, hentikan kompresi cari dan tangani faktor penyebab, lakukan pemeriksaan lebih lanjut 9. Hal Yang Harus Diperhatikan: Apabila

keluarga

menolak

resusitasi,

maka

harus

menandatangai blangko penolakan tindakan medis UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

265

DC SHOCK R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/135/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan menggunakan defibrillator

TUJUAN

Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan kelainan organ jantung lainnya

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan 3. Memberikan sedative, atau analgesic bila perlu 4. Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor 5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah kekeliruan 6. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan 150 joule untuk cardioversi mulai dengan 50 joule) 7. Pegang paddle 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid sternum dan paddle 2 dengan tangan kanan pada daerah mid aksila 8. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang lain tidak ada yang menyentuh pasien ataupun bad pasien 9. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock dengan jempol agar arus masuk dengan baik. 10. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt second yang lebih tinggi 11. Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan 12. Hal-hal yang perlu diperhatikan a. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP b. Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon c. Setiap perubahan gambaran EKG harus di print 1. IGD 2. Ruang Rawat Inap 266

R.S. Santa Elisabeth

PERAWATAN BAYI DALAM INCUBATOR

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/136/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Alat yang berfungsi untuk merwat bayi prematur atau mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR), dengan cara memberikan suhu dan kelembapan yang stabil dan kebutuhan oxygen sesuai dengan kondisi dalam kandungan ibu

TUJUAN

KEBIJAKAN

Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo mothercare/KMC Untuk bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1.

2. 3. 4.

Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari, dan bersihkan secarr keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan Tutup matras dengan kain bersih Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteria yang berbahaya dalam air dan meyerang bayi Atur suhu sesuai dengan umur dan BB bayi a. BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur 3-5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰C b. BB 1500-2000 gram Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4 minggu : 32⁰C c. BB 2100-2500 gram Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3 minggu : 32⁰C d. BB >2500 gram Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.

267

UNIT TERKAIT

5.

Bila diperluksan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi a/ terapi sinar, lepas semua pakaian bayi & segera diberikan pakaian kembali stlh selesai

6.

Tutup indikator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat

7.

Gunakan satu inkubator untuk satu bayi

Ruang Rawat Bayi

268

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA KLL No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/137/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat

TUJUAN

Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Informed concent dan penjelasan 2. Pemeriksaan ttv A. Penatalaksanaan perawatan luka lecet a) Bengkok didekatkan dan kasa didekatkan cairan Ns dan betadine b) Pembersihan dengan Ns c) Setelah Itu diberi betadine / sufratul d) Bersihkan peralatan e) Observasi f) Konseling B. Penatalaksaan perawatan luka robek a) Persiapan pasien dan informed concent b) Semua alat disiapkan c) Suntikkan dengan lidokain merata d) Dibersihkan dengan Ns /perhidrol e) Diberikan desinfektan dengan betadine f) Heacting (Sesuai Sop Heacting) g) Diberikan tulle Atau Salep Oxitetraciclin h) Ditutup dengan kasa steril i) Diplester / Hipafix j) Bersihkan kotoran/ bekas darah di sekitar luka. k) Bereskan peralatan l) Observasi m) Konseling

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

IGD

269

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

HEACTING No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/138/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Penjahitan luka terbuka

TUJUAN

Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka tertutup oleh jahitan unutk menghindari infeksi lanjutanan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji a. Mekanisme injury (bagai-mana, apa) b. Lingkungan / tempat injury (bersih / kotor) c. Lokasi injury, waktu/lamanya injury d. Luas dan dalamnya injury e. Riwayat alergi f. Status imunisasi tetanus g. Usia klien h. Status sirkulasi i. Riwayat penyakit (DM, CRF) j. Penggunaan obat-obatan (aspirin, antikoagulan, steroid) k. Kemampuan pergerakan / ROM l. Persepsi sensory, motorik dan nadi perifer m. Instruksi medik 2. Perawat mencuci tangan dan gunakan sarung tangan disposible 3. Pasang alas perlak di bawah luka 4. Cuci kulit sekitar luka dengan air sabun/air mengalir. Bila luka bersih cuci dengan NaCl 0,9% 5. Keringkan luka dengan kassa 6. Desinfeksi sekitar luka secara sirkuler sejauh 5 cm dengan bethadine kemudian dengan alkohol 70% 7. Lakukan anasthesi secara subkutan dari ujung luka membentuk belah ketupat sekitar ½ cm dari tepi luka 8. Kaji efektifitas obat anasthesi 9. Bila luka kotor, dan tempat injury yang kotor, luka di cuci dengan H202 3% lalu bilas dengan NaCl 0,9%, lalu keringkan kassa

270

UNIT TERKAIT

10. Bila keadaan luka banyak jaringan nekrosis dilakukan eksisi ± 3 mm tepi luka. 11. Desinfeksi kembali area luka dengan bethadine dan alkohol 70% untuk persiapan menjahit. 12. Lepaskan sarung tangan disposibel 13. Buka set jahit dengan korentang steril 14. Gunakan sarung tangan steril 15. Persiapkan benang sesuai kebutuhan 16. Pasang duk berlubang dan klem dengan penjepit kain 17. Tangan kanan membawa pembawa jarum sambil menjepit jarum 1/3 luar dam memasukkan benang. 18. Tangan kiri memegang pinset lalu mengambil kulit dan jaringan yang akan dijahit 19. Menjahit luka dengan jarak ½ cm dari tepi luka dan jarak antar jahitan 1 cm, buat simpul 2 kali dengan arah yang berbeda dan sisa benang ½ cm dari simpul. 20. k/p bersihkan darah yang mengalir dengan kassa 21. Olesi bethadine dengan menggunakan lidi kapas atau sofratule di atas luka yang telah dijahit 22. Tutup luka dengan kassa dan fiksasi 23. Bereskan alat-alat\ 24. Evaluasi a. Kesiapan klien dan pemahaman b. Klien tentang prosedur c. Adanya perdarahan dari area luka d. Kaji ATS/TT 25. Dokumentasi a. Respon klien selama dan sesudah prosedur b. Kondisi luka dan adanya perdarahan c. Jumlah jahitan d. Cairan pencuci luka yang digunakan e. Jenis dan jumlah obat anastesi yang diberikan IGD

271

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGHENTIKAN PERDARAHAN DI IGD No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/139/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus bedah maupun non bedah

TUJUAN

Mencegah terjadinya syok

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Memakai masker, sarung tangan, scort 2. Perawat I a) Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat dengan permukaan kulit dengan menggunakan jari tangan. b) Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka 3. Perawat II a) Mengatur posisi pasien b) Memakai sarung tangan kecil d) Meletakkan kain kasa steril di atas luka, kemudian ditekan dengan ujung- ujung jari e) Meletakkkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa yang pertama,kemudian tekan dengan ujung jari bila perdarah masih berlangsung. Tindakan ini dapat dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa yang ada. 4. Menekan balutan a) Meletakkan kain kasa steril di atas luka b) Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan benda keras (verband atau kayu balut) di atas luka c) Membalut luka dengan menggunakan verband balut tekan. d) Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan trumatik amputasi e) Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan menggunakan kain kasa steril f) Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah proximal luka, kemudian ikatlah dengan kuat

PROSEDUR

272

UNIT TERKAIT

g) Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit sekali secara periodik 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquete : a) Pemasangan tourniquet merupakan tindakan terakhir jika tindakan lainnya tidak berhasil. Hanya dilakukan pada keadaan amputasi atau sebagai “live saving” b) Selama melakukan tindakan, perhatikan :Kondisi pasien dan tanda-tanda vital,ekspresi wajah,perkembangan pasien IGD

273

R.S. Santa Elisabeth

OBSERVASI KLIEN GAWAT

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/140/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memantau keadaan pasien gawat

TUJUAN

Sebagai acuan pemantauan/ observasi penderita gawat agar selamat jiwanya Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien. 2. Membawa alat-alat ke dekat pasien. 3. Mengobservasi kondisi pasien tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatannya. 4. Hal-hal yang perlu diobservasi : a. Keadaan umum penderita b. Kesadaran penderita c. Kelancaran jalan nafas (air Way). d. Kelancaran pemberian O2 e. Tanda-tanda vital :Tensi, Nadi, Respirasi / pernafasan dan Suhu. f. Kelancaran tetesan infus 5. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin tidak baik maka paramedis perawat harus lapor kepada Dokter yang sedang bertugas (diluar jam kerja pertelpon). 6. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan Dokter UGD maka perlu dirujuk 7. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya diputuskan penderita bisa pulang atau rawat inap. 8. Perkembangan penderita selama observasi dicatat dilembar observasi. 9. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan / rawat inap / rujuk.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

1. 2.

