Tingkat Biaya.docx

  • Uploaded by: Milanurul Izzah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tingkat Biaya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,014
  • Pages: 4
TINGKAT BIAYA Dalam pembahasan tingkat biaya ini faktor penggunaan modal sangat menjadi perhatian karena dalam kenyataan ada beberapa sumber modal yang digunakan oleh produsen sedangkan karakter dari biaya modal sangat bergantung dari sumber penggunaan modal tersebut seperti penggunaan sumber modal yang berbasis bunga tentu berbeda dengan sumber modal yang berbasis Syariah atau qardun hasan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah Apakah pengenaan bunga terhadap modal akan membawa dampak yang luas bagi tingkat efisiensi produksi? Untuk menggambarkan keadaan ini kita akan menggunakan alat bantu grafis yang pada sumbu x menunjukkan jumlah produksi atau jumlah output yang disimbolkan dengan Q (quantity), dan pada sumbu Y menunjukkan biaya dan penerimaan dalam satuan rupiah. komponen biaya dapat dibagi menjadi 3 yaitu biaya tetap (fixed cost, FC), biaya variabel (variabel cost, VC) dan biaya keseluruhan (total cost, TC). Sedangkan komponen penerimaan merupakan penerimaan keseluruhan (total revenue, TR). Analisis yang paling fundamental untuk menerangkan analisis biaya adalah fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat output yang akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan dipengaruhi oleh berapa besar output yang diproduksi1 Fixed cost besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis horizontal. Berapapun output yang dihasilkan, biayanya tetap. Salah satu contoh dari biaya tetap ini adalah biaya bunga yang harus dibayar produsen. Besarnya beban bunga yang harus dibayar tergantung pada berapa banyak kredit yang diterima produsen, bukan tergantung pada berapa banyak output yang dihasilkannya2. Sedangkan nilai variabel cost akan semakin meningkat setiap kali ada penambahan input dengan demikian kurva AC berlereng positif ke kanan. Sedangkan total cost adalah penambahan antara AC dan FC. Variabel cost besarnya ditentukan langsung oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Misal untuk setiap 1 Kg beras yang dihasilkan diperlukan biaya Rp1.000. Berarti untuk memproduksi 2 kg beras, biayanya Rp2.000 dan seterusnya. Seperti pada kurva berikut :

1 2

ibid Franz Rosenthal (London: Routledge & Kegan Paul)

A. Dampak sistem bunga vs bagi hasil dalam tingkat biaya Karakteristik dari sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah adanya biaya yang harus dibayarkan oleh produsen bersifat tetap. Sehingga biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed cost, dengan kata lain, berapapun jumlah output yang diproduksi bunga tetap harus dibayar3. Konsekuensi lebih lanjut, keberadaan biaya bunga akan meningkatkan total biaya (TC-TCi). Dengan menggunakan sistem bagi hasil hal ini tidak terjadi. Naiknya total cost akan mendorong break even point dari titik Q ke Qi4. Cara grafik efek kenaikan biaya bunga dalam analisis biaya dapat dilihat pada gambar berikut :

Untuk mengilustrasikan perbedaan dampak dari penggunaan bunga dan sistem bagi hasil dapat digambarkan pada tabel dibawah ini. Seorang petani yang menanam padi menghadapi kendala pasar beras sebagai berikut ; harga jual beras yang diminta pasar adalah Rp2.000 per 1 kg, bila 2 kg, maka penerimaannya dari penjualan beras adalah Rp4.000 dan seterusnya. Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen sama sekali tidak akan mempengaruhi kurva permintaan. Oleh karena itu kurva total permintaan (TR) dalam sistem bunga adalah TRi = TR. Berbeda dengan sistem bunga, pada sistem bagi hasil kurva fixed cost tidak terpengaruh, tetapi memberlakukan sistem ini akan berpengaruh terhadap kurva TR (total 3 4

