Proposal.docx

  • Uploaded by: Dina Dina
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,615
  • Pages: 25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padilla, 2013). Hatta (2006) menyatakan, Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan WHO penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia juga kian meningkat (Kresnawati Indah, 2012) Beberapa wilyah di Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia pada tahun 2010 hingga tahun 2020. Jumlah lansia

1

diperkirakan naik 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 14% diantaranya berada di Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang tertinggi di Indonesia disusul Jawa Tengah (11,16%), Jawa Timur (11,14%), dan Bali (11,01%) (Media Indonesia Nasional, 2009 dalam Kresnawati Indah, 2012). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 di Sulawesi Selatan sendiri jumlah lansia adalah 721.353 jiwa atau 9,19 % dari total jumlah penduduk Sulsel dan Makassar berada diurutan kedua dengan jumlah lansia sebanyak 79.581 jiwa untuk kabupaten kota penduduk dengan lansia terbanyak di Sulsel setelah Kab. Bone. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Mangasa dengan jumlah penduduk 17.964 jiwa yang meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Mangasa, Kelurahan Mannuruki dan Kelurahan Gunungsari memiliki jumlah penduduk lansia sebanyak 545 jiwa. Lansia yang tinggal dengan keluarga sebanyak 456 jiwa dan sisanya 89 jiwa yang tidak tinggal dengan keluarga. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang apabila dia panjang umur. Di Indonesia istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan usia lanjut ada pula yang menggunakan lanjut usia, atau jompo dengan pedanaan kata dalam bahasa Inggris biasa disebut the aged, the elders, older adult, atau senior citizen (Tamher S dan Noorkasiani, 2009).

2

Berbagai upaya telah dilakukan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, dan ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga. Panti Sosial Tresna Werda (PSTW), SaranaTresna Werda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Saran Pelayanan Kesehatan Rujukan Tinngkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia (Maryam Siti dkk, 2009). Kondisi umum lansia yang tinggal bersama keluarga menunjukkan keluarga memegang peranan penting pada kehidupan orang lanjut usia, apalagi bila orang lanjut usia tersebut mengalami berbagai gangguan fungsi fisik dan mental. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “adakah hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari?”

3

C. Tujuan Penelitian 1.

Tujuan Umum Untuk

mengetahui

hubungan

dukungan

keluarga

terhadap

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Wuasa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. 2.

Tujuan Khusus a.

Untuk mengetahui dukungan keluarga secara emosional dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

b.

Untuk mengetahui dukungan keluarga dalam segi fisik dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

c.

Untuk mengetahui dukungan keluarga secara sosial ekonomi dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian 1.

Manfaat Ilmiah Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2.

Manfaat Institusi Memberikan masukan kurikulum atau pengembangan tindakan keperawatan yang dapat diberikan kepada peserta didik.

3.

Manfaat Bagi Peneliti

4

Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta merupakan salah satu bacaan bagi peneliti selanjutnya.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga 1.

Definisi Keluarga Keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain individu, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan dimasyarakat.

Depkes 2010 mendefenisikan keluarga

sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan, hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya tertentu (Faisaldo Candra, 2014). Pada usia lanjut terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut bahkan masyarakat menganggap seakan-akan tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini ciri usia lanjut biasanya merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada tuhan (Tamher S dan Noorkasiani, 2009). Menurut Nugroho (2008), kondisi idaman seperti ini tidak semua lansia

dapat

menikmatinya.

Proses

6

menua

tetap

menimbulkan

permasalahan baik secara fisik, mental dan sosial ekonomi (Khulaifah Siti dkk, 2011). Friedman (2003), bertambahnya usia diharapkan lansia tetap mendapatkan kualitas hidup tetap baik, tetap melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan mandiri serta tetap menjaga kesehatannya, tentunya hal ini terutama merupakan tugas dari keluarga, menurut Watson (2003) namun kenyataanya banyak di temukan penurunan kemandirian pada lansia yang tinggal dengan keluarga, hal ini karena banyak keluarga lansia sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing di samping itu meningkatnya kebutuhan ekonomi membuat semua anggota keluarga bekerja diluar rumah, sehingga menyebabkan keluarga yang mempunyai lansia kurang memperhatikan atau memberi dukungan yang optimal kepada lansia (Khulaifah Siti, 2011). Menurut Ismayadi (2004), dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa anjuran yang bersifat meningatkan si lanjut usia untuk tidak bekerja secara berlebihan (jika lansia masih bekerja), memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan aktivitas yang menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk menjalankan ibadah dengan baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepadanya sehingga lanjut usia tidak mudah stress dan cemas (Nusi Ferani dkk, 2010). Menurut Klicker (2010), lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahan fisik, psikososial, kultural, spiritual.

