HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI ANTIBIOTIK DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAANNYA DI PUSKESMAS CURUG
Disusun oleh : Angela (01073170101) Putri Paramitha (01073170122)
Dibimbing oleh : Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M. Kes dr. Elni Handayani
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PERIODE 3 DESEMBER 2018 – 26 JANUARI 2019 TANGERANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI ANTIBIOTIK DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAANNYA DI PUSKESMAS CURUG
Disusun oleh : Angela Putri Paramitha
Telah disetujui untuk diujikan
(Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M. Kes)
(dr. Elni Handayani)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PERIODE 3 DESEMBER 2018 – 26 JANUARI 2019 TANGERANG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penilitian mengenai “Hubungan Tingkat
Pengetahuan
Masyarakat
Mengenai
Antibiotik
dengan
Kepatuhan
Penggunaannya di Puskesmas Curug” sebagai persyaratan kelulusan dalam program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pelita Harapan Periode Desember – Januari 2018. Laporan ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan, masukan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses pembuatan laporan penelitian ini kepada : 1. Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M. Kes, sebagai dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang telah berjasa memberikan bimbingan dan saran yang berguna dalam penyusunan laporan penelitian ini. 2. dr. Elni Handayani, selaku Kepala Puskesmas serta pembimbing di Puskesmas Curug, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Kepada semua pihak yang telah bersedia untuk bekerja sama sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini belum sempurna dan masih memiliki kesalahan, sehingga bila terdapatnya kritik maupun saran akan sangat diharapkan sebagai perbaikan bagi Penulis. Curug, Januari 2019 Penulis
ii
ABSTRAK Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Antibiotik Terhadap Tingkat Kepatuhan Penggunaannya di Puskesmas Curug 1Angela, 1 Putri Paramitha, 2Shirley Moningkey, 3Elni Handayani
Latar Belakang. Salah satu obat yang paling sering diresepkan, tetapi sering terjadi penggunaan yang tidak tepat hingga menyebabkan resistensi terhadap kuman adalah antibiotik, disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat. Saat ini, resistensi antibiotik merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat global, sehingga WHO mengkoordinasi kampanye global untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap antibiotik. Meskipun penelitian mengenai antibiotik telah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi ada penelitian yang mengatakan tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik tidak mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik terhadap kepatuhan penggunaannya di Puskesmas Curug. Metode. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional), serta pengambilan data primer (wawancara) yang dilakukan di Puskesmas Curug pada bulan Desember 2018 – Januari 2019. Sampel penelitian ini berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan. Data yang terkumpul akan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2010 dan diolah dengan SPSS 22 serta dianalisis dengan univariat dan bivariat. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan cukup banyak pasien memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai antibiotik (56%), sedangkan sebagian lagi (44%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai antibiotik. Tingkat kepatuhan ditemukan sebagian besar pasien (84%) patuh dalam penggunaan antibiotik dan hanya sebagian kecil pasien (16%) kurang patuh dalam penggunaan antibiotik. Kesimpulan. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, p value sebesar 0,104 dengan odd ratio (OR) sebesar 2,451. Nilai 95% Confident Interval (CI) yang didapatkan sebesar 0,814 – 7,377 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik. Manfaat penelitian ini diharapkan agar tim medis meningkatkan motivasi pasien agar dapat patuh dalam penggunaan antibiotik
Kata kunci: Tingkat pengetahuan mengenai antibiotik, kepatuhan minum antibiotik, pasien Puskesmas Curug
iii
ABSTRACT Relationship between the Level of Knowledge of the Community Regarding Antibiotics for the Compliance Level of Use in the Puskesmas Curug. 1 Angel, 1 Putri Paramitha, 2 Shirley Moningkey, 3 Elni Handayani Background. One of the most commonly prescribed drugs, but the use of it often improper that cause resistance to germs is antibiotics, caused by lack of public knowledge about the use of appropriate antibiotics. At present, antibiotic resistance is a major problem for global public health, so the WHO coordinates global campaigns to increase public awareness and behavior towards antibiotics. Although research on antibiotics has been done a lot before, but there are studies that say the level of patient knowledge about antibiotics does not affect compliance with drug use. Aim. This study was conducted to determine the effect of the level of knowledge of patients regarding antibiotics in adherence to their use in the Puskesmas Curug. Method. This study used an observational study with a cross sectional study approach, as well as primary data collection (interviews) conducted at Puskesmas Curug in December 2018 - January 2019. The sample of this study was 100 people. Sampling is done by simple random sampling technique adjusted to the inclusion and exclusion criteria that have been set. The collected data will be tabulated using Microsoft Excel 2010 and processed with SPSS 22, then analyzed by univariate and bivariate. Results. The results showed that quite a number of patients had a good level of knowledge about antibiotics (56%) while some (44%) had a lack of knowledge about antibiotics. The level of compliance found that most patients (84%) were obedient to antibiotics and only a small proportion patients (16%) were less obedient in the use of antibiotics. Conclusion. Based on the results of the Chi Square statistics, p value is 0.104 with an odd ratio (OR) of 2.451. The value of 95% Confident Interval (CI) obtained is equal to 0.814 - 7.377 so it can be concluded that there is no significant relationship between the level of knowledge and the level of compliance of patients in the use of antibiotics. The benefit of this research is the medical team is expected to increase the motivation of patients to be able to comply with antibiotic treatment
Keywords: Level of knowledge about antibiotics, adherence to taking antibiotics, patients in Curug Health Center
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2 1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 2 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
Tujuan Umum .............................................................................................. 3
Tujuan Khusus ............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4 2.1 Antibiotik ........................................................................................................... 4 2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 4 2.1.2 Mekanisme Kerja ........................................................................................ 4 2.1.3 Resistensi Antibiotik ................................................................................... 5 2.1.4 Efek Samping .............................................................................................. 7 2.2 Kepatuhan .......................................................................................................... 8 2.2.1 Pengertian Kepatuhan ................................................................................. 8 2.2.2 Cara Mengukur Kepatuhan ......................................................................... 8 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ........................................ 11 2.2.4 Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan ................................................. 14 2.3 Ketidakpatuhan ................................................................................................ 16 2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan ............................................ 16 2.3.2 Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpatuhan ............................................ 16 BAB III KERANGKA TEORI .................................................................................. 18 3.1 Kerangka Teori................................................................................................. 18 3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 19 3.3 Hipotesis........................................................... Error! Bookmark not defined. 3.4 Definisi Operasional......................................................................................... 19 BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 21 4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 21 v
