Makalah Ka Siska.docx

  • Uploaded by: lastiar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ka Siska.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,841
  • Pages: 41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

B . Tujuan 1.Tujuan umum Mampu menerapkan tentang asuhan keperawatan pasien dengan Vertigo 2. Tujuan khusus a.Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit vertigo b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien vertigo c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan vertigo d.Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada pasien vertigo e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien vertigo

1

C. Metode penulisan Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet. D. Manfaat Penulisan Agar penulis bisa lebih mengetahui tentang Asuhan keperawatan selama praktek di Rumah sakit santa Elisabeth batam dan juga memenuhi tugas dalam praktik profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah Prodi Ners semester 1 di Hangtuah Tanjung pinang.

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS I . KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya

menjadi

serasa

'berputar'

ataupun

melayang.

Vertigo

menunjukkan

ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal. 1. Jaringan syaraf a. Neuron Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel; serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2) Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)

b. Transmisi sinap Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik iniyang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)

c. Neutransmiter Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)

4

2. Sistem Syaraf Pusat a. Otak Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible.(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157) b. Cerebrum Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel saraf. Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital. Dapat dilihat pada gambar 2. 2 di bawah. 1) Lobus Prontal Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara. 2) Lobus parietal Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran. 3) Lobus temporal Mengandung area auditorius, tempat tujuan area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi bau dan penyimpanan bahasa. 4) Lobus occipital Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna refleks visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.

5

c. Batang Otak Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh 1) Otak tengah berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervus kranial III dan IV, 2) Pons 3) Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks pernafasan. 4) Medula oblongata Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.

d. Cerebellum Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11) e. Hipotalamus Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 159) f.Thalamus Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)

6

g.Sirkulasi serebral Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit. Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internaldibentuk dari percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang (Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior. Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat gambar 2.5) yang dibentuk dari cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri – arteri pada sirkulus willisimemberi rute alternatif pada aliran darahjika salah satu peran arteri mayor tersumbat. Gambar 2. 5: Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda panah. A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans anterior. C. Arteri serebri anterior yang menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior yang secara embrionik berasal dari arteri interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans anterior. MCA, arteria serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior. PCA, arteria serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis inferior anterior. PICA,arteri serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau

7

infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak yang terserang. h. Medula Spinalis Medula Spinalis atau sum-sum tulang belakang bermula pada medula oblongata. Fungsi medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.

3.Sistem Saraf Perifer Sistem Saraf Perifer terbagi atas Saraf Spinal dan Saraf Kranial a.

Saraf Spinal

Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas : 1)

8 pasang Saraf Servikal

2)

12 pasang Saraf Torakal

3)

5 pasang Saraf lumbal

4)

5 pasang Saraf Sacral

5)

1 pasang Saraf Coccigeal

b.

Saraf Kranial

Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial yang masingmasing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:

C. Etiologi 1. Otologi24-61% kasus a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) b) Meniere Desease c) Parese N VIII Uni/bilateral d) Otitis Media 2. Neurologik 23-30% kasus a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum b) Ataksia karena neuropati c) Gangguan visus d) Gangguan serebelum e) Gangguan sirkulasi LCS 8

f)

Multiple sklerosis

g) Vertigo servikal 3. Internakurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler a) Tekanan darah naik turun b) Aritmia kordis c) Penyakit koroner d) Infeksi e) < glikemia f)

Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. . Psikiatrik > 50% kasus a) Depresi b) Fobia c) Anxietas d) Psikosomatis

5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.

D. Manifestasi Klinik Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang 9

dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala : 1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan 2. Merasakan mual yang luar biasa 3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual 4. Gerakan mata yang abnormal 5. Tiba - tiba muncul keringat dingin 6. Telinga sering terasa berdenging 7. Mengalami kesulitan bicara 8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar 9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

E. Komplikasi 1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan. 2. Kelemahan otot 10

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

F. Patofisiologi dan Pathway Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

11

PATWAY VERTIGO Ukuran lensa mata

Trauma Serebrlum

Aliran darah kotor

tidak sama

Infeksi

pada

telinga dalam

Vertigo

Penurunan fungsi

Tekanan

kognitif

kranial

intra

Stres berat

Tekanan pada otot lemah

Cemas: koping indifidu tidak efektif Nyeri

gangguan pola tidur

gannguan mobilitas

G. Pemeriksaan Penunjang Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain: 1. Pemeriksaan fisik a) Pemeriksaan mata b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh c) Pemeriksaan neurologik d) Pemeriksaan otologik e)

Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus a) ENG b)

Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik 3. Pemeriksaan tambahan 12

a) Radiologik dan Imaging b) EEG, EMG

H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti : a) Anti kolinergik  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam b) Simpatomimetika  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler  Golongan antihistamin Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah : i.

Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

ii.

Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari : a) Terapi kausal b) Terapi simtomatik c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama. b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

13

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat. d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi. e)

Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang

belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari. f)

Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk

rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.

14

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A.

Pengkajian

1)

Identitas Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,

suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat. Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.

2)

Riwayat Kesehatan Klien Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo hal –

hal sebagai berikut : a) Alasan Masuk Perawatan Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan. b) Keluhan Utama Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo berupa pusing seperti berputar. c) Riwayat Kesehatan Sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu : P:

Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya klien mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan dirasakan berkurang bila klien beristirahat.

Q:

Qualitas: Kualitasdari suatu keluhan atau penvakit yang dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang dirasakan seperti berputar.

R:

Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. pada klien dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada daerah kepala. 15

S:

Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan skala nyeri (0-5)

T:

Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.

d) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya. e) Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan penyakit turunan. f)

Riwayat Psikososial Apabila mengkaji pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga lingkungan rumah dan pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari rumah, adanya kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi psikososial klien penting untuk dikaji.

3)

Data Biologis dan Fisiologis Meliputi hal-hal sebagai berikut : a) Pola Nutrisi Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan napsu makan, serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi, biasanya pada klien dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut yang diakibatkan karena peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial). b) Pola Eliminasi Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan. c) Pola Istirahat dan Tidur 16

Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo

akan mengalami gangguan

istirahat tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat. d) Pola Aktivitas Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala. d) Pola Personal Hygiene Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo akan tergantung pada orang lain dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan aktivitas fisik atau kelemahan. 4)

Pemeriksaan Fisik a) Keadaan Umum Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan mengalami kesadaran, kadang tampak lemas. b) Pemeriksaan Persistem (1) Sistem Persarafan Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi orang, waktu, dan tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien mengingat kejadian sebelum dan sesudah sadar. Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran dimana klien sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuh. (2) Sistem kardiovaskuler Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradicardi, dan kemudian takikardi dan iramanya tidak terarah.

17

(3) Sistem Pernafasan Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak karena terjadi penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada trakeogrankeolus irama nafas tidak teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi cepat dan dangkal. (4) Sistem musculoskeletal Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek . (5) Sistem eliminasi Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau trikontinen dalam BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiporat remia atau sipokalemia. 5)

Data Psikologis Menurut (Keliat, 2006 : 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu : a) Citra tubuh Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya. b) Ideal diri Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap penyakitnya. Klien dengan vertigo berharap akan sembuh seperti sediakala. c) Harga diri Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien dengan vertigo mengalami penurunan harga diri. d) Identitas Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya tidak bisa berjalan dengan baik. e) Peran Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang. 18

6)

Data Sosial dan Budaya Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan

keluarga, tetangga,

masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan support sistem (Keliat, 2006 :78) 7)

Stresor Setiap faktor yang menentukan stress atau menaganggu keseimbangan. Seseorang

yang mempunyai stresor akan mempersulit dalamproses suatu penyembuhan penyakit. 8)

Koping Mekanisme Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang

dihadapi (Keliat, 2006 :78). 9)

Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu

dikaji agar tim

kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien 10) Data Spiritual Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78). 11) Data Penunjang a) Farmakoterafi Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat b) Prosedur Diagnostik Medik c) Pemeriksaan Laboratorium

19

Pengkajian Data Keperawatan

a)

Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b)

Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan

c) Integritas Ego Faktor

faktor

stress

emosional/lingkungan

tertentu,

perubahan

ketidakmampuan,

keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan e) Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema. f)

Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g)

Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). 20

h)

Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit

i)

Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul : 1. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis 2. Nyeri akut b/d agen injuri biologi 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah

no

Diagnosa keperawatan

Tujuan Intervensi

Intervensi keperawatan

1.