7

Perubahan fisik akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif, diantaranya yaitu penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi pada lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap atau kurang dari 90 mmHg yang memberi gejala yang berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung koroner (Herliah Lily dkk, 2011). Menurut Efendi (2009), peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan,

pencegahan,

pengobatan,

sampai

dengan

rehabilitasi.

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, di sinilah peran anggota kelurga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Handayani Dwi, 2012). Menurut Nugroho (2000), perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam kehidupan keagamaan. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif

dalam

kehidupan,

maupun

merumuskan

arti

dan

tujuan

keberadaannya dalam kehidupan. Perubahan spiritual merupakan salah

8

satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup lansia (WHO, 1996). Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh. Perlu adanya suatu pelayanan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Menurut Demartoto (2007), pelayanan lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan lembaga (Setyoadi dkk, 2011). 2.

Fungsi Keluarga Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan anggota keluarganya. Fungsi keluarga antara lain fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi pendidikan. Secara sosiopsikologis, keluarga berfungsi sebagai berikut: (Maryam Siti dkk, 2009) a.

Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya

b.

Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis

c.

Sumber kasih sayang dan penerimaan

d.

Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik

e.

Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial di anggap tepat

f.

Pembantu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan

9

g.

Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri

h.

Stimulator bagi pengembangan kemampuan untuk mencapai prestasi dilingkungan masyarakat

i.

Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi

B. Tinjauan Umum Tentang Lansia 1.

Defenisi Lansia Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Yeniar Indriana, 2012). Menurut Suadirman (2004), lansia merupakan suatu kelompok penduduk yang cukup rentan terhadap masalah baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan maupun psikologis yang menyebabkan lansia menjadi kurang mandiri dan tidak sedikit lansia yang membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Menurut Suwandono dkk (2000), pembinaan kesehatan lansia yang terpadu dan berkesinambungan diperlukan bagi lansia baik berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya serta potensi yang ada pada masyarakat dalam Primary Health Care (Safarach Alnidi dkk, 2011)

2.

Proses Menua (Anging Proses)

10

Menurut Nugroho (2000), penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat

dihindarkan.

Menua

menhilangnya secara

(menjadi

tua)

adalah

suatu

proses

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013). 3.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran (Padila, 2013).

11

C. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Aktifitas Sehari-Hari Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-harinya (Maryam Sitti dkk, 2009). Diantaranya sebagai berikut: 1.

Emosional a. Melakukan pembicaraan terarah b. Mempertahankan kehangatan keluarga dengan menyediakan waktu untuk mendengar keluh kesah lansia. c. Memberikan

kasih

sayang

dan

perhatian,

menghormati

dan

menghargai jangan menganggapnya sebagai beban. d. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa penting. e. Membantu lansia dengan tulus ikhlas. f. Tidak membiarkan lansia sendiri saat menghadapi masalah. g. Melibatkan dalam musyawarah keluarga. h. Memberikan pujian atas usahanya memenuhi aktivitas sehari-hari. i. Menjaga privasi (rahasia) lansia. j. Tidak berkata kasar kepada lansia. b. Fisik a. Membimbing untuk olahraga secara teratur dan sesuai kemampuan. b. Melakukan pemeriksaan kesehatan lansia secara teratur. c. Memelihara penampilan lansia yang rapi dan bersih. d. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersamanya.

12

e. Mengetahui jadwal pemeriksaan kesehatan lansia. f. Meminta pendapat untuk menentukan tempat berobat atau tempat pemeriksaan kesehatan. g. Menerima lansia dengan segala keterbatasan. h. Tidak membiarkan lansia untuk melakukan semua pekerjaan rumah. i. Mengontrol makanan yang di makan lansia. j. menjelaskan tentang pentingnya menjaga kesehatan. k. Menyarankan untuk rutin mengikuti kegiatan di Puskesmas. l. Menyediakan

alat-alat

yang diperlukan untuk

mandi seperti

handuk,sabun, pegangan pada kamar mandi agar tidak terjatuh c. Sosial dan Ekonomi a. Membantu memenuhi sumber-sumber keungan. b. Mempersiapkan tabungan untuk hari tua. c. Mengajarkan kepada lansia berwiraswasta. d. Menganjurkan untuk berasuransi. e. Mengikutsertakan lansia dalam setiap acara keluarga. f. Membantu dalam hal transportasi. g. Mengajak lansia untuk ikut dalam acara kelurahan. h. Mengajak lansia untuk berekreasi atau jalan-jalan. i. Mengingatkan untuk terus meningkatkan iman dan taqwa. j. Membimbing untuk tetap tawakkal di penghujung usia. Menurut Setiadi (2008 : 23), dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat

