1
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Indonesia terkenal kaya dengan tanaman buah. Hampir semua jenis buah – buahan dan tumbuh subur di Indonesia. Ini karena Indonesia memiliki suhu dan iklim yang memadai. Selain itu, kondisi tanah yang kaya akan hara akan mendukung tumbuhnya berbagai jenis buah – buahan. Salah satu jenis tanaman buah yang di kembangkan secara komersial adalah lengkeng (Nephelium logan). Budidaya buah yang bernilai jual tinggi ini telah lama dilakukan masyarakat Indonesia. Selain terkenal dengan berbagai tanaman buah yang dihasilkan, Indonesia juga merupakan negara agraris sebab sebagian besar rakyatnya terdiri dari kaum petani yang hidup di dearah pedesaan. Dengan demikian pembangunan pertanian dan pembangunan – pembangunan lainnya yang berkaitan dengan pembangunan pertanian merupakan hal yang terpenting, dimana memberikan penghasilan dan pendapatan cukup besar bagi masarakat dan negara. Pembangunan pertanian di pedesaan bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi konsumsi dalam negeri dan meningkatkan pendapatan tani memperbaiki konsumsi dan nilai gizi (Faisal, 1984). Prospek komoditas lengkeng yang cukup cerah. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar dalam negeri dibanjiri buah lengkeng dari Thailand, baik dalam bentuk segar maupun olahan dalam kaleng (canning). Karenanya, dengan mudah kita dapat menemukan lengkeng di pasar – pasar tradisional dan pasar swalayan. Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung,, lengkeng telah dibudidayakan sejak tahun 2005. Selama pembudidayaan yang dilakukan dari tahun 2005 sampai dengan sekarang, permintaan terhadap bibit lengkeng terus meningkat. 1 buah bibit lengkeng dalam pot setinggi 20 cm dijual dengan harga minimum Rp150.000. Harga bibit bisa semakin mahal, sesuai dengan umur dan kualitas nya. Tanaman lengkeng dalam pot yang telah berbuah dijual dengan harga hingga 1,5 juta rupiah. Meskipun demikian, harga ini tergolong murah karena masih di bawah harga rata – rata. Beberapa pembudidaya
2
tidak mau melepas lengkeng yang sudah berbuah kurang dari 2 juta rupiah. Pembudidaya lainnya memasang harga bibit lengkeng dalam pot setinggi 20 cm seharga Rp200.000 – Rp300.000. Hal ini disebabkan bibit lengkeng yang dikembangkan merupakan lengkeng unggul dan masih jarang dikembangkan orang serta jumlahnya yang sedikit atau terbatas. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Tinjauan Usahatani Pembibitan Lengkeng (Nephelium logan) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung. I.2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat disimpul berdasarkan uraian diatas yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Berapa besarnya biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani pembibitan lengkeng di BPTP Provinsi Bangka Belitung 2. Berapa besarnya penerimaan, pendapatan yang diperoleh di BPTP Provinsi Bangka Belitung I.3. Tujuan Seiring dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dilakukannya Kuliah Lapangan adalah untuk mengetahui: 1.
Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani pembibitan lengkeng di BPTP Provinsi Bangka Belitung
2.
