K3.docx

  • Uploaded by: Putri dwi rusmayanti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View K3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,920
  • Pages: 19
SASARAN KESELAMATAN PASIEN : KOMUNIKASI EFEKTIF Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Disusun oleh:

KELOMPOK 2 1. Rahmi Ferdilla Rafli 1711311002 2. Putri Dwi Rusmayanti 1711311006 3. Fadilah Lukvianti

1711312012

4. Minda Putri Suyafri

1711313018

5. Miftah Huljannah

1711312040

6. Anisa Yured

1711313024

Dosen Pengampu : VETTY PRISCILLA, S.Kep, M.Kep, Sp,Mat, MPH JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Sasaran Keselamatan Pasien : Komunikasi Efektif” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari Ibu/Bapak Dosen dan saudara pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi tehadap pembaca

Padang, 18 februari 2019

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI…. .............................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah……………………………….………………… ...

1

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi……………………………………………

3

2.2 Pondasi Membangun Komunikasi Efektif…………………..……….

3

2.3 Komponen Komunikasi Efektif……………………………………….

5

2.4 Unsur-Unsur Dalam Komunikasi Efektif ………………………….…

6

2.5 Bentuk Komunikasi Efektif ………………………………………….

7

2.6 Aspek Komunikasi Efektif…………………………….………………

8

2.7 Hambatan Dalam Komunikasi Efektif………………………………..

9

2.8 Kriteria Keberhasilan Komunikasi Efektif…………………………...

10

2.9 Strategi Komunikasi Efektif Asuhan Keperawata…………………….. 11 2.10 Cara Membangun Komunikasi Efektif……………………………

13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ....................................................................................

15

3.2 Saran .............................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... .

16

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuannya yaitu memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, umpan balik seimbang, melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa (Afnuhazi, 2015). Perawat berperan penting dalam menjaga komunikasi dengan klien agar proses keperawatan berjalan lancar, agar perawat dapat melakasanakan peran dan fungsinya dengan benar. Jadi sangatlah penting bagi perawat untuk memahami dan mempratekkan cara berkomunikasi yang efektif. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

1.2. Rumusan Masalah a. b. c. d. e. f. g. h.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif? Apa saja hal penting dari dasar komunikasi efektif? Apa saja komponen dari komunikasi efektif? Apa saja unsur-unsur dalam komunikasi efektif? Apa saja bentuk-bentuk dari komunikasi efektif? Apa saja aspek komunikasi efektif? Apa saja hambatan dalam komunikasi efektif? Bagaimana menentukan kriteria hasil dari komunikasi efektif?

i. j.

Bagaimana strategi komunikasi efektif dalam keperawatan? Bagaimana cara membangun komunikasi efektif dalam keperawatan?

1.3. Tujuan Penulisan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud komunikasi efektif Mengatahui dasar penting dari komunikas efektif Mengetahui komponen komunikasi efektif Mengetahui unsur-unsur komunikasi efektif Mengetahui.bentuk-bentuk komunikasi efektif Mengetahui aspek komunikasi efektif Mengetahui hambatan dalam komunikasi efektif Memahami kriteria keberhasilan komunikasi efektif Memahami strategi komunikasi efektif Memahami cara membangun komunikasi efektif dalam keperawatan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi

adalah

proses

kegiatan

penyampaian

informasi

yang

mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian, dengan demikian komunikasi merupakan proses penyampaian berita (message) dari seseorang (communicator) kepada orang lain (comunican) sehingga terjalin suatu pengertian (Afnuhazi, 2015). Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuannya yaitu memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, umpan balik seimbang, melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa (Afnuhazi, 2015). Menurut Larson dan Knapp (2001), komunikasi dapat dikatakan efektif apabila: 1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya. 2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim. 3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim. 2.2 Pondasi Membangun Komunikasi Efektif