IGD Ruang Rawat Inap

274

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

ALUR KEGAWAT DARURATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/141/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Proses penerimaan pasien UGD sampai dengan pasien keluar dari UGD

TUJUAN

Sebagai tata laksana dalam penerimaan pasien baru

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat menerima pasien, kemudian catat identitas lengkapnya dan jelas dan informed concernt 2. Perawat melakukan anamnesa (auto dan allo anamnesa) 3. Perawat melakukan pemeriksaan GCS, TTV (T, N, RR, S) dan pemeriksaan fisik awal 4. Pengelompokan pasien dan diagnosa awal a. Gawat darurat : memerlukan tindaklan segera dan mengancam jiwa b. Gawat tidak darurat : memerlukan tindakan segera tapi tidak mengancam jiwa c. Tidak gawat darurat : tidak urgent tindakan segera dan tidak mengancam jiwa 5. Untuk non gawat non darurat boleh diberi terapi simptomatis (berdasar gejala) dan disarankan jika sakit berlanjut bisa berobat lagi besok ke IGD/ BP 6. Untuk gawat darurat dan gawat non darurat, perawat menghubungi dokter jaga pada hari tersebut dan melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh melakukan tindakan awal pertolongan pertama/ basic live support (BLS) meliputi : Air way a. Bebaskan Jalan Nafas b. Jaw trust,chin lift dan hiperekstensi c. Bersihkan jalan nafas dari sumbatan (secret, benda asing)

PROSEDUR

275

Breathing a. Nafas buatan b. Pasang oksigen jika perlu

UNIT TERKAIT

Circulation a. Tensi dan nadi turun, pasang infuse b. Monitor produksi urine, pasang kateter bila perlu. 7. Pasein/ keluarga melengkapi administrasisemua pemeriksaan, tindakan, terapi dan rujukan dengan lengkap pada status pasien IGD

276

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

POSISI KLIEN DALAM MEMBEBASKAN JALAN NAFAS No. Document No. Revisi Halaman P/IV/142/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dari sumbatan

TUJUAN

Membebaskan jalan napas yang disebabkan karena obstruksi jalan napas oleh lidah klien.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji apakah klien dicurigai atau diketahui mengalami injury cervical. 2. Kaji tingkat kesadaran klien. 3. Kaji terdengar jalan napas snoring/ngorok (obstruksi oleh lidah). 4. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan tujuan tindakan. 5. Tempatkan klien pada posisi supine. 6. Bila tidak ada trauma cervikal, lakukan head-tilt chin-lift yaitu : a. Head Tilt Meletakkan telapak tangan kanan ke dahi pasien dan menekan ke arah bawah sehingga posisi kepala ekstensi dan jari tangan yang lain membuka mulut pasien dan melihat saluran nafas dengan menggunakan senter. b. Chin Lift Meletakkan tangan kiri ke dagu pasien dan mengangkat dagu ke arah atas sehingga posisi kepala ekstensi dan jari tangan yang lain membuka mulut pasien dan melihat saluran nafas dengan menggunakan senter 7. Bila ada atau dicurigai adanya trauma vertebra-cervikal. a. Jaw-thrust manuever : Perawat ke bagian kepala pasien dan meletakkan kedua tangan ke rahang pasien dan mengangkat ke atas (arah perawat) sehingga posisi kepala ekstensi dan ibu jari perawat membuka mulut pasien dan melihat saluran nafas.

PROSEDUR

277

b. Chin-lift manuever : chin lift dilakukan dengan cara jari jemari salah satu tangan diletakan dibawah rahang, kemudian secara hatihati diangkat keatas arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu jari dapat juga diletakan dibelakang gigi seri bawah dan secara bersamaan mengangkat dagu dengan hati-hati. 8. Evaluasi 1. Pernapasan spontan/tidak ada obstruksi. 2. Inspeksi pergerakan dada, dengarkan suara napas. 9. Dokumentasi Catat tanggal dan waktu prosedur, respon klien sebelum dan setelah prosedur

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

278

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGELUARKAN BENDA ASING No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/143/04/16

01

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dari sumbatan

TUJUAN

Membebaskan jalan napas yang disebabkan oleh obstruksi benda asing (makanan, gigi palsu, cairan/darah).

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji ketidakmampuan bernapas secara tiba-tiba. 2. Kaji rasa seperti tercekik, memegang leher. 3. Suara serak pada tenggorokan selama inspirasi. 4. Batuk yang lemah/tertahan. 5. Pernapasan tidak spontan / sianosis. 6. Sulit berbicara. 7. Kaji adanya cedera dada, sakit jantung/ fraktur sternum. 8. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan. 9. Bila klien sadar beri posisi duduk atau berdiri, bila tidak sadar beri posisi berbaring. 10. Angkat gigi yang rusak/ terlepas. 11. Suction setiap darah atau mucus 12. Memakai sarung tangan disposable. 13. Tanyakan klien apakah dapat berbicara. 14. Jika klien sulit menjawab dan ada respon batuk atau klien masih sadar lakukan Manuver Heimlich. 15. Klien diberi posisi duduk atau berdiri, penolong berdiri di belakang klien, melingkari pinggang klien dengan kedua tangan, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut klien diantar pusat dan procesus xipoideus. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan keperut dengan hentakan yang cepat ke dalam dan ke arah atas. Lakukan beberapa kali sampai benda asing keluar atau klien menjadi tidak sadar. 16. Bagi wanita hamil/ gemuk, hentakan pada dada dilakukan dengan meletakkan tangan di midsternum. 17. Ulangi prosedur sampai dengan benda asing keluar atau klien menjadi tidak sadar

PROSEDUR

279

18. Jika klien tidak menjawab dan tidak mampu batuk atau klien menjadi tidak sadar, berteriak minta tolong dan aktifkan sistem PPGD.Klien pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut dengan posisi mengangkang pada paha klien. Lakukan abdominal thrust.Dengan cara pangkal telapak tangan satu diletakkan diantara pusat dan prucesus xipoideus dan tangan kedua diatas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas sebanyak 5X atau sampai dengan benda asing keluar. 19. Lakukan jaw/chin thrust untuk membuka mulut dan bila bendaasing dapat di lihat lakukan Finger Sweep : Buka mulut klien dengan menekan lidah dan rahang bawah bersama-sama. Memakai satu tangan. Masukkan jari telunjuk dengan posis mengait ke dalam mulut dari sudut bibir menyusuri pipi masuk ke dalam mungkin ke belakang kerongkongan dan dan keluar disisi yang berdekatan. Jangan memasukkan jari lurus ke dalam bagian pusat faring. Prosedur ini tidak dilakukan pada anak-anak dan bayi. 20. Apabila memungkinkan periksa mulut secara langsung dari laryngoscope. Pada bayi < 1 tahun a. Tundukkan kepala bayi dan letakkan lengan anda pada paha dan Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya. b. Lakukan 5 back blow dengan kuat menggunakan tumit telapak tangan diantara dua tulang scapula. c. Tahan kepala dan badan bayi diantara kedua lengan anda dengan maneuver sandwich setelah melakukan 5 back blow d. Putar bayi sampai terlentang, istirahatkan diatas paha anda. e. Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya. f. Berikan 5 chest thrust pada separuh bawah sternum sambil menghitung keras “1, 2, 3, 4, 5” (landmark sama dengan RJP pada bayi). Pada anak usia 1-8 tahun a. Pada klien berdiri atau duduk, tempatkan lengan penolong di bawah axila, melingkari tubuh klien. Letakkan tangan diperut klien di atas perut klien antara processus dan pusat. Tekan dan dorong ke atas sampai benda asing keluar atau klien menjadi tidak sadar. b. Klien tidak sadar diberi posisi berbaring, penolong berlutut disamping / letakkan klien di atas paha. Letakkan tangan penolong diatas perut diantara PX dan pusat. Tekan, dorong langsung ke atas dengan cepat segaris dan tidak ke arah samping abdomen. c. Jika benda asing sudah kelihatan, lakukan dengan usapan jari. 280

21. Evaluasi a. Keberhasilan benda asing keluar. b. Komplikasi yang mungkin timbul : nyeri abdomen, achymosis, mual, muntah, fraktur iga dan injury organ dalam abdomen dan dada. 22. Dokumentasi a. Catat tanggal dan waktu kejadian, tindakan yang dilakukan, kondisi klien sebelum dilakukan tindakan, selama prosedur dan setelah tindakan. b. Catat benda asing yang keluar dan besarnya. c. Catat adanya keluhan klien : mual, muntah nyeri abdomen atau dada.

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

281

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMASANGAN OROPHARYNGEAL AIRWAY/OPA No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/144/04/16

01

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi

TUJUAN

Membebaskan jalan napas akibat obstruksi jalan napas oleh lidah yang jatuh ke belakang, terutama pada klien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji tingkat kesadaran klien, prosedur ini dilakukan pada klien yang mengalami penurunan kesadaran dan tidak dilakukan pada klien yang sadar atau setengah sadar. 2. Kaji telah dilakukan pembebasan jalan napas secara manual tetapi tidak berhasil. 3. Kaji suara napas terdengar garling / ngorok (obstruksi oleh lidah yang jatuh). 4. Pastikan tidak ada sumbatan jalan napas oleh benda asing lainnya dari oropharing klien. 5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya kepada klien dan keluarga. 6. Tempatkan klien pada posisi supine 7. Perawat mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan disposable. 8. K/p lakukan suction. 9. Tempatkan klien pada posisi supine dengan leher hiperekstensi bila tidak ada kontra indikasi. 10. Gunakan spatel untuk menekan dan menempatkan lidah ke depan. Masukkan OPA dari sisi kanan ke oropharing. 11. Teknik yang lain, masukkan OPA menghadap ke atas masukkan ke mulut. Setelah ujung OPA mencapai dinding posterior pharing, putar OPA 1800 sampai dengan posisi tepat. 12. Pada anak gunakan spatel, jangan dengan rotasi. 13. Setelah OPA terpasang beri posisi klien miring. 14. Auskultasi suara napas.

PROSEDUR

282

15. Evaluasi a. Auskultasi paru untuk meyakinkan ventilasi adekuat. b. Observasi ketat tingkat kesadaran klien, bila klien sadar OPA dilepaskan. c. Observasi komplikasi yang mungkin timbul :  Trauma pada bibir, lidah, gigi dan mukosa mulut.  Muntah dan aspirasi.  Hypoxia akibat aspirasi/penempatan yang tidak tepat.  Obstruksi jalan napas meningkat. 16. Dokumentasi a. Catat tanggal dan waktu pemasangan, ukuran OPA. b. Bersihan jalan napas, kodisi membran mukosa, suction bila dilakukan reaksi dan toleransi klien terhadap prosedur.