Besarnya penerimaan, pendapatan yang diperoleh di BPTP Provinsi Bangka Belitung
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Deskripsi Tanaman Lengkeng Lengkeng termasuk familia sapindaceae yang berasal dari negeri Cina ( daerah subtropik ), agak menyimpang dari famili lainnya sendiri, yaitu rambutan (Nefhelium litchi atau litchi sinensis) dan lain-lainnya (Soeparman, 1984). Tanaman lengkeng juga banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan manusia serta banyak lagi kegunaan lainnya yang tidak kalah jika dibandingkan dengan jenis buah – buahan lainnya. II.1.1. Sistematika Sistematika tanaman lengkeng secara umum adalah sebagai berikut: Diviso
= Spermatophyta
Subdiviso = Angiospermae Kelas
= Monocotyledoneae
Ordo
= Sapindacales
Familia
= Sapindaceae
Genus
= Nephelium
Spesies
= Nephelium longanum
Tanaman lengkeng dapat tumbuh di dataran tinggi dan lengkeng juga dapat tumbuh subur di dataran rendah. Ini di perkuat dengan tumbuh suburnya tanaman lengkeng di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung yang merupakan daerah dengan klasifikasi dataran rendah. II.1.2. Jenis – jenis Lengkeng A. Lengkeng Lokal Indonesia cukup banyak memiliki varietas lengkeng. Jenis lengkeng lokal Indonesia antara lain lengkeng batu yang juga disebut lengkeng ambarawa atau lengkeng kopyor dan lengkeng bantul. Meskipun sekarang, ini lengkeng lokal masih memiliki beberapa keterbatasan, seperti waktu berbuahnya yang relatif lama (12 – 14 tahun), pada masa yang akan datang, lengkeng lokal khas Indonesia diharapkan dapat dikembangkan menjadi varietas unggul (Sunarjono, 2005).
4
Lengkeng batu merupakan varietas lokal yang termasuk unggul. Buahnya berbentuk bulat dengan 5 – 6 gram/buah. Kulit buah halus, tipis, dan berwarna cokelat. Daging buah berwarna bening, mudah terlepas dari bijinya, dan cukup tebal (sekitar 0,7cm). Tinggi tanaman bisa mencapai 15 m. Jika ditanam di atas lahan, satu pohon lengkeng usia produktif atau berumur sekitar 12 tahun, bisa menghasilkan 350 kg buah lengkeng segar per tahun (Sunarjono, 2005). B. Lengkeng Impor atau Lengkeng Luar Lengkeng luar memiliki beberapa keunggulan, seperti buah besar, daging buah relatif besar, dan waktu berbuah relatif cepat. Menurut Sunarjono (2005), berikut beberapa varietas lengkeng impor popular: 1. Diamond River Lengkeng unggul diamond river berasal dari Cina dan banyak dibudidayakan di Malaysia. Mengenal varietas ini cukup mudah. Daunnya berwarna hijau cerah, lebar dan tepinya bergelombang. Tanaman ini memiliki sosok yang cenderung melebar kesamping daripada tumbuh keatas. Tajuk yang kompak membuat diamond river paling disukai para pembudidaya untuk ditanam di dalam pot. Sementara itu, daging buahnya relatif tebal dan berair saat dikupas. Lengkeng ini dapat berbuah saat berumur 8 – 12 bulan untuk lengkeng vegetatif dan 2 – 3 tahun untuk lengkeng generatif (berasal dari biji) 2. Pingpong Lengkeng pingpong memiliki tajuk dan daun unik. Dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur ke segala arah. Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung ke belakang. Ukuran buah jumbo, lebih besar dibandingkan dengan jenis diamond river. Nama pingpong diberikan karena ukurannya yang seperti bola tenis meja. Kulit buah berwarna coklat cerah dengan semburat merah muda di bagian pangkal buah. Buah lengkeng pingpong beraroma harum dan menyegarkan. Daging buah cukup tebal, biji buah tebal, kulit buah tipis dan kering atau tidak berair saat dikupas. Lengkeng vegetatif bisa berbuah saat berumur 8 – 12 bulan dan lengkeng generatif berbuah saat berumur 2 – 3 tahun. Kelemahan lengkeng ini adalah produktivitasnya rendah dibandingkan dengan lengkeng varietas diamond river. 3. Itoh
5
