Isi Lapkas Mata Socket.docx

  • Uploaded by: habil
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Lapkas Mata Socket.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,173
  • Pages: 27
BAB 1 PENDAHULUAN

Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata dalam rongga orbita. Soket anoftalmia juga diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, alasan kosmetik.1,2 Indikasi operasi anoftalmia bermacam - macam, seperti : trauma, tumor, ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri. Pilihan prosedur operasi juga bervariasi, seperti : eviserasi (pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan sklera, otot –otot ekstraokuli dan saraf optik), enukleasi (pengangkatan seluruh bola mata

dengan

meninggalkan

jaringan

orbita)

dan

eksenterasi.1,2

Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness), merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada penderita miopia, tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan miopia.8

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Soket Anoftalmia 2.1. Definisi Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata di dalam rongga orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu, kondisi dan bentuknya dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik operasi, tipe dan ukuran implan,serta lama pemakaian protesa mata.1,2

2.2. Epidemiologi Dari total penduduk Selandia Baru pada tahun 2010 (4.367.700 jiwa) Sebanyak 3026 orang mengalami soket anoftalmia. Dimana, penyebab kecelakaan 50% (kecelakaan kerja, kecelakaan olah raga, kecelakaan dirumah, kecelakaan lalu lintas, perkelahian, malpraktek dan kecelakaan lainnya), penyebab medis 43% (tumor, glaukoma, ablasio retina, katarak, diabetes dan medis lainnya), dan kongenital 7%.4 Anoftalmia kongenital merupakan kondisi yang sangat jarang yang memiliki tingkat prevalensi 0,18 kasus per 10.000 kelahiran di Amerika Serikat,0,19 kasus per 10.000 kelahiran di Eropa,23 kasus per 100.000 kelahiran di Spanyol dan 0,06-0,42 kasus per 10.000 kelahiran di Australia.4 Secara klasik, predileksi ras untuk anoftalmia belum dilaporkan. Namun, studi terbaru menunjukkan prevalensi yang meningkat pada beberapa kelompok etnis. Kelompok ini termasuk anak-anak Pakistan dan Skotlandia. Genetik dan lingkungan, kemungkinan mempengaruhi tingkat insiden yang tinggi dan perlu dieksplorasi lebih lanjut.4

2

2.3. Etiologi Soket Anoftalmia Soket Anoftalmia dapat disebabkan oleh salah satu dari penyebab berikut:1,2,4 1). Kongenital Berhubungan

dengan

kondisi

genetic

yang

tidak

menyebabkan

perkembangan dari vesikel optik. Gangguan genetik yang paling umum terkait dengan anoftalmia kongenital adalah mutasi fungsi dari gen SOX2, namun Gen seperti CHX10, POMT1, dan Six6 telah terlibat dalam berbagai sindrom dan penyebab non sindrom anoftalmia kongenital. 2). Didapat Anoftalmia didapat terjadi akibat trauma/ kecelakaan, tumor intraokuli (melanoma , retinoblastoma), ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri (uveitis kronis, glaukoma absolut, proliferative diabetic retinopathy, operasi mata yang tidak berhasil).

Gambar 2.1 Soket Anoftalmia Didapat.5

3

2.4. Prosedur Operasi Soket Anoftalmia Soket

anoftalmia

kadang-kadang

diperlukan

untuk

meningkatkan

kenyamanan pasien, alasan kosmetik, melindungi penglihatan mata sebelahnya atau menyelamatkan jiwa.6,7 Pilihan prosedur operasi soket anoftalmia, antara lain :1,6,7 Eviserasi : -

Pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan sklera, otot-otot ekstraokuli dan saraf optik.

-

Diindikasikan untuk kasus trauma, buta dengan nyeri, endoptalmitis.

Enukleasi -

Pengangkatan seluruh bola mata dengan meninggalkan jaringan orbita

-

Diindikasikan untuk keganasan intraokular primer (retino blastoma dan melanoma koroidal) yang tidak sesuai dengan metode terapi alternatif (misalnya iradiasi sinar eksternal, brachytherapyplak episkleral), buta dengan nyeri dan buta dengan riwayat trauma sebelumnya.

Eksenterasi -

Pengangkatan seluruh bola mata dan seluruh jaringan orbita

-

Diindikasikan untuk tumor dari sinus, wajah, kelopak mata, konjungtiva, atau ruang intrakranial yang merusak dan menyebar ke orbita, melanoma intraokular atau retinoblastoma yang telah menyebar ke luar bola mata, tumor epitel ganas pada kelenjar lakrimal, infeksi jamur,

atau

sarkoma

dan

keganasan

orbital

primer

lainnya

(rabdomiosarkoma) yang tidak respon dengan terapi nonsurgikal.