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 21 4.3 Bahan dan Cara Penelitian ............................................................................... 21 4.3.1 Bahan Penelitian........................................................................................ 21 4.3.2 Cara Penelitian .......................................................................................... 21 4.4 Populasi Penelitian ........................................................................................... 22 4.4.1 Populasi Target.......................................................................................... 22 4.4.2 Populasi Terjangkau .................................................................................. 22 4.5 Cara Pengambilan Sampel ............................................................................... 22 4.6 Cara Penghitungan Jumlah Sampel .................................................................. 22 4.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................ 23 4.8 Pengolahan Data............................................................................................... 23 4.9 Analisa Data ..................................................................................................... 24 4.10 Alur ................................................................................................................ 24 4.11 Jadwal Penelitian............................................................................................ 25 BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 26 5.1 Analisis Univariat............................................................................................. 26 5.1.1 Gambaran Karakteristik Responden ......................................................... 26 5.1.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Mengenai Antibiotik ................. 29 5.1.3 Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Penggunaan Antibiotik ..... 30 5.2 Analisis Bivariat ............................................................................................... 30 5.2.1 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan ....... 31 5.3 Pembahasan Hasil ............................................................................................ 32 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 34 6.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 34 6.2 Saran ................................................................................................................. 34 a. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................... 34 b. Bagi Puskesmas Curug............................................................................... 35 c. Bagi Masyarakat......................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36 LAMPIRAN ............................................................................................................... 37
vi
Daftar Tabel Tabel 1. Metode Mengukur Kepatuhan ....................................................................... 9 Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 .................................................................................................................................... 27 Tabel 3. Gambaran Tingkat Pegetahuan Pasien mengenai Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 .......................................................................................... 29 Tabel 4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 ........................................................................ 30 Tabel 5. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatunan Pasien Menggunakan Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 .......................... 31
Daftar Grafik Grafik 1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ............................................ 28 Grafik 2. Tingkat Pendidikan ..................................................................................... 29 Grafik 3. Tingkat Kepatuhan...................................................................................... 30
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu obat yang paling sering diresepkan, tetapi sering terjadi penggunaan yang tidak tepat hingga menyebabkan resistensi terhadap kuman adalah antibiotik, disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat (Baltazar et al., 2009). Pemahaman masyarakat mengenai apa itu resistensi antibiotik sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian WHO dari 12 negara termasuk Indonesia, sebanyak 53-62% berhenti meminum antibiotik ketika merasa sudah sembuh.1 Saat ini, resistensi antibiotik merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat global, sehingga WHO mengkoordinasi kampanye global untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap antibiotik (World Health Organization, 2015). Hasil penelitian dari Yordania dimana diambil sampel acak dari 1.141 orang dewasa bahwa 67,1% percaya bahwa antibiotik mengobati pilek dan batuk. Sebesar 28,1% antibiotik disalahgunakan sebagai analgesik. Sebanyak 11,9% dari wanita menunjukkan pengetahuan bahwa penggunaan antibiotik selama kehamilan dan menyusui aman dikonsumsi dan 55,6% menggunakannya sebagai profilaksis terhadap infeksi. Sebesar 49,0% menggunakan
antibiotik
tanpa
konsultasi
dokter
sedangkan
51,8%
menggunakan antibiotik berdasarkan pada saran relatif. Dan juga 22,9% dari dokter meresepkan antibiotik melalui telepon dan ≥ 50,0% secara rutin meresepkan antibiotik untuk mengobati gejala flu biasa (Shehadeh et al., 2012). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Yusuf Sholihan tahun 2015 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dimana terdapat 276 responden, sebanyak 179 orang (64,86%) pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter. Adapun tingkat pengetahuan pengunjung apotek di kecamatan Jebres tentang antibiotik rendah, yaitu 102 orang (36,96%), sedang sebanyak 120 orang (43,48%), dan tinggi sebanyak 54 orang (19,57%) (Sholihan, 2015).1
1
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) melakukan survei di 3 lokasi studi yaitu Kabupaten Sukoharjo, Klaten dan Karanganyar berlangsung selama 3 tahun mulai September 2013 - Agustus 2016 terhadap masyarakat, menunjukkan hasil bahwa fungsi pengawasan serta
pengendalian
praktek
penggunaan
antibiotik
yang
tidak
bertanggungjawab dan tidak bijak lemah sehingga banyak penggunaan antibiotik yang tidak sesuai anjuran. Tingkat pengetahuan dari responden pasien rumah sakit masih rendah yaitu 61,1% (Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies [CIVAS], 2017). Berdasarkan latar belakang di atas, mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik masih tergolong rendah dan menimbulkan tingkat penggunaan irasional yang tinggi. Meskipun penelitian mengenai antibiotik telah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi ada penelitian yang mengatakan tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik tidak mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat.1,2
1.2 Perumusan Masalah
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan, dimana salah satu hasil penelitian dari Yordania, mengambil sampel acak dari 1.141 orang dewasa dengan hasil 67,1% percaya bahwa antibiotik mengobati pilek dan batuk, dan sebesar 28,1% antibiotik disalahgunakan sebagai analgesik.