Lengkeng itoh yang merupakan hasil penyambungan diamond river dengan lengkeng dari Thailand ini sepintas penampilannya mirip diamond river dengan daun lebar dan bergelombang. Kualitas buah paling unggul dibandingkan dengan lengkeng sejenis. Daging tebal, manis, kering, dan tanaman ini sulit untuk diperoleh. Lengkeng Itoh hasil cangkokkan bisa berbuah saat berumur 2 tahun atau 7 – 10 bulan setelah bisa berbuah saat berumur 2 tahun atau 7 – 10 bulan setelah tanam dari bibit berumur 6 bulan II.1.3. Sifat Botani Lengkeng merupakan tanaman hutan yang dapat tumbuh tinggi mencapai 40 m. Tanaman ini baik untuk mencegah erosi lereng (Sunarjono, 2005). a. Daun dan Batang Habitusnya sangat menarik, berbentuk kanopi. Berdaun rimbun, mirip daun rambuatan kapulasan yakni berukuran kecil, panjang (dengan ujung meruncing), dan berwarna hiljau gelap. Batangnya bercabang banyak, arah cabang mendatar dan rapat (Sunanto, 1990). b. Bunga Bunga tanaman lengkeng ada yang berumah satu. Tanaman jantan hanya mempunyai benang sari (Staminate) saja tanpa menunjukkan adanya putik (pistil). Pada tanaman yang berbunga sempurna (hermafrodit) ada yang bersifat betina dan bersifat jantan. Namun, pada tanaman berumah satu (monoecius) lainnya, kedua kelamin bunga berfungsi normal. Bunga tersebut umumnya terdapat dalam tandan yang keluar pada ujung – ujung cabang (ranting) dan berdiri tegak keatas. Dengan demikian, dari luar tampak bagus diatas kanopi daun (Sunarjono, 2005). c. Buah Bentuk buah lengkeng umumnya bulat hingga lonjong dan berwarna hijau. Setelah matang (tua), buah berwarna kecoklatan. Bijinya satu, bulat, dan berwarna kehitaman. Biji tidak dapat disimpan lama karena cepat berkecambah setelah dilepas dari dagingnya. Daging buah terasa manis sekali dan harum (Sunarjono, 2005). d. Akar
6
Tanaman lengkeng berakaran tunggang dan akar samping berjumlah banyak, panjang dan kuat (Sunanto, 1990). II.1.4. Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng a. Lokasi Lengkeng dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian antara 300 sampai 900 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1990). Tanaman lengkeng dapat hidup di dataran rendah maupun pada dataran tinggi. b. Tanah Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH 5,5 – 6,5. Tanah yang bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari debu dan lempung atau tanah – tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah – tanah andosol, vertisol, latosol atau laterit dan sebagainya (Sunanto 1990). c. Iklim Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (Basah), tipe iklim C (agak basah) dan tipe iklim D (sedang). Penentuan iklim tipe iklim tersebut di dasarkan pada rumus yang diklasifikasikan oleh Schmidt Ferguson, yakni perbandingan antara rata – rata jumlah bulan kering dengan rata – rata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen (%) (Sunanto, 1990). d. Lingkungan Lengkeng dapat tumbuh baik di tempat – tempat terbuka atau tidak terlindung oleh pepohonan yang lain. Sebab lengkeng sangat membutuhkan sinar matahari sepanjang hari (Sunanto, 1990). II.2. Konsepsi Biaya Produksi Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan yang usahanya berkaitan
dengan
produksi.
Kemunculan
itu
sangat
berkaitan
dengan
diperlukannya input (faktor-faktor produksi) ataupun korbanan-korbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi. Dalam mengelola usahataninya, seorang petani memerlukan sejumlah input yang berupa biaya produksi. Biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan suatu produksi dapat diartikan sebagai biaya produksi. Biaya yang dikeluarkan pada saat panen juga termasuk ke dalam
7
biaya produksi karena pada setiap panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan dengan hasil per satuan luas. Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Suratiyah (2006), biaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) diartikan sebagai biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi. Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Seperti dalam fungsi produksi, pada biaya dikenal konsep biaya marjinal (marginal cost) yaitu perubahan biaya per kesatuan perubahan produksi, dan biaya rata-rata (average cost) yaitu biaya per kesatuan produksi. Di samping itu dikenal pula istilah biaya variabel marjinal (marginal variable cost) yang akan sama dengan marginal cost, biaya tetap marjinal (marginal fixed cost) yang sama dengan nol, rata-rata biaya variabel (average variable cost) dan rata-rata biaya tetap (average fixed cost). Pembiayaan usahatani merupakan salah satu faktor dalam proses produksi yang harus dipahami secara benar berkaitan dengan perhitungan usahatani. Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan dan dapat diperkirakan untuk menghasilkan produk.