13

dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghaargai, dan mmencintainya. Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya moralitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Menurut Friedman (2003), dukungan penghargaan keluarga merupakan bentuk fungsi afektif keluarga terhadap lanjut usia yang dapat meningkatkan status psikososial lansia. Menurut Watson (2003), salah satu-sifat lansia adalah terjadinya penurunan kemandirian sehingga membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan dengan perawatannya. Menurut Nugroho (2000), lansia cenderung mengalami gangguan psikososial yang disebabkan oleh penurunan status kesehatan akibat penyakit akut dan kronis, pensiun atau kehilangan jabatan atau pekerjaan, serta teman atau relasi (Herlina Lily dkk, 2013). Perubahan sosial yang terjadi pada lanjut usia antara lain terjadinya penurunan aktivits, juga menurunnya keterikatan sosial maupun psikologis. Aktivitas yang menurun pada masa usia lanjut, biasanya berkaitan dengan menurunnya kemampuan fisik dibanding usia-usia sebelumnya. Keterikatan sosial yang mengalami penurunan misalnya, interaksi antara orang lanjut usia dengan orang-orang yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun keterikatan psikoloogis yang juga mengalami penurunan misalnya, prilaku yang merefleksikan besarnya ikatan emosional antara orang lanjut usiadengan

14

lembaga ataupun orang-orang lain di luar lingkungan keluarganya (Yeniar Indriana, 2012). Dengan

semakin

luasnya

pelaksanaan

upaya

kesehatan

dan

keberhasilan pembangunan nasional pada semua sektor, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya menjaga dan memelihara yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat (Maryam Siti dkk, 2009). D.

Kemandirian Lansia Ukuran kemandirian lansia dapat dilihat dengan cara lansia melakukan aktifitasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa (Yeniar Indriana, 2012). Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal di Panti Werda. Mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bagi yang memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar biasanya menjadi penghuni Panti Werda yang berada di bawah naungan Kementerian Sosial. Segala kebutuhan hidupnya menjadi tanggung

15

jawab Panti Werda dan biasanya mereka tinggal di sana sampai akhir hidupnya (Yeniar Indriana, 2012). Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif (Kemenkes RI, 2010 dalam Feriyanto, 2013).

16

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis ini merupakan jenis penelitian analitik cross sectional study (potong lintang) untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat, diamati secara serentak dan pada periode waktu tertentu (Sostro Asmoro dan Ismail, 2008). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Torire Kecamatan Lore Tengah B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2019 dan tempat penelitian akan dilaksanakan di Desa Torire Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso. C. Variabel Penelitian 1.

Variabel Independen Variabel ini sering disebut juga variabel predikator, input atau

variabel yang mempengaruhi. Variabel ini merupakan sebab timbulnya variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia yaitu dukungan secara emosional, dukungan secara fisik dan dukungan secara sosial ekonomi.

17

2.

Variabel Dependen Variabel ini sering juga disebut variabel kriteria, output (hasil).

Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aktifitas sehari-hari lansia, dimana mereka melakukan aktifitasnya apakah memerlukan dukungan keluarga atau bisa mandiri. D. Definisi Operasional 1.

Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah dukungan yang berhubungan dengan hal

yang bersifat menjaga emosi, afeksi/ekspresi, yang lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta dan kasih. Dukungan emosional sebagai prilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia dihargai, dikagumi dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa nyaman. Rumus perhitungan skor kriteria objektif dukungan emosional berdasarkan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan pada kuesioner sebanyak 10. Skala pertanyaan 0-1. Skor tertinggi = 1 dan skor terendah = 0. Rumus penilaian:

18

= skor tertinggi + skor terendah 2 Baik

: Apabila responden menjawab pertanyaan > 5

Kurang : Apabila responden menjawab pertanyaan ≤ 5

2.

Dukungan Fisik Dukungan secara fisik adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk

nyata yang mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Aktifitas ini meliputi aktifitas penyediaan benda-benda misalnya alat-alat kerja, buku-buku, dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis. Rumus perhitungan skor kriteria objektif dukungan secara fisik, berdasarkan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan pada kuesioner sebanyak 10. Skala pertanyaan 0-1. Skor tertinggi = 1 dan skor terendah = 0. Rumus penilaian: = skor tertinggi + skor terendah 2 3.