4

Setelah enukleasi atau eviskerasi dilakukan, komponen berikut diperlukan agar soket anoftalmia dapat diterima secara fungsional dan untuk mempromosikan kosmetik:1,6 -

Volume implan yang cukup yang berpusat di dalam orbita

-

Sebuah soket yang dilapisi dengan selaput konjungtiva atau mukosa dengan forniks yang cukup dalam untuk menahan protesa.

-

Kelopak mata tampak normal dan adekuat untuk menahan protesa

-

Transmisi motilitas proteasa dari implan ke protesa baik.

2.5. Implan Orbita Fungsi

implan

adalah

mengganti

volume

orbita

yang

hilang,

mempertahankan struktur orbita, dan memberikan motilitas ke protesa okular di atasnya. Implan modern biasanya berupa bola atau implan dengan proyeksi permukaan anterior dimana otot ekstraokular dapat dilekatkan. Implan bulat dapat dikelompokkan sesuai dengan bahan pembuatannya yaitu, bahan inert, seperti kaca, silikon atau metal metrilat dan bahan biointegrated, seperti hidroksiapatit atau polietilen berpori.1 Lokasi untuk implan setelah eviserasi berada di belakang atau di dalam sklera. Setelah enukleasi, mereka ditempatkan baik di dalam kapsul tenon atau di belakang kapsul tenon posterior. Sferis dapat ditutupi dengan bahan seperti sklera (homolog atau kadaver), fascia autogenous, atau vicryl mesh, yang berfungsi sebagai penghambat migrasi dan ekstrusi lebih lanjut. Penutupan aman kapsul tenon di atas permukaan anterior implan anoftalmia merupakan penghalang penting untuk ekstrusi selanjutnya.1 Cangkok lemak kulit dapat ditempatkan sebagai pengganti implan atau untuk meningkatkan luas permukaan konjungtiva. Reepitelisasi konjungtiva diatas dermis akan menambah mukosa soket. Cangkok lemak kulit dapat digunakan dengan sukses sebagai implan anoftalmia primer pada anak - anak cangkokan ini telah terbukti tumbuh seiring dengan orbita yang meluas.1

5

2.6 Efek Samping Penggunaan Protesa Mata 

Sekret Sekret merupakan keluhan umum dari pasien soket anoftalmia yang

berdampak pada kualitas hidupnya dan mungkin ada banyak penyebab yang mendasarinya. Sekret adalah produk kelenjar pada konjungtiva bulbi yang dikeluarkan oleh sel goblet. Penyebab yang paling umum adalah konjungtivitis papillary raksasa (giant papillary conjungtivitis). Patogenesis nya adalah kombinasi dari respon imunologi terhadap trauma mekanis dari protesa.5,6 Kondisi lain yang dapat menyebabkan adalah ketiadaan struktur bola mata (seperti : eksposur implan, infeksi, kista konjungtiva, granuloma, dan lain-lain). Faktor dari protesa itu sendiri (seperti : pemasangan dan penanganan yang tidak benar, frekuensi pelepasan dan pembersihan, deposit dan permukaan yang kasar) atau keadaan adneksa okuli (seperti : perubahan pada epitel konjungtiva, fungsi kelopak mata melemah, berkurangnya produksi air mata dan sistem aliran lakrimal) juga

berperan

dalam

memproduksi

sekret

pada

soket

anoftalmia.5,6,7

Dengan menggunakan skala analog visual untuk menilai sekret maka sekret dimasukkan ke dalam tiga karakteristik, yaitu :6,7 -

Frekuensi: jarang atau sering

-

Warna: mukoid, mukopurulen atau purulen

-

Kekentalan : cair atau kental Pine KR dan rekan - rekan, melaporkan bahwa sekret merupakan masalah

kedua setelah kesehatan mata normal, yang mempengaruhi 93% pasien soket anoftalmia dan memiliki karakteristik sekret yang bervariasi.6,7 Kashkouli MB dan rekan-rekan, melaporkan frekuensi sekret sering sampai sangat sering 85%, warna sekret mukoid atau mukopurulen 90% dan volume sekret sedang sampai berat pada 86% dari 50 subjek soket anoftalmia.6

Pine KR dan

rekan-rekan, melaporkan 47 % situs oftalmologis mengatakan bahwa sekret pada soket anoftalmia disebabkan oleh endapan permukaan yang terbentuk pada protesa,

