HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN NIAT KADER DALAM PENEMUAN KASUS PENYAKIT DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INDRALAYA
DISUSUN OLEH : DINA KURNIAWATI D11.2016.02141
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2019
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular dengue tersebut 2egara ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 negara Indonesia termasuk 2egara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, terjadi peningkatan kasus dari tahun 2014 ke 2015 yaitu sebanyak 100.347 pada tahun 2014 menjadi 129.650 pada tahun 2015. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kejadian DBD tahun 2015 sebesar <49 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, jumlah kasus DBD di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 1.450 kasus pada tahun 2013 menjadi 1.506 kasus pada tahun 2014. Untuk menggurangi angka terjadinya kesakitan dan kematian penyakit DBD hal terpenting adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk yang perlu ditingkatkan antara lain melalui pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakkan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Data distribusi pelaporan tahunan kasus DBD berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir diketahui bahwa selama 3 tahun berturut-turut kasus DBD tertinggi berada di Kecamatan Indralaya khususnya pada Puskesmas Indralaya dengan jumlah kasus sebagai berikut (IR DBD tahun 2013=0,076, tahun 2014=0,071, tahun 2015=0,163). Pada tahun 2013 dan tahun 2014 tidak ditemukan kasus meninggal yang disebabkan oleh penyakit DBD, namun pada tahun 2015 ditemukan 1 kasus meninggal yang disebabkan karena penyakit DBD. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang petugas di Puskesmas Indralaya, di peroleh data penemuan kasus DBD sampai dengan bulan juni 2017 sebanyak 12 kasus dengan jenis kelamin laki-laki 8 orang dan perempuan sebanyak 4 orang.
Tujuan A. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan sikap dengan niat kader dalam penemuan kasus DBD dan Jentik Nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Indralaya.
B. Tujuan Khusus 1. Menggambarkan karakter responden yaitu umur kader dalam penemuan kasus DBD dan Jentik Nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. 2. Menggambarkan karakter responden yaitu pendidikan kader dalam penemuan kasus DBD dan Jentik Nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. 3. Menganalisis hubungan antara sikap dengan niat kader dalam penemuan kasus DBD dan Jentik Nyamuk.
Manfaat Penelitian 1. Bagi keilmuan Dapat digunakan sebagai tambahan dalam mengembangkan Ilmu Kesehatan Masyarakat khusnya tentang sikap dan niat dalam penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk.
2. Bagi Program Dapat digunakan menjadi masukan dalam menjalankan sebuah program kesehatan terlebih khusus untuk mendukung kegiatankader dalam penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk.
3. Untuk Masyarakat Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan agar dapat menambah wawasan masyarakat tentang peran kader dalam penemuan kasus DBD dan Jenti Nyamuk.
BAB II Tinjauan Pustaka
DBD ( Demam Berdarah Dengue ) Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali. Sampai saai ini DBD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup msyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan sakit. Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap ujicoba, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan memberantas nyamuk penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat dilakukan pada saat masih berupa jentik atau nyamuk dewasa.
Teori Reasoned Action (TRA) Teori Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980. Menurut Jogiyanto, teori ini muncul karena kurang berhasilnya penelitian yang menguji teori sikap, yaitu hubungan antara sikap dan perilaku. Hasil penelitian yang menguji teori sikap ini kurang memuaskan karena banyak ditemui hasil hubungan yang lemah antara pengukuran sikap dengan kinerja dari perilaku sukarela yang dikehendaki. Berdasarkan teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action) suatu tingkah laku ditentukan oleh niat prilaku, dan niat berprilaku.ini untuk mengetahui seberapa banyak penemuan jentik saat dilakukan pemeriksaan jentik di setiap rumah dan untuk mengambil keputusan program dalam penemuan kasus DBD dan Jentik Nyamuk dengan melakukan pemeriksaan jentik di setiap rumah. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan niat kader dalam penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk apakah dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut, Ajzen melengkapi TRA dengan keyakinan. Ditemukannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku.
