Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra
Oleh: Holy Poluan 16014101088 Masa KKM 12 Februari 2018 – 11 Maret 2018
Supervisor Pembimbing: DR. dr. Vera Sumual, Sp.M (K)
Residen Pembimbing: dr. Randy Kalensang
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2018 1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul : “Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra”
Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal
Februari 2018 di Bagian
Ilmu Kesehatan Mata RSUP. Prof. Dr. dr. R.D. Kandou Manado
Residen Pembimbing
dr. Randy Kalensang
Supervisor Pembimbing
DR. dr. Vera Sumual, Sp.M (K)
2
BAB I PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis diantara kulit di bagian tubuh lain. Kelopak mata merupakan bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan, sedang dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. 1,2 Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.3 Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Data Epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum adalah kelainan pada kelopak mata yang sering ditemukan dikalangan masyarakat. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah.4,5 Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.1,6 3
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Pada umumnya hordeolum yang biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri (selflimited). Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat antibiotika sistemik. Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.6,7 Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.3 Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis hordeolum eksternus pada pasien di poliklinik Mata RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.1 Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).1 1.
Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.5
2.
Musculus orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra.Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal dan bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.1
3.
Jaringan areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.1
4.
Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).1
5
5.
Konjungtiva palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.1
Gambar 1. Anatomi Palpebra1 Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).8 Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.8 Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.9 6
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.9 Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.10 Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trigeminus).10
B. Definisi Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.10
C. Klasifikasi Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum. Penjelasannya adalah sebagai berikut :2 1.
Hordeolum eksternum Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah
7
kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).11
Gambar 2. Hordeolum Eksternum 11 Sumber :Ophthalmology – A Short Textbook 2015
2.
Hordeolum internum Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).
Gambar 3. Hordeolum Internum11 Sumber : Ophthalmology – A Short Textbook 2015
D. Epidemiologi Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.11
8
E. Etiologi Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.5
F. Faktor risiko Faktor risiko hordeolum adalah sebagai berikut :8 1. Penyakit kronik. 2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk. 3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis. 4. Diabetes. 5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia. 6. Riwayat hordeolum sebelumnya. 7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih. 8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
G. Manifestasi klinis 1. Gejala 4,5 a. Pembengkakan. b. Rasa nyeri pada kelopak mata. c. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata. 2. Tanda 2,8 a. Eritema. b. Edema. c. Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata. d. Seperti gambaran absces kecil.
H. Patofisiologi Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.10 Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.10 9
I.
Penatalaksanaan Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari. Non medikamentosa3
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. 2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup. 3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. 4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi. 5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea. Medikamentosa3 Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. 1. Antibiotik topikal Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. 2. Antibiotik sistemik Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
10
Pembedahan9 Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila: -
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
J.
Prognosis Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.6
K. Komplikasi Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.11
11
BAB III LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien Nama
: FM
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Umur
: 23 tahun
Suku
: Minahasa
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Desa Palareng Lindongan 1
Pekerjaan
: Mahasiswa
B. Anamnesis 1.
Keluhan utama
: Benjolan pada kelopak mata kiri
2.
Riwayat Penyakit Sekarang : Benjolan pada kelopak mata kiri dialami
pasien sejak 4 hari sebelum ke IGD mata. Benjolan pada kelopak mata kiri juga nyeri saat ditekan. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak hilang maupun berkurang saat tidur. Kemudian kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit saat bangun tidur pasien merasa mata kiri mengeluarkan nanah. Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini. Rasa gatal pada benjolan disangkal. Riwayat digigit serangga disangkal. Riwayat trauma disangkal. Demam disangkal pasien.
2.
Riwayat keluarga
: Hanya pasien yang pernah sakit seperti ini.
3.
Riwayat kebiasaan
: Riwayat mengucak mata tanpa mencuci
tangan. 4.
Riwayat Penyakit dahulu
: Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Asam
Urat (-).
5.
Riwayat alergi
: Tidak Ada
12
C. Pemeriksaan Fisik Status generalis Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,2 °C
Thorax
: Jantung
: BI-II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru
: Sp. Vesikuler, rh (-), wh (-)
Abdomen
: Datar, lemas, bising usus (+) normal.