283

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

284

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMASANGAN CERVICAL COLLAR No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/145/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memasang alat neck collar untuk (mempertahankan tulang servikal)

TUJUAN

Digunakan untuk mensupport akibat terjadinya injury atau kerusakan cervikal dan mempertahankan posisi lurus selama penyembuhan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji adanya kemungkinan dan trauma / fraktur cervikal, dengan adanya tanda-tanda : a. Multiple trauma. b. Trauma capitis dengan penurunan kesadaran. c. Luka di atas klavikula. d. Biomekanika Trauma yang mendukung (riwayat jatuh, tabrakan). 2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan kepada klien dan keluarga. 3. Memberi posisi supine dan netral. 4. Kaji status neuromuskular klien sebelum pemasangan. 5. Anjurkan klien untuk posisi kepalanya secara perlahan ke arah depan. 6. Tempatkan cervikal collar di depan leher klien. 7. Kancingkan/fiksasi kebelakang leher 8. Jika ada keluhan collar terlalu menekan, lepaskan dan pasang kembali, bila ada iritasi kulit atau gesekan lapisi dengan kapas untuk mengurangi gesekan. 9. Evaluasi a. Cek jalan napas klien dengan status neuromuskuler b. Catat tipe dan ukuran cervical collar dan waktu dan tanggal pemasangan.

PROSEDUR

immobilisasi

leher

285

10. Dokumentasi a. Catat tipe dan ukuran cervical collar dan waktu dan tanggal pemasangan. b. Catat hasil ASSESSMENT status neuromaskuler sebelum dan sesudah pemasangan. c. Catat ketidaknyamanan klien dan respon klien

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

286

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENYIAPKAN KLIEN UNTUK INTUBASI ORAL ETT No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/146/04/16

01

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memasang alat neck collar untuk (mempertahankan tulang servikal)

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji jalan napas klien tidak efektif dan mebutuhkan ventilasi mekanik pada klien yang mengalami : a. Penurunan kesadaran/ perubahan status mental b. Penurunan PaO2 dari kadar sesuai usia c. Peningkatan PaO2 dari kadar normal d. Frekuensi pernapasan kurang dari 7X/ menit atau lebih 40 x / menit e. Antisipasi kolaps kardio-vaskuler atau pernapasan (sepsis, luka bakar parah, dsb) f. Tidak dilakukan bila klien mengalami fraktur cervikal atau kerusakan trakea 2. Kaji kondisi mulut adakah fraktur mandibula, gigi yang terlepas 3. Kaji gangguan reflek 4. Kaji adanya trauma cervikal 5. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan tujuan prosedur yang akan dilakukan

PROSEDUR

immobilisasi

leher

Membebaskan jalan napas Untuk pemberian pernapasan mekanis Untuk mempermudah penghisapan sekret Mempertahankan ventilasi dan cirkulasi pada klien yang mengalami : a. Henti jantung dan henti napas b. Ketidakmampuan penolong memberikan bantuan ventilasi secara konventional c. Ketidakmampuan klien mempertahankan kepatenan jalan napas pada klien koma dan tidak ada reflek d. Pemakaian bantuan ventilasi jangka panjang

287

6. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan tujuan prosedur yang akan dilakukan 7. Preoksigen dengan oksigen 100% dengan menggunakan nonrebriting mask atau bag-valve mask sesuai indikasi 8. Beri sedative, agen paralitik / anastesi topikal kalau perlu 9. Restrain klien sesuai indikasi 10. Klien diberi posisi tidur terlentang lurus 11. Yakinkan seluruh alat laringoscope berfungsi dengan baik 12. Memberiskan jalan napas terhadap sekret dan darah 13. Kembangkan balon pipa endotrakeal untuk 14. memastikan bahwa balon tidak bocor, kemudian kempiskan balon. 15. Sambungkan daun laryngoskop pada pemegangnya, dan periksa terangnya lampu. 16. Anastesi mukosa nasal dengan topikal lidokain dan topikal vasokontriktor 17. Lakukan pra-oksigenasi dengan ventilasi masker (100% oksigen) selama 2-5’ 18. Memberi posisi oksiput 10 cm di bawah skapula dan leher dalam posisi netral bila tidak ada kontraindikasi 19. Membantu dokter memakai sarung tangan 20. Memberikan laringoscope kepada dokter 21. Membuka packing ETT. Masukkan udara ke balon ETT untuk test udara dan kempeskan setelah test dengan spuit 10 cc 22. Mengolesi jelly pada ujung ETT dan instoducer ETT 23. Mengisi cuff ETT dengan udara 24. K/p memasang OPA 25. Memfiksasi ETT dengan plaster 26. Evaluasi 1) Inspeksi dan auskultasi kedua lapang paru 2) Observasi kemungkinan kompli-kasi yang mungkin timbul : a. Distensi gaster : muntah dan penurunan tidal volume b. Dislokasi tube : selalu cek posisi tube terutama setelah klien bergerak c. Kerusakan gigi, mukosa posterior paring dan laring 3) Observasi kedalam ETT:bervariasi sesuai usia 4) Dewasa wanita : 17-23 cm dan pria 19-25 5) Lakukan pemeriksaan foto thoraks 27. Dokumentasi 1) Catat tanggal dan waktu per jam pemasangan. 2) Catat no. ETT yang dipasang, batas ETT di bibir 3) Respon klien selama dan sesudah prosedur.

288

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

289

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

VENTILATOR MEKANIK No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/147/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Alat yang digunakan untuk membantu sebagian/seluruh fungsi pernafasan pasien yang mengalami gangguan

TUJUAN

1. Mempertahankan adekuasi dari ventilasi alveolar,pertukaran gas dengan tepat menjaga udara keluar masuk paru-paru melalui perubahan tekanan jalan nafas 2. Medistribusikan sejumlah konsentrasi oksigen pada pasien sakit/terinjuri 3. Membantu ventilasai mekanis pada pasien yang mengalami henti nafas/distress pernfasan 4. Mengurangi kerja pernafasan pada pasien sakit/terinjuri berat 5. Menghindari penggunaan alat bantu nafas(ambu)secara terus-menerus pada saat mentransportasikan pasien membutuhkan bantuan ventilator

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji indikasi akan pemasangan ventilator mekanik. 2. Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen. Nyalakan mesin dan cek peralatan berfungsi dengan benar sesuai manual 3. Atur FiO2,biasanya di UGD diatur pada ukuran 100%. Tergantung pada penampilan klinis dan fisiologis pasien. 4. Atur tidal volume berdasarkan BB pasien(12-15 ml/kg) 5. Atur kecepatan pernafasan berdasarkan usia dan kondisi klinis pasien (dewasa 10-12, anak 14-24, infant 20-40) 6. Atur mode ventilator (CMV=Control Mode, AC=Assist Control Mode, IMV=Intermitten Mandatory danSIMV=Synchronous Intermitten Mandatory) 7. Hubungkan ETT ke ventilator 8. Hati-hati sangat menghubungkan udara bertekanan karwena dapat menyebakan barotrauma dan masalah pernafasan

PROSEDUR

290

9.

Konsulkan ke ahli terapi; pernafasan bila akan memberikan tekanan pada jalan nafas. Jika tidak memungkinkan, PEEP harus dimulai di angka 5cm H2O atau kurang, dan tekanan maksimum adalah 6-10 cm H2O 10. Untuk mengevaluasi kondisi klinis pasien, AGDA harus diperiksa 15-30 menit setelah pasien dihubungkan ke ventilator. Set ventilator harus disesuaikan sesuai indikasi. 11. Evaluasi 1) Periksa adekuasi ventilasi pasien melalui tanda subyektif maupun obyektif 2) Periksa tanda-tanda komplikasi penggunaan ventil;ator mekanik:barotrauma,peningkatan tekanan intratorakal,”fighting:dan selang yang bergeser 12. Dokumentasi Catatan penggunaan ventilator mekanik:waktu mulai,setting mesin dan respon pasien serta tanda-tanda komplikasi.

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Ruang Rawat Inap

291

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MERAWAT KLIEN UNTUK EKSTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE/ETT No. Document No. Revisi Halaman P/IV/148/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Proses pelepasan pipa endotracheal

TUJUAN

Mengembalikan fungsi pernafasan mandiri karena klien sudah lerlepas dari ketergantungan alat bantu nafas ( ventilator mekanik ) Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji kesiapan klien untuk ekstubasi 2. Kaji tanda-tanda vital 3. Jelaskan proseur pada klien. 4. Tempat Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih. 5. K/p lakukan suction melalui mulut dan hidung. 6. Anjurkan klien bernafas dalam. 7. Kempeskan Cuff dengan spuit / potong 8. Lepaskan ikatan selang trakea. 9. Lepaskan sarung tangan dan gunakan sarung tangan steril. 10. Hubungkan kateter steril ke alat suction. 11. Masukan kateter suction ke jalan nafas sampai dengan tidak dapat dimasukkan lagi. 12. Lakukan suction secara cepat. 13. Anjurkan klien untuk nafas dalam. 14. Lakukan suction sambil mengeluarkan selang trakeal dalam kan klien pada posisi fowler waktu yang bersamaan. 15. Beri oksigen sesuai kebutuhan. 16. Monitor tanda-tanda vital secar ketat. 17. Bereskan alat dan lepas sarung tangan. 18. Evaluasi Keluhan klien: sesak, batuk, nyeri bial menelan dan lelah. 19. Dokumentasi 1) Catat tanggal dan waktu IMPLEMENTASI. 2) Catat respon klien sebelum, selama dan sesudah prosedur. 3) Catat hasil pengukuran tanda-tanda vital. 4) Catat keluhan klien, dosis oksigen yang diberikan.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

292

UNIT TERKAIT

1. 2.

