Psikologis Remaja.docx

  • Uploaded by: chaeworld
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Psikologis Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,901
  • Pages: 11
Anak Gadis Pada Masa Adolescence KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun Makalah Psikologi tentang “Anak Gadis Pada Masa Adolescence’’. Dalam Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada umumnya dan pembaca pada khususnya.

Yogyakarta 30 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian 2.2 Ciri – Ciri Perkembangan Adolescence 2.3 Perubahan – Perubahan Adolescence 2.4 Tipe – Tipe Gadis Adolescence BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dengan “selesainya” masa pubertas (awal), masuklah anak kedalam periode kelanjutannya, yaitu masa pubertas akhir atau adolesen. Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa adolesen ini, di antaranya karena adolesen sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan social yang menyertai perkembangan industri pada anak ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Setidaknya, hingga akhir abad ke-18, konsep adolesen belum digunakan untuk menunjukkan suatu periode tertentu dari kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak-anak dan masa dewasa. Masa adolesen ini oleh Sigmund Freud sebagai “edisi keduadari situasi oedipus”. Sebab, relasi anak muda terhadap usia ini masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan. Yaitu banyak konflik antara isi psikis yang kontra diktif, terutama pada relasi anak muda dengan orang tua dan objek cintanya. 1.2 Rumusan Masalah a. b. c. d.

Apa Pengertian Adolescence Bagaimana ciri – ciri Perkembangan Adolescence Bagaimana Perubahan Adolescence Bagaimana Tipe – Tipe Gadis Adolescence 1.3 Tujuan

a. b. c. d.

Mengetahui Pengertian Adolescence Mengetahui ciri – ciri Perkembangan Adolescence Mengetahui Perubahan Adolescence Mengetahui Tipe – Tipe Gadis Adolescence

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adolesense berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 11–22 tahun. Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri. 2.2 Ciri – Ciri Perkembangan Adolescence

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bagi anak gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan aspek seksual yang terjadi selama masa puber memiliki ciri-ciri yang amat khas. Walaupun masing-masing anak dapat berbeda dalam perkembangannya tetapi umumnya ciri-ciri standart perkembangan tersebut adalah : Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun. Buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat Rambut di kemaluan mulai tumbuh Uterus, vagina, labia dan clitoris mulai membesar ukurannya Selanjutnya bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada semakin membesar Perkembangan secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai dating Setelah fase ini mereka akan dapat melakukan pembuahan (konsepsi) kira-kira setahun setelah menstruasi datang. Ketika pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya tubuh seorang anak gadis tumbuh secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih dulu. Lalu tungkai dan lengan. Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada kalanya ketika pertumbuhan ini sedang terjadi mereka tampak lucu dan ini kadang kala dapat membuatnya minder. Misalnya ukuran kaki yang tiba-tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya membantu mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya itu melalui informasi-informasi yang benar. 2.3 Perubahan – Perubahan Adolescence

Pada masa adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya: 1. Cinta Diri

a. 1) 2) 3) b.

