Lapkas Mata Apet.docx

  • Uploaded by: Alfred Tjan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapkas Mata Apet.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,376
  • Pages: 22
Laporan Kasus

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

Oleh: Alfred Budiono (16014101012)

Supervisor Pembimbing DR. dr. Vera N. Sumual, Sp. M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

Oleh

Alfred Budiono - 16014101012 Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada : Desember 2017

Mengetahui, Supervisor Pembimbing

DR. dr. Vera N. Sumual, Sp. M(K)

Residen Pembimbing

dr. Jimmy Andre 2

BAB 1 PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal, konjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks.1 Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral, toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, psudoptosis akibat kelopak

membengkak,

kemosis,

hipertrofi

papil,

folikel,

membran,

pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.1 Konjungtivitis sendiri yang merupakan peradangan pada konjungtiva merupakan penyakit mata yang paling sering di dunia dan menyerang semua usia. 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. Untuk konjungtivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum.1,2-7 Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis konjungtivitis pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R. D. Kandou

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata bagian belakang. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh sel goblet.1 Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu : 

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal ini sukar digerakkan dari tarsus.



Konjungtiva bulbi, menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya.



Konjungtiva forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.1

Gambar 1: Anatomi Konjungtiva.8

4

B. Histologi Konjungtiva Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima Iapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas sel-sei epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus' Mukus yan€i terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata.9

Gambar 2: Histologi konjugtiva.10 Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat lirnbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi

satu

lapisan

adenoid

(superfisial) dan'satu

lapisan

fibrosa

(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan lim{oid dan di beberapa tempat

dapat

germinativum.

mengandung struktur semacam Lapisan adenoid

folikel

tanpa

tidak berkembang sampai

sentrum

setelah bayi

berumur 2 atau 3 brrlan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papllar bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.9

C. Definisi konjungtivitis

5

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi menyebabkan

bisa endogen. Patogen umum

konjungtivitis

adalah

Streptococcus

yang dapat pneumoniae,

Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.1,9 D. Manifestasi klinis Manifestasi klinis konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, sensasi seperti adanya benda asing, rasa gatal, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikular. Hiperemia adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyoiok. Kemerahan paling jelas di forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pernbuluh-pembuluh konjungtiva posterior. (Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam.) Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri, dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angiry matahari, asap, dll., tetapi sesekali bisa muncul pada penyakit yang berhubungan dengan ketidakstabilan vaskular (mis., acne rosacea).9 Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh tersebut.

Kurangnya

yang hiperemik dan menambah sekresi

air

6

mata yang

jumlah

air mata

abnormal mengesankan

keratokonjungtivitis sika. Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika.9

Gambar 3: Tanda klinis konjungtivitis.10 Pada hampir semua jenis konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata di palpebra saat bangun tidur; jika eksudat sangat banyak dan palpebranya saling melengket, agaknya konjungtivitis disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Pseudoptosis adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa

jenis

konjungtivitis

berat,

keratokonjungtivitis epidemika. Hipertrofi

mis., trakoma papilar

dan

adalah reaksi

konjungtiva nonspesitik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang

7

di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat radang rnengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva. Pada penyakit-penyakit nekrotik (mis., trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat. Bila papilanya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin seperti beludru. Konjungtiva dengan papila merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia (mis.,konjungtiva tarsal merah rnirip beiudru adalah khas pada trakoma akut). Pada inJiltrasi berat konjungtiva dihasiikan papila raksasa.9 E. Etiologi Tabel 1: Etiologi konjungtivitis.11,12 Bakteri:  Neissera meningitidis  Pneumococcus: Streptococcus pneumoniae (iklim sedang)  Haemophillus Influenzae (iklim sedang)  Staphyococcus aureus  Streptococci Virus:  Konjungtivitis folikular viral akut  Demam faringokonjungtivitis oleh adenovirus tipe 3 dan 7 dan serotipe lain.  Virus Herpes Simpleks Rickettsia:  Konjungtivitis non-purulen dengan hiperernia dan sedikit infiltrasi Jamur:  Eksudatif kronik: Clamidia  Granulomatosa: Rhinosporidium seeberi

Parasit:  Thelazia californiensis  Loa loa  Ascaris lurnbrlcoides Imunologik  Reaksi hipersensitivitas segera: konjungtivitis hay fever (serbuk sari, bulu hewan)  Reaksi hipersensitivitas lambat: Fliktenulosis Kimiawi atau iritatif  Iatrogenik: Miotik, Idoxurine Etiologi tidak diketahui  Folikulosis  Rosasea okular Berkaitan dengan penyakit sistemik  Penyakit tiroid (pajanan, kongestif)  Konjungtivitis gout  Konjungtivitis karsinoid