ICU OK

293

R.S. Santa Elisabeth

PENGUKURAN CVP DENGAN MANOMETER

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/149/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Mengukur tekanan vena central yang mengambarkan fungsi bagian kanan jantung dan tekanan darah vena di vena cava.

TUJUAN

1. 2.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji akan kebutuhan pemasangan CVP dan pengukuran CVP 2. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan 3. Stopcock off ke manometer: isi selang dengan cairan infus. 4. Sambungkan selang manometer ke jalur vena central lalu alirkan. 5. Letakkan manometer air sejajar titik 0, yaitu ICS 4 Lines midaxilaris. 6. Stopcock off ke arah pasien. Isi manometer dengan cairan infus sampai dengan 25cm. hati-hati jangan sampai manometer terisi cairan yang berlebihan. 7. Stopcock off ke infus sehingga cairan akan turun berfluktuasi sesuai dengan pernafasan. 8. Ukur CVP saat cairan berhenti ( stabil ) . perhatikan cara melihat ukuran CVP sejajar mata pada saat berhenti ekspirasi. 9. Stopcock off ke manometer. Alirkan infus kembali ke vena central. 10. Evaluasi Lihat kembali posisi vena central, sumbatan ataupun perdarahandan laporkan adanya hasil ukuran CVP yang tidak normal 20. Dokumentasi Catat hasil dan posisi pasien. Normal CVP 510 cmH20 sedangkan pada pasien dengan penggunaan ventilator akan naik 3-5 cmH20

PROSEDUR

Memonitor status volume cairan dan fungsi venrtikel. Sebagai acuan untuk pemberian caiaran, diuretik dan obatobatan vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak ada.

294

UNIT TERKAIT

ICU

295

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

EKG MONITOR No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/150/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Alat yang dihubungkan dengan listrik untuk merekam aktifitas listrik jantung melalui elektrode yang ditempelkan ke dada dan monitor perubahan gambarannya pada monitor rekaman

TUJUAN

Memonitor aktifitas gerakan listrik jantung berkesinambungan (terus-menerus) Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Kaji indikasi akan pemasangan EKG monitor 2. Beritahu pasien 3. Persiapan lingkungan yang aman 4. Tutup tirai 5. Anjurkan pasien melepaskan alat-alat logam yang melekat pada tubuh. 6. Nyalakan monitor 7. Pilih lead yang sesuai dengan instruksi (biasnya lead II) 8. Hubungkan elektroda ke kabel lead dan pasang elektroda pada kulit yang kering dan bersih di lokasi yang tepat. Pemasangan elektroda untuk lead II adalah: 1) G (ground) di ICS 5 Linea Midclavicularis Dextra. 2) (-) di ICS 1 Linea Midclavicularis Dextra. 3) (+) di ICS 5 Linea Midclavicularis Sinistra. 9. Hindari memasang elektrode di atas massa oto yang besar dan struktur tulang. 10. Observasi hasil rekaman EKG, harus dari berbagai bentuk memadai untuk dapat menghitung (determinasi) denyut jantung (HR). 11. Atur alarm untuk batasan HR dan nyalakan alarm.yang menyimpan dan mempunyai gelombang R yang cukup 12. Evalusi 1) Laporkan adanya rasa tidak nyaman, palpitasi, sesak nafas dan gejala lain segera. 2) Laporkan adanya permasalahan di sistem penghubung EKG monitor

KEBIJAKAN

PROSEDUR

296

13. Dokumentasi 1) Catat gambaran yang didapatkan pada rekaman EKG monitor dan laporkan adanya temuan yang tidak normal. 2) Catat respon pasien selama rekaman

UNIT TERKAIT

ICU

297

R.S. Santa Elisabeth

INFUSE PUMP

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/151/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian cairan kepada klien

TUJUAN

1.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan klien 2. Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. 2.

3. 4.

5. 6.

7.

8.

9. 10.

Cuci tangan sesuai dengan prosedur Letakkan mesin pada tempat yang aman bagi mesin, pasien, keluarga pasien, pengunjung dan proses penggunaan alat Pahami dan gunakan mesin sesuai dengan fungsinya Sebelum pemakaian pertama mesin disambungkan kesumber listrik (charge) selama 15 jam, agar internal baterai terisi penuh. Mesin dalam kondisi OFF Memasang pump ke standard infus (letakkan infus pump ke pole clamp dengan posisi yang tepat, kencangkan skrup yang terletak ditengah dasar pole clamp. Cek stabilitas dari standar infus yang digunakan) Hubungkan kabel kemesin dan sumber listrik, indikator baterai akan menyala, menandakan baterai dalam posisi dicarger Buka pintu lalu tekan tombol “ON” tidak kurang dari 1 detik, semua parameter akan menyala, pompa “MIDPRESS” akan bergerak sesaat Lakukan priming pada IV set yang akan digunakan. Pastikan tidak ada gelembung udara Buka pintu, geser klem yang ada sesuai dengan arah panah, lalu pasang IV set dari atas hingga bawah dengan posisi lurus, sesuai petunjuk yang ada. 298

11. 12.

13.

14.

15.

16.

Letakkan roler klem dibawah pump, lalu tutup pintu Atur level oklusi sesuai yang diinginkan Atur kecepatan tetesan (D-RATE) sesuai order dengan menekan tombol “RATE/LIMIT”. Display terbaca D.Rate ml/h Atur batasan cairan?delivery limit (max 9.999 ml), dengan menekan tombol “RATE/LIMIT”. Display terbaca D.Limit ml/h Buka roler klem dari IV set (hubungkan IV set dengan IV cateter), lalu tekan tombol“START”. Bila jumlah cairan yang diinginkan sudah tercapai, maka lampu“COMPLETION” akan menyala. Pada situasi ini, mesin masih berjalan dengan kecepatan minimum (1 ml/jam), untuk menjaga kepatenan IV kateter didalam vena. Untuk melihat waktu pemberian infus, tekan simbol sigma (2x), pada display kecil akan terbaca Left : ... Jam...menit Untuk mengakhiri tekan tombol “OFF”

Cara Mengatur Level “OKLUSI” Tekan bersamaan tombol “RATE/LIMIT” dan satuan turunan persepuluhan hingga display terbaca “PRESS”, tatah tombol “RATE/LIMIT” tekan tombol turun persepuluhan hingga level oklusi yang diinginkan (L/M/H) 17. Cuci tangan 18. Evalusi: ketepatan tindakan dan respon klien 19. Dokumentasi: Nama,Tanggal dan jam pemasangan

299

UNIT TERKAIT

1. Ruang Rawat Inap 2. IGD

300

R.S. Santa Elisabeth

SYRINGE PUMP

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/152/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian medikasi intravena pada klien

TUJUAN

1. Menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan klien 2. Memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu yang lama Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9. 10. 11.

Cuci tangan sesuai dengan prosedur Bawa semua alat kedekat klien Siapkan spuit dan medikasi klien Pasang spuit ke syringe pump dan kunci Sambungkan selang penghubung dari spuit ke akses intravena klien (penvlon/medicut/three way) Tekan tombol On/Off Atur dosis dengan tekan tombol”rate/D.limit/ml (SELECT)” sehingga muncul RATE pada layar, putar dial setting di sebelah samping (rate dalam satuan ml/H+ cc/jam) Tekan start (jika sudah operasional maka lampu akan menyala hijau berputar) Cuci tangan Evaluasi tindakan yang dilakukan Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

301

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat inap

302

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENANGANAN KLIEN KERACUNAN No. Document

No. Revisi

P/IV/153/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Pertolongan yang diberikan pada klien keracunan baik yang disebabkan karena sengaja maupun yang tidak sengaja

TUJUAN

1) Mencegah dan menghentikan efek samping racun dengan dekontaminasi ( mata ,kulit,saluran cerna) 2) Mencegah kematian dengan pengobatan penunjang(terapi support),dan eliminasi cepat

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1) Cari penyebab racun yang mengenai 2) Cuci tangan 3) Pakai sarung tangan,masker dan celemek 4) Bersihkan saluran nafas dari kotoran,dan lendir atau muntahan. 5) Berikan bantuan nafas kalau terjadi henti nafas secara langsung. Hindari aspirasi gas beracun pada pasien. 6) Cegah penyemprotan racun dan keluarkan racun dengan cara  Bila racun ditelan a) Encerkan racun yang ada dilambung dan halangi penyerapannya dengan susu/putih telur mentah atau air matang 200 cc atau norit b)

Kosongkan lambung ( efektif bila dilakukan 4 jam pertama setelah racun di telan ) dengan tindakan emesis yaitu dengan cara:

303

1. Mekanik : rangsang dinding faring dengan jari 2. Obat-obatan air garam dan sirup pekat c) Lakukan bilas lambung dengan cara : 1. Penderita telungkup dengan kepala dan bahu lebih rendah 2. Masukkan universal antidotum 3. Bilas dengan cairan pembilas yang hangat sekitar 250 cc setiap kali, sampai kurang lebih 20 kali dengan bilasan terahir ditinggalkan dilambung. 4. Bila perlu bilas usus besar dengan pencahar atau klisma dengan sabun / gliserin / rectal. d)

Tidak dilakukan bila keracunan disebabkan zat korosif ( asam/basa kuat) keracunan senyawa hidrokarbon ) minyak tanah, bensin. Adanya penurunan kesadaran atau kejang.