6

29% disebabkan oleh penanganan protesa yang berlebihan, dan 24% oleh penyebab lain, seperti debu dan kotoran di dalam soket.6,7 Pine KR dan rekan-rekan, juga melaporkan bahwa ada hubungannya antara frekuensi pembersihan protesa dan frekuensi sekret, dimana frekuensi sekret lebih sering pada pasien yang lebih sering membersihkan protesa.7 Mata Kering Protesa yang masuk ke dalam soket anoftalmia akan kontak dengan konjungtiva, kelopak mata akan membasahi protesa dengan cairan okular dan mengumpulkan endapan di permukaannya.Intoleransi protesa sering dikaitkan dengan mata kering yang didefinisikan sebagai gangguan pada lapisan air mata yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan.7,8,9 Banyak pasien anoftalmia yang menggunakan protesa mengeluhkan mata kering, tidak diketahui apakah bentuk air mata pra kornea terbentuk di atas protesa atau tidak, namun kecukupan air mata pada soket anoftalmia adalah persyaratan untuk kenyamanan pasien menggunakan protesa.7 Kosmetik protesa yang buruk Kosmetik protesa yang buruk seperti tidak simetris dengan mata sebelahnya, ukuran protesa terlalu besar atau kecil yang dapat menyebabkan perubahan pada posisi kelopak mata (pseudoptosis atau retraksi kelopak mata), penurunan motilitas protesa, rasa tidak nyaman dan rasa sakit pada soket anoftalmia.10,11

2.7 Penatalaksanaan Dengan kehilangan mata, pasien bisa menjadi tertekan atau memiliki citra diri yang terdegradasi. Dokter mata dapat membantu pasien sebelum dan sesudah operasi dengan memberikan kepastian dan dukungan psikologis.10,11

7

Tujuan kosmetik dalam bedah anoftalmia adalah meminimalkan kondisi yang menarik perhatian anoftalmia. Upaya bedah untuk menghasilkan orbita dan kelopak mata yang simetris dan untuk mempromosikan posisi protesa dan motilitas yang baik meningkatkan kosmetik.10,11 Tidak adanya isi/bola mata menyebabkan perubahan besardalam fisiologi dan dinamika orbita, dan untuk kosmetik diperlukan suatu pengganti volume orbita dengan menggunakan autologous/homolog jaringan (cangkok lemak kulit) atau implan yang terbuat dari bahan haloplastik, yaitu biasanya dalam bentuk bola. Implan haloplastik dapat dibuat dari bahan yang berbeda, namun yang paling umum adalah polymethylmethacrylate(PMMA) dan silikon.12 Setelah operasi enukleasi atau eviserasi, konformer akrilik atau silikon langsung ditempatkan dalam forniks konjungtiva untuk mempertahankan ruang konjungtiva yang pada akhirnya akan mengakomodasi protesa.1,13 Protesa okular dipasang dalam 4-8 minggu setelah enukleasi atau eviserasi. Protesa yangidealdisesuaikan dengan dimensi yang tepat dari forniks konjungtiva setelah edema paska operasi mereda agar posisi dan motilitas protesa baik sehingga pasien merasa nyaman dan puas secara kosmetik.1 Ada perawatan tertentu yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kosmestik soket anoftalmia. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan pasien bagaimana merawat soket dan protesa mereka. Pasien harus tahu cara memasukkan dan melepaskan protesa dari soketnya. Hal ini dapat dilakukan untuk membersihkan deposit atau sekret yang terdapat diantara soket dan protesa. The American Society of Ocularists merekomendasikan pelepasan dan pembersihan protesa sebulan sekali terutama bila ada infeksi, tetapi harus segera dipasang kembali setelah irigasi soket. Protesa tidak boleh dilepas untuk periode lebih dari 24 jam.1 Sebuah protesa harus dipoles setiap tahun dan dibuat ulang kira-kira setiap 7 tahun. Pada anak-anak protesanya harus lebih sering dibuat ulang terutama pada anak usia 5 - 10 tahun.7,13 Pemberian cairan lensa kontak, air mata buatan atau lubrikan akan membantu menjaga hygiene dan kenyamanan soket anoftalmia sehari –hari.1

8

2.8 Protesa Mata Protesa mata pertama kali ada sekitar abad ke-16, yang dipelopori oleh Ambroise Pare (1510-1590). Pada saat itu bahan pilihan adalah kaca yang kemudian dikenal dengan mata kaca. Saat ini di Amerika Serikat protesa dibuat dari polymethylmethacrylate/ PMMA (acrylic).19 Protesa okular adalah mata palsu estesis untuk orang yang kehilangan bola mata. Protesa okular dipasang dalam 4-8 minggu setelah eviserasi atau enukleasi. Protesa yang ideal disesuaikan dengan dimensi yang tepat dari forniks konjungtiva setelah edema paska operasi mereda agar posisi dan motilitas protesa baik sehingga pasien merasa nyaman dan puas secara kosmetik.1

Gambar 2.2 Protesa Okular20 2.9 Prognosis Prognosis soket anoftalmia tergantung pada penyebab kehilangan mata. Penyakit sikatrikal dapat menyebabkan pengurangan forniks dan kesulitan dalam pemeliharaan protesa. Penyakit sistemik dengan respon sikatrikal yang buruk, seperti diabetes dan penyakit kolagen, dapat menyebabkan kesulitan penyembuhan dan menyebabkan ekstrusi implan. Fraktur tulang dengan trauma orbita dapat

