Isi Adaptasi Psikologis Postpartum.docx

  • Uploaded by: Putri dwi rusmayanti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Adaptasi Psikologis Postpartum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,868
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita. Berbagai reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional. Post partum adalah masa penyembuhan dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga kembalinya alat reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota baru. Masa post partum ini berlangsung selama 6 minggu dari sejak hari melahirkan (Mitayani, 2009). Saat masa post partum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit, apabila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan dan perawat (Syafrudin, 2009). Perubahan adaptasi psikologis masa post partum merupakan suatu proses adaptasi pada seorang ibu post partum. Saat periode masa ini, ibu post partum menjadi sangat sensitif sehingga peran tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) sangatlah penting dalam hal memberi penjelasan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat supaya tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dukungan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu postpartum. Ibu post partum menjalani adaptasi melalui fase- fase sebagai berikut: fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go. Fase psikologis pada ibu post partum dapat dialami pada ibu dengan post partum normal maupun pada ibu post partum sectio caesarean. Dimana prosedur proses melahirkan yang dialami oleh ibu dapat mempengaruhi adaptasi psikologis pada ibu post partum. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara adaptasi psikologis ibu postpartum? 2. Apa yang dimaksud dengan postpartum blues? 3. Bagaimana kesedihan dan duka cita ibu postpartum? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mampu memahami cara adaptasi psikologis ibu postpartum 2. Mampu memahami postpartum blues 3. Mampu memahami kesedihan dan duka cita ibu postpartum

1

BAB II PEMBAHASAN

1.1 adaptasi psikologis Ibu Post Partum Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahui dalam perawatan bayinya, dan ibu merasa memiliki tanggung jawab yang luar biasa terhadap menjadi seorang "ibu" tak heran Ibu bisa mengalami sedikit perubahan perilaku dan merasa kerepotan,masa ini adalah masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pascapersalinan,terutama pada ibu primipara.Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

Fungsi yang mempengaruhi untuk sukse dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. Respond an dukungan dari keluarga dan teman dekat. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya. Harapan,keinginan dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain 1.Periode "Taking In" a. Periode ini terjadi 1 sampai 2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. b. Ibu mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan. c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta proses laktasi aktif e. Dalam memberikan asuhan, perawat harus fasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, perawat dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu 2

sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada perawat. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya karena kurang terjalin komunikasi yang baik antara pasien dan perawat.

2.Periode "Taking Hold" a. Periode ini berlangsung pada hari ke-2 sampai ke-4 post partum. b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya dengan menjadi orang tua yang dapat meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,BAB, BAK,serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya. d. Ibu

berusaha

keras

agar

menguasai

keterampilan

perawatan

bayi,misalnya

menggendong,memandikan, memasang popok dll. e. Pada masa ini Ibu agak sensitif dan merasa tak mahir dalam melakukan hal tersebut. f. Pada tahap ini, perawat harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. g. Pada tahap ini,merupakan waktu yang tepat bagi perawat untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, dengan memperhatikan teknik bimbingan nya, jangan menyinggung perasaan atau membuat Ibu tak nyaman karena itu sangat sensitif.Hindari kata "jangan begitu" atau "kalau kayak gitu salah" pada ibu karena hal itu akan menyakiti perasaannya, akibatnya ibu akan putus asa mengikuti bimbingan yang perawat berikan.

3. Periode "Letting Go" a. Periode ini biasanya terjadi setelah Ibu pulang ke rumah, dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan keluarga b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak kebebasan dan hubungan social c. Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode ini.

3

Hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut 1.Fisik Istirahat,memakan makanan bergizi,sering menghirup udara segar dan lingkungan yang bersih. 2.Psikologi Stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukkan rasa simpati,mengakui,dan menghargai ibu. 3.Sosial Menemani ibu bila terlihat kesepian,ikut menyayangi anaknya,menanggapi,dan memerhatikan kebahagiaan ibu,serta menghibur bila ibu terlihat sedih. 4.Psikososial Tujuan asuhan keperawatan pada ibu masa nifas adalah sebagai berikut: 

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisnya.



Melaksanakan skrining yang komprehensif mendekati masalah serta mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.



Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,nutrisi,keluarga berencana,menyusui,serta pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.



Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Depresi post partum sering terjadi pada masa ini.Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi postpartum.depresi ini merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada masa postpartum(Gorrie,1998).Walaupun insidensinya sulit untuk diketahui secara pasti,namun diyakini 10-15% ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini(Green dan Adams,1993).Angka kejadian depresi postpartum di Indonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini,mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terkait kasus itu. Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum sebagai berikut.

4



Perasaan sedih dan kecewa.



Sering menangis.



Merasa gelisah dan cemas.



Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan.



Nafsu makan menurun



Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan sesuatu.



Tidak bisa tidur(insomnia)



Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless).



Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.



Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya.

Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti (Gorrie,1998).Namun beberapa hal yang dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut: 

Perubahan hormonal yang cepat.Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah protaklandin,steroid,progesterone,dan estrogen.



Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (Pregnancy-induced Hypertention),diabetes mellitus atau disfungsi tiroid.



Riwayat depresi,penyakit mental dan alcohol,baik pada diri ibu maupun dalam keluarga.



Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan.



Marital disfuntion ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang m’engakibatkan kurangnya support system.



Marah dengan Kehamilannya (unwanted pregnancy).



Merasa terisolasi



Kelemahan,gangguan tidur,ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.

Respons yang terbaik dalam menangani kasus depresi post partum(DPP) adalah kombinasi antara psikoterapi,dukungan social,dan medikasi seperti antidepresan.Suami dan

5

anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling,sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua saat postpartum 1. Respon dan dukungan keluarga dan teman Ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat karena kondisinya belum stabil baik fisik maupun psikologis nya.Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dengan cepat, yaitu peran sebagai seorang "ibu" dengan respon positif dari lingkungan akan mempercepat proses adaptasi ibu, dan memudahkan perawat dalam memberikan asuhan yang sehat' 2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi Ibu tahu begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya. Dalam hal tersebut akan memperkaya hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus yang terjadi setelah ibu melahirkan anaknya yang pertama,a ia bertekad untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 3. Pengalamana melahirkan dan membesarkan anak yang lalu Kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya adalah teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan apresiasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu 4. Pengaruh budaya Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika ada hal yang tak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, perawat harus bijaksana dalamnya menyikapi nya, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang diberikan. keterlibatan keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan harus diberikan pada ibu dan bayi sehingga memudahkan perawat dalam pemberian asuhan. Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan:

6

a) Pelajari diri sendiri Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum,sehingga anda sadar terhadap kondisi ini.apabila terjadi,maka anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya. b) Tidur dan makan yang cukup Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan,lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup.Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan. c) Olahraga Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum.lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri anda. d) Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan Hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja,sebelum atau setelah melahirkan.tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stress,sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita. e) Beritahukan perasaan anda Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan demi kenyataan anda sendiri.Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu,segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat. f) Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan Dukungan dari keluarga atau orang yang anda cintai selama melahirkan sangat diperlukan.ceritakan pada pasangan atau orang tua,atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik.Yakinlah diri anda,bahwa mereka akan selalu berada di sisi anda setiap mengalami kesulitan. g) Persiapkan diri dengan baik Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan.ikutlah kelas senam hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang anda perlukan.kelas senam hamil akan sangat membantu anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan,sehingga nantinya anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.Jika anda tahu apa yang diinginkan pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

7

h) Lakukan pekerjaan rumah tangga Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode postpartum.Kondisi anda yang belum stabil bisa anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah.Mintalah dukunagn dari keluarga dan lingkungan anda,meski pembantu rumah tangga anda telah melakukan segalanya. i) Dukunagn emosional Dukungan emosi dari lingkunagn dan juga keluarga akan membantu anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan anda,hingga anda merasa lebih baik setelahnya. j) Dukunagn kelompok depresi postpartum Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan anda.Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa anda ikuti,sehingga anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

1.2 Post Partum Blues Fenomena pasca kartun awal atau baby blues merupakan sekuel umum kelahiran bayi yang biasanya terjadi pada 70% wanita. Penyebabnya antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormon yang cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru. Faktor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya gangguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa masa awal menjadi seorang ibu. Post partum baby blues pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah 10 sampai 14 hari.Karakteristik post partum blues meliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga karena pengalaman melahirkan merupakan pengalaman "puncak" di mana ibu merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tak mendapat perawatan yang tepat jika bayangan melahirkan tak sesuai dengan apa yang ia alami. Mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluarga tiba-tiba berfokus pada bayi yang baru saja ia lahirkan. Kunci untuk mendukung wanita dalam periode ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting adalah berikan kesempatan untuk beristirahat cukup.