Mual

NOC:

Intervensi NIC:

mekanisme

Tingkat

1.penatalaksanaan

neurofarmakologi

kenyamanan:perasaan

b/d

stimulasi

lega

peningkatan

secara fisik dan psikologis

cairan

Keseimbangan

komplikasi

cairan:

cairan

:

keseimbangan

dan

pencegahan

keseimbangan cairan dalam

2.pemantauan

ruang

pengumpulan dan analisis data

intraseular

dan

ekstraselular tubuh Status

nutrisi:

klien

cairan

untuk

:

mengatur

asupan

keseimbangan cairan

makanan dan cairan: jumlah

3.pemantauan nutrisi

makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh dalam 24 jam



Aktivitas keperawatan: pantau gejala subyektif mual pada klien

Tercapai

setelah

menjalani 

perawatan selama 3 hari

pantau

adanya

peningkatan

berat badan 

pantau

tingkat

energy,

malaise,keletihan, kelelahan.

Criteria hasil: 



Berat badan stabil



Tidak tedapat mata cekung 

21

Pantau turgor kulit Ajarkan

klien

tehnik

napas

 

dalam

Hidrasi kulit tidak terganggu keseimbangan asupan dan 

haluaran dalam 24 jam 

klien melaporkan tidak mual



 menunjukkan keseimbangan  sedang,

berat,

menekan

reflex

muntah Ajarkan

klien

untuk

makan

dengan perlahan tapi sering

cairan dengan indicator 1-5 :ekstrem,

untuk

Kolaboratif : obat antimetik sesuai dengan anjuran Naikkan bagian kepala tempat tidur pada posisi lateral untuk

ringan, tidak bermasalah

mencegah aspirasi  3.

Nyeri akut b/d agen

NOC:

injuri biologi

Tingkat

Pantau status nutrisi Intervensi NIC:

kenyamanan:

1.pemberian analgesic

perasaan senang secara fisik

2.penatalaksanaan nyeri

dan psikologi

3.sedasi

Nyeri: efek merusak: efek

sedative, memantau respon klien

merusak dari nyeri terhadap

dan

emosi kliendan perilaku yang

fisiologis

diamati

selama prosedur terapautik

sadar

:

pemberian

pemberian

dukungan

yang

dibutuhkan

Perilaku mengendalikan nyeri: tindakan

seseorang

untuk

mengendalikan nyeri

Aktivitas keperawatan :

 Tingkat nyeri: jumlah nyeri

nyeri

dengan

yang

skala

0-10

dilaporkan

dan

di

tunjukkan

Meminta klien untuk menilai menggunakan (

0-tidak

nyeri/ketidaknyamanan,

ada 10=

nyeri sangat) Tercapai

setelah

menjalani 

perawatan selama 3 hari:

Lakukan pengkajian nyeri yang komperehensif

meliputi

lokasi,

karakteristik,dll 

Bantu klien untk mengidentifikasi

Menunjukkan tingkat nyeri

tindakan pemenuhan kebutuhan

Criteria hasil: 

dengan eksterm,

indicator

1-5

:

berat,sedang,

ringan, tidak sama sekali. 

Klien mampu menunjukkan tehnik

relaksasi

secara

individual yang efektif untuk

22

rasa nyaman yang telah berhasil dilakukan

seperti:

distraksi,

relaksasi, kompres hangat atau dingingunakan positif

dengan

mengoptimiskan

pendekatan tujuan

untuk

respon

klien

mencapai Kenyamanan. 

terhadap analgesic

Klien mampu meningkatkan  konsentrasi



Bantu klien untuk lebih berfokus pada

Klien dapat tidur dengan

aktivitas

daripada

ketidaknyamanan

dengan

melakukan pengalihan melalui

efektif

televise, tape, radio,dll 

Observasi

ketidaknyamanan

verbal, khususnya pada mereka yang

tidak

mampu

mengkomunikasikannya

secara

efektif. 