9

menyebabkan proses peradangan yang luas, yang mempengaruhi evolusi anatomis anoftalmia.13,14 High myopia 2.10 Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia juga dapat dijelaskan sebagai kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk ke mata akan jatuh di depan retina pada mata yang tidak akomodasi. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness” atau rabun jauh.10 Miopia adalah penyebab umum yang menyebabkan pandangan kabur. Miopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang umum terjadi dengan prevalensi yang meningkat setiap tahunnya. Miopia yang tidak dikoreksi menggangu individu tersebut melihat benda jauh dengan jelas, hal ini disebabkan mata memiliki kekuatan optik yang terlalu tinggi karena kornea yang terlalu cembung atau panjang aksial bola mata yang terlalu besar.11 Miopia adalah masalah yang sangat signifikan, bukan hanya karena tingginya prevalensi, tetapi juga karena dapat berkontribusi terhadap morbiditas visual dan meningkatkan risiko kondisi yang mengancam penglihatan misalnya ablasio retina dan glaukoma.10 High myopia didefinisikan sebagai speris lebih besar dari -6,0 Dioptri. Sedangkan miopia patologis merupakan speris kurang dari atau sama dengan -8,0 atau panjang aksial lebih dari atau sama dengan 32,5 mm.

2.11 Epidemiologi

Miopia dan high myopia diperkirakan masing-masing mempengaruhi 27% (1893 juta) dan 2,8% (170 juta) populasi dunia pada tahun 2010. Menurut penelitian yang diterbitkan, prevalensi miopia paling tinggi di Asia Timur, di mana China, Jepang, Korea dan Singapura memiliki prevalensi sekitar 50%, dan lebih rendah di

10

Australia, Eropa dan Amerika Utara dan Selatan. Perkiraan awal berdasarkan data prevalensi tersebut dan data populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dihitung berdasarkan usia dan waktu, menunjukkan bahwa miopia dan high myopia akan mempengaruhi 52% (4949 juta) dan 10,0% (925 juta) masing-masing, dari populasi dunia pada tahun 2050. Global Burden of Disease menyatakan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab kebutaan nomor dua terbesar (21%) dan penyebab utama gangguan penglihatan sedang hingga berat (53%). Perkiraan dan tren demografi tersebut menunjukkan bahwa miopia merupakan penyebab utama kelainan refraksi dan dapat terus berlanjut di masa depan.13 Penelitian tahun 2011 di RSUP Sanglah, mendapatkan miopia merupakan kelainan refraksi tertinggi kedua sebesar 39,2%. Prevalensi penderita perempuan lebih tinggi (69,7%) dibanding laki-laki, dan lebih tinggi pada usia 11-20 tahun (57%).4

2.12 Faktor Risiko

Faktor risiko miopia dapat meningkat apabila melakukan sejumlah besar pekerjaan dengan jarak dekat. Jarak yang terlalu dekat akan membuat mata harus berakomodasi lebih kuat agar bayangan tetap jatuh di retina sehingga objek yang dilihat terlihat jelas. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat akomodasi mata. Apabila dalam jangka waktu yang lama lensa mata dipaksa terus menerus berakomodasi untuk memfokuskan jatuhnya bayangan benda tepat di retina, maka akan menyebabkan lensa bertambah cembung. Kecembungan lensa ini apabila mata dalam keadaan tidak berakomodasi maksimal menyebabkan sudut jatuh bayangan difokuskan tidak pada retina sehingga menyebabkan mata mengalami miopia.10 Miopia berhubungan dengan waktu yang dihabiskan untuk membaca dan mengerjakan pekerjaan jarak dekat, pendidikan bertahun-tahun, dan kemampuan akademis yang lebih tinggi.10 Faktor lingkungan yang paling berperan dalam terjadinya miopia adalah pekerjaan intensif dengan jarak dekat seperti membaca, menulis atau bekerja dengan komputer. Tingginya insiden miopia pada orang yang

11

bekerja intensif pada jarak dekat disebabkan spasme akomodatif. Selama bekerja dengan jarak yang dekat, gambar yang terlihat sedikit difokuskan di depan retina yang dapat menginduksi spasme akomodatif, deformasi gambaran pada retina dan meningkatnya panjang aksial bola mata.13 Faktor risiko yang berperan penting dalam munculnya miopia adalah riwayat miopia pada keluarga. Penelitian telah menunjukkan prevalensi miopia pada anak yang kedua orang tuanya mengalami miopia adalah sebesar 33% -60%, pada anak yang hanya salah satu orang tuanya mengalami miopia, prevalensinya adalah sebesar 23% -40%. Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika orang tua tidak memiliki miopia, hanya 6% -15% anak yang mengalami miopia.10