Resistensi terhadap antibiotik semakin banyak ditemukan salah satunya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Pontianak menunjukkan bahwa resistensi tertinggi bakteri merupakan terhadap Metronidazol yaitu sebesar 92,2% diikuti oleh Sefaleksin sebesar 95,8%, Sefuroksim sebesar 92%, Oksasiklin sebesar 91,7%, dan Sefadroksil sebesar 91,5%.3
Pengaruh pengetahuan pasien mengenai antibiotik terhadap tingkat kepatuhan penggunaannya masih menjadi kontroversi dari penelitianpenelitian yang telah ada sebelumnya.
2
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat pengetahuan pasien terhadap antibiotik di Puskesmas Curug?
Bagaimana tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Curug?
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan masyarakat dalam penggunaan antibiotik di Puskesmas Curug?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik terhadap kepatuhan penggunaannya di Puskesmas Curug.
Tujuan Khusus Mengetahui kepatuhan pasien Puskesmas Curug dalam penggunaan antibiotik.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan gambaran mengenai tingkat pengetahuan antibiotik di Puskesmas Curug
Memberikan gambaran mengenai kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Curug
Meningkatkan tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik
Mencegah meningkatnya resistensi terhadap antibiotik
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotik 2.1.1 Definisi Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan dari berbagai jenis mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes) yang menekan mikroorganisme lainnya. Ratusan antibiotik telah berhasil di identifikasi dan dikembangkan sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati infeksi. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba (terutama fungi) yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak jenis antibiotik yang dibuat secara semi sintetik atau sintetik penuh. Akan tetapi, saat ini antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.2
2.1.2
Mekanisme Kerja Cara kerjanya dari antibiotik yang utama adalah menghambat sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, seperti kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida dan linkomisin. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok: 1.
Mengganggu
metabolisme
sel
mikroba
(sulfonamid
dan
trimetoprin) 2.
Menghambat sintesis dinding sel mikroba (penisilin dan sefalosporin)
3.
Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba (polimiksin, zat–zat polien, dan imidazol)
4
4.
Menghambat sintesis protein sel mikroba (eritromisin, tetrasiklin dan kloramfenikol)
5.
Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (golongan kuinolon dan rifampisin).2
Antibiotik memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda. Salah satu jenis antibiotik misalnya penisilin, seperti antibiotik β-laktam lain, penisilin akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengganggu reaksi transpeptidasi dalam sintesis dinding sel bakteri. Tetrasiklin memiliki mekanisme kerja dengan cara menghambat sintesa protein kuman. Chloramphenicol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman, umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi yang tinggi, Chloramphenicol kadang-kadang bersifat bakterisid. Mekanisme kerja dari sulfonamide adalah menghambat sintesis asam nukleat dan dihidropteroate sintase serta produksi folat. Trimethoprim secara selektif menghambat asam dihidrofolate reductase bakteri, yang mengubah asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat, suatu tahap menuju sintesis purin dan pada akhirnya sintesis DNA. Mekanisme kerja Quinolon menyekat sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomerase IV bakteri. Mekanisme kerja rifampisin sangat aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya menghambat DNAdependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNA. Polimiksin bersifat bakterisida. Polimiksin melekat
pada
membran
sel
bakteri
yang
kaya
dengan
fosfatidiletanolamin dan mengganggu sifat osmotik serta mekanisme transpor pada membran.2,4
2.1.3
Resistensi Antibiotik Resistensi antibiotik adalah suatu kondisi tidak terganggunya mikroba oleh antimikroba, atau dapat dikatakan efektifitas antibiotik
5
terhadap mikroba target berkurang. Resistensi antibiotik dapat terjadi karena penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai (tidak menyelesaikan pengobatan antibiotik), sehinga bermutasi dan menjadi resisten. Agar suatu antibiotik efektif, antibiotik tersebut harus mencapai targetnya, berikatan dengannya, dan mengganggu fungsinya. Resistensi bakteri terhadap senyawa antimikorba terbagi dalam 3 kelompok umum yaitu, obat tidak mencapai targetnya, obat tidak aktif, target berubah. Secara garis besar, kuman dapat menjadi resisten terhadap suatu antimikroba melalui tiga mekanisme: a. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba. Membran
luar
bakteri
gram
negatif
merupakan
sawar
permeabilitias yang mencegah molekul – molekul polar berukuran besar memasuki sel. Molekul – molekul polar berukuran kecil, termasuk banyak antibiotik, masuk ke dalam sel melalui saluran yang terbuat dari protein yang disebut porin. Jika saluran porin yang tepat tidak ada, atau terjadi mutasi, atau hilang, maka hal tersebut dapat memperlambat laju, atau sama sekali mencegah masuknya obat ke dalam sel, sehingga akan menurunkan konsentrasi efektif obat pada lokasi target. Jika target berada dalam sel dan obat memerlukan transport aktif untuk melewati membran sel, maka mutasi atau kondisi lingkungan yang menghentikan mekanisme transport ini dapat menyebabkan resistensi. b. Inaktifasi obat Variasi dari mekanisme ini adalah gagalnya sel bakteri untuk mengubah obat inaktif menjadi metabolit aktif. Perubahan pada target tersebut dapat terjadi akibat mutasi target alami, modifikasi target, dan substitusi target asal yang rentan dengan alternatif lain yang resisten. Mekanisme resistensi ini terjadi akibat menurunnya pengikatan obat oleh target kritis atau substitusi dengan target
6
baru yang tidak dapat mengikat obat yang ditujukan untuk target asalnya. c. Mikroba mengubah tempat ikatan (wall site) antimikroba Mekanisme ini terlihat pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Kuman ini mengubah Penicillin Binding Proteinnya (PBP) sehingga afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam yang lain.4
2.1.4
Efek Samping Umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi atau efek. Kegunaan terapi suatu obat tergantung selektifitas aksinya, sedemikan hingga merupakan efek yang paling menonjol dan hanya pada suatu kelompok sel atau fungsi organ. Efek atau aksi pokok adalah satu – satunya efek pada letak primer bila ada satu efek yang digunakan untuk terapi disebut efek terapi. Sedangkan efek samping adalah efek suatu obat yang tidak termasuk kegunaan terapi. Efek samping penggunaan antimkroba dikelompokkan menurut: 1) Reaksi alergi Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes, terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi. 2) Reaksi idio-sinkrasi Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD. 3) Reaksi toksik Pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis
7
antimikroba. Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai kini ialah golongan penisilin. Dalam menimbulkan efek toksik, masing – masing antimikroba dapat memiliki predileksi terhadap organ atau sistem tertentu pada tubuh hospes. 4) Perubahan biologi dan metabolik pada hospes5
2.2.