Semua yang dikeluarkan dalam
pengelolaan usahatani misalnya untuk membeli bibit, pupuk, pestisida dan lain sebagainya merupakan biaya usahatani (Cahyono, 2001). Menurut Daniel (2004), biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai.
Rahim dan Hastuti (2007) menambahkan bahwa penggolongan biaya
produksi berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, petani harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditas yang dihasilkan usahataninya.
Sementara biaya
tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada apabila ada suatu barang diproduksi, misalnya biaya bahan bakar untuk traktor tangan akan meningkat apabila penggunaan traktor tangan meningkat atau makin luas lahan yang ditanami padi oleh petani, maka makin tinggi pula biaya pemupukannya.
8
Syarkowi dan Laila (2003) membagi biaya produksi menjadi lima macam yaitu : 1. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produk selama satu periode produksi (jangka pendek). 2. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya produk selama suatu periode produksi (jangka pendek). 3. Biaya total adalah merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap. 4. Biaya marginal adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu. 5. Biaya oportuniti adalah nilai suatu sumber daya jika dimanfaatkan pada kemungkinan terbaik. Mankiw (2003) mengklasifikasikan biaya produksi menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya eksplisit. 1. Biaya tetap yaitu biaya yang diperuntukkan membiayai faktor-faktor produksi yang bersifat tetap, tidak berubah walaupun produk yang dihasilkan bertambah. 2. Biaya variabel yaitu yang digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi yang sifatnya berubah-ubah atau bervariasi tergantung pada produk yang diusahakan. 3. Biaya eksplisit yaitu pengeluaran-pengeluaran pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang maupun cek untuk memperoleh faktor-faktor produksi atau bahan penunjang lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya produksi merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil atau output yang maksimal. Umumnya biaya produksi diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). II.3. Konsepsi Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang cukup penting.
Sering kali
dikatakan bahwa produksi merupakan dapurnya suatu perusahaan, apabila kegiatan dalam suatu perusahaan terhenti maka kegiatan dalam perusahaan tersebut akan ikut terhenti pula.
9
Kegiatan produksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan. Oleh karena itu, kegiatan produksi disebut sebagai sistem. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem produksi adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan produk, mencakup pemilihan jenis produk dan jumlah produk yang akan diproduksi. 2. Perencanaan lokasi usaha, pemilihan lokasi usaha harus bisa memberi keuntungan bagi kemajuan usaha di masa mendatang. 3. Perencanaan standar produksi, berguna untuk mempermudah pengendalian kualitas produk. 4. Pengendalian produksi, bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan produksi. Melalui kegiatan ini diharapkan hasil produksi dapat memenuhi standar dan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan (Tim Penulis PS, 2008). Produksi juga merupakan segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang. Jika penambahan kegunaan disebabkan oleh perubahan bentuk, dikatakan bahwa perubahan telah menciptakan kegunaan bentuk (form utility). Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, proses produksi juga harus memperhatikan proses-proses produksi yang digunakan dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang tersedia, produksi diharapkan tidak hanya menghasilkan produk berupa barang ataupun jasa, tetapi juga dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Menurut Rahim dan Hastuti (2005), proses produksi atau lebih dikenal dengan budidaya tanaman atau komoditas pertanian merupakan proses usaha bercocok tanam atau budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar tersebut dijadikan bahan baku untuk menghasilkan bahan setengah jadi atau barang jadi. Rahim dan Hastuti (2007) menambahkan bahwa model yang sering digunakan dalam fungsi produksi terutama fungsi produksi klasik adalah The Law of Diminishing Return. Modal ini menjelaskan hubungan fungsional yang mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Bila input dari salah satu sumber daya dinaikkan dengan tambahan yang sama per unit waktu, sedangkan input dari sumber daya yang lain dipertahankan agar tetap konstan. Produk akan meningkat di atas suatu titik tertentu, tetapi peningkatan output tersebut cenderung mengecil.