8

Selain itu dukungan positif atas keberhasilannya menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

1.3. Kesedihan dan duka cita Berduka merupakan respons psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka sangat bervariasi tergantung dari apa yang hilang serta persepsi dari keterlibatan individu terhadap apapun yang hilang, kehilangan memiliki makna mulai dari pembatalan kegiatan (piknik,perjalanan,atau pesta) sampai kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan tergantung dari persepsi individu yang menderita kehilangan. Derajat kehilangan pada individu di refleksi kan dalam respon terhadap kehilangan. Contohnya kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai berat, tergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang meninggal. Kehilangan materi tas termasuk hal yang dialami oleh wanita yang mengalami: 1. infertilitas atau wanita yang tidak mampu hamil dan tak mampu mempertahankan kehamilannya 2. yang mendapatkan bayinya hidup tapi kemudian kehilangan harapan atau prematur atau kecacatan kongenital dan 3. kehilangan sebagai penyebab post partum blues (kehilangan keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian). 4. Kehilangan lain yang penting tapi sering dilupakan adalah perubahan hubungan eksklusif antara suami dan istri menjadi kelompok 3 orang yaitu ayah ibu anak

Berduka cita dibagi menjadi 3 tahap 1. Tahap syok Tahap ini merupakan tahap awal kehilangan. Manifestasi perilaku meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengke, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah ,kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati rasa, menangis, introversi (memikirkan diri sendiri),tidak rasional, bermusuhan, kebencian kegetiran,kewaspadaan akut,kurang inisiatif, bermusuhan,mengasingkan diri,berkhianat,frustasi,dan kurang konsentrasi. Manifestasi fisik meliputi gelombang di stres somatic yang berlangsung selama 20 sampai 60 menit,menghela

9

nafas panjang, penurunan berat badan, anorexia, tidur tidak tenang, keletihan, penampilan kurus, dan tampak lesu, rasa penuh di tenggorokan, tersedak, napas pendek, mengeluh tersiksa karena nyeri di dada,gemetaran, internal kelemahan umum,dan kelemahan pada tungkai.

2. Tahap penderitaan Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya, orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa kehadiran orang yang disayangi nya. Dalam hal ini,ia akan selalu terkenang dengan orang yang dicintainya sehingga kadang akan bermunculan perasaan marah, rasa bersalah dan takut. Nyeri karena kehilangan akan dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari. Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini, kehidupan orang berduka akan terus berlanjut.

3. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna) Pada periode ini,orang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplit,dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berhasil karena adanya penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang lebih bermakna. Penanaman kembali emosi tidak berarti bahwa posisi orang yang hilang telah tergantikan, tetapi bahwa individu mampu menanamkan hubungan yang bermakna dengan resolusi, serta perilaku dia kembali menjadi pilihan yang bebas, mengingat selama menderita, perilaku ditentukan oleh nilai-nilai sosial atau kegelisahan internal. Perawat dapat membantu orang tua dalam proses berduka, serta memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tak sempurna dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan, sabar, memfasilitasi ventilasi terasa negatif mereka dan permusuhan, serta penolakan mereka terhadap bayinya. Saudara kandung di rumah juga harus diberi tahu mengenai kehilangan serta mereka mendapatkan penjelasan yang jujur terhadap perilaku dari orang tua. Jika tidak mereka mungkin akan membayangkan bahwa mereka adalah penyebab masalah tersebut. Saudara kandung perlu diyakini bahwa apapun yang terjadi bukan kesalahan mereka dan mereka tetap penting, dicintai, dan dirawat

10

Tanggung jawab utama perawat adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Keluarga dapat merasakan jika sesuatu tersebut tak berjalan baik. Pada peristiwa kematian, ibu tidak mendengarkan suara bayi dan ibu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari perawat pada saat itu juga. Kejujuran dan realitas akan jauh lebih baik menghibur daripada keyakinan yang palsu atau kerahasiaan.

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking in, periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi, dan membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya.

3.2 Saran Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.

12

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.yogyakarta:Penerbit Andi Saleha,sitti.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Medika

13

Related Documents


More Documents from ""

K3.docx
December 2019 28
Bph_kel.3-1.docx
November 2019 12
Bab I.docx
April 2020 34
Bab_6_k-map.pdf
April 2020 25