Kepatuhan 2.2.1. Pengertian Kepatuhan Menurut WHO (World Health Organization), kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau melaksanakan gaya hidup sesuai dengan
rekomendasi pemberi
pelayanan kesehatan. Menurut Sacket, kepatuhan merupakan sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan sebuah terapi pada pasien yang mengikuti ketentuanketentuan kesehatan profesional.6
2.2.2. Cara Mengukur Kepatuhan Cara pengukuran kepatuhan dapat dikelompokan menjadi 2 metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. untuk mengukur kepatuhan sebagai perilaku, aspek-aspek yang diukur sangat tergantung pada metode yang digunakan, seperti frekuensi, jumlah pil/obat lain, kontinuitas, metabolisme dalam tubuh, aspek biologis dalam darah, serta perubahan fisiologis dalam tubuh.6
8
Tabel 1. Metode Mengukur Kepatuhan 6
Morisky secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang dinamakan MMAS (Morisky Medication Adherence Scale), dengan delapan item yang berisi pernyataan-pernyataan yang menunjukkan frekuensi kelupaan dalam minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat.6 Metode lain dikemukakan oleh Krousel-Wood, dkk. (2009), yang membuat formula untuk menghitung kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang disebut sebagai CSA (Continuous SingleInterval Medication Availability), MPR (Medication Possesion Ratio)
9
dan CMG (Continuous Multiple-Interval Medication Gaps). CSA dihitung dengan membagi jumlah hari diberi obat oleh dokter dengan jumlah hari sebelum mengkonsumsi obat baru pada saat pengobatan berikutnya. MPR dihitung dengan membagi jumlah hari yang diberikan oleh dokter antara hari pertama diberi obat sampai hari terakhir obat dikonsumsi dengan total jumlah hari yang secara aktual digunakan untuk minum obat oleh pasien. CMG dihitung dengan membagi total jumlah hari tanpa minum obat antara hari pertama dan terakhir minum obat dengan jumlah hari dalam periode yang diberikan oleh dokter. Coudhry, dkk (2009) mengembangkan PDC (Proportion of Days Covered), yang diperoleh dengan membagi jumlah hari yang diberikan oleh dokter antara hari pertama dan terakhir dengan jumlah hari aktual yang digunakan oleh pasien antara hari pertama sampai terakhir ditambah dengan jumlah hari yang diberikan oleh dokter antar hari pertama sampai terakhir pada saat pemberian resep selanjutnya dibagi dengan jumlah hari aktual yang digunakan oleh pasien untuk mengkonsumsi obat pada periode pemberian resep periode ini, dikalikan 100 persen. Baik CSA, MPR, CMG maupun PDC, nampak bahwa aspek perilaku kepatuhan dalam mengkonsumsi obat adalah mengenai jumlah hari, dengan beberapa variasinya. Berdasarkan beberapa pertimbangan (antara lain kemudahan, metode yang sering digunakan oleh peneliti sebelumnya dan faktor teknis serta biaya), maka dalam penelitian ini aspek-aspek dan metode yang digunakan untuk
mengukur
kepatuhan
dalam
mengkonsumsi
obat
menggunakan metode skala, yaitu dengan mengadaptasi MMAS dari Morisky.
10
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain : Usia Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin banyak permasalahan yang dihadapi terutama terkait kondisi kesehatannya. Hal ini disebabkan terjadinya kemunduran fungsi seluruh tubuh secara progresif. Lansia yang tidak dapat beradaptasi dengan kemundurannya tersebut cenderung akan muncul sikap penolakan sehingga dapat bersikap tidak peduli dengan kondisinya dan tidak patuh dengan anjuran kesehatan terkait minum obat. Hal ini didukung oleh penelitian Misnadiarly (2006) bahwa umur tua atau lansia mempunyai peluang tidak patuh sehubungan dengan fungsi organ dan daya ingat.7
Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku dalam masyarakat. Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih memperhatikan kesehatannya dan lebih sering obati dirinya dibandingkan laki-laki.7
Tingkat Pendidikan Pendidikan
menuntut
manusia
untuk
berbuat
dan
mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi sehingga meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka akan memudahkan seseorang menerima informasi sehingga menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar kepatuhan dalam menjalani pengobatan.7
11
Status Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan.7
Sumber Informasi Keterpaparan
seseorang
terhadap
informasi
mempengaruhi
kepatuhan dalam pengobatan. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi seseorang dapat diperoleh dari televisi, radio, koran, buku, majalah, internet, keluarga dan lingkungan sekitar.
Jumlah Obat Dikonsumsi Jumlah obat yang dikonsumsi menjadi salah satu alasan munculnya ketidakpatuhan pengobatan penyakit kronik. Semakin banyaknya obat yang diminum, besar kemungkinan pasien untuk tidak patuh dengan pengobatannya.
Akomodasi (Biaya Transportasi) Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah jarak dan waktu, biasanya pasien cenderung malas melakukan pengobatan pada tempat yang jauh.