 Bila racun melalui kulit atau mata : a) Pakaian yang terkontaminasi dilepaskan b) Cuci atau bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau jika terkontaminasi asam kuat dapat dibilas dengan larutan Na-bikarbonat dan jika terkena basa kuat dapat dilbilas dengan asam cuka encer.  Bila racun mengenai inhalasi : a) Pindahkan penderita ke tempat yang aman b) Lakukan pernafasan buatan untuk mengeluarkan racun yang terhisap, jangan lakukan dari mulut ke mulut.  Bila racun mengenai suntikan : a) Pasang torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, jaga agar denyut nadi bagian distal masih teraba. Lepaskan selama 1 menit tiap 15 menit sekali.

304

b) Beri kompres dingin es ditempat suntikan. c)

Beri epinefrin 1/1000 dengan dosis 0,3 – 0,4 mg / sc / im

UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Unit Rawat Inap

305

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENANGANAN INFARK MIOKARD AKUT No. Document

No. Revisi

P/IV/154/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat dengan adanya gambaran EKG ST elevasi dan atau kelainan enzim jantung

TUJUAN

Agar penderita yang mendapat serangan IMA dapat diselamatkan

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Petugas menggunakan alat pelindung diri’ 2. Baringkan dengan posisi semi fowler 3. Berikan oksigen 4 lt/menit 4. Pasang EKG monitor 5. Pasang infuse 6. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung 7. Berikan acetosal 160-325 mg/oral 8. Berikan cedocard 5 mg sub lingual 9. Berikan morphin sesuai indikasi 10. Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi 11. Kolaborasi dengan tim medis 12. Siapkan ICU 1. ICU 2. IGD 3. Unit Rawat Inap

306

PENANGANAN SYOK HAEMORAGIK

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/155/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu keadaan dimana tejadi gangguan perfusi yang disebabkan adanya perdarahan

TUJUAN

1. Memulihkan perfusi pada jaringan 2. Me Memulihkan perfusi pada jaringan 3. Memulihkan keseimbangan cairan dalam tubuh 4. Mencegah kematian mulihkan keseimbangan cairan dalam tubuh

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Petugas memakai alt pelindung diri (kaca mata safety,masker, handsoen,scort) 2. Airway dan Circulation dipastikan aman 3. Breathing dipastikan aman, berikan oksigen 4. Circulation 5. Infus 2 line dengan jarum no.14-16 RL ±1.000-2.000 ml sesuai yang dibutuhkan atau kelasnya syok 6. Periksa laboratorium darah: golongan darah,Hb/Ht,AGD 7. Transfusi spesifik jenis atau golongan 8. Stop sumber perdarahan 9. Tidak ada reaksi dilakukan bedah resusitasi untuk dapat menghentikan suatu perdarahan 10. Pasang monitor EKG 11. Pasang gastric tube 12. Pasang kateter dan nilai produksi urin 1. 2.

Ruang Rawat Inap/Jalan IGD

307

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENANGANAN FLAIL CHEST No. Document

No. Revisi

P/IV/156/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/1 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontiniuitas dengan dinding dada sisanya (ada bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari satu pada satu iga

TUJUAN

1. Mengurangi rasa sakit 2. Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Mencuci tangan 2. Petugas menggunakan alat pelindung diri 3. Bersihkan jaln nafas, hisap cairan/darah dan kontrol cirkulasi 4. Pasang intubasi 5. Berikan oksigen yang adakuat 6. Jamin breathing-ventilasi dengan baik 7. Infus Rl, 2 jalur dengan jarumbesar 8. Monitoring dengan pulse oximentry 9. Hal yang perlu diperhatikan a. Hipoksia sebab kontusio paru b. Nyeri pada pergerakan dada 1. IGD 2. ICU

UNIT TERKAIT

308

R.S. Santa Elisabeth

IMUNISASI BCG

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/157/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Memasukkan 0,05cc vaksin BGC ke dalam jaringan intradermal

TUJUAN

Memberi kekebalan terhadap penyakit TBC

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17.

Beri salam kepada klien dan keluarga Perkenalkan diri anda Jelaskan tujuan pelaksanaan prossedur untuk menjalani prosedur Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk menjalini prosedur Cuci tangan Atur posisi bayi Libatkan keluarga dalam restrain bila diperlukan (lihat SPO restrain) Pasang pengalas dibawah area penusukan Spuit diisi dengan vaksin sesuai dosis sebanyak 0,05cc, udara dikeluarkan Identifikasi daerah tusukan Bersihkan/desinfeksi lokasi injeksi dengan kapas alcohol dengan tehnik sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus lalu diangkat sedikit dengan tangan kiri Membuang kapas alcohol kedalam bengkok Lakukan disenfeksi dengan menggunakan kapas alkohol Regangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari tangan non dominan Jarum ditusukkan dengan lubang menghadap ke atas dan membentuk sudut 15-20° dengan permukaan kulit Obat dimasukkan sampai permukaan kulit pada tempat yang disuntikan mengembung Setelah obat dimasukkan semua, jarum dicabut dengan cepat

309

18. 19. 20. 21. UNIT TERKAIT

Bereskan alat Rapikan bayi Evaluasi tindakan ,respon bayi Dokumentasikan: Waktu pelaksanaan dan respon bayi

1. Ruang Poliklinik 2. Ruang Bayi

310

R.S. Santa Elisabeth

IMUNISASI HEPATITIS B

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

P/IV/158/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Imunisasi hepatitis B merupakan tindakan memasukan 0,5cc vaksin Hepatitis B kedalam jaringan otot (pangkal lengan, paha bagian luar)

TUJUAN

Memberi kekebalan pasif terhadap penyakit Hepatitis B

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

15. 16.

17. 18. 19.

Cek obat Cuci tangan Pakai sarung tangan Beri salam kepada klien dan keluarga Perkenalkan diri anda Jelaskan tujuan pelaksanaan prossedur untuk menjalani prosedur Atur posisi bayi Libatkan kelurga dalam restrain bila diperlukan (lihat SPO restrain) Pasang pengalas dibawah area tusukan Spuit diisi degan vaksin sesuai deosis (0,5cc), udara dilkeluarkan Identifikasi daerah tusukan Lakukan desinfeksi pada area tusukan dengan kapas alcohol, angkat dengan jempol dan jari telunjuk Ganti jarum yang digunakan dengan jarum yang baru Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin ( paha bagian anterolateral kiri atau kanan ) yang mudah. Jarum ditusukkan tegak lurus dan membentuk sudut 90°dengan permukaan kulit Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah dalam spuit obat jangan dimasukkan. Tapi jika tidak ada darah obat dimasukkan perlahan-lahan Setelah obat masuk semua, jarum dicabut dengan cepat Bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alcohol Bereskan alat 311

UNIT TERKAIT

20. Rapikan bayi 21. Buka sarung tangan 22. Cuci tangan 23. Lakukan evaluasi 24. Ldokumentasi; waktu pelaksanaan dan respon bayi 25. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah dalam spuit 1. Ruang Poliklinik 2. Ruang Bayi

312

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

IMUNISASI DPT No. Document

No. Revisi

P/IV/159/04/16 Tanggal Terbit

01

Halaman

1/2 Ditetapkan Direktur

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

01 APRIL 2016 Dr. Sahat H. Siahaan, MARS Suatu tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Dipteri Pertusis secra Intramuscular dengan dosis 0,5cc

TUJUAN

Memberi kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan

PROSEDUR

1. Beri salam kepada klien dan keluarga 2. Perkenalkan diri anda 3. Jelaskan tujuan pelaksanaan prossedur untuk menjalani prosedur 4. Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk menjalini prosedur 5. Cuci tangan 6. Aspirasi vaksin DPT sebanyak 0,5cc 7. Ganti jarum yang digunakan dengan jarum yang baru 8. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin ( paha bagian anterolateral kiri atau kanan ) yang mudah. 9. Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik 10. Kenakan sarung tangan 11. Lakukan disenfeksi dengan menggunakan kapas alkohol 12. Tekan dan regangkan kulit sekitar lokasi penyuntikan dengan ibu jari tangan non dominan 13. Lakukan penyuntikan dengan sudut 90 derajat paha bagian anterolateral kiri atau kanan. 14. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah dalam spuit 1. Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk kedalam jaringan 15. Keluarkan jarum 16. Tekan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alkohol 17. Buang spuit dalam bengkok 18. Lepas sarung tangan dan cuci tangan dan evaluasi tindakan

UNIT TERKAIT

Ruang Poliklinik

313

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

IMUNISASI POLIO No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/160/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memasukkan 2 tetes vaksin polio ke klien,terutama sublinguan jika memungkinkan

TUJUAN

Memberi kekebalan terhadap penyakit polio

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga 2. Perkenalkan diri 3. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan 4. Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk menjalani prosedur 5. Cuci tangan 6. Buka penutup vial vaksin polio 7. Ganti tutup vial dengan dropper 8. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman (dipangku untuk bayi) dengan kepala sedikit hiperekstensi 9. Kenakan sarung tangan 10. Buka mulut klien. Mulut bayi dapat dibuka dengan menekan kedua pipi menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan non-dominan Anda 11. Dengan menggunkan tangan dominan, teteskan dua tetes vaksin polio ke dalam mulut klien. Atur jarak dropper dengan mulut bayi sekitar 5 cm 12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 13. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

dalam

mulut

Ruang Poliklinik

314

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

IMUNISASI CAMPAK No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/161/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Memasukkan 0,5 CC vaksin campak ke dalam jaringan sebkutan

TUJUAN

Memberi kekebalan terhadap penyakit campak

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga 2. Perkenalkan diri 3. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan 4. Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk menjalani prosedur 5. Cuci tangan 6. Aspirasi vaksin campak sebanyak 0,5 cc 7. Ganti jarum yang digunakan dengan jarum baru 8. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin (lengan kiri atas) yang mudah 9. Buka pakaian klien pada area yang disuntik 10. Kenakan sarung tangan 11. Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol 12. Tekan dan regangkan kulit sekitar lokasi penyuntikan denagn ibu jari dan jari telunjuk tangan non –dominan Anda 13. Lakukan menyuntikan dengan sudut 45 derajat pada lengan kiri atas 14. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit 15. Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk ke dalam jaringan

PROSEDUR

315

16. Keluarkan jarum 17. Tekan lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol 18. Buang spuit kedalam bengkok/safety box 19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 20. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan UNIT TERKAIT

Ruang Poliklinik

316

R.S. Santa Elisabeth

PENDELEGASIAN TUGAS DAN WEWENANG

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/162/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

TUJUAN

Pelimpahan tugas dan wewenang kepada seorang bawahan/pengganti untuk menjalankan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pimpinannya untuk sementara 1. 2. 3.

Agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan Agar tugas/pekerjaan berjalan lancar Agar tugas atau pekerjaan dapat dilaksanakan denagn baik

KEBIJAKAN

Pelimpahan tugas dan wewenang harus dilimpahkan pada perawat senior atau perawat yang mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaannya

PROSEDUR

3.

UNIT TERKAIT

Wadir perawatan,Ka.ruangan,Pelaksana perawatan

Dipercayakan kepda wakil/perawat yang sudah senior di lingkungan kerjanya 4. Pendelegasian dikukuhkan dengan surat tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung 5. Perawat yang dihunjuk harus memiliki kemampuan memimpin 6. Surat pendelegasian dibuat jika atasan di lingkungan kerja tersebut tidak berdinas/tugas luar minimal selama tiga hari 7. Perawat yang mewakli diwajibkan memberi laporan baik tertulis maupun lisan sebagai pertanggungjawaban kepada atasan yang memberi pendelegasian 8. Perawat yang mewakili harus bisa bekerja sama dengan anggota unit terkait 9. Perawat yang mewakili harus dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis 10. Dapat mengatur mamfaat tenaga yang ada secara efektif dan efisien

317

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MUTASI ATAU ROTASI TENAGA KEPERAWATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/163/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Kegiatan pemindahan tenaga keperawatan dalam rangka tugas atau dinas dari instalasi satu ke instalasi yang lain atau dari ruangan lain dalam bidang keperawatan

TUJUAN

1. Mengembangkan keterampilan 2. Peningkatan jabatan/karier 3. Memberi suasana kerja yang baru

KEBIJAKAN

1. Kegiatan mutasi atau rotasi dapat dilaksanakan di luar prosedur bila dianggap perlu untuk memenuhi kebutuhan tenaga sesuai dengan keahliannya 2. Dapat dilaksanakan di luar prosedur bila ada kejenuhan dan penurunan produktivitas kerja 1. Mutasi untuk kepala ruangan dilakukan 3-5 tahun 2. Pelaksana perawatan dilakukan 2-3 tahun 3. Waktu pelaksanaan mutasi 2-3 kali dalam setahun atau sesuai dengan kebutuhan

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi

318

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

ORIENTASI TENAGA PERAWAT BARU No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/164/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan orientasi tenaga baru di ruang perawatan RS Santa Elisabeth

TUJUAN

Sebagai pengenalan dan penyesuaian terhadap pekerjaan yang akan dijalani dan membekali pegawai baru dengan materimateri pekerjaan yang akan dijalani

KEBIJAKAN

Sebelum staf ditempatkan, ia harus menjalani program orientasi staf selama minimal 15 hari

PROSEDUR

1. Semua tenaga baru di seksi perawatan berkejiban menjalani orientasi RS Santa Elisabeth meliputi hal berikut: a. Visi b. Misi c. Falsafah d. Tujuan e. Motto f. Pengenalan lingkungan rumah sakit g. Pengenalan lingkungan kerja h. Pengenalan kebijakan dan prosedur tetap i. Asuhan keperawatan j. Rekam medis k. Tindakan keperawatan 2. Orientasi dilaksanakan selama 15 hari dan atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruangan perawatan RS Santa Elisabeth a. Orientasi secara umum selama 2 hari b. Orientasi secara khusus (di lapangan) selama 13 hari c. Penanggung jawab orientasi oleh masing-masing kepala ruangan d. Dibuatkan laporan evaluasi

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi,Perawat baru

319

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

ORIENTASI PERAWAT BARU DI RUANG PERAWATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/165/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan orientasi tenaga baru di ruang perawatan RS Santa Elisabeth

TUJUAN

1. Sebagai pengenalan dan penyesuaian terhadap pekerjaan yang akan dijalani 2. Membekali pegawai baru dengan materi-materi pekerjaan yang akan dijalani 3. Peran perawat baru dalam menunjang serta berpartisipasi terhadap pelaksanaan visi dan misi

KEBIJAKAN

Pelaksanaan orientasi tnaga baru harus diketahui dan dievaluasi oleh kepala ruangan

PROSEDUR

1. Kepala seksi keperawatan memberikan surat tugas bimbingan tenaga baru kepada kepala ruangan 2. Kepala ruangan/penanggung jawab shif memberi bimbingan sesuai dengan jenis materi yang telah ditentukan selama 15 hari 3. Dalam masa orientasi tenaga baru selama 15 hari didinaskan pagi 4. Kepala ruangan mengadakan evaluasi dari hasil orientasi 5. Kepala ruangan melaporkan hasil evaluasi kepada Ka.Instalasi rawat inap kemudian diteruskan kepada kasi keperawatan

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi,Perawat baru

320

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

DINAS TENAGA KEPERAWATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/166/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Kegiatan tukar giliran/jaga antar tenaga keperawatan

TUJUAN

Untuk kelancaran tugas keperawatan dan memberikan kesempatan bagi tenaga keperawatan yang berkepentingan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Tukar dinas boleh dilaksanakan apabila ada keperluan yang sangat penting 2. Pegawai yang tukar dinas harus mengisi formulir tukar dinas yang telah disediakan dan diketahui oleh kepala ruangan 3. Ada kesepakatan antar petugas yang disetujui oleh kepala ruangan 4. Kepala ruangan memberikan izin dan mengatur jadwal dinas sesuai kebutuhan 5. Tukar dinas berlakuk sebagai berikut: a. Untuk penanggung jawab PJ shif dengan PJ shif b. Untuk pelaksana dengan pelaksana Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi,Perawat Pelaksana

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

321

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENERIMAAN KLIEN DI INSTALASI RAWAT INAP No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/167/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Menerima pasien baru di ruang instalasi rawat inap yang berasal dari IGD maupun poli untuk dirawat sesuai kondisi klien. Klien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

TUJUAN

Sebagai acuan untuk penerimaan klien baru di rawat inap

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Perawat ruang rawat inap menerima pasien dari IGD/ Poliklinik dan memperkenalkan diri 2. Klien dan keluarga diterima dengan ramah 3. Serah terima klien dan rekam medis dari IGD atau Poliklinik 4. Melakukan orientasi ruangan dan pengkajian 5. Melengkapi RM dan mengisi buku registrasi klien baru 6. Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anammese dan pemeriksaan fisik 7. Laporkan klien pada penanggung jawab ruangan 8. Klien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas yang ada 9. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan perawatan klien 10. Permintaan gizi Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

322

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

LAPORAN PERAWAT JAGA No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/168/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Membuat laporan jaga pada pelaksanaan tugas jaga shif

TUJUAN

Untuk dokumentasi dan kelancaran pelaksanaan tugas

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Setiap jaga shif harus membuat laporan jaga 2. Pembuatan laporan jaga dilakukan oleh penanggung jawab shif atau bisa didelegasikan kepada perawat pelaksana 3. Membuat laporan harian jaga yang meliputi hal berikut: a. Identitas klien 1) Nomor kamar 2) Nama klien 3) Umur 4) Tanggungan perusahanaan atau pribadi 5) Dokter yang merawat b. Keadaan seluruh klien di ruangannya mengenai hal berikut: 1) Keluhan klien sesuai dengan penyakitnya (spesifik) 2) Perkembangan perawatan /pengobatan/ tindakan 3) Pemeriksaan rutin (suhu, nadi,tingkat respirasi, tekanan darah, kesadaran dan lain-lain) 4) Kebutuhan intake dan out put 4. Laporan dibuat pada akhir tugas sebelum operan dan ditandatangani oleh pembuat lap[oran 5. Melakukan serah terima dengan perawat jaga shif berikutnya Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat,Perawat Pelaksana

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

323

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

OPERAN JAGA DI RUANGAN PERAWATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/169/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Melakukan operan tugas dari petugas shif satu ke shif berikutnya

TUJUAN

1. Membantu kelancaran tugas 2. Meningkatkan disiplin petugas 3. Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Pelaksanaan operan jaga di ruangan perawatan dilakukan antara penanggungjawab shif dengan penanggung jawab shif berikutnya yang diikuti oleh semua staf 2. Penanggung jawab shif melaporkan tentang keadaan setiap klien berdasarkan laporan yang telah dibuat 3. Penanggung jawab shif sebelumnya dengan penanggung jawab shif berikutnya serta staf melakukan timbang terima keliling pada setiap klien di ruangan

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawa Jalan, Instalasi Gawat Darurat,Perawat Pelaksana

324

PELAPORAN KONDISI KLIEN MENGGUNAKAN METODE SBAR (SITUATION,BACKGROUND,ASSESSMENT, REKOMENDASI) No. Document No. Revisi Halaman

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

P/IV/170/04/16

01

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN

Suatu cara untuk menyampaikan informasi mengenai suatu kondisi baik kondisi klien, hasil pemeriksaan penunjang kepada seseorang (dokter,perawat,kabag/karu.atasan,bawahan dll) melalui telepon maupun secara lisan yang dilakukan secara akurat, lengkap dimengerti, tidak duplikasi dan tepat kepada penerima informasi sehingga dapat mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan keselamatan klien