10
Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan atau nilai guna suatu barang, dimana kegunaan suatu barang tersebut akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi (Putong, 2003).
Selanjutnya Sugiarto (2005) menambahkan bahwa produksi
adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa produksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain atau disebut sistem yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang, yang mana kegunaan suatu barang tersebut akan bertambah bila barang tersebut mampu memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. II.4. Konsepsi Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan total (total revenue) menurut Mankiw (2003) pada dasarnya adalah jumlah yang dibayarkan oleh pembeli dan yang diterima penjual suatu barang yaitu harga barang (price) dikalikan jumlah barang yang terjual (quantity). Sugiarto (2005) menambahkan penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : TR = P x Q Dimana : TR = Total Revenue (Penerimaan Total) P
= Price (Harga)
Q
= Quantity (Jumlah Produksi) Menurut Soekartawi (2002), dalam menghitung penerimaan usahatani ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian karena tidak semua produksi pertanian dapat dipesan secara serentak. 2. Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali sehingga diperlukan data frekuensi jalan, selain itu produksi juga mungkin dijual dalam beberapa kali dengan harga jual yang berbedabeda.
11
3. Jika pendapatan usahatani menggunakan responden petani, diperlukan teknik wawancara dengan baik untuk membantu petani meningkatkan kembali produksi dan hasil penjualan yang diperoleh. Menurut Hernanto (2001), penerimaan usahatani dapat berupa hasil penjualan produksi usahatani, produk yang dikonsumsi petani selama kegiatan usahataninya dan kenaikan nilai investasi.
Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai
produksi di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang, yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani itu sendiri adalah pemasukan dari semua sumber usahatani yang meliputi : 1. Nilai penjualan hasil 2. Jumlah penambahan inventarisasi 3. Harga produksi Pendapatan merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh seorang petani dari hasil penjualan produknya. Menurut Oktavia (2000), pendapatan merupakan penerimaan dari suatu hasil yang telah dikurangi dengan biaya-biaya selama proses produksi. Pendapatan petani lebih besar apabila petani dapat menekankan biaya yang dikeluarkan serta diimbangi dengan produksi yang tinggi dan harga yang baik. Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan adalah semua penerimaan dari hasil penjualan produksi setelah dikurangi seluruh biaya. Apabila didefinisikan pendapatan sebagai selisih dari hasil produksi dengan nilai dari faktor produksi yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan adalah jumlah atau nilai yang diterima oleh seorang petani atau produsen dari hasil penjualan produknya setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi baik langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses produksi.
Sedangkan penerimaan adalah nilai atau jumlah total yang
diterima oleh petani atau produsen sebelum dikurangi dengan biaya-biaya selama proses produksi, atau dengan kata lain penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual.
12
III. PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kuliah Lapangan diselenggarakan pada tanggal 27 Juli 2009 sampai dengan 27 Agustus 2009. Lokasi kegiatan Kuliah Lapangan di laksanakan di Green House Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung Provinsi Bangka Belitung. III.2 Metode Kuliah Lapang Metode yang digunakan pada kuliah lapang ini yaitu metode partisipasi aktif. Partisipasi aktif adalah suatu metode memperoleh keterangan yang ada di lapangan untuk mendapat gambaran tentang keadaan lokasi yang bersangkutan dengan berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan yang dilakukan. Kemudian baru dilakukan observasi dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan di lapangan, guna mendapatkan data-data yang valid seputar materi yang akan di butuhkan. III.3. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi (pengamatan ) Metode observasi atau pengamatan langsung dilapangan dalam pengumpulan data oleh peneliti yang dilakukan dengan tekhnik observasi. Tekhnik ini data diperoleh dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen. Pegamatan berupa suatu rencana kerja yang dilaksanakan dalam usahatani pembibitan tanaman lengkeng. 2. Wawancara Langsung Wawancara
merupakan
suatu
proses
interaksi
dan
komunikasi
dengan responden. Untuk mendukung wawancara, maka tekhnik wawancara tersebut menggunakan beberapa pertanyaan secara garis besar. 3. Studi Pustaka Yaitu pengambilan data dengan cara membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan permasalahan penilitian yang bersifat dapat melengkapi data yang didapat dilapangan.