Gejala Penyakit Keteraturan pasien melakukan pengobatan juga dipengaruhi oleh keluhan yang dirasakan oleh pasien. Keluhan yang diderita akan membuat pasien semakin aktif dalam kunjungan pengobatan.
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah
12
memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula pasien melakukan kunjungan pengobatan.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula pasien dalam mengikuti pengobatan.
Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam
satu
rumah
tangga
berinteraksi
satu
sama
lain,
mempertahankan satu kebudayaan. Pasien yang sedang sakit sangat membutuhkan dukungan dari orangorang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap antara lain: Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi. Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan istirahat serta kapan saatnya kontrol.
13
Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien. Memberikan motivasi pada pasien untuk datang ke balai pengobatan.
Efek Samping Pengobatan Efek samping obat yang dirasakan pasien, terutama pasien penyakit kronik yang harus mengkonsumsi obat dalam jangka panjang, juga turut berperan dalam menentukan keteraturan pasien mengkonsumsi obatnya. Apabila pasien merasa terganggu dengan efek samping obat yang dikonsumsinya, maka pasien akan malas untuk melanjutkan pengobatannya. Motivasi Keinginan pasien untuk sembuh merupakan salah satu motivasi yang kuat untuk membantu kepatuhan pasien dalam pengobatannya. Dengan motivasi yang kuat, maka pasien tidak akan beralasan seperti sibuk, lupa, atau tidak punya waktu dalam meneruskan pengobatannya. Biaya Pengobatan Biaya pengobatan yang besar juga akan menjadi penghambat bagi pasien untuk meneruskan pengobatannya. Kemauan Membayar Pasien dengan penyakit kronik harus teratur dan rutin untuk melakukan pengobatan jangka panjang. Kebanyakan pasien akan merasa keberatan apabila harus membayar terus menerus.
2.2.4. Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan Berbagai strategi untuk meningkatkan kepatuhan antara lain 7 : Dukungan profesional kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk
14
meningkatkan kepatuhan, yakni dengan adanya komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
Dukungan sosial Dukungan
sosial
yang
dimaksud
adalah
keluarga.
Para
profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk
menunjang
peningkatan
kesehatan
pasien
maka
ketidakpatuhan dapat dikurangi.
Perilaku sehat Modifikasi
perilaku
sehat
sangat
diperlukan.
Untuk
pasien
dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.
Pemberian informasi Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam meningkatkan tingkat kepatuhan antara lain:
Pasien memerlukan dukungan, bukan disalahkan.
Konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka panjang adalah tidak tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.
Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan penggunaan obat.
Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai efektifitas suatu sistem kesehatan.
15
Memperbaiki kepatuhan merupakan intervensi terbaik dalam menangani penyakit kronis.
Diperlukan
pendekatan
secara
multidisiplin
dalam
ketidakpatuhan
dapat
menyelesaikan masalah ketidakpatuhan.
2.3.
Ketidakpatuhan 8 2.3.1
Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan –
Faktor
faktor
yang
mempengaruhi
digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven antara lain: Pemahaman tentang intruksi Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya.
Kualitas Interaksi Kualitas
interaksi
merupakan
antara
profesional
kesehatan
dan
pasien
bagian yang penting dalam menentukan derajat
kepatuhan.
Isolasi sosial dan keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan
bahwa
model
keyakinan
kesehatan
berguna
untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan.
2.3.2
Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpatuhan 8 Strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien:
Pasien harus mengembangkan tujuan kepatuhan serta memiliki keyakinan
dan
sikap
yang
positif
terhadap
suatu
16
penatalaksanaan, dan keluarga serta teman juga harus mendukung keyakinan tersebut.
Pengontrolan terhadap perilaku sering tidak cukup untuk mengubah perilaku itu sendiri. Faktor kognitif juga berperan penting.
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga
yang
lain,
teman
dapat
membantu
mengurangi ansietas, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan, dan mereka sering menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
17
BAB III KERANGKA TEORI
3.1. Kerangka Teori
Faktor Individu: - Usia - Jenis kelamin
Kepatuhan penggunaan antibiotik
Faktor lain: - Tingkat pengetahuan mengenai antibiotik - Ekonomi - Tingkat Pendidikan
18
3.2. Kerangka Konsep Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik
Kepatuhan Penggunaan Antibiotik
Variabel Independen
Variabel Dependen
Berikut adalah kerangka konsep yang menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik terhadap kepatuhan penggunaanya, dimana pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik variabel independen yang memiliki hubungan satu arah terhadap kepatuhan penggunaan antibiotik yang merupakan variabel dependen.
3.3. Hipotesis Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik terhadap kepatuhan penggunaannya
3.4. Definisi Operasional Variabel
Antibiotik
Definisi
Obat yang
Alat Ukur
-
Cara
Skala
Pengukuran
Pengukuran
-
-
Referensi
7,9
digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi yang di akibatkan oleh bakteri
19
Kepatuhan
Kuesioner Pengetahuan Masyarakat Mengenai
Jawaban
Skor
A=1
Baik (10 - 12)
B=2
Kurang (6 - 9)
Jawaban
Skor
A=2
Baik (11 -15)
B=3
Kurang (5 - 10)
10
Antibiotik Pengetahuan
Kuesioner Pengetahuan Masyarakat Mengenai Antibiotik
10
C=1
20
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional), serta pengambilan data primer (wawancara).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Curug. Studi dilakukan pada periode 10 Desember 2018 - 25 Januari 2019.