Extremitas
: Hangat
D. Pemeriksaan Oftalmologi Status Lokalis
Okulus Dextra
Okulus Sinistra
Pemeriksaan Objektif Visus Tekanan
6/20
6/12
Intra N/palpasi
N/palpasi
Okuli Segmen Anterior Supersilia
Rontok (-)
Rontok(-)
Palpebra
Hiperemis (-), Edema (-), Hiperemis (-), Edema (+) Sekret (-), Massa (-)
Sekret (+), Benjolan (+), Pus (+) nyeri pada palpebra
Konjungtiva
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi konjungtiva (-), sekret (+)
Sklera
Normal
Normal
Kornea
Jernih
Jernih
COA
Dalam
Dalam
Pupil
Bulat,
Refleks Bulat,
cahayalangsung/tidak
Refleks
cahayalangsung/tidak
langsung (+/+) diameter langsung (+/+) diameter pupil pupil 3mm
3mm
13
Iris
Normal
Normal
Lensa
Jernih
Jernih Segmen Posterior
Refeks Fundus
(+) Uniform
(+) Uniform
Papil
Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna vital, vital, CDR 0,3
CDR 0,3
Retina
Perdarahan (-)
Perdarahan (-)
Makula
Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal
Gambar 3. Hordeolum Internum (Sumber : dokumentasi sendiri) 14
E. Resume Masuk Seorang Laki - laki, umur 23 tahun datang ke Instalasi gawat darurat ilmu kesehatan mata RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado tanggal 18 Februari 2018, dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Benjolan terasa nyeri saat ditekan dan nyeri bersifat terus menerus. Benjolan bersifat mobile dan tidak gatal. Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit saat bangun tidur pasien merasa mata kiri mengeluarkan nanah. Riwayat gigitan serangga (-), trauma (-), alergi makanan (-). Di keluarga, hanya pasien yang mengalami sakit ini. Pada riwayat kebiasaan, pasien sering mengucak mata tanpa mencuci tangan. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen dalam batas normal dan ekstremitas hangat. Pada status oftalmologis oculus dextra tidak didapatkan kelainan. Pada oculus sinistra, visus 6/6, suprasilia tidak rontok, palpebra hiperemis (-), benjolan hiperemis (+), sekret (+), pus (+), injeksi konjungtiva (-). Pada sklera, kornea, COA, pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya kelainan.
F. Diagnosis Hordeoulum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra
G. Diagnosis banding Hordeolum Eksternum Kalazion Insect bite
H. Terapi Non farmakologi -
:
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 10 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
-
Menggunakan helm dengan kaca saat mengendarai motor
15
-
Menjaga hygine mata. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi.
-
Tidak mengucek mata, bila mata berair dibersihkan dengan menggunakan tissue bersih.
Farmakologi:
I.
-
Gentamisin 2x1 app OS
-
Doksisiklin 2x1 PO
-
Artificial tears ED 4 x gtt 1 OS
Prognosis Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: bonam
16
BAB IV PEMBAHASAN
Hordeolum ialah suatu infeksi supuratif (akut) kelenjar kelopak mata, biasanya disebabkan oleh stafilokokus. Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar. Biasa mengenai kelenjar meibom, zeis, dan moll. Apabila yang terkena kelenjar meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum internum. Jika yang terkena kelenjar zeis dan moll, penonjolan ke arah kulit palpebra, disebut hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar zeis atau moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak mata dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut sesuai dengan anatomi tepian palpebra anterior yang terdiri dari bulu mata, glandula zeis dan moll. Kelenjar zeis adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Kelenjar moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Sedangkan hordeolum internum adalah infeksi pada kelenjar meibom yang berada pada bagian tarsus dan biasanya lebih besar dari hordeolum eksternum. 2, 5 Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra. Proses terjadinya hordeolum yaitu diawali oleh pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus dan mengenai kelenjar meibom. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Pada gejala klinis hordeolum adalah berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang disertai nyeri bila tertekan, kalau menunduk rasa sakit bertambah, terasa ada yang mengganjal pada kelopak mata, terlihat suatu benjolan setempat pada palpebra, warna kemerahan dan mengkilat.2,10 Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan berupa adanya benjolan pada kelopak mata kiri atas. Benjolan muncul sejak 4 hari yang lalu dan dirasakan nyeri saat ditekan. Dari pemeriksaan oftalmologi konjungtiva, sklera, kornea, COA, pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya kelainan, kecuali pada bagian palpebral superior okulus sinistra didapatkan adanya benjolan dengan nyeri tekan. Penanganan pada pasien adalah pemberian antibiotika 17
salep dan peroral untuk mengobati infeksi. Pasien juga diberikan obat tetes artificial tears (mengandung air mata buatan) yang berfungsi seperti lapisan air mata alami yang memberi efek protektif sehingga mata senantiasa terasa nyaman.2 Prognosis pada penderita ini baik, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.6
18
BAB V KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus Hordeolum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra, seorang laki - laki usia 23 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana yang diberikan untuk Hordeolum Eksternum Palpebra Superior Okulus Sinistra adalah Gentamisin salep 2x1 app OS,. Doksisiklin 100 mg 2x1 PO, dan Artificial tears ED 4x gtt 1 OS. Pada penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah mata dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit. Penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G Oftalmologi Umum. Edisi 17. Cetakan III. Widya Medika, Jakarta. 2010. 2. SidartaI, SR Yulianti.Ilmu Penyakit Mata. Cetakan IV. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2011: Hal1-2 ; 92-94. 3. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann. Boston.2009. 4. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Maka. Cetakan V. Jakarta, 2010. 5. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley heart Center University Of Illionis. 17th Edition. 2010. 6. Ehrenhaus M.P MD. Hordeolum Treatment, Management & Clinical Presentation. 2012. 7. Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. 2010. 8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmogi A Synopsis. Butterworth-Heinemann. Bosto. 2011. 9. Ilyas S. Penuntun Umum Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta : Penerbit FKUI. 2014.h. 28-9. 10. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010. 11. Lang G. Ophthalmology – A Short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York. 2015.
20