Penjelasan matematis dapat dilihat di Walter Nicholson Q adalah quantity yang menunjukkan jumlah produksi atau jumlah output

revenue). Misalkan pada saat masa tanam, si petani membutuhkan sejumlah dana dari seorang shahibul maal. Diasumsikan antara petani dan shahibul maal membuat kesepakatan bahwa nisbah hasil adalah 70:30 dari penerimaan (70% untuk petani, 30% untuk pemodal/shahibul maal). Contoh, bila terjual 1 kg, maka bagi hasil yang diterima petani adalah Rp1.400, sedangkan porsi bagi hasil untuk shahibul maal adalah Rp600, bila 2 kg maka Rp2.800 untuk petani dan seterusnya. Jumlah Terjual (Kg) 1 2 3 4 5 6 dst

Penerimaan (Rp) 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 dst

Bagi Hasil (Rp) 1.400 2.800 4.200 5.600 7.000 8.400 dst

Jadi bila dalam sistem bunga yang berubah adalah kurva TC yaitu kurva TC akan bergeser paralel ke kiri atas, sedangkan dalam sistem bagi hasil yang berubah adalah kurva TR akan berputar searah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbu putarannya, semakin besar nisbah bagi hasil yang diberikan kepada pemodal, maka kurva TR itu semakin mendekati horizontal sumbu x. Titik BEP5 adalah titik impas6, yaitu ketika kurva TR berpotongan dengan kurva TC, atau secara matematis titik BEP terjadi ketika TR = TC. Dengan berputarnya kurva total penerimaan dari TR menjadi TRrs, titik BEP yang tadinya terjadi pada jumlah output Q sekarang menjadi pada jumlah output Qrs.

5 6

BEP : Break Event Point Titik yang menunjukkan hasil penjualan hanya untuk menutup harga pokok produk (tidak untung atau rugi)

Dari sisi BEP, kita tidak dapat menjawab pertanyaan apakah penggunaan sistem bunga akan membawa perilaku produsen untuk berproduksi pada tingkat output yang lebih kecil, lebih besar atau sama dengan tingkat output sistem bagi hasil. Di kedua sistem ini kita mendapatkan bahwa Qi > Q dan Qrs > Q. Apakah Qi > Qrs atau Qi < Qrs atau Qi = Qrs ditentukan dari berapa besar bunga dibandingkan dengan berapa besar nisbah bagi hasil. Perbedaannya adalah pada penyebabnya, bila Qi disebabkan naiknyaTC, maka Qrs disebabkan berputarnya TR. Yang pasti adalah bahwa kedua sistem, baik sistem bunga maupun revenue sharing akan menggeser Q menjadi lebih besar. Kenapa bisa demikian? Logika sederhananya begini, bila si petani dalam memproduksi padi tanpa menggunakan sumber modal dari pihak lain maka si petani akan berproduksi dan menjual berasnya pada jumlah yang menyebabkan atau paling sedikit memberikan keuntungan. Contoh keuntungan baru akan didapat apabila jumlah beras yang di produksi minimal 100 kg. Namun, apabila si petani tersebut menggunakan sumber dana (baik dengan sistem bunga maupun bagi hasil) maka tuntutan untuk memenuhi keuntungan minimal adalah lebih besar dari 100 kg. Tuntutan ini sebagai konsekuensi atas pembayaran bunga dan bagi hasil yang harus dibagi ke pihak lain. Misalkan, dengan adanya konsekuensi pembayaran bunga atau bagi hasil, keuntungan minimal baru akan didapat apabila jumlah jumlah beras yang di produksi minimal 120 kg. Dengan demikian, karena adanya konsekuensi pembayaran kepada pihak ketiga, maka produsen akan terdorong untuk memproduksi barang pada jumlah yang lebih besar.

Daftar Pustaka Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Related Documents

Tingkat Biaya.docx
October 2019 31
Tingkat Iritasi.htm
August 2019 36
Tingkat Kesadaran
June 2020 16
Quiz Kkpi Tingkat Xii
April 2020 2

More Documents from ""