Penyebab konjungtivitis dapat dibagi atas penyebab infeksius dan noninfeksius. Virus dan bakteri merupakan penyebab utama konjuntivitis infeksius. Konjungtivitis non-infeksius adalah: alergi, toksik, dan sikatrikal

8

konjungtivitis,inflamasi akibat proses imun, dan proses keganasan. Selain itu juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab primer dan sekunder, misalnya, gonorea, klamidia, sindrom Reiter.12

Gambar 4: Konjungtivitis bakterialis, sekret mukopurulen, hiperemia konjungtiva (kiri). Konjungtivitis viral, hiperemia konjungtiva sekret jernih seperti air (tengah). Konjungtivitis alergika, sekret mukus visous (kanan).13 F. Diagnosis Banding Konjungtivitis Konjungtivitis dapat didiagnosis banding berdasarkan gambaran klinis maupun penyebab yang mendasarinya, seperti yang tercantum pada tabel dibawah. Konjungtivitis juga perlu dibedakan keratitis dan iritis dengan perbedaan sebagai berikut. Tabel 2: Perbedaan konjungtivitis dan keratitis, iritis.1,2 Tanda

Konjungtivitis

Keratitis/Iritis

Tajam Penglihatan

Normal

Turun nyata

Silau

Tidak ada

Nyata

Sakit

Perih, rasa kelilipan

Sakit

Mata merah

Injeksi konjungtiva

Injeksi siliar

Sekret

Serous, mukos, purulen

Tidak ada

Lengket Kelopak

Terutama pagi hari

Tidak ada

Pupil

Normal

Mengecil

Tabel 3: Diagnosis banding konjungtivitis.1,9

9

Bakteri Virus

Purulen

Non-

Fungus

purulen

&

Alergi

Parasit Sekret

Sedikit

Banyak

Sedikit

Sedikit

Sedikit

Air mata

Banyak

Sedamg

Sedang

Sedikit

Sedang

Gatal

Sedikit

Sedikit

-

-

Hebat

Injeksi

Umum

Umum

Lokal

Lokal

Umum

Nodul pre-aurikula

Sering

Jarang

Sering

Sering

-

Pewarnaan usapan

Monosit

Bakteri

Bakteri

Negatif

Eosinofil

Limfosit

PMN

PMN

Kadang

Kadang

-

-

-

Sakit tenggorokan dan panas

Tabel 4: Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan tanda klinis.1,2 Tanda

Bakterial

Viral

Alergik

Toksik

TRIC

Injeksi

Mencolok

Sedang

Ringan

Ringan

Sedang

Hemoragi

+

+

-

-

-

Kemosis

++

+/-

++

+/-

+/-

Eksudat

Purulen atau

Jarang,

Berserabut

-

Berserabut

mukopurulen

air

(lengket)

(lengket)

puth Pseudomembran

+/- (Strep.,

+/-

-

-

-

C.diph) Papil

+/-

-

+

-

+/-

Folikel

-

+

-

+

+

Nodus

+

++

-

-

+/-

-

-

-

-

+

Preaurkular Panus

G. Epidemiologi 10

Prevalensi konjungtivits bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari, yang mungkin dipengaruhi oleh usia pasien, dan musim. Infeksi virus merupakan penyebab tersering konjungtivitis infeksius baik populasi keseluruhan maupun dewasa.14 Di Amerika Serikat, diperkirakan 6 juta orang menderita konjungtivits setiap tahunnya.15 Konjungtivitis adalah salah satu keluhan mata nontraumatik yang paling umum ke bagian gawat darurat (ED): 3% dari semua pasien IGD adalah pasien dengan keluhan mata, dan 30% diantaranya disebabkan oleh konjungtivitis.16 H. Patogenesis Pada konjungtivitis akibat infeksi, patogen akan memicu reaksi inflamasi yang jika tidak didukung dengan sistem imun yang kuat menyebabkan infeksi. Pada konjungtivitis bakteri terjadi respon vaskular (peningkatan permeabilitas pembuluh darah), respon seluler (pembentukan eksudat yang dihasilkan dari sel-sel inflamasi), respon jaringan (pada epitel superfisial akan bergenerasi sehingga akan terdeskuamasi), dan terjadi proliferasi pada lapisan basal epitel yang akan meningkatkan sekresi musin goblet.17 Cedera epitel konjungtiva oleh agen perusak dapat diikuti oleh edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel, atau pembentukan granuloma. Selain itu, mungkin juga terjadi edema stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel).18 Dapat ditemukan sel-sel radang termasuk neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit,