2.13 Etiologi

Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui pasti, diperkirakan bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik (internal) serta lingkungan (eksternal). Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, panjang bola mata, usia, jenis kelamin, dan etnik. Kelompok etnik yang berbeda menunjukkan variasi yang luas akan prevalensi miopia yakni di Asia setinggi 70-90%, di Eropa dan Amerika 30-40%, dan di Afrika 10-20%. Faktor eksternal meliputi pencahayaan saat tidur, membaca, pendidikan dan penghasilan orang tua serta aktivitas melihat dekat.14 Miopia pada dasarnya dapat terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain, hal ini menyebabkan sinar cahaya fokus pada satu titik di depan retina, tidak langsung di permukaannya. Perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa, dan akuos humor akan menimbulkan miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata, beberapa kasus miopia disebabkan oleh kombinasi faktor tersebut. Miopia biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan mungkin memiliki risiko lebih tinggi jika orang tuanya mengalami miopia. Terdapat fakta kuat yang mendukung dugaan bahwa kelainan refraksi diturunkan secara genetik. Orangtua yang menderita miopia cenderung mempunyai anak yang juga miopia.

17

Sebagian besar kasus

12

menunjukkan bahwa miopia stabil pada awal masa dewasa tetapi kadang terus berkembang seiring bertambahnya usia.11,14

2.14 Patogenesis

Insiden miopia bergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Miopia adalah inherediter monogenik atau poligenik. Inherediter monogenik jarang terjadi sedangkan inherediter poligenik terjadi lebih sering. Penelitian saat ini mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk miopia lebih dari -6.00 dioptri ditemukan pada kromosom 1-5, 7,8, 10-12, 14, 17-22. Gen yang bertanggung jawab untuk miopia kurang dari -6.00 dioptri ditemukan pada kromosom 7.13 Mata emetropik menunjukkan bahwa sinar cahaya paralel jatuh pada titik fokus pada retina, sedangkan pada mata miopia, sinar cahaya paralel jatuh pada titik fokus di depan retina, hal ini menyebabkan tidak munculnya gambar tajam pada retina ketika pasien menatap ke kejauhan. Mata miopia menunjukkan gambar yang tajam hanya dapat dihasilkan oleh objek dengan jarak yang dekat dimana sinar cahaya menyebar sebelum masuk ke mata.15 Penyebabnya antara lain bola mata yang terlalu panjang dengan daya refraksi normal dan daya refraksi yang terlalu kuat pada panjang bola mata yang normal. 15 Dikenal bentuk miopia:

1.

Miopia refraktif merupakan bertambahnya indeks bias media penglihatan dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Miopia jenis ini di kenal dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan (kornea dan lensa) yang terlalu kuat.

2.

Miopia aksial merupakan miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

13

Gambar 2.3 Refraksi pada miopia. a) bayangan sinar yang datang sejajar jatuh pada satu titik di depan retina, (b) hanya objek dekat dimana arah sinar datang secara divergen yang jatuh di satu titik pada retina, c) miopia aksial akibat dari ukuran bola mata yang terlalu panjang, d) miopia refraktif kekuatan refraksi yang berlebihan, e) miopia pada katarak nuklear dengan titik fokus ganda (Diplopia).15

2.15 Manifestasi Klinis dan Klasifikasi Kecurigaan adanya rabun jauh pada pasien bisa bergantung pada anamnesis keluhan subjektif pasien dan temuan objektif penderita. Keluhan tersering pasien berupa penglihatan kabur saat melihat jauh dan harus melihat dekat apabila melihat benda-benda yang kecil, juga cepat lelah bila membaca jauh. Seseorang yang mengalami miopia akan menyipitkan mata atau mengerutkan kening dan sering mengalami sakit kepala. Derajat beratnya miopia dibagi dalam.11 a. Miopia ringan, dimana miopia lebih kecil daripada 1-3 dioptri. b. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri. c. Miopia berat, dimana miopia lebih besar daripada 6 dioptri. Temuan gejala objektif miopia tergantung pada gangguan miopia yang didapat, yang digolongkan menjadi sederhana (simpleks) atau patologis.

14

1. Miopia simpleks: Miopia yang sering ditemukan pada usia sekolah, dengan onset pada usia 10-12 tahun. Biasanya miopia jenis ini tidak berkembang lebih jauh setelah usia 20 tahun. Refraksi jarang melebihi -6.00 dioptri. Adapun temuan klinisnya antara lain.15  Segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang juga ditemukan bola mata yang agak menonjol.  Segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan disekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik : Miopia jenis ini secara umum herediter dan akan berkembang lebih jauh secara kontinu dan independen dari pengaruh eksternal.15 Miopia patologi adalah miopia tinggi yang terkait dengan perubahan patologi terutama di segmen posterior mata. Miopia jenis ini termasuk penyakit yang cukup berat dan mempunyai konsekuensi menurunnya tajam penglihatan serta penyakit mata yang serius. Temuan klinisnya antara lain.16  Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.  Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainankelainan pada : 1.Vitreous : dapat ditemukan kekeruhan berupa kelainan-kelainan pada degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam vitreous. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks. 3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.