Instruksikan

klien

menginformasikan

untuk kepada

perawat jika pengurang nyeri tidak dapat dicapai 

Masukkan pada instruksi saat pemulangan

klien

mengenai

pengobatan khusus yang harus dikonsumsi,

frekuensi

pemberian, efek samping, dll 4

Nutrisi

NOC:

Intervensi NIC:

kebutuhan tubuh b/d

Status gizi: tingkat zat gizi

1.Pengelolaan gangguan makan

hilangnya

yang

2.Pengelolaan nutrisi

makan, muntah

kurang

dari

nafsu mual

dan

tersedia

memenuhi

untuk kebutuhan

3.Bantu menaikkan BB

Status gizi: asupan makanan

Aktivitas keperawatan:

metabolic

dan cairan: jumlah makanan  dan cairan yang di konsumsi tubuh selama waktu 24 jam

 gizi:  keadekuatan zat gizi yang Status

gizi:

nilai

dikonsumsi tubuh

Timbang BB klien pada interval yang sesuai Tentukan BB idea klien Berikan informasi menyangkut sumber-sumber yang tersedia . seperti: konseling diet,program latihan.

Tercapai

setelah

menjalani  perawatan selama 3 hari

Diskusikan dengan klien tentang kondisi

medis

mempengaruhi BB

23

yang



Diskusikan tentang risiko yang

Klien akan mempertahankan

berkaitan dengan kelebihan atau

Criteria hasil: 

berat badan ideal 

kekurangan BB

Klien menyatakan toleransi  terhadap diet ang dianjurkan





Mempertahankan

massa

Bantu

klien

mengembangkan makan

yang

konsisten

batas normal

penggunaan energi keadekuatan

tingkat energy

24

rencana

seimbang

tubuh dan berat badan dalam

Melaporkan

dalam

dengan

dan

tingkat

BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERWATAN PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG UGD RS ELISABETH BATAM

A. Pengkajian ,Laboratorium Tgl/Jam MRS

: 18 Oktober 2016/15.00 WIB

Tgl/Jam Pengkajian

: 18 Oktober 2016/15.30 WIB

Metode Pengkajian

: Autoanamnesa dan Alloanamnesa

Diagnosa Medis

: Vertigo

I.

BIODATA

1. Identitas Klien Nama Klien

: Tn.S

Alamat

: Jl.Kavling Baru Batu aji No 3

Umur

: 58 th

Agama

: Kristen

Status Perkawinan

: Kawin

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

2. Identitas Penanggung jawab Nama

: Ny.S

Umur

: 54 th

Pendidikan

: Tamat SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jl.Kavling Baru Batu Aji No 3

Hubungan dengan klien

: Istri

25

II.

RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Keluhan Utama Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur 2. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar, nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk, Klien mengatakan sudah berobat kepuskesmas Batu aji dekat rumah tapi tidak ada perubahan . 3. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita saat ini. 5. Riwayat Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan Tn.S cukup terawat dan didaerah tempat tinggal klien tidak ada yang mengalaminya

III.

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL 1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan orang tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.S selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang rutin. 2. Pola Nutrisi/Metabolik KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Frekuensi

3 x sehari

3 x sehari

Jenis

Nasi

putih,

sayur, Bubur, kuah, air putih,

gorengan, buah kadangkadang, air putih. Porsi

1 porsi habis

¼ porsi

Keluhan

Tidak ada

Mual, tidak nafsu makan,

26

dan lidah terasa pahit serta tidak makan selama 3 hari terhitung

saat

1

hari

sebelum masuk RS Antropometri : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB Laboratorium : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL, Leukosit 15.000 mm, Trombosit : 150 .000 Clinical sign : 

Rambut

: sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.



Mata

: konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik



Kulit

: lembab, turgor kurang elastis.