dan

sel

plasma,

vang sering kali menunjukkan

sifat

agen

perusaknya. Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukusdari sel-sel goblet untuk membentuk eksudat konjungtiva, yang menyebabkan "perlengketan" tepian palpebra (terutama di pagi hari). Sel-sel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil dengan spatula platina steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi. Bahan itu dipulas dengan pulasan Gram (untuk mengidentifikasi organisme bakteri) dan dengan pulasan Giemsa (untuk menetapkan jenis dan morfologi

11

sel). Banyaknya leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis bakteri. Secara umum, sel mononuklear dalam jumlah banyak khususnya limfosit khas untuk konjungtivitis virus.18

Gambar 5: Representasi skematik konjungtivitis folikular dan papilaris (A) Pada konjungtiva papilaris, epitel konjungtiva (biru) menutupi inti fibrovaskular dengan pembuluh darah (merah), dan stroma yang mengandung eosinofil (pink) sel plasma (lingkaran biru) (B) Pada konjungtivitis folikular, epitel konjungtiva menutupi folikel limfoid, yang memiliki bagian sentral germinal yang lebih pucat dikelilingi oleh korona yang lebih gelap, dan disekeliling stroma mengandung limfosit dan sel plasma (lingkaran biru).18 Pada konjungtivitis alergika, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva, tetapi jarang pada sediaan hapus konjungtiva; eosinofil atau granul eosinofilik biasanya ditemukan pada keratokonjungtivitis vernal (musim semi). Sejumlah besar protein yang disekresikan eosinofil (mis., protein kation eosinofil) dapat ditemukan dalarn air mata pasien konjungtivitis vernal, atopik, atau alergika. Eosinofil dan basofil terdapat pada konjungtivitis alergika, dan sebaran granul eosinofilik dan eosinofil terdapat dalam keratokonjungtivitis vernal.9,18 I. Penatalaksanaan Tatalaksana konjungtivitis sesuai etiologi yang mendasari Tabel 5: Terapi spesifik konjungtivitis sesuai dasar penyebab.12 Kategori, penyebab konjungtivitis

Konjungtivitis bakterial

Terapi spesifik Aminoglycosides  Gentamicin Ointment: 4 ×/hari 1 minggu Solusio: 1-2 tetes 4 ×/ hari 1 minggu Tobramycin ointment: 3 ×/ hari 1 minggu Florokuinolon  Ofloxacin: 1-2 tetes 4 ×/ hari 1 minggu  Ciprofloxacin ointment: 3 ×/ hari 1 minggu

12

Konjungtivitias viral (adenovirus) Konjungtivitias viral (Herpes zoster) Klamidia trakomatis Konjungtivitis alergi

Solusio: 1-2 tetes 4 ×/ hari 1 minggu Kombinasi  Trimethoprim/polymyxin B: 1 atau 2 tetes 4×/hari 1 minggu  Kompres dingin  Air mata buatan  Antihistamin Asiklovir oral 800 mg: 5 ×/hari 7-10 hari Asiklovir oral 800 mg: 5 ×/hari 7-10 hari Topikal antihistamin  Azelastine 0.05%: 1 tetes 2 ×/hari

J. Prognosis Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali koniungtivitis stafilokok (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis gonokok (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah dan meninges, septikemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis meningokokus.9

13

BAB III LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien Nama

: Tn. A L K

Umur

: 53 tahun

Pekerjaan

: PNS

Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia Agama

: Kristen Protestan

B. Anamnesis 1. Keluhan Utama Mata kanan merah 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien mengeluhkan mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Merah pada mata kanan disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di mata kanan pasien dirasakan muncul tiba-tiba dan apabila gatal, pasien sering mengucek mata kanannya dengan tangan dan tisue. Pasien baru pertama kali menderita penyakit ini. Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (), mata berair (+) minimal, Sekret (+), sukar membuka mata pada pagi hari (+).

3. Riwayat penyakit sistemik Hipertensi, Kolestrol, Asam urat. 4. Riwayat penyakit dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan sakit seperti yang sekarang sebelumnya.