Secara sistematik, Teori Reasoned Action (TRA) dapat di gambarkan sebagai berikut Sikap terhadap perilaku
Niat
perilaku
Teori Reasoned Action (TRA) dipergunakan secara luas juga untuk menguji dan memahami prediktorprediktor perilaku social yang menghubungkan antara sikap dan perilaku. Teori ini memepunyai tujuan bahwa niat dapat dikonsep sebagai rencana tindakan menuju perilaku. Dalam teori TRA dikembangkan suatu konstruksi bahwa perilaku bergantung dari beberapa variable yang saling berhubungan yaitu suatu keyakinan, sikap, norma, dan niat. Dalam model ini dikatakan bahwa perilaku actual suatu individu ditentukan oleh niat untuk perilaku . niat untuk berperilaku ditentukan oleh dua faktor secara bersamaan yaitu sikap seseorang terhadap perilaku dan norma yang subjektif. 1. Sikap Didefinisikan sebagai perasaan negative atau positif pada suatu individu terhadap pencapaian suatu perilaku. Menurut teori TRA sikap sesorang terhadap perilaku ditentukan oleh apa yang diyakini orang itu sebagai konsekuensi atas perilakunya, dikalikan dengan penilaiannya terhadap konsekuensi tersebut. 2. Niat Niat mempunyai peran penting dalam mengambil keputusan untuk merubah segala sesuatu yang tidak baik. Segala perubahan yang terjadi dilandasi oleh niat terlebih dahulu. Niat dalam berperilaku ditentukan oleh 4 komponen, yaitu a. Kemampuan diri Seseorang yang memiliki kemampuan diri yang tinggi akan merasa yakin bahwa dirinya bias berahasil merubah perilakunya. Sebaliknya seseorang dengan kemampuan diri yang rendah akan memiliki keyakinan bahwa dirinya gagal. b. Respon efektifitas Keyakinan seseorang bahwa berprilaku seperti yang disarankan akan efektif dalam mengurangi atau menghilangkan bahaya. Respon seperti ini secara efektif dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang untuk berperilaku sesuai saran yang didapat. c. Vulnerability Merupakan kerentanan yang dianggap sebagai hasil dari yang tidak diinginkan. Persepsi subjektif seseorang akan bahaya kejadian negative yang di alamai. Semakin tinggi anggapan seseorang terhadap kerentanan, maka semakin tinggi niatnya untuk emlakukan hal yang disarankan.
d. Severity Merupakan tingkat kegawatan atau cara pandang seseorang terhadap bahaya dan tidaknya suatu objek. Semakin tinggi tingkat kegawatan dari suatu keajadian atau hasil negative lainnya, maka semakin tinggi niat seseorang untuk mengikuti saran yang didapat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader 1. Pengertian perilaku Yaitu uatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup yang bersangkutan. Pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bantangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dsb. Menurut mahfoed (2005), perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan oleh prinsip-prinsip kesehatan. Perilaku adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia bersifat pasif maupun bersikap aktif. 2. Bentuk-bentuk perilaku kesehatan 1. Perilaku terbuka Perilaku terjadi apabila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik maka akan dapat diambil orang lain dari luar 2. Perilaku tertutup Terjadi apabila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain secara jelas.Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Paktik penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk Praktik penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk merupakan langskah dalam kegiatan tatapelaksanaan untuk mngurangi angka kejadian kasus baru. Penemuan jentik nyamuk yang dapat menular disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui gigitan nyamuk nyamuk Aedes aegypti sehingga dengan melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM) tersebut diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Upaya penemuan tersebut dapat dilakukan petugas kesehatan maupun masyarakat, terutama oleh kader yang biasa memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD dan yang biasa melakukan PSM. Penanggulangannya kepada masyarakat, dapat membantu menemukan jentik-jentik nyamuk di wilayahnya dan kemudian juga membantu memberikan penyuluhan kepada masyarakat wilayah tersebut untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan di wilayah tersebut.
BAB III Metode Penelitian
Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
Sikap kader terhadap penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk
Niat kader terhadap penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk
Hipotesis Ada hubungan antara sikap dengan niat kader terhadap penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Indralaya
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan explanatory research dengan menggunakan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional.
Variable 1. Variable bebas dari penelitian ini adalah bagaimana sikap kader terhadap penemuan kasus DBD dan jentik 2. Variabel terikatnya adalah niat kader terhadap penemuan kasus DBD dan jentik nyamuk.
Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diambil dari penelitian seluruh kader di wilayah kerja puskesmas Indralaya sebanyak 65 orang kader. 2. Sampel Sampel dari populasi penelitiannya adalah kader kesehatan di wilayah puskesmas Indralaya, jumlah sampel penelitian ini adalah dari total populasi sebanyak 65 orang kader.
Pengumpulan Data 1. Jenis data a. Data Primer Dipeoleh dari hasil wawancara menggunakan pertanyaan yang telah disusun pada lembar kuesioner. b. Data Sekunder Dipeoleh dari data yang didapat di Puskesmas Indralaya
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari wawancara kepada rsponden dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan menggunakan pedoman kuesioner yang telah dibuat, selanjutnya jawaban responden dicatat dalam kuesioner.