Pasien merasa mual muntah

Dietary history

: Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka

makan kangkung dan sayur lodeh. 3. Pola Eliminasi Eliminasi (BAB) KETERANGAN

SEBELUM SAKIT

SELAMA SAKIT

Frekuensi

1x sehari

3 hari sekali

Konsistensi

Lunak berbentuk

Sedikit Keras

Bau

Khas

Khas

Warna

Kuning

Kuning kecoklatan, tidak ada darah

Keluhan

Tidak ada

Sulit BAB

1. Pola Aktifitas dan Latihan Klien mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain 2. Pola Istrahat Tidur Klien sebelum tidur menonton televisi baru tidur dan klien tidur siang dari jam 12.00-14.00 Sedangkan pada malam hari jam 21.00- 06.00 WIB 7 . Pola Kognitif – Perseptual 27

Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab pertanyaan dengan tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-mual, dapat mengidentifikasi tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien juga merasa nyeri. P : nyeri karena vertigo, Q :seperti ditarik-tarik, R: kedua pipi sampai sekitar mata, S:9 T : saat menundukkan dan duduk 8. Pola persepsi Konsep Diri a.

Gambaran diri/citra tubuh Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.

b. Ideal diri Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang. c.

Harga diri Tn.S mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya karena keadaan sakit yang dia alami saat ini.

d. Peran diri Tn.S mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk saat ini justru istri saya yang harus bekerja untuk biaya perawatan di rumah sakit. e.

Identitas diri Tn.S mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang seharusnya dapat memberikan sandang, papan, dan pangan.

9. Pola Seksual dan Seksualitas Tn.S mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika kondisi mereka memungkinkan. 10. Pola Peran dan Hubungan Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan kekacauan dalam rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik sehingga saat salah satu anggota warga ada yang sakit mereka saling menjenguk. 11. Pola Manajemen dan Koping Stres

28

Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur. Karena Tn.S sakit yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya. 11. Sistem Nilai dan Keyakinan Ny.S mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa agar suaminya lekas diberikan kesembuhan.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan/Penampilan Umum Kesadaran

: Composmentis

TTV

:

a) TD : 120/90 mmHg b) Pernafasan : -

Frekuensi : 22x/menit

-

Irama : teratur

c) Suhu : 36,8°C d) Nadi : -

Frekuensi

: 96x/menit

-

Irama

: teratur

-

Kekuatan

: kuat

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe a.

Kepala, Rambut

: warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam,

tidak ada kutu, terdapat ketombe. b. Mata

:

-

Palpebra

: tidak udem, tidak petosis

-

Konjungtiva

: konjungtiva tidak anemis

-

Pupil

: isokor

-

Sclera

: tidak ikterik

-

Reflek terhadap cahaya : +

-

Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

c.

Hidung

d. Mulut

: lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan 29

tidak ada gigi berlubang. e.

Telinga

: sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.

f.

Leher

: tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku Kuduk

g. Dada

:

1) Paru-paru -Inspeksi

: Bentuk dada simetris

-Palpasi

: Vocal premitus getaran kanan kiri sama

-Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru

-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi lebih pendek dari ekspirasi. 2) Jantung -Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

-Palpasi

: IC teraba di ICS 5 mid clavicula

-Perkusi

: Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal

-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.

h. Abdomen -Inspeksi

: : warna sawo matang, jaringan parut tidak terlihat, umbilicus kotor.

-Auskultasi

V.

: 30x/menit

-Perkusi

: thympani

-Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Nilai Normal Hari/Tgl/Jam Jenis dan satuan Pemeriksaan

Hasil

Keterangan

Senin, 22 Oktober GDS

100 s/d 150 mg

127 mg

Normal

2012

14-18 g/dL

12.8 g/dL

Turun

Hb

30

09.00 WIB

Leukosit

5000-10000/mm³

6000/mm³

Normal

Eritrosit

4,5-5,5 juta/mm³

4800000/ mm³

Normal

Hct

40-43 %

42 %

Normal

Eosinofil

1-3 %

0%

Turun

0%

Normal

Basofil

VI.

0-1 %

Batang

2-6 %

0%

Turun

Segmen

50-70 %

69

Normal

Limfosit

20-40 %

27 %

Normal

Monosit

2-8 %

4%

Normal

Trombosit

150000-300000 mm³

214000 mm³

Normal

MCV

82-92 mikron 3

88 mikron 3

Normal

MCH

27-32 piko gram

31 Piko gram

Normal

MCHC

32-37 %

36 %

Normal

TERAPI MEDIS Hari/ Tangga Jenis Terapi

Dosis

Jam Senin,

Cairan IV :

19/10/2016 -

Infus RL

16 tpm

Golongan

& Fungsi

&

Kandungan

Farmakologi

Cairan elektrolit

Keseimbangan cairan elektrolit

dan dalam

tubuh

-

Ranitidin

25 mg

Obat saluran cerna

Terapi

tukak

lambung, mengatasi mual

Obat Peroral : 31

e)

Terapi - Sohobion

100 mg

Vitamin B

defisiensi

Vit B1, B6, & B12

Mengobati vertigo - Mertigo

6 mg

Antineoplastik,

dan

Imunosupresan

berhubungan dengan

yang

gangguan

keseimbangan

32

VII.