14

5. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga di rumah yang mengalami sakit mata. 6. Riwayat kebiasaan Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (-). C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum

: tampak sakit ringan

Keadaan sakit

: sakit ringan

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

: 140/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, reguler, isi dan tekanan cukup

Pernafasan

: 26 x/menit

Suhu

: 36,6oC

2. Status Oftalmikus Okulus Dextra

Okulus Sinistra

Visus

6/6

6/6

Tekanan Intraokuler

Normal/palpasi

Normal/palpasi

Edema (-)

Edema (-)

Segmen Anterior Palpebra

Injeksi konjungtiva, Injeksi

Konjungtiva

silier,

hiperemi,

kemosis, Dalam Batas Normal

papil (+), sekret serosa

Kornea

Jernih

Jernih

COA

Dalam Batas Normal

Dalam Batas Normal

Iris/Pupil

Pupil: RAPD (-), bulat, Pupil: RAPD (-), bulat, refleks cahaya (+)

15

refleks cahaya (+)

Lensa

Iris: sinekia (-)

Iris: sinekia (-)

Jernih

Jernih

(+) uniform

(+) uniform

Segmen Posterior Refleks fundus Retina

Papil N. II Makula

perdarahan (-), eksudat (-), perdarahan (-), eksudat (cotton wool spot (-)

), cotton wool spot (-)

Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna vital

vital

Refleks fovea (+)

Refleks fovea (+)

D. Resume Pasien laki-laki umur 53 tahun datang ke IGD Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pasien mengeluhkan mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Merah pada mata kanan disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di mata kanan pasien dirasakan muncul tiba-tiba dan apabila gatal, pasien sering mengucek mata kanannya dengan tangan. Pasien baru pertama kali menderita penyakit ini. Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (-), mata berair (+) minimal, Sekret (+), sukar membuka mata pada pagi hari (+). Riwayat penyakit sistemik yaitu Hipertensi, Asam Urat, dan kolestrol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan visus didapatkan mata kiri 6/6 dan mata kanan 6/6. Pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebra mata kiri dan kanan dalam batas normal. Pada pemeriksaan konjungtiva mata kanan, injeksi konjungtiva, injeksi silier, kemosis, hiperemi, sekret serosa, dan papil (+). Pemeriksaan iris dan pupil dalam batas normal. Pemeriksaan lensa jernih pada kedua mata. Pada pemeriksaan mata kiri juga didapatkan RAPD (-), refleks fundus (+) uniform begitu juga dengan mata kanan dalam batas normal. E. Diagnosis OD : Konjungtivitis bakterial OS : Emetropia

16

Gambar 6 : Konjungtivitis Bakterial OD

Gambar 7: Konjungtivitis Bakterial OD

17

F. Diagnosis Banding Pterigium, Episkleritis, Keratitis G. Komplikasi Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva

dapat

mengikuti

konjungtivitis

pseudomembranosa

dan

membranosa, dan pada kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis; jika produk toksik N gonolrhoeaeberdifusi melalui komea masuk ke bilik mata depan, dapat timbul iritis toksik. Septikemia, keadaan dimana bakteri penyebab infeksi masuk dalam aliran darah dan mengganggu fungsi organ tubuh lain. Selulitis, infeksi pada lapisan dalam kulit yang menyebabkan kulit bengkak dan meradang. H. Tatalaksana Medikamentosa Pasien ini diberikan penatalaksanaan: 

Lyteers 6x1 OD ED FL



Gentamicin 1x1 OD app zalf

 Oflokafin 6x1 OD ED FL I. Prognosis  ad vitam

: bonam

 ad sanationam

: dubia ad bonam

 ad fungsionam

: bonam

18

J. Edukasi  Menjelaskan pada pasien bahwa mata kanan merah, nyeri , dan terasa mengganjal disebebkan karena konjungtivitis.  Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kontak terlalu intens dengan orang sekitar, karena konjungtivitis mudah menular.  Menjelaskan pada pasien untuk menjaga higienitas / mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata.  Menjelaskan pada pasien untuk tidak mencuci mata dengan air keran.  Meminta pasien untuk melakukan kontrol di poliklinik mata.

BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus diatas, dari anamnesis didapatkan seorang bapak usia 53 tahun, pasien mengeluhkan mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Merah pada mata kanan disertai dengan rasa gatal pada mata. Gatal di mata kanan pasien dirasakan muncul tiba-tiba dan apabila gatal, pasien sering mengucek mata kanannya dengan tangan. Pasien baru pertama kali menderita penyakit ini. Penurunan penglihatan disangkal. Nyeri (-), mata berair (+) minimal, Sekret (+), sukar membuka mata pada pagi hari (+). Riwayat penyakit sistemik yaitu hipertensi, asam urat, kolestrol. Dari gejala yang didapatkan menunjukkan diagnosis mengarah ke konjungtivitis bakterial. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 6/6, VOS = 6/6 dengan tekanan intraokuler mata kanan dan kiri normal per palpasi, pemeriksaan mata sebelah kanan ditemukan injeksi konjungtiva, injeksi silier, hiperemi, kemosis, papil (+) dan sekret serosa. Dari hasil pemeriksaan status lokalis ini menunjukkan bahwa telah terjadi infeksi pada bagian konjungtiva bulbi pada pasien, sehingga diagnosis kerja yang ditegakkan pada pasien tersebut adalah konjungtivitis bakterial.

19

Terapi yang diberikan yaitu antibiotik, dan air mata buatan. Tetes mata Floxa diberikan pada pasien sebagai tetes mata antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Pada pasien juga diberikan Cetirizine tab. Cetirizine tab merupakan obat golongan anti histamine yang dapat digunakan untuk gejala-gejala alergi. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk melindungi dari paparan dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet. Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan baik akan mengalami penyembuhan. Jika tidak diobati akan menimbulkan komplikasi dari blefaritis marginal hingga menimbulkan ulkus sampai perforasi.

BAB V PENUTUP

Pada kasus ini didiagnosa dengan konjungtivitis bakterial, ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status oftalmikus. Penanganan konjungtivitis dapat berupa penanganan medikamentosa. Edukasi tentang konjungtivitis diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan keadaan. Prognosis kasus ini adalah dubia ad bonam dengan penanganan yang tepat dan cepat. Demikianlah telah dilaporkan suatu kasus dengan judul “Konjungtivitis Bakterial” pada penderita laki-laki 53 tahun yang datang ke IGD Mata RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou, Malalayang, Manado.

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2015. 2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2003. 3. Stenson S, Newman R, Fedukowicz H. Laboratories studies in acute conjunctivitis. Arch Opthalmology.1982; 100: 1275-1277. 4. Weiss A, Brinser J, Nasae-Stewart V. Acute conjunctivitis in childhood. J Pediatr Med. 1993; 122:10-14. 5. Gigliotti F, Williams WT, Hayden FG. Etiology of acute conjunctivitis in children. J. Pediatr. 1981;98: 531-536. 6. Fitch CP, Rapoza PA, Owens S. Epidemiology and diagnosis of acute conjunctivitis at an inner-city hospital.Opthalmology. 1989;96:1215-1220. 7. Sambursky RP, Fram N, Cohen Ej. The prevalence of adenoviral conjunctivitis at the Wills Eye Hospital emergency room.Optometry. 2007;78:236-914. 8. G. Lang. Ophtalmology – A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Thieme; 2006 9. Riordan Eva P, Whitcher JP. Vaughaan and Asbury Oftalmologi Umum 17th ed. Jakarta: EGC; 2009 10. Jack J Kanski. Clinical Ophtalmology – A Systematic Approach 5th ed. Butterworth-Heinemann;2003 11. American

Academy

Panel.Preferred

of

Practice

Ophthalmology; Pattern

Cornea/External

Guidelines:

Disease

Conjunctivitis-Limited

Revision. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2011. 12. Amir A, Azari. Conjunctivitis, A Systematic Review of Diagnosis and Treatment. JAMA. 2013 October: Volume 310, Number 16 13. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology. Germany: Thieme; 2006

21

14. Fitch CP, Rapoza PA, Owens S, et al. Epidemiology and diagnosis of acute conjunctivitis at an inner-city hospital.Ophthalmology.1989;96(8):12151220Acta Ophthalmol (Copenh). 1993;71(2):165-168. 15. Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL. Cost effectiveness of a point-of-care test for adenoviral conjunctivitis.Am J Med Sci. 2008;336(3):254-264. 16. Michael A Silverman. Acute Conjungctivitis (Pink Eye). [Internet]. Available from: www.emedicine.medscape.com 17. Suprapto N, Irawati Y. Kapita Selekta Kedokteran. Konjungtivitis. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. 18. American Academy of Ophtalmology. Ophtalmic Pathology and Intraocular Tumors: Conjungctiva. American Academy of Ophtalmology; 2011.

22

Related Documents

Isi Lapkas Mata Socket.docx
December 2019 19
Lapkas Mata Holy.docx
June 2020 5
Mata
April 2020 43
Mata
November 2019 49

More Documents from "Azurag Arrif"