Dua kata yang perlu di jelaskan dari kutipan di atas yaitu: cinta dan diri sediri. Cinta bermakna perasaan puas pada diri seseorang, sehingga suatu atau yang dicintai akan mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di cintainya, mendapat penjagaan, diperlakukan secara istimewa, membayangkan keberadaannya, semua hal yang dilakukan karena cinta adalah demi menjaga keberadaan dan rasa puas yang dimiliki terhadap yang dicintai. Kalau yang dicintai berupa barang, maka barang tersebut tidak akan pernah dirusakan, cacat atau di rampas orang. Diri sendiri artinya bukan orang lain istilahnya yaitu “AKU”, meliputi tubuh dan batin. Jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan batin, bagaimana seseorang mencintai di dirinya maka ia akan merawat tubuhnya, menjaganya, dan tidak akan membahayakannya. Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Ada 2 jenis Cinta Diri: Cinta Diri Positif Terdiri dari kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada orang lain. Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap manusia lainya. Cinta Diri Negatif Dimana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya. Mengamati cinta diri pada tataran fungsional dan aplikatifnya, naluri ini menjadi sumber pergesekan dan benturan, sebanyak komponen yang ada pada umat manusia. Cinta diri menciptakan tuntutan, hasrat, kebutuhan, kebebasan yang seluas-luasnya pada image manusia. Cinta diri mendorong setiap yang memiliki melibatkan apa saja di sekitarnya yang bisa memenuhi kebutuhan dan memuaskan tututannya. Sehingga, menjadi mustahil bertahan hidup dalam kesendirian dan keterasingan. Kodratnya menghukum dirinya sebagai political animal, sehingga ia terpaksa mengadakan kontrak sosial dengan selainnya, dan tidak segan-segan melibatkan sesamanya demi kepentingan cinta diri sendiri. Dari cara yang paling sopan, sampai modus yang paling sadis, layaknya Hanibalisme, Vandalisme, atau bentuk yang lebih licik dan terselubung semisal Demokrasi, Liberal, Perdamaian, HAM, dll. Maka, disini seperti ada perebutan kepentingan yang mau tidak mau mesti dijalani umat manusia, dimanapun, kapanpun. Perebutan itu bukan hanya antar-komponen umat, tetapi antar-umat dan komponennya sendiri. Jelas disini, ada adu dua kepentingan hidup yaitu: kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta diri, setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Dilema sosial dan egosentrisme ini tidak akan bisa diselesaikan oleh atau dinisbahkan kepada institusi sosial atau perangkat kekuasaan, karena keduanya produk sekawanan manusia yang masing-masing juga cinta diri. Sepertinya boleh dikatakan bahwa segala apapun yang terjadi di dunia ini adalah berkah kekuatan dan kebebasan egoisme, sebuah naluri yang terpatri dalam kodrat manusia. Sejarah

peradabannya tidak pernah memberikan laporan yang bisa menekan tensi anxiety, selain manipulasi dan pembodohan fakta. Ketika Demokrasi, Modernitas dan Globalisasi dianggap peradaban manusia terunggul, umat manusia, secara sadar atau terpaksa, tengah menyimak variabel pemalsuan riwayat hidup mutakhirnya. 2. Fantasi Seksual Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain, mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka (lawan jenis) di mata orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sehingga timbul yang di namakan rasa suka, ingin memiliki dan saling memuji. Bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan, maka tidak adanya hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini, akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya. Gelora cinta anak gadis yang biasanya membadai itu tidak selalu ditujukan pada seorang obyek pribadi yang riil. Ada kalanya anak gadis mengarahkan obyek cintanya pada suatu obyek fantasi yang hanya ada dalam imaginasi (khayalan) sendiri. Ada kalanya gambaran khayalan obyek cinta itu didorong oleh ambisi yang terlalu besar dengan tuntutan persyaratan yang berat dan oleh dorongan ingin mendapatkan pengakuan terhadap kemampuannya. Sebagai akibat dari tuntunan ini, fantasi tersebut tidak pernah bisa dikonsentrasikan pada seorang pria saja. Sedang isi fantasi cintanya pada umumnya ditentukan oleh kultural tempat anak gadis tadi berada. Jika fantasi-fantasi cintanya itu tidak bersifat sosial atau ideologis, akan tetapi bersifat murni egosentris, maka realisasi dari fantasi tersebut biasanya akan menumbuhkan kekecewaankekecewaan pada dirinya. Sebab, seorang yang egosentris akan memandang dunia luar dari pandangan dan selera sendiri, menurut pengertian sendiri, juga dibatasi oleh perasaan dan fikirannya yang masih sempit. Ia sangat terpengaruh oleh akal budinya yang masih “cupet”, serta tidak mampu menyelami perasaan dan fikiran oranglain. Dia belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan batiniah oranglain atau partnernya. Selanjutnya egosentrisme tadi ada umumnya sifatnya naif, dan sangat terikat pada diri sendiri. Dengan sendirinya orang yang egosentris itu selalu mengutamakan kepentingan sendiri, melihat dunia luar dengan kacamata batin sendiri, sedang sifatnya kurang matang dan kurang mantap. Jika pola demikian ini terus menerus akan dilanjutkan, maka anak gadis tersebut tentu akan tertumbuk pada banyak kesulitan serta kekecewaan dikemudian harinya. Pada anak-anak gadis adolesens, unsur-unsur erotik itu lebih lama dihayatinya, jika dibandingkan dengan penghayatan anak laki-laki. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Fantasi-fantasi erotik pada anak laki-laki pada umumnya segera, dan disertai dengan proses-proses genital (genetalia = organ kelamin). Sebaliknya pada anak-anak gadis, mereka tidak begitu cepat mengerti bahwa alat kelaminnya itu juga merupakan alat pelaksana dari hasrat cintanya. Pada umumnya anak-anak gadis masih dapat membedakan antara-antara ketagangan psikis (oleh perasaan-perasaan psikis) dari ketegangan fisis sebagai akibat dari ketegangan pada organ kelaminnya, jika mereka melakukan masturbasi atau mengalami orgasme. Marilah kita sejenak kembali pada kehidupan fantasi anak gadis adolesens. Fantasi itu bisa dianggap sebagai bayangan khayali bagi hari depan, yang ingin direalisasikan. Jadi, sifatnya positif. Tetapi ada kalanya pula fantasi itu dipakai sebagai alat untuk melarikan diri dari dunia kenyataan, dan untuk mengaingkari realitas. Maka terjadilah apa yang disebut orang sebagai