ANALISA DATA No

Hari/tgl/jam

Data Fokus

Problem

Etiologi

1

Rabu,

DS: pasien mengatakan pusing Gangguan

Agen

19-10-2016

berputar-putar.

rasa

biologi

15.30 WIB

P: nyeri karena vertigo

nyaman

Q : seperti ditarik-tarik

(nyeri akut)

TTD cedera

R : kedua pipi sampai sekitar mata S:9 T : Saat duduk / menunduk DO: 1. TD : 170/100 mmhg 2. S : 380C 3. N : 96x/mnit 4. RR : 22x/mnit 5. Pasien tampak meringis kesakitan 6. Pasien tampak resah 2

Rabu,

19- DS :

Pasien mengatakan nafsu Resiko

Tidak

10-2016

makan berkurang, mual muntah, nutrisi

15.30 WIB

dan lidah terasa pahit serta tidak kurang dari intake makan selama 3 hari dan hanya kebutuhan minum air putih.

tubuh

DO :A : BB : 64kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 kgBB B : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL C : Pasien tampak mual muntah 2. Turgor kurang elastis 3. Pasien tampak lemas 4. Konjungtiva tidak anemis

33

adekuatnya

makanan

D : Menghabiskan ¼ porsi makan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan Agen Cedera Biologi

2.

Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake makanan C.INTERVENSI DAN RASIONAL No Hari/ Tanggal Diagnosa dan jam

Tujuan

Intervensi

Rasional

TTD

Setelah

a.Pantau

a.Mengetahui

dilakukan

intake

Keparawatan danKriteria Hasil

1

Rabu/

19 Resiko

oktober 2016

nutrisi

dan keseimbangan

kurang dari tindakan

output pada nutrisi

kebutuhan

pasien

tubuh

keperwatan

b.d 1x24

jam b.Timbang

pada

tubuh pasien b.Untuk

tidak

masalah

BB pasien

adekuatnya

nutrisi

c. Anjurkan BB pasien

intake

kurang

makanan

kebutuhan tubuh

dari makan

dengan

c. Menaikkan

sedikit tapi BB

dapat sering

teratasi

memantau

d.Beritahu

agar

pasien nafsu

makan pasien

KH pada pasien bertambah

Sbb

dan

selain

a.Nafsu

keluarga

mendapatkan

makan

untuk

gizi yang baik

bertambah

makan

hal ini dapat

b. BB tidak makanan

pula

berkurang

yang disukai menghemat

c.Turgor

pasien

elastis pasien e.Beritahu 34

biaya d.Melakukan

tidak merasa pasien atau hal-hal

yang

lemas

klien

keluarga

d.Makan

1 tentang

porsi habis

biasa

lakukan saat

makanan

makan

yangbergizi

nafsu makan

dan

agar

tidak meningkat

mahal

e.Mengetahui diet

pasien

dan menentukan makanan 2

Rabu/

19 Gangguan

Oktober 2016

Setelah

a.Kaji nyeri a.Mengetahui

rasa nyaman dilakukan

(PQRST)

skala

nyeri b. d tindakan

Kaji

dan keadaan

Agen cedera keperawatan

keluhan

nyeri

injuri

nyeri

secara

selama 1x24 pasien

holistik

jam masalah b.Berikan

b.Mengetahui

keperawatan

posisi

tingkat

gangguan

nyaman

penurunan

rasa nyaman sesuai

nyeri

nyeri

sembuh

dapat dengan

untuk

diminimalkan kebutuhan

c.posisi yang

dengan

nyaman dapat

KH pasien

sbb:

c.

