Hubungan Antara Kepribadian Dengan Kecendrungan Tipe Kepemimpinan.docx

  • Uploaded by: YOAKIM SIKI
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan Antara Kepribadian Dengan Kecendrungan Tipe Kepemimpinan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,620
  • Pages: 10
TUGAS METODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK PROPOSAL PENELITIAN: “HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN DENGAN KECENDRUNGAN TIPE KEPEMIMPINAN”

OLEH: SELVIANA MANEHAT (42116075)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kepribadian adalah suatu wujud akumulasi dari sifat, watak, dan perilaku seorang manusia. Manusia adalah makhluk yang dinamis, di mana tingkah lakunya berpijak pada motivasi yang bersifat mendorong yang menyebabkan untuk melahirkan suatu perbuatan atau respon dalam usaha mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu sering terjadi persaingan dan konflik fisik dan psikis di antara sesama manusia disebabkan oleh adanya perbedaan dalam cara-cara untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Di samping itu ada pula konflik-konflik intern yang terdapat di dalam diri pribadi, yang disebabkan adanya kecenderungankecenderungan ide yang saling berbenturan serta saling mendesak, yaitu adanya ide-ide yang tinggi yang tidak dapat dicapai dengan kemampuan pribadi tersebut, sehinggan menimbulkan kekecewaan dan tekanan batin. Dengan adanya konflik bermacam-macam tersebut, membuktikan bahwa di dalam diri manusia itu selalu ada usaha untuk membentuk diri, dan membetulkan diri sendiri serta merubah diri untuk menjadi individu yang lebih baik. Kepribadian seseorang mampu menjadi tolak ukur bagi variabel lain pada subjek yang sama. Kepribadian menjadi bahan referensi ketika kita ingin mengetahui suatu hal masalah dari seseorang. Termasuk dalam hal ini adalah kecenderungan dalam menerapkan gaya ketika mendapatkan peluang menjadi salah satu pemimpin. Kepemimpinan yang efektif merupakan suatu unsure penting dalam kehidupan organisasional, baik di bidang kenegaraan, keniagaan, politik, bahkan di bidang organisasiorganisasi sosial yang sifatnya nirlaba. Penggabungan antara pemahaman teoritis dan empiris telah semakin meyakinkan berbagai kalangan, betapa pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha organisasi yang bersangkutan dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Tidak dapat kita pungkiri bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat pada organisasi tersebut. Hal senada juga dapat dikatakan pada organisasi pemerintahan yang tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan tugastugas pengaturan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Mutu peraturan perundangundangan yang menjadi dasar kerja para anggota aparatur pemerintah sangat ditentukan oleh persepsi, wawasan, dan profesionalisme para perumus peraturan perundang-undangan tersebut yang tentunya kemudian diikuti oleh berbagai kebijaksanaan teknis dan kebijaksanaan operasional sesuai dengan bidang tanggung jawab fungsional masing-masing (siagian, 2003). Demikian juga dengan organisasi di bidang pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah ataupun yang dimiliki, dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat. Mutu seluruh kegiatan pendidikan, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler –yang pada akhirnya mencerminkan mutu para lulusan lembaga pendidikan tersebut- pada tingkat yang sangat dominan ditentukan oleh mutu kelompok akademik dan administratif dalam organisasi pendidikan yang bersangkutan (siagian, 2003). Masing-masing organisasi memiliki ciri khas tersendiri, dengan target visi dan misi sendiri sehingga membutuhkan atau gaya kepemimpinan yang tidak sama antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Demikian juga dalam sub organisasi, antara satu divisi dan divisi yang lain membutuhkan atau gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai dengan tupoksi yang diemban masing-masing divisi. Tentunya merupakan pertaruhan besar

bagi sebuah organisasi dalam meenentukan sosok seorang pemimpin, yang merupakan nahkoda bagi berjalannya laju layar organisasi. Permasalahan tersebut di atas merupakan gambaran betapa kepribadian merupakan unsur penting dalam mengambil keputusan yang terkait dengan individu-individu manusia. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa ada kaitan erat antara kepribadian dengan kecenderungan seseorang dalam memilih terapan gaya kepemimpinan bagi organisasi yang dia pimpin. Olehnya itu dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Kepribadian Dengan Kecenderungan Tipe Kepemimpinan” di lingkungan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD). 1.2

Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan para pejabat struktural yang ada di lingkungan Lembaga Kemasyrakatan Desa? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat motivasi kepribadian dengan kecendrungan tipe kepemimpinan para pejabat stuktural yang ada di lingkungan Lembaga Kemasyarakatan Desa? 3. Bagaimana bentuk hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan yang ada di lingkungkan Kemasyarakatan Desa?