4.3 Bahan dan Cara Penelitian 4.3.1 Bahan Penelitian • Kuesioner
gambaran
pengetahuan
dan
kepatuhan
masyarakat
mengenai antibiotik. 4.3.2
Cara Penelitian 1. Peneliti akan menjelaskan mengenai judul dan tujuan penelitian 2. Responden akan mengisi dan menandatangani lembar informed consent. 3. Peneliti akan membagikan kuesioner kepada responden tentang pengetahuan
masyarakat
mengenai
antibiotik
dan
kepatuhan
penggunaannya. Responden akan menjawab sesuai dengan apa yang responden ketahui mengenai antibiotik. 4. Peneliti akan mengumpulkan kembali kuesioner dari responden. 5. Data akan dikumpulkan dan di tabulasi menggunakan Microsoft Excel 2010 dan data akan diolah menggunakan SPSS 22.
21
4.4 Populasi Penelitian 4.4.1
Populasi Target Populasi target adalah semua pasien yang datang berobat ke Puskesmas Curug pada 7 - 12 Januari 2019.
4.4.2
Populasi Terjangkau Pasien yang berobat di ruang pelayanan Puskesmas Curug dan mampu untuk menjawab pertanyaan.
4.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan cara pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling.
4.6 Cara Penghitungan Jumlah Sampel Besar sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus besar sampel menggunakan uji hipotesis untuk penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Rumus besar sampel analitik komparatif kategorik tidak berpasangan adalah: (Zα√2𝑝𝑞 + 𝑍𝛽√𝑝1𝑞1 + 𝑝2𝑞2) (𝑝1 − 𝑝2)2
2
Zα = kesalahan tipe I ditetapkan 5% Zβ = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% p1-p2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna
22
Dengan : Zα = 1.96
p1 = 0.62
Zβ = 0.84
p2 = 0.48
p = 0.55
q1 = 0.38
q = 0.45
q2 = 0.52
p1 – p2 = 0.14
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100 subyek.
4.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi: - Pasien yang berobat di Puskesmas Curug - Pasien berusia 19 tahun – 55 tahun - Pasien kooperatif Kriteria eksklusi: - Pasien menolak berpartisipasi dalam penelitian - Pasien berusia <19 tahun dan >55 tahun - Tidak bisa membaca dan menulis
4.8 Pengolahan Data Untuk memperoleh data kualitatif pasien dilakukan pengumpulan data secara primer yang dilakukan melalui proses wawancara kepada pasien di Puskesmas Curug. Data kategorik dijabarkan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Data nominal atau ordinal akan dijabarkan dalam bentuk proporsi dengan menyertakan interval kepercayaan 95% dan p value. Status pasien yang memenuhi kriteria secara konsekutif dan kemudian dicocokan dengan kriteria
23
inklusi/eksklusi. Tabulasi dilakukan menggunakan program pengumpulan data elektronik Microsoft Excel 2010, sedangkan analisis data menggunakan program SPSS 22.0. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan metode di atas sampai besar sampel telah terpenuhi.
4.9 Analisa Data Analisis bivariat mencari hubungan tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik dengan kepatuhan minum antibiotik yang dilakukan dengan uji Analisis Chi Square.
4.10 Alur
Informed consent
24
4.11 Jadwal Penelitian 10 Desember – 7 Januari – 14 Januari – 21 Januari – 5 Januari
12 Januari
19 Januari
25 Januari
Proposal Penelitian Pengambilan Data Pengolahan Data Analisis Data Laporan dan Publikasi
25
BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Curug terhadap masyarakat yang datang berobat ke ruang pelayanan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik lalu dihubungkan dengan kepatuhan mereka dalam menggunakan antibiotik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terbagi menjadi dua bagian yaitu tingkat pengetahuan dan kepuasan yang masingmasing terdiri dari lima dan enam pertanyaan. Penelitian dilakukan pada 10 Desember 2018 sampai 25 Januari 2019 dengan waktu pengambilan data sekitar 1 minggu. Dalam pelaksanaan penelitian ini, responden akan diajukan informed consent lalu data diambil dengan pengisian kuesioner. Saat responden selesai mengerjakan kuesioner, peneliti memeriksa kembali setiap lembar kuesioner untuk mengetahui kelengkapan pengisian data.
5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Gambaran Karakteristik Responden Dari
hasil
penelitian,
didapatkan
gambaran
karakteristik
responden yang berkunjung ke ruang pelayanan Puskesmas Curug (tabel 2). Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa responden wanita lebih banyak dari pria, yaitu sebanyak 65 dari 100 pasien (65%). Berdasarkan tingkat pendidikan, terbanyak ditemukan pada tingkat pendidikan SMP/sederajat sebanyak 45 pasien (45%), diikuti oleh SMA/sederajat sebanyak 27 pasien (27%), kemudian SD/sederajat sebanyak 22 pasien (22%), kemudian S1 sebanyak 4 pasien (4%), dan yang paling sedikit D3 sebanyak 2 pasien (2%). Selain itu, dari hasil penelitian juga didapatkan data umur pasien yang bervariasi sehingga usia dikelompokkan berdasarkan kuartil, yaitu kelompok usia 19 – 24 tahun, 25 – 44 tahun, dan 45 – 55 tahun.