TUJUAN

1. 2. 3. 4.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien berorientasi kepada keselamatan klien Mencegah terjadinya kesalahan dalam melaporkan hasil pemeriksaan medis Memastikan keakuratan pelaporan hasil pemeriksaan medis Meningkatkan budaya keselamatan klien

Setiap pelaporan dari tenaga keperawatan kepada dokter konsulen tentang kondisi klien harus menggunkan komunkasi efektif berdasarkan metode SBAR. Hal ini memungkinkan untuk memberikan kemudahan dan memfokuskan apa yang akan dikomunikasikan, dan memudahkan dokter konsulen mendapatkan gambaran kondisi klien untuk mengembangkan pengambilan keputusan dan kerjasama yang baik Komunikasi SBAR via telepon antara Perawat/BidanDokter (dr Jaga dan dr.DPJP) 1. Sebelum melapor dokter jaga atau dokter penanggung jawab klien,perawat/bidan telah melakukan pemeriksaan fisik, anammesa (pengkajian) dan membaca rekam medis klien 2. Perawat/bidan menulis hal-hal yang akan dilaporkan di formulir lembar komunikasi SBAR untuk pertma kali melaporkan klien, selanjutnya bila akan menelepon dokter kembali, perawat/bidan menulis lembar intruksi dokter/catatan terintegrasi 3. Perawat/bidan membaca status dan ata klien yang akan dilaporkan untuk memastikan bahwa data sudah benar 325

4.

5.

6.

Perawat/bidan menyiapkan Rekam Medis klien dan lembar komunikasi SBAR yang telah diisi didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data yang akan dilaporkan Sebelum melaporkan, perawat/bidan menyampaikan salam singkat, sperti” selamat pagi/siang/sore/malam dokter Laporkan kondisi klien dnegan menggunakan prinsip komunikasi SBAR Situation Sebutkan identitas perawat dan ruangan/unit tempat perawat bertugas, dan sebutkan nama lengkap klien, umur, kamar/ruangan, serta masalah utama klien saat ini (misalnya, sesak nafas, nyeri dada, demam) Background Sebutkan diagnosa dan data klinis klien sesuai kebutuhan: 1) Status kardovasculer (nyeri dada, tekanan darah, EKG,dsb) 2) Status respirasi (frekuensi pernafasan, SPO2, Analisa Gas Darah,dsb) 3) Status neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb) 4) Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya Assesment Sebutkan problem klien tersebut 1) Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb) 2) Problem gastro-intestinal (perdarahan masif dan syok, dsb) Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)

7.

8.

Perawat /bidan mencatat (writing down) semua rekomendasi/intruksi dari perawat/bidan dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/ lembar intruksi dokter/catatan terintegrasi dalam rekam medik klien a. Tanggal dan jam pesan diterima b. Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harusspesifik untuk menghindari saleh penafsiran/hasil test kritis yang dilaporkan Perawat/bidan memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai dengan cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read back )ke pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang telah dituliskan dan hal-hal yang telah diintruksikan oleh dokter

326

9.

10.

UNIT TERKAIT

Dokumentasikan secara lengkap intruksi dokter dalam formulir lembar komunikasi SBAR/ lembar intruksi dokter/catatan terintegrasi dan berikan paraf serta nama jels perawat/bidan yang melapor, dan nam dokter yang memebrikan pesan/intruksi Dokter yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf, nam jelas, tanggal dan jam verifikasi pada kolom yang tersedia di lembar komunikasi SBAR/lembar intruksi dokter/ catatan terintegrasi pada saat a. Untuk dokter jaga: pada saat pergantian shif atau selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam b. Untuk dokter DPJP: pada saat visite pertama kali atau selamba-lambatnya dalam waktu 1x24 jam

Ruang Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat,Perawat Pelaksana

327

R.S. Santa Elisabeth

CITO OPERASI

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/171/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Mempersiapkan klien untuk tindakan operasi segera

TUJUAN

1. 2. 3.

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Klien yang dinyatakan operasi segera oleh dokter, selanjutntya petugas memberitahukan kepada klien/keluarga mengenai hal berikut: a. Tujuan dari tindakan operasi b. Pelaksanaan operasi c. Orientasi biaya yang dibutuhkan 2. Bila klien/ keluarga setuju dilakukan operasi, klien/keluarga menandatangani surat persetujuan tindakan operasi 3. Petugas ruangan menghubungi kembali dokter operator dan selanjutnya menghubungi dokter anastesi, petugas kamar operasi dan dokter spesialis 4. Petugas ruangan segera menyiapkan klien untuk operasi sesuai dengan prosedur yang ada Ruang Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Kamar operasi ,Perawat Pelaksana

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Menghindari terjadinya komplikasi Mempercepat proses penyembuhan Pelaksanaan tindakan operasi berjalan dengan baik

328

R.S. Santa Elisabeth

PENERIMAAN KLIEN ICU DARI IGD/RUANGAN

Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/172/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Menerima klien baru yang akan dirawat di ruang ICu yang berasal dari IGD/Ruang Perawatan

TUJUAN

1.

2.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Memberikan perwatan intensif pada klien yang mempunyai indikasi untuyk dirawat di ruang ICU dengan melakukan monitoring EKG dan observasi ketat Melakukan tindakan segera untuk mengatasi krisis/kegawatan

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Bila ada klien dengan indikasi masuk ICU maka perawat IGD/Ruang perawatan menghubungi atau memberitahukan kepada perawat ICU 2. Perawat ICu menyiapkan tempat tidur dan peralatan yang dibutuhkan (baju klien, status, blanko observasi) 3. Perawat IGD/Ruangan mengantar klien sampai di ruang penerimaan pasien ICU dan bersama-sama perwat ruang ICU memindahkan klien ke tempat tidur yang telah disiapkan serta melakukan timbang terima 4. Perawat ICU melakukan pengkajian dan keluarga klien dianjurkan menunggu di ruang tunggu yang telah tersedia 5. Baju klien diganti kemudian dilakukan pemasangan oksigen dan monitor 6. Melakukan pengkajian keluhan dan riwayat penyakit klien secara lengkap dan jelas serta melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan klien 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat sesuai kebutuhan 8. Memberi informasi kepada keluarga tentang tata tertib menunggu klien dan perlengkapan yang harus dibawa/disiapkan untuk kepentingan klien sesuai dengan ketentuan yang berlakuk di RS Santa Elisabeth Batam Ruang Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat ,ICU/NICU

329

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMINDAHAN KLIEN ICU KE RUANG PERAWATAN No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/173/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Memindahkan klien stabil yang telah dirawat di ruang ICU ke ruang perawatan/ruang rawat inap

TUJUAN

Memberi perawatan lanjutan setelah dirawat di ruang ICU dan memberi rasa nyaman

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Bila dokter telah memperolehkan klien untuk dipindah ke ruangan, perawat ICU menanyakan kepada klien/keluarga tentang kelas perawatan yang dikehendaki 2. Perawat ICU menghubingi perawat ruangan dan memberitahu bahwa ada klien pindahan dari ruang ICU dan kelas ruangan yang dikehendaki 3. Perawat ICU membuat perincian biaya perawatan selama dirawat di ruang ICU 4. Perawat ICU menyipakan obat-obatan klien, status dan blangko observasi selama dirawat di ruang ICU 5. Perawat ICU melepaskan elektrode monitor dan mengganti baju klien dengan baju sendiri 6. Perawat ICU dan perawat ruangan bersama-sama memindahkan klien ke atas tempat tidur yang telah disiapkan dari ruangan dan melakukan timbang terima 7. Salah satu perawat ICU bersama-sama perawat ruangan membawa klien ke ruang perawatan yang telah disiapkan Ruang Rawat Inap,ICU/NICU

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

330

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PEMINDAHAN KLIEN PASCAOPERASI DARI KAMAR OPERASI KE ICU No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/174/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Memindahkan klien pascaoperasi yang memerlukan monitoring dan observasi ketat tanda-tanda vital dari OK ke ICU

TUJUAN

Memberi perawatan intensif pada klien pascaopersi yang memerlukan monitoring atau observasi tanda-tanda vital serta intake atau output (keseimbangan cairan) sampai keadaan klien benar-benar stabil

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Bila klien sudah dapat dipindahkan dari ruang Ok ke ruang ICU, petugas OK memberitahukan kepada perawat ICU 2. Perawat ICU menyipakan tempat tidur klien dan peralatan ICU yang dibutuhkan 3. Apabila klien berasal dari ruang perawatan maka perawat ICU menghubungi perawat ruangan dan bersama-sama memindahkan ke ruang ICU 4. Melakukan pengkajian keluhan dan riwayat penyakit klien secara lengkap dan jelas serta melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan klien 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat sesuai kebutuhan 6. Memberi informasi kepada keluarga tentang tata tertib menunggu klien dan perlengkapan yang harus dibawa/disiapkan untuk kepentingan klien sesuai dengan ketentuan yang berlakuk di RS Santa Elisabeth Batam Ruang Rawat Inap,OK, ICU/NICU

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

331

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENGIRIMAN SAMPEL KE LABORATORIUM No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/175/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Mengirim bahan sampel berupa darah, urine,feses, sputum dan bahan lain ke laboratorium

TUJUAN

Membantu menegakkan diagnosis

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Petugas menyiapkan baki sedang dan menruh bahan sampel diatasnya 2. Petuagas mencatat macam pemeriksaan ke dalam buku ekspedisi 3. Petugas meletakkan blangko pemeriksaan/permintaan ke dalam buku ekspedisi 4. Selanjutnya petugas membawa sampel dan buku ekspedisi ke laboratorium serta melakukan serah terima dengan petugas laboratorium Ruang Rawat Inap,laboratorium