Menurut Thomas Leech yang dikutip Nunung Nurhasanah (2010), mengatakan, untuk membangun komunikasi yang efektif kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yakni: 1. Membaca (reading) 2. Menulis (writing) 3. Mendengar (listening) 4. Berbicara (speaking) Keempat elemen dasar keterampilan berkomunikasi ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menopang dan mendukung proses komunikasi yang efektif. Dalam membangun komunikasi yang efektif ada lima pondasi/dasar yang penting dipahami dan dipelajari oleh pelaku komunikasi dalam setiap aktivitas komunikasinya, yaitu : 1. Berusaha secara maksimal benar-benar mengerti orang lain/ lawan bicara (emphatetic communication) 2. Memenuhi atau menepati komitmen/janji 3. Menjelaskan atau mendeskripsikan harapan/peluang (opportunities) 4. Meminta maaf dengan tulus saat melakukan kesalahan dengan lawan bicara 5. Memperlihatkan integritas personal. Ada lima

kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektivitas sebuah

komunikasi, antara lain (Nasir, dkk, 2009): 1. Openess (adanya keterbukaan) 2. Emphaty (memahami perasaan orang lain) 3. Supportiveness (saling mendukung) 4. Positiviness (bersikap positif) 5. Equality (kesetaraan) Pada saat berkomunikasi, seseorang pasti memiliki persepsi/pandangan tertentu pada pendengar begitu pun sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam aktivitas

berkomunikasi adalah saat seseorang menyampaikan informasi/pesan dengan ukurannya sendiri tanpa melihat dan memahami orang lain. Hal seperti ini perlu dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain dan kita harus memahami orang lain tersebut (Lalongkoe, 2013). 2.3 Komponen Komunikasi Efektif Adapun komponen dari komunikasi efektif, yaitu (Afnuhazi, 2015): 1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. 2.

Materi pesan

Materi pesan dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja, dan pertanyaan. Pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukan arah tertentu. 3. Media atau penghubung Media atau penghubung adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti: TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerimaan pesan, situasi dan sebagainya. 4. Mengartikan kode atau isyarat

Setelah pesan diterima melalui indra (telinga, mata dan sebagainya) maka penerima pesan harus dapat mengartikan symbol atau kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya. 5. Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari pengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim. 6. Umpan balik (feedback) Umpan balik adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Umpan balik dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Umpan balik yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. 7. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya. 2.4 Unsur-Unsur Dalam Komunikasi Efektif Unsur yang terapat dalam komuniksi efektif, diantaranya (Afnuhazi, 2015): 1. Niat Menyangkut apa yang akan disampaikan, siapa sasarannya, apa yang akan dicapai, kapan akan disampaikan. 2. Minat, ada dua factor yang mempengaruhi yaitu:

Factor objektif merupakan rangsangan yang kita terima dan factor subjektif merupakan factor yang menyangkut diri si penerima stimulus. 3. Pandangan Merupakan makna dari informasi yang disampaikan pada sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan, pekerjaanm pengalaman dan kerangka pikir seseorang. 4. Lekat Merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima untuk dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan tujuan. 5. Libat Merupakan keterlibatan panca indra sebanyak-banyaknya, seperti mata, telinga dan lain-lain. 2.5 Bentuk Komunikasi Efektif Bentuk komunikasi efektif adalah sebagai berikut (Afnuhazi, 2015): 1. Komunikasi verbal efektif: komunikasi yang berlangsung secara timbal balik, makna pesan ringkas dan jelas, bahasa mudah dipahami, cara penyampaian mudah diterima, disampaikan secara tulus, mempunyai tujuan yang jelas, memperlihatkan norma yang berlaku, disertai dengan humor. 2. Komunikasi non verbal yang perlu diperhatikan adalah penampilan fisik, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah dan sentuhan. Bentuk komunikasi berdasarkan (Afnuhazi, 2015): 1. Komunikasi langsung Komunikasi langsung merupakan komunikasi yang tidak menggunakan alat, komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan

penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita. 2. Komunikasi tidak langsung Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio,buku, dll. Contoh: “buanglah sampah pada tempatnya” 2.6 Aspek Komunikasi Efektif Aspek yang terdapat pada komunikasi efektif, yaitu (Afnuhazi, 2015; Nasir, 2009): 1. Kejelasan (clarity) Komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan serta tidak meinimbulkan multi interpretasi yang berlainan. 2. Ketepatan Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. 3. Konteks (context) Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. 4. Alur Bahasa dan informasi yang kaan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap. 5. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika.Artinya dalam berkomunikasi harus meyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. 2.7 Hambatan Dalam Komunikasi Efektif 1. hambatan dari proses komunikasi (Afnuhazi, 2015): a. Hambatan dari pengirim pesan Pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. b. Hambatan dalam penyediaan atau symbol Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih atau satu, symbol yang dipergunakan antara pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. c. Hambatan media Hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. d. Hmabatan dalam bahasa sandi Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima. e. Hambatan dari penerima pesan Kurangnya perhatian pada saat penerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. f. Hambatan dalam memberikan balikan Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretative, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. 2.Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain-lain. Misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya. 3.Hambatan semantic Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima. 4.Hambatan psikologis Hambatan psikologi dan social kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya: perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan. 2.8 Kriteria Keberhasilan Komunikasi Efektif Untuk memperoleh keefektifan komunikasi, seseorang harus memperhatikan beberapa kriteria komunikasi sebagai berikut (Afnuhazi, 2015): 1. Komunikasi membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan tingkat hubungan dengan orang lain. 2. Komunikasi terjadi secara kesinambungan dan terjadi hubungan timbal balik. 3. Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan non verbal yang bisa terjadi secara stimulant. 4. Dalam berkomunikasi seseorang akan berespon terhadap peran yang diterima baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal maupun non verbal. 5. Pesan yang diterima tidak selalu diasumsikan sama antara penerima dan pengirim. 6. Pertukaran informasi dibutuhkan ilmu pengetahuan. 7. Pesan yang dikirim, diterima, dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, keyakinan dan budaya.

8. Komunikasi

dipengaruhi

oleh

perasaan

diri

sendiri,

subyek

yang

dikomunikasi orang lain. 9. Posisi seseorang di dalam system sosio kultural dapat mempengaruhi proses komunikasi. Menurut Tubs dan Moss (1996), seseorang berkomunikasi dengan orang lain dikatakan efektif setidak-tidaknya menimbulkan lima hal, yaitu: 1. Pengertian Penerimaan

yang cermat atas kandungan

rangsangan seperti

yang

dimaksudkan oleh pengirim pesan.Dalam hal ini komunikator dinyatakan efektif bila komunikan memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan komunikator. 2. Kesenangan Efektifitas komunikasi berkaitan langsung dengan perasaan senang antara komunikator-komunikan. 3. Mempengaruhi sikap komunikan Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan seharihari. Dalam berbagai situasi individu berusaha mempengaruhi sikap orang lain paham akan pesan yang disampaikan. 4. Hubungan social yang baik Kegagalan dalam berkomunikasi muncul karena gangguan dalam hubungan insani yang berasal dari kesalahpaham, ketika pesan tidak dipahami secara cermat. 5. Komunikan melakukan tindakan yang diinginkan oleh komunikator. 2.9 Strategi Komunikasi Efektif Asuhan Keperawatan Ada beberapa strategi penting yang dilakukan perawat dalam menghadapi berbagai macam keadaan/ kondisi pasien di antaranya (Lalongkoe, 2013) :



Perawat perlu menciptakan suasana/ iklim komunikasi yang baik dan tepat sesuai dengan kategori pasiennya



Perawat harus memperhatikan secara penuh apa yang sedang dibicarakan pasien agar tidak bertindak di luar harapannya



Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus sejalan antara perkataan dan tindakan sehingga tidak menimbulkan interpretasi negative dari pasien



Perawat harus yakin dan percaya dengan tindakan yang dilakukan karena hanya dengan keyakinan kebenaran atas tindakan terwujud.