3.

4.

a. b. c. d.

Pseudologi. Menurut Fenichel, pseudologi itu merupakan satu metode khusus untuk memungkiri (verlochenen) realitas. Pada masa adolesense ini setiap realitas (keaktifan real, kegiatan nyata) yang bisa memenuhi atau memuaskan keinginan–keinginan seksual, memang bisa merupakan bahaya bagi dirinya. Maka sebagai penggantinya ia melakukan repressi (menekan kedalam, mengendalikan) yaitu menekan gejolak – gejolak seksual dan ditransformasikan dalam bentuk fantasi atau pseudologi. Hal ini merupakan satu cara untuk melarikan diri dari dunia kenyataan sekarang ialah dengan cara memindahkan realisasi pemenuhan keinginan seksual pada masa yang akan datang didalam fantasi–fantasinya. Ada sekelompok anak–anak gadis pada usia adolesense yang oleh rasa ketakutan merealisasikan dorongan seksualnya. Mereka berusaha mengatasi ketakutannya dengan melakukan “ intervensi seksual aktif “ yaitu berlaku sok berani dan sok tau, didorong oleh rasa ingin tahu karena merasa dirinya sudah dewasa. Akan tetapi pada akhirnya justru malah menekan dan menindih berat jiwa mereka. Multiple Personality Kepribadian ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau multiple personality. Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang menghuni badan dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa, dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa. Sakit jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya, tertawa sendiri, menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa, kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi. Contoh: rasa takut berlebihan, takut gelap, takut keramaian, takut laba-laba (secara berlebihan). Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa/batin yang keras dan lama. Penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama sekali. Psedoafektivitat Menurut Dr. Helena deutsh bahwa relasi emosional,dari identifikasi total,di sebut Psedoaktivitat, yang dapat menimbulkan gejala-gejala neorologis dan patologis.ada juga gadisgadis adolesense yang berbakat intelektual tinggi yang tidak mampu mengendalikan macammacam identifikasi dan tidak mampu membatasi wilayah identifikasinya ia sangat mudah terpengaruh oleh sugesti dari luar, sehingga ia sulit mendapatkan keseimbangan batin. Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri sendiri dan lingkunganya. Contoh kongkritnya adalah : Peristiwa kawin cerai berulang kali. Prostitusi/ pelacuran. Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas. Petualangan cinta (ganti-ganti pacar). Adakalanya identifikasi total ini mengakibatkan timbulnya pribadi majemuk di mana munculnya pribadi sendiri yang tidak sama dengan pribadi yang teridentifikasi, freud menanamkan gejala tersebut sebagai fenomena hidup. Proses identifikasi ini bisa berlangsung terhadap beberapa orang sehingga timbul perpecahan pribadi yang dikenal sebagai gejala majemuk pribadi.