13
III.4. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh di lapangan diolah secara manual, selanjutnya data ini ditabulasikan dan dianalisis secara matematis serta dijelaskan secara deskriptif kualitatif. Untuk menjawab permasalahan yang pertama yaitu tentang pendapatan dan tingkat keuntungan, menurut Sugiarto (2005) digunakan rumus matematis sebagai berikut : TC = TFC + TVC TR = P x Q Pd = TR – TC Dimana : TC
: Total Cost (Biaya Total)
TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total) TVC : Total Variable Cost (Biaya Variabel Total) TR
: Total Revenue (Penerimaan Total)
P
: Price (Harga)
Q
: Quantity (Jumlah Produksi)
Pd
: Pendapatan
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Sejarah BPTP Provinsi Bangka Belitung. Sejarah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung di mulai dengan pembentukkan Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) sub Stasion Bangka yang di dirikan pada tahun 1973, yang tugas dan fungsinya adalah melakukan berbagai penelitian tanaman industri khususnya tanaman perkebunan. Sejalan dengan perkembangan penelitian saat itu, pada tahun 1980 di tingkatkan menjadi sub Balai Tanaman Industri. Pada tahun 1985 berubah nama menjadi Kebun Percobaan Petaling. Pada tahun 1994 berubah menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Petaling Bangka yang kemudian menjadi Kebun Percobaan Petaling dibawah Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) Bogor pada tahun 2001. IV.2. Keadaan Fisik dan Topografi Kebun Percobaan BPTP Provinsi Bangka Belitung. Lokasi kebun percobaan BPTP berada di bagian belakang gedung perkantoran inti BPTP yang terletak sekitar 4 km dari Kotamadya Pangkalpinang. Kebun percobaan (KP) BPTP ini berada di atas ketinggian tempat 20 km diatas permukaan laut. Topografi daerah ini sedikit bergelombang dengan suhu rata – rata bulan adalah 27,6oC serta rata – rata curah hujan 170,5 mm. Daerah ini merupakan lahan yang jenis tanahnya podzolik merah kuning. IV.3. Analisis Usahatani Pembibitan Tanaman Lengkeng a. Sewa Lahan Lahan yang digunakan adalah milik BPTP sendiri. Dengan jumlah batang atau pohon inti 5 pohon yang terdiri dari 3 batang lengkeng pingong dan 2 batang lengkeng diamond river. Tinggi ke-5 tanaman tersebut ± 4 – 5 meter di atas permukaan tanah. Berdasarkan jumlah tanaman yang dijadikan persediaan batang atas untuk perbanyakkan maka luas lahan yang digunakan adalah 10 m x 5 m (50 m2) dengan sewa per tahun Rp.1.500.000,-/ha/thn.
15
Tabel 1. Biaya Sewa Lahan. Luas Lahan 10 m x 5 m (50 m2)
Harga Sewa Lahan/ha/thn Rp.1.500.000
Total Harga Sewa Lahan/ha/thn Rp.75.000,-
b. Biaya Alsintan Alat yang digunakan BPTP untuk perbanyakkan pembimbitan adalah Sprayer, cangkul, parang, gunting pangkas, pisau silet. Perhitungannya sebagai berikut : Tabel 2. Biaya Penyusutan Alsintan per Tahun Umur Ekonomi s 3
Total Biaya Penyusutan/th n Rp.116.666,-
0
4
Rp. 37.500,-
3 0ns
Rp.50.00
2
Rp.
Pisau Silet
1 kotak
0
1
Rp. 18.000,-
5
Plastik Sungkup
3 0ns
Rp.
2
Rp.
7.500,-
6
Tali Rafia
2 gulung 5.000
2
Rp.