26
Kelompok usia terbesar yang berkunjung ke ruang pelayanan Puskesmas Curug merupakan kelompok usia 25 – 44 tahun yaitu sebanyak 69 dari 100 pasien (69%) dan diikuti oleh kelompok usia 19 – 24 tahun sebanyak 18 pasien (18%) dan kelompok usia 45 – 55 tahun sebanyak 13 pasien (13%). Berdasarkan pekerjaan, Ibu Rumah Tangga mendominasi yaitu sebanyak 50 dari 100 pasien (50%), di ikuti oleh Karyawan sebanyak 23 pasien (23%), Buruh sebanyak 12 orang (12%), Wirausaha dan Mahasiswa/I dengan masing – masing sebanyak 4 orang (4% dan 4%), Kuli Bangunan dan Pengangguran dengan masing-masing sebanyak 2 orang (2% dan 2%), dan yang terakhir merupakan Guru, Supir, dan Tukang Parkir masing – masing sebanyak 1 orang (1%, 1%, dan 1%)
Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 Variabel
Jumlah (N)
Persentase (%)
Wanita
65
65%
Pria
35
35%
SD/Sederajat
22
22%
SMP/Sederajat
45
45%
SMA/Sederajat
27
27%
D3
2
2%
S1
4
4%
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Usia
27
19-24 tahun
18
18%
25-44 tahun
69
69%
45-55 tahun
13
13%
Ibu Rumah Tangga
50
50%
Buruh
12
12%
Karyawan
23
23%
Wirausaha
4
4%
Kuli Bangunan
2
2%
Guru
1
1%
Mahasiswa/i
4
4%
Pengangguran
2
2%
Supir
1
1%
Tukang Parkir
1
1%
Pekerjaan
Jumlah Responden
35%
Wanita 65%
Pria
Grafik 1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin 28
5.1.2 Gambaran Tingkat Pegetahuan Pasien Mengenai Antibiotik Pada area tingkat pengetahuan ditemukan bahwa cukup banyak pasien memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai antibiotik (56%) sedangkan sebagian lagi (44%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai antibiotik.
Tabel 3. Gambaran Tingkat Pegetahuan Pasien mengenai Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 Jumlah (N)
Persentase
Baik
56
56%
Kurang
44
44%
Jumlah
100
100%
Tingkat Pendidikan 60 50
40 30
Baik
20
Buruk
10 0
56
44
Frekuensi (N)
Grafik 2. Tingkat Pendidikan
29
5.1.3 Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Penggunaan Antibiotik Pada area tingkat kepatuhan ditemukan bahwa sebagian besar pasien (84%) patuh dalam penggunaan antibiotik dan hanya sebagian kecil pasien (16%) kurang patuh dalam penggunaan antibiotik.
Tabel 4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 Jumlah (N)
Persentase
Baik
84
84%
Kurang
16
16%
Jumlah
100
100%
Tingkat Kepatuhan 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Baik Buruk 84
16
Frekuensi (N)
Grafik 3. Tingkat Kepatuhan
5.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang akan diuji dengan analisis bivariat adalah hubungan tingkat pengetahuan dengan 30
tingkat kepatuhan. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnova sebaran data kedua variabel tidak normal p ≥ 0.05. Oleh sebab itu, uji statistik yang sesuai dalam penelitian ini adalah uji Chi square.
5.2.1
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Masyarakat Tabel 5. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatunan Pasien Menggunakan Antibiotik di Puskesmas Curug bulan Januari 2019 Tingkat Kepatuhan
Baik Tingkat Pengetahuan
Total
Kurang
Total
Baik
Kurang
Frekuensi
50
6
56
(%)
(50%)
(6%)
(56%)
Frekuensi
34
10
44
(%)
(34%)
(10%)
(44%)
Frekuensi
84
16
100
(%)
(84%)
(16%)
(100%)
p
Odds
Value
Ratio
95% Confidence Interval 0.814 –
0.104
2.451
7.377 (6.563)
Tabel 5 merupakan hasil analisis antara hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik. Terdapat 50 pasien (50%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan tingkat kepatuhan yang baik sedangkan 34 pasien (34%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang namun memiliki kepatuhan yang baik. Selain itu terdapat 6 pasien (6%) dengan tingkat pengetahuan yang baik namun dengan tingkat kepatuhan kurang serta 10 pasien (10%) memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan yang kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,104 dengan odd ratio (OR) sebesar 2,451. Nilai 95% Confident Interval (CI) yang didapatkan merupakan sebesar 0,814 – 7,377 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat 31
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik dan hasil tersebut bermakna.
5.3 Pembahasan Hasil Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat (Brannon dan Feist, 2004) dalam Setiadi (2014) yaitu karakter individu (usia, gender, dukungan sosial, dukungan emosional kepribadian individu, keyakinan individu tentang penyakit yang diderita), norma budaya dan karakter hubungan antara pasien dengan petugas kesehatan. Dalam penelitian ini, peneliti menilai tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien mengenai antibiotik melalui kuesioner yang terdiri dari sebelas pertanyaan, dimana pertanyaan nomor satu hingga empat dan sebelas adalah untuk menilai pengetahuan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti faktor hubungan antara tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik terhadap tingkat kepatuhan. Sedangkan untuk faktor-faktor yang lain seperti usia, gender, pendidikan, dukungan sosial (keluarga), dukungan emosional dan norma budaya, peneliti memang tidak melakukan penelitian terhadap faktor-faktor tersebut. Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat uji statistik Chi square untuk mengetahui apakah ada tingkat pengetahuan pasien mengenai antiobiotik dengan kepatuhan minum obat. Kemudian, diperoleh p value 0,104 dengan odd ratio (OR) sebesar 2,451. Nilai 95% Confident Interval (CI) yang didapatkan merupakan sebesar 0,814 – 7,377 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Asih tahun 2011 yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pasien mengenai antibiotik mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat dengan nilai p < 0,05. Namun, hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Novia Ariani dan Aditya Maulana tahun 2016 dengan nilai p 0,963. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan obat bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kepatuhan.
32
Berdasarkan hasil analisis univariat, faktor internal yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan antibiotik didapatkan bahwa pasien paling banyak terjadi pada usia 25 – 44 tahun yaitu sebanyak 69 dari 100 pasien (69%), berjenis kelamin perempuan (65%). Tingkat pendidikan pasien yang dapat mendasari pengetahuan pasien mengenai penyakit dan pengobatannya menjadi salah satu faktor kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi antibiotik, mayoritas pasien yang berobat memiliki latar pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (45%). Pekerjaan yang dimiliki pasien dapat mempengaruhi dari kepatuhan pasien dalam meminum antibiotik, dilihat dari segi waktu. Mayoritas pasien yang berobat adalah seorang Ibu Rumah Tangga (50%). Peneliti menggunakan kuesioner sebagai media dalam mengumpulkan data. Menurut Feist (2014), kuesioner merupakan salah satu metode untuk mengukur kepatuhan yang mudah, tidak memerlukan biaya yang mahal dan cocok untuk penelitian denan waktu terbatas. Namun, kelemahan pengumpulan data dengan kuesioner adalah sangat mungkin terjadi kesalahan dikarenakan menyerahkan sepenuhnya pada kejujuran dan ingatan pasien. Dalam
penelitian
kali
ini,
peneliti
menggunakan
kuesioner
untuk
mengumpulkan data dikarenakan adanya keterbatasan waktu, biaya, serta anggota untuk melaksanakan penelitian.