15

4. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

2.16

Diagnosis

Evaluasi pasien dengan miopia dengan melakukan pemeriksaan yang komprehensif terhadap mata. 1. Riwayat Pasien Komponen dari riwayat pasien termasuk keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (sacred seven), riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, penggunaan obat-obatan, riwayat alergi, dan riwayat sosial.10 Pasien dengan miopia akan mengatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan penglihatan kabur saat melihat jauh sehingga disebut rabun jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Pasien miopia mempunyai kebiasaan memicingkan matanya untuk mendapatkan efek lubang kecil.6 2. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tajam penglihatan, lakukan pada kedua mata dari jarak jauh dengan snellen chart dan jarak dekat dengan Jaeger. b. Refraksi, retinoskopi merupakan alat yang objektif dalam mengukur kelainan

refraksi.

Autorefraktor

juga

dapat

digunakan

untuk

menggantikan retinoskopi walaupun tidak dapat memberikan informasi kualitatif. c. Pergerakan bola mata dan diplopia. d. Pemeriksaan lapang pandang. e. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter atau pen light. f. Pemeriksaan funduskopi dan tekanan intraokular, dilakukan karena pasien dengan miopia berisiko tinggi untuk mengalami glaukoma, dan ablasio retina.10 Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata

16

miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid. Mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.6

2.17 Tatalaksana Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif. Permukaan refraksi mata yang mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada miopia, mengakibatkan kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengoreksi mata miopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.9 Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa sferis +0,25 dioptri. Pemeriksaan tajam penglihatan diulang dengan meminta penderita membaca semua deretan huruf snellen chart apabila tidak memberikan tajam penglihatan yang membaik berikan lensa negatif dimulai dari -0,25 dioptri, ditambahakan berturutturut -0,25 dioptri sampai pada lensa negatif terlemah penderita dapat membaca deretan huruf 6/6 pada snellen chart. Pasien yang dikoreksi dengan -2.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -2.50 dioptri mendapat tajam penglihatan yang sama, maka sebaiknya diberikan koreksi -2.00 dioptri untuk memberikan istirahat mata yang baik setelah dikoreksi.6 Koreksi miopia juga dapat menggunakan lensa kontak, lensa kontak adalah lensa yang diletakkan di atas kornea dan memiliki daya kohesi sehingga tetap menempel pada kornea, tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh di retina. Kerugian menggunakan lensa kontak adalah lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainannya kurang memperhatikan kebersihan, dan lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai terlalu lama.14

17

Miopia yang agak berat dapat dilakukan koreksi dengan LASEK (Laser Epithelial Keratomileusis), dimana dilakukan untuk koreksi miopia -6.00 dioptri, umumnya sampai -8.00 dioptri. Kekurangan dari prosedur ini adalah nyeri paska operasi. Selain itu dapat dilakukan LASIK (Laser In Situ Keratomileusis) dimana dilakukan untuk koreksi miopia -8.00 dioptri, umumnya sampai -10.0 dioptri. Komplikasi post operasi adalah dry eye, sebab banyak saraf kornea yang terpotong. Kasus miopi yang berat bisa dilakukan tindakan operasi berupa Clear Lens Extraction (CLE) yang diikuti penanaman lensa intraokuler.10 Pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah kelainan mata sejak anak-anak dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Tindakan pencegahan seperti dengan cara.10 

Ambillah waktu istirahat setiap 30 menit ketika membaca atau melakukan pekerjaan

dekat

yang

intensif.

Berdiri

dan

melihat

keluar

jendela saat beristirahat. 

Pertahankan jarak yang benar dari buku ke mata yaitu 40 - 45 cm.



Pastikan pencahayaan sudah cukup untuk membaca.



Membaca atau melakukan pekerjaan visual lainnya dengan menggunakan postur tegak yang santai.



Tentukan batas waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dan bermain video game. Duduk 5-6 meter dari televisi.