5.000,-
7
Polyback Ukuran 3 kg
18 kg
Rp.18.00
2
Rp.225.000,-
8
Polyback Ukuran 5 kg
18 kg
0
2
Rp.225.000,-
9
Gunting Pangkas
3
Rp.
3
Rp. 35.000,-
No .
Alsintan
Unit
Harga/un it
1
Cangkul
7 buah
Rp.50.00
2
Sprayer
3 buah
3
Plastik Pembalut
4
7.500,-
5.000 Rp. 5.000 Rp.25.00 0 Rp.25.00 0 Rp.35.00 0 Total Biaya
Rp.677.166,-
Jadi, Biaya penyusutan alsintan yang dikeluarkan selama 1 tahun adalah Rp.677.166,IV.3.1. Biaya Variabel
16
Adapun biaya – biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pembibitan tanaman lengkeng selama 1 tahun. Perhitungannya sebagai berikut : Tabel 3. Biaya Benih No. Keterangan Jumlah 1 Bibit (Batang Bawah) 1000 Total Biaya Tabel 4. Biaya Pasir Untuk Pembibitan No. Keterangan 1 Pasir Total Biaya
Harga/unit Rp.5.000
Jumlah 400 kg
Total Harga Rp.5.000.000,Rp.5.000.000,Total Harga Rp.350.000,Rp.350.000,-
Tabel 5. Pemeliharaan Batang Bawah No. 1 2
Keterangan Pupuk Daun (NASA)
Kebutuhan 2 botol
Harga per kg Rp.50.000
Total Harga Rp.100.000,-
Pupuk Kandang
100 kg
Rp.
500
Rp. 50.000,-
1 kg
Rp.12.000
Rp. 12.000,Rp.162.000,-
3 NPK (Wayang) Total Biaya
Tabel 6. Pemeliharaan Batang Atas No. 1
Keterangan Pupuk Daun (NASA)
Kebutuhan 3 botol
Harga per kg Rp.50.000
Total Harga Rp.150.000,-
2
Pupuk Kandang
100 kg
Rp.
500
Rp. 50.000,-
3
NPK (Wayang)
3 kg
Rp.12.000
Rp. 36.000,-
4
KCL
20 kg
Rp. 8.000
Rp.160.000,-
50 kg
Rp. 1.000
Rp. 50.000,Rp.446.000,-
5 Dolomit Total Biaya
Tabel 7. Biaya Pestisida Batang Atas dan Batang Bawah No Jenis . Pestisida 1. Fungisida Total Biaya
Kebutuhan per aplikasi
Harga
1 kg
Rp.80.00 0
Total Aplikas Harga i 3 kali Rp.240.000, Rp.240.000, -
17
Tabel 8. Biaya Tenaga Kerja No Jenis Kegiatan . 1 Penyediaan Tanah 2
Jumlah HOK 2
Persiapan, pencampuran dan
2
pengisian media 3
Penanaman
2
4
Penyambungan
2
5
Pemeliharaan
25
6
Penyiangan gulma
7
Pengendalian hama dan penyakit
3kali x 2 OH 3kali x 2 OH
Harga Satuan
Total Harga
Rp.50.00
Rp.
0
100.000,-
Rp.50.00
Rp.
0
100.000,-
Rp.50.00
Rp.
0
100.000,-
Rp.50.00
Rp.
0
100.000,-
Rp.50.00
Rp.1.250.00
0
0,-
Rp.50.00
Rp.
0
300.000,-
Rp.50.00
Rp.