33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik kategorik dan kualitatif dengan kuesioner. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 responden yang merupakan pasien Puskesmas Curug yang pernah mendapatkan pengobatan antibiotik berusia 19 – 45 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah 100 responden, tingkat pengetahuan di Puskesmas Curug, antara lain dikategorikan baik sebanyak 56 responden, kemudian tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Curug antara lain 84 responden. Dari hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi Square, hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan seseorang mengenai antibiotik terhadap kepatuhan penggunaannya. Hal ini dikarenakan karena berdasarkan studi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa faktor lain yang diperkirakan dapat memengaruhi tingkat kepatuhan seseorang terhadap penggunaan antibiotik, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, akomodasi, pengetahuan, biaya pengobatan, dukungan keluarga, dan lain-lain.
6.2
Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang perlu dipertimbangkan. Saran-saran tersebut antara lain : a.
Bagi peneliti selanjutnya Peneliti mengharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman dan menginspirasi penelitian berikutnya sehingga dapat mengetahui lebih dalam mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan
34
masyarakat
b.
dengan
kepatuhan
penggunaan
antibiotik.
Bagi Puskesmas Curug Diharapkan meningkatkan motivasi pasien agar dapat patuh dalam pengobatan antibiotik dengan cara memberikan penyuluhan secara khusus mengenai penggunaan antibiotik yang benar, dan mengingatkan kembali dampak dari penggunaan antibiotik yang tidak benar.
c.
Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya mengkonsumsi obat antibiotik dengan benar sesuai dengan anjuran dokter.
35
DAFTAR PUSTAKA
1.
Asih HAS. Pengaruh Komunikasi Petugas Pelayanan Informasi Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan di RSUD dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara; 2011 [diakses 24
Desember
2018].
Tersedia
di
:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30975 2.
Depkes. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan. 2006.
3.
Nurmala, Virgiandhy IGN, Andriani, Liana DF. Resistensi dan Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013. Resistensi dan Sensitivitas Bakteri. April 2015; 3(1): 21-28.
4.
Insani WN. Pengaruh Pelayanan Informasi Obat Terhadap Keberhasilan Terapi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Padjajaran; 2013 [diakses 24 Desember 2018]. Tersedia di : http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/view/12772
5.
Julaiha S. Studi Deskriftif Pemberian Informasi Obat Antibiotik Kepada Pasien di Puskesmas Sungai Mesa Banjarmasin. Akademi Farmasi ISFI. 2014
6.
Kemenkes.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2004. 7.
Kemenkes.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 8.
Niven N. Psikologi Kesehatan. 2nd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
9.
WHO. Antibiotic Resistance. World Health Organization; 2018 [diakses 10 Januari
2019].
Tersedia
di
:
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/antibiotic-resistance 10. Habibah L. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Antibiotik dan Penggunaannya di Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung. Politeknik Kesehatan Bandung; 2015.
36
LAMPIRAN KUESIONER
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Antibiotik dan Kepatuhan Penggunaannya di Puskesmas Curug Tangerang
I.
II.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin
:
Usia
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Pertanyaan Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar sesuai dengan yang Anda ketahui
1. Menurut anda, antibiotik digunakan untuk apa? a. Mengobati semua penyakit b. Mengobati penyakit infeksi karena bakteri c. Tidak tahu 2. Tujuan dari penggunaan antibiotik adalah ... a. Menghilangkan nyeri b. Membunuh bakteri penyebab penyakit c. Tidak tahu 3. Menurut anda kapan penggunaan antibiotik dihentikan? a. Jika sudah tidak ada keluhan b. Sampai obat habis c. Tidak tahu 4. Apa yang akan terjadi bila mengkonsumsi antibiotik tidak tepat dosis? a. Kuman mati dan penyakit akan sembuh 37
b. Kuman menjadi kebal terhadap antibiotik c. Tidak tahu 5. Apakah anda terkadang lupa meminum antibiotik ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah
Anda
pernah
berhenti
meminum
antibiotik
tanpa
memberitahu dokter? a. Ya b. Tidak 7. Ketika Anda berpegian keluar rumah, apakah Anda terkadang lupa membawa obat? a. Ya b. Tidak 8. Ketika merasa keluhan Anda telah membaik, apakah Anda terkadang menghentikan pengobatan Anda? a. Ya b. Tidak 9. Apakah Anda pernah merasa jenuh ketika harus meminum antibiotik? a. Ya b. Tidak 10. Apakah Anda menuntaskan pengobatan antibiotik Anda yang terakhir kali? a. Ya b. Tidak 11. Yang termasuk golongan antibiotik di bawah ini ... a. Parasetamol, antalgin b. Cotrimoksazole, amoksisilin
38
Pengetahuan pasien tentang antibiotik : pertanyaan 1-5 dan 11 Kepatuhan pasien terhadap pengobatan antibiotik : Pertanyaan 6-10
Score pertanyaan no. 1-5 dan 11 A=2 B=3
Baik (11 -15)
Kurang (5 - 10)
C=1 Score pertanyaan no. 6-10 A=1 B=2
Baik (10 - 12)
Kurang (6 - 9)
Pengolahan Validitas Instrumen Penelitian Secara Statistik
39