2.18 Komplikasi Komplikasi miopia adalah ablasio retina. Risiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662, pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko meningkat menjadi 1/1335, lebih dari (-10) D risiko ini menjadi 1/148. Penambahan faktor risiko pada miopia, lebih rendah tiga kali sedangkan pada miopia tinggi, meningkat secara signifikan. Komplikasi lain berupa Vitreal Liquefaction dan Detachment. Vitreus humor yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi, hal

18

ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters), pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.6 Glaukoma juga menjadi salah satu komplikasi pada miopia tinggi. Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Kedudukan mata yang menetap seperti ini, menunjukkan penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.6

19

BAB III ILUSTRASI KASUS 1. IDENTITAS PASIEN 

Nama

: Tn. M



Umur

: 32 tahun



Jenis kelamin

: Laki laki



Agama

: Islam



Pekerjaan

: Wiraswasta



Tanggal masuk

: 18 Desember 2018

2. ANAMNESIS 2.1 Keluhan Utama Mata kanan terasa mengganjal dan mata kiri terasa semakin kabur

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dating ke poli mata RSUD Tengku Rafi′an dengan keluhan Mata kanan terasa mengganjal dan mata kiri terasa semakin kabur

2.3 Riwayat Penyakit Dahulu 

Pasien pernah melakukan operasi pengangkatan bola mata dan pemasangan protesa mata tahun 2015, pasca pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.

2.4 Riwayat Penyakit Keluarga 

Tidak keluarga yang mengalami hal serupa dengan pasien

2.5 Riwayat Pengobatan Keluhan belum diberikan pengobatan sebelumnya

20

3. PEMERIKSAAN FISIK 3.1 Status Generalisata Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis

Tanda vital : 

Tekanan darah : 120/80 mmHg



Pernapasan

: 20 x/menit



Nadi

: 88 x/menit



Suhu

: 36,5 c

3.2 Status Oftalmologis OKULI DEKSTRA

OKULI SINISTRA

4/60 2/60 Ph: 4/60, S – 10.0 dioptri VISUS gerakan bola mata + protese gerakan bola mata normal (+) (+) enoftalmus (-) BULBUS OKULI enoftalmus (-) eksoftalmus (-) eksoftalmus (-) strabismus (-) strabismus (-) TIDAK DILAKUKAN TIO PEMERIKSAAN DENGAN SLIT LAMP palpebra superior palpebra superior hiperemis (-) hiperemis (-) edema (-) edema (-) entropion (-) entropion (-) ektropion (-) ektropion (-) pseudoptosis (-) pseudoptosis (-) PALPEBRA palpebra inferior palpebra inferior hiperemis (-) hiperemis (-) edema (-) edema (-) entropion (-) entropion (-) ektropion (-) ektropion (-) pseudoptosis (-) pseudoptosis (-) KML :

0 0

21

KONJUNGTIVA

Tidak ada

SKLERA

Tidak ada Tidak ada

KORNEA

COA IRIS PUPIL LENSA SOCKET ANOFTALMIC PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI PEMERIKSAAN TONOMETRI

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sulcus (+), secret (+), cairan (+) Fornix superior dan inferior cukup dalam

hiperemis (-) injeksi konjungtiva (-) injeksi siliar sekret serosa (-) subkonjungtiva bleeding (-) TIDAK IKTERIK intak (+) sikatrik (-) infiltrat (-) Keratic precipitate (-) sedang (+) reguler (+) bulat Ø 2,5 - 3 mm Jernih Tidak ada

TIDAK DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

TIDAK DILAKUKAN

4. DIAGNOSIS BANDING -

Socket anofthalmic OD + Protese dan High myopia OS

-

Socket anofthalmic kongenital OD

-

Socket syndrome OD

22

5. DIAGNOSIS KERJA Socket anofthalmic OD + Protese dan High myopia OS

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Slitlamp



Refraksi



Refraktometer

7. PENATALAKSANAAN - Irigasi rongga orbita OD - Kacamata - Ofloxacin 4 x 1

8. PROGNOSIS OD Ad vitam

: bonam

Ad funtionam

: malam

Ad sanationam

: malam

OS Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad funtionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

23

BAB IV PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli mata RSUD Tengku Rafi′an dengan keluhan mata mata kiri terasa semakin kabur dan mata kanan terasa mengganjal. Pasien menyatakan bahwa menggunakan protesa mata pada mata kanan, sesuai dengan teori bahwa pasien mengalami soket anoftalmia, yaitu ketiadaan isi / seluruh bola mata di dalam rongga orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu, kondisi dan bentuknya dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik operasi, tipe dan ukuran implan,serta lama pemakaian protesa mata.1,2 Hasil pengukuran lensa sferis pasien ditemukan hasil sebesar – 10.0 dioptri, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pasien mengalami High myopia sesuai dengan teori bahwa High myopia didefinisikan sebagai speris lebih besar dari -6,0 Dioptri.11 Prognosis pada kasus ini pada mata kanan tidak baik karna pasien tidak bisa menggunakan mata untuk melihat lagi namun pada mata kiri pasien prognosis masih baik karena penglihatan pasien masih bisa dibantu dengan penggunaan kacamata