Ajarkan sedikit

Pasien sudah terapi untuk mengubah tidak

mengurangi

persepsi nyeri

meringis lagi nyeri

yang

skala

pasien

nyeri (mengubah

dirasa

menjadi 1

posisi

d.

S: 36-37 c

kepala)

teknik

N: 98 x/mnt

d.Ajarkan

relaksasi

35

dengan

TD:

120/80 teknik

dapat

mmhg

relaksasi

mengurangi

Pasien

e.Kolaborasi rasa nyeri

merasa

dengan

e.

nyaman

dokter

penghlang

dalam

rasa nyeri dan

pemberian

obat

obaaat

vertigo

Obat

untuk

analgetik dan mertigo

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI No Tgl/jam

No DX

Implementasi

1

1

a.Memantau intake dan S

Rabu jam

output pasien

15.30

b.

Evaluasi :

TTD -

pasien

mengatakan sudah

menimbang

BB minum 3 gelas

pasien

-pasien

c.Menganjurkan makan mengatakan sedikit tapi sering

jika

makan sudah habis

d.Memberitahu kepada ½ porsi dan tidak pasien

dan

keluarga mual

untuk makan makanan O yang di sukai pasien e.Memberitahu

:

Intake

meningkat dari ½

pasien porsi

menjadi

1

tentang makanan yang porsi setelah diberi banyak

mengandung obat mual

karbohidrat

dan

gizi A : Masalah nutrisi

yang cukup

teratasi

-Mengajarkan terapi

P:

Pertahan

intervensi 36

kan

2

Rabu

2

-

jam 16.00

-

Mengkaji nyeri S: (PQRST)

mengatakan pusing

Memberikan

berputar –putar

posi nyaman

yang P:Nyeri

karena

sesuai vertigo

dengan

Q:Seperti ditusuk-

kebutuhan

tusuk

pasien -

pasien

R:Nyeri

Mengajarkan terapi

kedua

pipi

untuk S:3-5

mengurangi rasa T:saat duduk dan nyeri

pada merunduk

pasien -

Mengajarkan

O:

-Pasien

teknik relaksasi meringis kesakitan

-

untuk

Pasien mengatakan

mengurangi

nyeri hebat seperti

nyeri

berputar-putar

Kolaborasi dengan dokter

tim O ;skala nyeri 3-5 dalam TD :120/80 mmhg

pemberian obat A: masalah belum analgetik mertigo (vertigo)

37

dan teratasi sebagian untuk P:Lanjutkan intervensi

Rabu

-

Pukul 17.30

-

Mengkaji nyeri

S:

(PQRST)

mengatakan sudah

Memberikan

berkurang pusing

posi

yang P:Nyeri berkurang

nyaman

-

-

pasien

sesuai S:1

dengan

O: -Pasien tidak

kebutuhan

meringis

pasien

kesakitan

Mengajarkan

Pasien

terapi

mengatakan

untuk

mengurangi rasa

nyeri

nyeri

berkurang

pada

pasien

A: Masalah sudah

Mengajarkan

teratasi

teknik relaksasi P:Lanjutkan untuk

intervensi

mengurangi

diruangan

nyeri -

lagi

Memberikan obat toramin nyeri

38

injeksi untuk

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atay ruang disekelilingnya menjadi serasa “ Berputar” ataupun melayang.Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

B. SARAN 1. Agar mahasiswa dapat lebih mengerti lagi tentang Asuhan keperawatan Vertigo juga agar para pembaca bisa mengetahui tentang penyakit Vertigo 2. Kami bangga terhadapat dosen pembimbing kami, yang telah mengajari kami dalam membuat bahan untuk seminar Vertigo ini. 3. Dalam Menyelesaikan makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen pembimbing kami.. 4. Agar para perawat dalam pelayanan kepasien lebih ditingkatkan lagi 5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen pembimbing serta semoga bermanfaat.

39

DAFTAR PUSTAKA . 1. Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara. 2. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC. 3. Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 4. Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC 5. Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit. 6. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC 7. Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC. 8. Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC. 9. Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC 10. Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 11. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. http://debyrahmad.blogspot.com/

40

41

Related Documents


More Documents from ""

Apd Baru Yaaaa.docx
April 2020 6
Isi Spo.docx
May 2020 1
Osteofikasi.docx
June 2020 5