Dukungan Sosial Ekonomi Dukungan sosial ekonomi adalah perasaan individu sebagai bagian

dari kelompok. Dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersamasama dalam aktifitas rekreasional di waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan

19

orang lain membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang mengganggu serta memfasilitasi suatu suasana hati yang positif. Rumus perhitungan skor kriteria objektif dukungan sosial ekonomi berdasarkan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan pada kuesioner sebanyak 10. Skala pertanyaan 0-1. Skor tertinggi = 1 dan skor terendah = 0. Rumus penilaian: = skor tertinggi + skor terendah 2 4. Kemandirian lansia Kemandirian lansia dapat dilihat dengan cara lansia melakukan aktifitasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa (Yeniar Indriana, 2012). Rumus perhitungan skor kriteria objektif kemandirian lansia berdasarkan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Jumlah pertanyaan pada lembar observasi sebanyak 6. Skala pertanyaan 0-1. Skor tertinggi = 1 dan skor terendah = 0. Rumus penilaian: = skor tertinggi + skor terendah 2

20

E. Populasi Dan Sampel 1.

Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian yang

akan dikaji karakteristiknya (Putri Ayu, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah warga lansia yang berada di desa Torire Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso yang berjumlah 60 jiwa. 2.

Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimliki

oleh populasi (Putri Ayu, 2014). Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 lansia yang berada di Torire Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso. 3.

Besar sampel Pengambilan sampel berdasarkan rumus Slovin, 2005. Perhitungan besarnya sampel untuk penelitian yaitu: N

𝑛 = 1+N(d)

2

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Tingkat kesalahan (0,15) 60

𝑛 = 1+60(0,15)

2

60

𝑛 = 61(0,0225) 60

𝑛 = 1,3725 n = 43,72

21

𝑛 = 43 responden 4.

Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah Non Random Sampling dengan cara “consecutive sampling” yaitu cara pengambilan sampel dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Nursalam, 2011). F. Analisa Data 1.

Analisa Univariat Digunakan

untuk

mendeskripsikan

variabel

penelitian

guna

memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisa bivariat. Hasil dari penelitian di tampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi (Putri Ayu, 2014). 2.

Analisa Bivariat. Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua

variabel yaitu variabel independent dan dependent. Analisa bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan terhadap objek penelitian adalah menggunakan uji Chi Square atau Kai Kuadrat (Putri Ayu, 2014). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan : X²: Statistik Chi-square

22

0 : Frekuensi hasil observasi (observasi value) E: Frekuensi yang diharapkan ∑ ∶ Jumlah

G. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2012) sebelum dianalisis data yang terkumpul diolah terlebih dahulu secara manual dengan langkah-langkah berikut : 1. Editing (Penyuntingan data) Hasil wawancara yang dikumpulkan melalui kuesioner disunting terlebih dahulu. Jika masih ada data yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan. 2. Coding (Membuat lembaran kode) Lembaran kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran berisi nomor responden dan nomor pertanyaan. 3. Scoring Mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing. 4. Tabulating Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. Setelah dilakukan editing dan koding dilanjutkan dengan pengolahan data kedalam suatu table menurut sifat

23

sifat yang di miliki sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data ditabulasi, selanjutnya dilakukan analisa data yaitu sebagai berikut :

24

DAFTAR PUSTAKA Alnidi Safarach Bratanegara, Mamat Lukman, Nur Oktavia Hidayat, 2011. Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Ayu Putri Ariani, 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Nuha Medika: Yogyakarta. Aziz Aimul, 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Yogyakarta. Candra Faisaldo, 2014. Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Prakti. Nuha Medika: Yogyakarta. Dwi Handayani dan Wahyuni, 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Ferani Nusi, Rahayu Wijayanti, Eva Rahayu, 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Respon Sosial Pada Lansia DI Desa Sokaraja Lor Kecamatan Sokoraja. Feriyanto, 2013. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werda Provinsi Gorontalo. http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/231 diakses tanggal 20 November 2014. Indah Kresnawati, 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia (Lanjut Usia) Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Padila, 2013. Buku ajar keperawatan gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta.

25

More Documents from "Dina Dina"

Proposal.docx
April 2020 24
May 2020 40
Alpha A
November 2019 68
Kebijakan Ponek Ok.docx
November 2019 44