24

BAB V KESIMPULAN Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata dalam rongga orbita. Soket anoftalmia kadang - kadang diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, alasan kosmetik, melindungi penglihatan mata sebelahnya atau menyelamatkan jiwa. Indikasi operasi anoftalmia bermacam - macam, seperti : trauma, tumor, ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri. Pilihan prosedur operasi juga bervariasi, seperti : eviserasi (pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan sklera, otot –otot ekstraokuli dan saraf optik), enukleasi (pengangkatan seluruh bola mata dengan meninggalkan jaringan orbita) dan eksenterasi (pengangkatan seluruh bola mata dan jaringan orbita). Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. High myopia didefinisikan sebagai speris lebih besar dari -6,0 dioptri. Miopia dan high myopia diperkirakan masing-masing mempengaruhi 27% (1893 juta) dan 2,8% (170 juta) populasi dunia pada tahun 2010. Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui pasti, diperkirakan bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik (internal) serta lingkungan (eksternal). Keluhan tersering pasien berupa penglihatan kabur saat melihat jauh dan harus melihat dekat apabila melihat benda-benda yang kecil, juga cepat lelah bila membaca jauh. Tatalaksana miopia dapat dilakukan dengan koreksi menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif. Miopia yang berat dapat dilakukan koreksi dengan LASEK (Laser Epithelial Keratomileusis), LASIK (Laser In Situ Keratomileusis), atau tindakan operasi berupa Clear Lens Extraction (CLE) yang diikuti penananam lensa intraokuler. Komplikasi miopia adalah abalsio retina, vitreal liquefaction dan detachment, serta glaukoma.

25

Daftar Pustaka

1. American Academy of Ophthalmology: Orbit, Eyelid, and Lacrimal System,

section 7, Basic and Clinical Science Course, 2016 – 2017, Page 111 – 119. 2. Vaughen Daniel G, Asburi Tailor, Eva-Paul: Oftalmologi Umum, Edisi 17,

Widia Medika, Jakarta 2010, Halaman 91 – 95. 3. Goldstein SM, Lane K, Kherani F. Management of the Congenital and

Acquired

Anophthalmic

Socket.

Ophthalmology

Insight

Engine.

Philadelphia. 2016. 4. Gupta. RK, Padmanabhan. TV, Prosthetic Rehabilitation of a Post

Evisceration Patient with Custom Made Ocular Prosthesis: A Case Report. Indian Prosthodontic Society. 2012. 5. Kabat. AG, Sowka. JW,Care for the Anophthalmic Patient,Ophthal Plast

Reconstr Sur. 2012. 6. Kashkouli MB et al, Tear Film, Lacrimal Drainage System, and Eyelid

Findings in Subjects With Anophthalmic Socket Discharge. American Journal Of Ophthalmology. University of Medical Sciences, Tehran, Iran. 2016:165:33-38. 7.

Pine. KR, Franzco.BS, Stewart. J. Response of the Anophthalmic Socket to Prosthetic Eye Wear. Clinical Experiment Ophthalmology. Australia. 2013:96:388-393.

8. American Academy of Ophthalmology. Refractive Errors. 2014. Tersedia

dalam

http://eyesightandsurgery.com/Data/forpatients/patienteducation/

Refractive_Errors.pdf (diakses 25 Desember 2018). 9. Guyton AC dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :

EGC. 2012. 10. American Optometric Association. Optometric clinical practice guideline:

Care of the patient with myopia. United States. 2006:7-8. 11. Upadhyay, S. Myopia, hyperopia and astigmatism: A complete review with

view of differentiation. International Journal of Science and Research. 2015;5(8):125-129.

26

12. Yu L, Li Z, Gao J, Liu J, Xu C. 2011. Epidemiology, genetics and treatments

for myopia. Int J Ophthalmol. 2011;4(6). 13. Czepita, D. Myopia: incidence, pathogenesis, management and new

possibilities of treatment. Russian Ophthalmological Journal. 2014:1;96101. 14. Hayatillah. Prevalensi miopia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Hidayatullah: Jakarta. 2011:89:95 15. Tiya. DSD, Lyrawati D, Soket Kontraktur Orbita: Definisi, Penyebab dan

Klasifikasi, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Malang. 2011 : 26 : 4. 16. Goss, DA, et all. Care of the patient with myopia. American Optometric

Association. 2006;5(7):21-22.

27

Related Documents

Isi Lapkas Mata Socket.docx
December 2019 19
Lapkas Mata Holy.docx
June 2020 5
Mata
April 2020 43
Mata
November 2019 49

More Documents from "Azurag Arrif"

Isi Lapkas Mata Socket.docx
December 2019 19
Tugas Dr Izwar.docx
April 2020 31
Ikterik Zainab.docx
December 2019 16
Milaa.pptx
December 2019 22