0
300.000,Rp.2.250.00 0,-
Total Biaya Jadi, total biaya tenaga kerja periode 1 tahun adalah Rp.2.250.000,IV.4. Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya – biaya yang dikeluarkan akan diuraikan berdasarkan data biaya – biaya yang tertera, sebagai berikut : Tabel 9. Biaya Total No. 1
Biaya Total Sewa Lahan
2 Biaya Penyusutan Alsintan per Tahun Total Biaya
Jumlah Rp. 75.000,Rp.677.166,Rp.752.166,-
18
Tabel 10. Biaya Variabel No. 1
Biaya Variabel Biaya Benih
Jumlah Rp.5.000.000,-
2
Biaya Pasir
Rp. 350.000,-
3
Pemeliharaan Batang Bawah
Rp. 162.000,-
4
Pemeliharaan Batang Atas
Rp. 446.000,-
5
Biaya Pestisida Batang Atas dan Batang Bawah
Rp. 240.000,-
6 Biaya Tenaga Kerja Total Biaya
Rp.2.250.000,Rp.8.448.000,-
IV.4.1 Total Cost (Biaya Total) TC = TFC + TVC = Rp.752.166,- + Rp.8.448.000,= Rp.9.200.166,IV.4.2 Penerimaan Total Hasil panen bibit yang diperoleh selama periode 1 tahun adalah 500 bibit lengkeng dengan pembagian 150 untuk sambung susu dan 350 untuk sambung pucuk. Harga jual untuk penyambungan dengan mengunakan sambung pucuk Rp.50.000 dan penyambungan dengan sambung susu dijual dengan harga Rp 150.000. TR1 = P x Q
TR2 = P x Q
= Rp.50.000,- x 350
= Rp.150.000,- x 150
= Rp.17.500.000,-
= Rp.22.500.000,-
Keterangan TR1 = Total Penerimaan dari bibit Sambung Pucuk TR2 = Total Penerimaan dari bibit Sambung Susu Jadi, Total Penerimaan dari bibit sambung pucuk dan sambung susu adalah : = Rp.17.500.000,- + Rp.22.500.000,= Rp.40.000.000,-
19
IV.4.3. Pendapatan Pendapatan yang di peroleh BPTP dari penjualan bibit lengkeng dalam periode 1 tahun adalah sebagai berikut : Pd = TR – TC = Rp.40.000.000,- - Rp.9.200.166,= Rp.30.799.834,-
20
Analisis usahatani pembibitan lengkeng di BPTP provinsi Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini : Tabel 11. Analisis Usahatani Pembibitan Lengkeng per tahun Biaya A. Biaya Tetap - Sewa Lahan
Rp.
75.000,-
- Biaya Penyusutan Alsintan per tahun
Rp.
677.166,-
B. Biaya Variabel - Benih
Rp. 5.000.000,-
- Pasir
Rp.
350.000,-
- Pemeliharaan Batang Bawah
Rp.
162.000,-
- Pemeliharaan Batang Atas
Rp.
446.000,-
- Biaya Pestisida Batang Atas dan Batang Bawah
Rp.
240.000,-
- Biaya Tenaga Kerja
Rp. 2.250.000,-
Total Biaya
Rp. 9.200.166,-
Penerimaan
Rp.40.000.000,-
Pendapatan
Rp.30.799.834,-
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis rumuskan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan dan Kuliah Lapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Besarnya biaya produksi yang di keluarkan pada usahatani pembibitan lengkeng di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung yaitu Rp. 9.200.166,-. dalam periode 1 tahun 2. Besarnya penerimaan yang di peroleh di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bangka Belitung yaitu Rp.40.000.000,-. Sedangkan untuk besarnya pendapatan yang di peroleh di BPTP Provinsi Bangka Belitung yaitu Rp.30.799.834,-. dalam periode 1 tahun V.2. Saran Berdasarkan Kuliah Lapangan yang telah penulis jalani, maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan guna memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini serta segala kegiatan yang berkaitan dengan usahatani pembibitan tanaman lengkeng (Nephelium logan) pada khususnya, yang diantaranya sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan produksi yang maksimal hendaknya digunakan varietas – varietas yang unggul, supaya hasil usahatani menjadi lebih besar. 2. Sebaik nya digunakan alat – alat pendukung yang steril sehingga tingkat keberhasilan penyambungan menjadi lebih tinggi. 3. Perlu di ikut sertakannya Biaya Produksi Rata – rata per 1 bibit untuk mengetahui keuntungan yang akan didapatkan dari usahatani pembibitan tanaman lengkeng (Nephelium logan).