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

332

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENGAMBILAN HASIL LABORATORIUM No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/176/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium berdasarkan sampel yang telah dikirm atas permintaan dokter yang merawat

TUJUAN

Membantu dokter dalam menegakkan diagnosis

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Petugas mebawa buku ekspedisi ke laboratorium 2. Petugas melakukan cek silang hasil laboratorium dengan buku ekspedisi 3. Petugas membawa hasil laboratorium ke ruangan 4. Petugas memasukkan hasil laboratorium ke dalam status pasien dan nota biayanya Ruang Rawat Inap,IGD,Laboratorium

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

333

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENGIRIMAN KLIEN KE RUANG INSTALASI RADIOLOGI No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/177/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Mengirim klien ke radiologi untuk dilakukan pemeriksaan foto sesuai dengan permintaan

TUJUAN

Membantu dokter dalam menegakkan diagnosis

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Petugas menyiapkan blangko permintaan advis ke dokter 2. Petugas sebelumnya menyipkan klien sesuai dengan permintaan foto (misal puasa,lavement, huknah dan lainlain) 3. Petugas melaporkan ke petugas radiologi sesuai permintaan foto 4. Sebelum mengirim klien ke radiologi, petugas ruangan menghubungi petugas radiologi 5. Petugas radiologi memberitahukan petugas ruangan bila sudah siap 6. Petugas ruangan mengirim klien dengan membawa blangko permintaan foto dan foto yang lama (k/p) dengan menggunakan kursi roda ( brancart) sesuai keadaan umum klien 7. Setelah hasil selesai, petugas membawa kembali ke ruangan bersama hasilnya, kecuali hasil foto dibacakan Ruang Rawat Inap,IGD,Laboratorium

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

334

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PENATALAKSANAAN KEJANG No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/178/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang mengalami kejang

TUJUAN

1. Untuk mencegah atau meminimumkan cedera akibat kejaang 2. Mencegah kejang berulang

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Lakukan pendekatan dengan tenang 2. Memperbaiki sirkulasi udara rauangan dengan mempersilakan selain petugas untuk keluar ruangan 3. Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring kaki bagian atas ditekuk untuk mencegah bahaya tersedak ludah atau muntahan 4. Letakkan bantal atau lipatan selimut dibawah kepala anak Jangan: a. Menahan gerakan anak atau menggunakan paksaan b. Memasukkan apapun ke dalam mulut anak c. Memberikan makanan atau minuman 5. Longgarkan pakain yang ketat 6. Singkirkan benda-benda keras atau berbahaya 7. Memberikan diazepam melalui dubur untuk mengatasi kejangnya 8. Apabila tidak tersedia diazepam suppositoria maka bisa diberikan diazepam injeksi secara intravena 9. Memastikan jalan nafas tidak tersumbat 10. memberi oksigen melalui face mask 2 ml/menit 11. Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan dengan menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit, melihat ada tidaknya tarikan dinding dada, melihat ada tidaknya pernafasan cuping hidung 12. Hitung lamanya periode postiktal (pasca kejang) 13. Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak benar-benar sadar dan refleks menelan pulih 14. Melakukan evaluasi tindakan 15. Membereskan alat-alat

PROSEDUR

335

16. Mencuci tangan 17. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

UNIT TERKAIT

1. Ruang Rawat Inap 2. IGD

336

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERSIAPAN KLIEN YANG AKAN MENINGGAL DUNIA No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/179/04/16

01

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Mempersiapkan klien yang akan meninggal dengan cara memberikan batuan fisik maupun spiritual sehingga meringankan beban penderitaanya

TUJUAN

Agar klien merasa tenang dan tentram dalam menghadapi sakratul maut serta memberikan empati dan menciptakan kesan yang baik terhadap klien maupun keluarganya

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Memberitahu kepada perawat yang bertanggung jawab atau dokter yang menangani dan dokter jaga 2. Keluarga klien diberitahu, bila tidak ada keluarga yang menunggu usahakan menghubunginya, bila perlu dengan perantara polisi 3. Menghubungi bagian kerohanian sesuai dengan agama yang dianut oleh klien 4. Melaksanakan advis dokter 5. Perawat tetap harus menunggu klien dan mengobservasi keadaannya 6. Sebaiknya klien dipisahkan dari klien yang lain,jika tidak memungkinkan pasang sampiran 7. Lepaskan gigi palsu klien jika ada 8. Klien dan sekelilingnya harus bersih dan rapi, juga lingkungan harus tenang 9. Beri kesempatan pada keluarga untuk mendapingi klien pada saat-saat terakhir 10. Beri kesempatan pada bagian kerohanian melakukan tugasnya sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh klien Ruang Rawat Inap

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

337

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

MENGURANGI ANSIETAS No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/180/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Merupakan masalah keperawatan yang lazim timbul pada klien yang menjalani hospitalisasi.

TUJUAN

Mengurangi ansietas akibat hospitalisasi

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Berikan dukungan kepada klien dan keluarga selama hospitalisasi 2. Lakukan orientasi lingkungan rumah sakit, jam berkunjung, kebijakan rumah sakit yang berkaitan dengan administrasi, dan staf yang memberi asuhan kepada klien selama hospitalisasi 3. Panggil klien dengan nama dan biarkan klien mengenakan pakaiannya secara mandiri jika memungkinkan 4. Berikan penjelasan mengenai setiap prosedur yang akan dilakukan 5. Ulangi penjelasan jika klien mengalami kesulitan untuk mengingat 6. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam proses perawatan 7. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya 8. Pastikan Anda membuat tujuan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien 9. Pastikan Anda peka terhadap kondisi, tindakan perwatan atau perilaku yang dapat meningkatkan ansietas klien, misalnya klien tampak mengalami ansietas berat setiap kali mendapat suntikan IM 10. Pastikan persepsi klien terhadap penyakit dan prosedur yang akan dilakukan benar 11. Modifikasi lingkungan agar klien dapat menjalankan fungsinya secara mandiri tanpa bantuan 12. Dorong fakto lingkungan yang positif untuk mengurangi ansietas dan identifikasi hasil negatif yang menimbulkan ansietas

PROSEDUR

338

UNIT TERKAIT

13. Upayakan agar klien mendapat kinjungan dari klien lain yang mempunyai pengalaman yang sama 14. Tunjukkan kompetensi, pemahaman dan sikap empati Anda ketika membantu klien mengurangi ansietas Ruang Rawat Inap

339

R.S. Santa Elisabeth Jl. Anggrek Blok II Batam 29441 Telp.0778-457357 Fax: 0778-457710 Email : [email protected]

PERAWATAN JENAZAH No. Document

No. Revisi

Halaman

P/IV/181/04/16

01

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01 APRIL 2016

Dr. Sahat H. Siahaan, MARS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

PENGERTIAN

Perawatan klien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga,transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien

TUJUAN

1. Penghormatan terhadap jenazah 2. Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah 3. Jenazah dalam keadaan bersih

KEBIJAKAN

Sesuai dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Nomor: 295A/DIR-RSE/BTM/SK/IV/2016 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur Operasional Keperawatan 1. Siapkan peralatan yang diperlukan dan bawa ke ruangan 2. Atur lingkungan di sekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi diruang rawat, jaga privasi klien lain dengan menutup pintu, tirai dan jendela 3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan 4. Atur ketinggian tempat tidur klien hingga sesuai dengan ketinggian kerja Anda dan dalam posisi datar 5. Posisikan jenazah telentang 6. Tutup mata jenazah menggunakan kapas, dengan cara menutup perlahan kelopak mata dan memasang plester jika mata tidak tertutup 7. Luruskan badan jenazah, dengan pergelanga tangan diletakkan di atas abdomen dalam posisi menyilang tubuh. 8. Lepaskan gigi palsu jika perlu, kemudian tutup mulut jenazah, Jika mulut jenazah tetap tidak tertutup, letakkan gulungan handuk di bawah dagu agar mulut tertutup. Letakkan bantal di bawah kepala 9. Lepaskan perhiasan dan barang berharga milik jenazah di hadapan keluarga 10. Jaga keamanan barang berharga jenazah.Ikuti kebijakan rumah sakit mengenai disposisi barang berharga 11.Bersihkan badan jenazah menggunakan air bersih. Bersihkan tubuh dan kotoran,jika terjadi pengeluaran kotoran melalui rectum, uretra atau vagina, letakkan kasa untuk menutup setiap lubang dan lekatkan dengan plester

PROSEDUR

340

UNIT TERKAIT

untuk menutup setiap lubang dan lekatkan dengan plester untuk mencegah lebih lanjut 15. Rapikan rambut jenazah dengan menyisirnya 16. Ganti balutan jika ada 17. Kenakan pakaian bersih pada jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga. Letakkan klien dalam posisi telentang dengan mata tertutup dan lengan menyilang diatas abdomen. Rapikan tempat tidur jenazah 18. Pindahkan jenazah ke kamar jenazah.Tutupi jenazah dengan kain 19. Ikat jenazah dengan pengikat brankar pada bagian dada dan lutut.Pastikan pengikatan tidak terlalu ketat 20. Rapikan peralatan dan bersihkan ruangan 21. Cuci tangan 22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada catatan keperawatan. Dokumentasikan waktu dan tanggal jenzah diantar ke kamar jenazah. Lakukan dokumentasi mengenai disposisi barang berharga milih jenazah Ruang Rawat Inap,IGD,Kamar Jenazah,Jenazah

341

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"

Apd Baru Yaaaa.docx
April 2020 6
Isi Spo.docx
May 2020 1
Osteofikasi.docx
June 2020 5