Demi tercapai strategi tersebut ada empat hal penting yang harus dimiliki perawat sebagai rangkaian dalam aktivitas komunikasi. Keempat keharusan yang dimiliki perawat itu yakin: 1. Pengetahuan / kognisi Perawat harus mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam aktivitas komunikasi tersebut. Perawat perlu memiliki pengetahuan yang memadai sehingga mudah dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan. Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bila perawat mendiskusikannya dan mengajak kerja sama dengan pasien tentang tahapantahapan yang dilalui dalam proses perawatan maka tindakan medis berjalan dengan baik. 2. Ketulusan Dalam

asuhan

keperawatan,

sekedar

hanya

mengenal

pasien

dan

kebutuhannya saja tidak cukup, tanpa adanya rasa ketulusan dalam melayani pasien.Penampilan perawat dari aspek nonverbal tercermin dari sikapnya yang sederhana dan mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien. 3. Semangat Pengetahuan dan ketulusan dalam asuhan keperawatan belum cukup dalam membangun komunikasi yang efektif dengan pasien, tanpa adanya semangat

dari dalam diri perawat.Sikap semangat yang ditunjukan perawat dapat memengaruhi semangat juang dan hidup pasien.Melalui sikap semangat yang dipergakan perawat juga membuat pasien semakin percaya diri, optimis dan menguatkan harapan hidupanya bila pasien tersebut dalam kondisi kritis. 4. Praktik Ketiga factor penting diatas tidak ada makna dan artinya tanpa disertai dengan tindakan konkret.Pengetahuan, ketulusan dan semangat harus disertai dengan tindakan sehingga tidak terkesan hanya mengenal teori tanpa praktik. 2.10 Cara Membangun Komunikasi Efektif Langkah-langkah cara membangun komunikasi efektif yakni (Lalongkoe, 2013): 1. Mengatur kontak mata Hal yang pertama yang dilakukan seorang pebicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. 2. Ekspresi wajah Wajah merupakan cermin kepribadian individual.Ekspresi wajah mengungapkan pikiran yang melintas pada diri seseorang. 3. Postur fisik Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan yang dapat ditangkap secara visual dari pada secara verbal. 4. Gaya berbusana Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan.Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka Nampak lebih menarik. 5. Respek (respect)

Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita disampaikan. 6. Empati (emphaty) Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Empati juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mendengar dan bersikap siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif (Nasir, dkk, 2009). 7. Audible Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Hal ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik (Nasir, dkk, 2009). 8. Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interprestasi atau berbagai penafsiran yang berlainan (Lalongkoe, 2013). 9. Humble Sikap rendah hati (humble) yang dimiliki perawat bertujuan agar klien tidak merasa rendah diri, menolak berkomunikasi, dan selalu peduli dengan perawat. Sikap rendah hati pada intinya meliputi: sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, berani mengakui kesalahan, memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar (Nasir, dkk, 2009).

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Komunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama -sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.Komunikasi efektif sangat penting diterapkan oleh perawat saat berkomunikasi dengan klien, sesama rekan perawat, dan keluarga klien. Ada lima prinsip komunikasi efektif yang harus selalu diterapkan yaitu, respect, empathy, audible, care, humble.Yang paling penting dalam komunikasi efektif adalah bagaimana kita menyampaikan informasi yang ingin kita sampaikan kepada komunikan, agar informasi yang kita sampaikan sama dengan yang dipahami komunikan. 3.2. Saran Supaya mahasiswa mampu berkomunikasi efektif yang benar dalam keperawatan, Karena komunikasi efektif dapat membantu proses komunikasi lebih lancar, dan terhindarnya kesalahan dalam penerimaan informasi, kesalahan penerimaan informasi bisa membahahayakan klien, dan untuk itu agar mahasiswa mampu memahami dan mempratekkan komunikasi efektif.

DAFTAR PUSTAKA Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Lalongkoe, Maksimus Ramses. (2013). Komunikasi Keperawatan Metode Berbicara Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Nasir, Abdul, dkk. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Nurhasanah, Nunung. (2010). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

More Documents from "Putri dwi rusmayanti"

K3.docx
December 2019 28
Bph_kel.3-1.docx
November 2019 12
Bab I.docx
April 2020 34
Bab_6_k-map.pdf
April 2020 25