2.4 Tipe – Tipe Gadis Adolescence Tipe-tipe gadis adolescentia diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pelarian Diri Pada beberapa anak gadis yang lebih tua atau lebih dewasa, usaha pelarian diri dari pemuasan gelora nafsu–nafsu seksualnya disubstitusikan dalam bentuk: pemilihan suatu profesi yang hakekatnya kurang ditekuninya atau mereka menggabungkan diri pada suatu kelompok ideologi politik atau pada satu partai religi agama. 2. Energi Intelektual Tinggi Seorang wanita atau gadis yang memiliki energi intelektual tinggi yang telah meninggalkan sama sekali kehidupan perasaaan dan fantasi seksual itu bisa mengakibatkan mengering atau menipisnya rasa kewanitaannya, dan jelas menghambat perkembangan fungsi–fungsi kewanitaannya. Dikemudian hari bisa menghambat fungsinya sebagai seorang ibu. Sekalipun ia cukup intelek dan perbuatan–perbuatannya secara normatif bisa dinilai sebagai luhur, juga dia sendiri bisa berkembang, namun pada hakekatnya tetap saja ia tidak dewasa. 3. Energik dan Ambisius Anak gadis yang energik dan amibisius, yang sanggup mendesakkan dorongan–dorongan seksualnya, dan susah payah bisa mencapai cita–cita intelektualnya itu pada umumnya banyak mengalami stagnasi pada kehidupan emosionalnya dan mereka dihinggapi kompleks– kompleksnya kejantanan yang tidak mapan. Pola identifikasi lama yang terdapat pada anak– anak gadis lebih pekat melekat dan berlangsung dalam waktu yang lama pula. 4. Rasa Malu Berlebihan Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka itu akan menjadi masalah karena rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan sosial seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang.rasa malu juga merupakan kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu yang di sebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di gambarkan semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita rendah diri apabila orang tersebut kurang berharga dari pada dengan orang lain. Di bawah ini beberapa cara menghilangkan rasa malu berlebihan: a. Kenalilah rasa malu itu, apa yang membuat kamu merasa malu, apakah keadaan fisik atau halhal yang bersifat psikologis. b. Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa malu.sadarilah bahwa rasa malu itu bersumber dari dalam diri sendiri bukan dari luar, namun jangan pernah menyalakan diri sendiri. c. Ketika sedang mengalami rasa malu, amatilah reaksi tubuh kamu, apakah kamu merasa tidak nyaman, gelisah, serba salah, tangan gemetar atau reaksi fisik lainya. Telusurilah apa yang menyebabkan perasaan negatif itu muncul. d. Kenalilah kelemahan kamu, apa yang membuat kamu merasa malu karena semua orang memiliki kelemahan, tidak ada orang yang sempurna namun sebisa mungkin kita mencoba memperbaiki kelemahan tersebut. e. Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu karena seseorang selain memiliki kelemahan pasti memiliki kelebihan dan kelebihan itu merupakan modal untuk percaya diri.

f.

g. h. i. j.

Apabila kamu merasa perasaan malu itu benar-benar di luar control maka berkonsultasilah dengan seorang yang berpengalaman dan kamu percayai. Langkah terakhir adalah jumpai psikolog untuk meminta solusi permasalahan. Lawan rasa malu dengan berusaha bersikap lebih santai, karana rasa malu berlebihan akan membuat kita kelihatan kaku dan konyol. Tampilkan sisi terbaik, tonjolkan kelebihan yang di miliki. Jangan takut akan penolakan dan cacian, jika di awal mental kita sudah jatuh maka dapat di pastikan penampilan tidak akan maksimal. Pelajari situasi, jangan sampai rasa malu justru membuat kita terjebak dalam situasi, harus belajar untuk tetap tenang dan pelajari apa yang sedang terjadi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.

Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri. Ciri – Ciri Perkembangan Adolescence : Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun, Buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat Rambut di kemaluan mulai tumbuh Uterus, vagina, labia dan clitoris mulai membesar ukurannya Perubahan – Perubahan Adolescence: Cinta diri Fantasi seksual Multiple personality Psedoafektivitat Tipe- Tipe Gadis Adolenscence Pelarian Diri Energi Intelektual Tinggi Energik dan Ambisius Rasa Malu Berlebihan 3.2 Saran Remaja merupakan pribadi yang masih labil, oleh karena itu para orang tua harus lebih ekstra hati – hati untuk memperhatikan perkembangan remaja tersebut baik dari segi psikologi maupun intelektual. Namun, tidak hanya peran orang tua akan tetapi faktor lingkungan dan peran bidan juga sangat berpengaruh. Dan remaja juga harus berusaha untuk menjadi pribadi yang positif dalam menghadapi proliferasi dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. Psikologi Perkembangan. ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). cet. 5. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-indahsucin-5645-3-babii.pdf DRS. Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003). cet. 10. Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan,. Edisi Revisi., (Jakarta: Rineka Cipta, 2005). Yusuf LN, Dr. H. Syamsun,. M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). cet. 10.

Related Documents


More Documents from ""