1.3

Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan 1.Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap ada atau tidaknya hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan di lingkungan Lembaga Kemasyarakatan Desa, 2.Serta untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan yang ada di lingkungan Lembaga Kemasyarakatan Desa. 3. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Membantu memberikan informasi tentang kepribadian dan tipe kepemimpinan kepada rekanrekan baik seprofesi ataupun sejawat, khususnya yang bergerak aktif dalam dinamika struktur organisasi. Serta menginformasikan bagaimana bentuk hubungan antaran kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan yang ada pada masing-masing individu. 2. Bagi Lembaga Memberi bahan masukan bagi organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam memilih Sumber Daya Aparatur untuk dipertimbangkan atau dipromosikan ke dalam jabatan struktural tertentu dengan memprediksi kecenderungan tipe kepemimpinan yang akan diterapkan berdasarkan kepribadian yang telah diinformasikan terlebih dahulu. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan antara kepribadian dengan kecendrungan tipe kepemimpinan

.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku. Kita bisa menemukan banyak teori kepribadian yang ditinggalkan oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baik yang secara khusus bicara tentang struktur kepribadian, atau yang membahas panjang lebar tentang tahap perkembangan manusia. Seiring berkembang waktu teori-teori itupun mengalami perkembangan, sampai pada masa bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe kepribadian manusia dengan penetapan dimensi-dimensi sebagai tolak ukur. Selama bertahun-tahun para periset utama, termasuk Eysenck, Cattell dan yang lain berdebat tentang jumlah dan karakteristik alamiah dimensi dasar sifat kepribadian. Sejak tahun 1980an perbaikan kualitas dan metode, khususnya analisis faktor telah menghasilkan awal konsensus. Banyak periset yang sekarang setuju bahwa perbedaan individual dapat diorganisir dalam lima dimensi yang lebih luas dan bipolar (John & Srivastana dalam Pervin, 2010). Pada 1981, Lewis Goldberg mengevaluasi beberapa riset dan karena terkesan konsisten hasilnya, ia menyarankan bahwa ada kemungkinan setiap model penstrukturan perbedaan individu akan mencakup segala sesuatu seperti “lima dimensi”. Dengan demikian, faktor “lima besar” menjadi faktor eksistensi. Lima dimensi yang dianggap konsisten oleh Goldberg untuk yang dalam penelitian ini penulis akan menyebut “Faktor Lima Besar” adalah sebagai berikut: 1. Neuroticism (N) 2. Extraversion (E) 3. Openness (O) 4. Agreeableness (A) 5. Conscientiousness (C) Untuk mengilustrasikan makna dari faktor-faktor tersebut, berikut adalah sejumlah kata sifat yang mendeskripsikan nilai tinggi atau rendah seseorang untuk tiap-tiap faktor : Karakteristik Nilai yang Skala Sifat Karakteristik Nilai yang Lebih Tinggi Lebih Rendah Cemas, gugup, emosional, tidak NEUROTICISM (N) Tenang, rileks, tidak aman, tidak Penilaian atas kemampuan emosional, kukuh, aman, puas cakap, hyphocodriacal penyesuaian vs ketidakstabilan diri emosi. Mengidentifikasi individu yang rentan terhadap tekanan psikologis, ide yang tidak realistis, kecanduan atau dorongan yang berlebihan, dan respins coping yang maladaptif. Dapat bersosialisasi aktif, EXTRAVERSION (E) Menahan diri, bijaksana, tidak senang bercakap-cakap, people Menilai kualitas dan intensitas gembira, menyendiri,

oriented, optimistis, menyukasi interaksi interpersonal, keriaan, lembut kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati. Ingin tahu, minat yang luas, OPENNESS (O) kreatif, orisinal, imajinatif, tidak Menilai pencarian proaktif dan tradisional penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang tidak biasa. Lembut, ramah, dipercaya, AGREEABLENESS (A) membantu, memaafkan, mudah Menilai kualitas orientasi dibujuk, terang-terangan interpersonal seseorang sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonism dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan. Terorganisir, dapat diandalkan, CONSCIENTIOUSNESS (C) pekerja keras, disiplin diri, tepat Menilai tingkat organisasi, waktu, cermat, rapi, ambisius, ketekunan dan motivasi dalam keras hati perilaku yang berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung pada orang lain, dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang

2.2

berorientasi pada tugas, menarik diri, diam Konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistic, tidak analitis

Klinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif

Tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis

Tipe Kepemimpinan

Efektivitas kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak lahir akan tetapi ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu kesempatan untuk menduduki jabatan pimpinan dan kesempatan untuk menempuh pendidikan dan pelatihan kepemimpinan. Sebagian ilmuwan dan praktisi berpendapat bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak berubah menghadapi situasi yang bagaimanapun. Sedangkan sebagian lain menganggap bahwa gaya kepemimpinan seseorang sangat bersifat situasional. Menurut teori situasional, seorang pimpinan yang otokratis, akan mengubah gaya kepemimpinannya dengan gaya yang lain, misalkan dengan gaya yang agak demokratis apabila situasi tertentu menuntutnya, apalagai jika konsistensi gaya otokratis justru akan membahayakan kedudukannya sebagai pemimpin. Namun praktek situasional tersebut, sebenarnya tidaklah mengubah pendiriannya tentang persepsinya mengenai kepemimpinan yang efektif. Akan tetapi demi keberlangsungan kepemimpinannya ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali melakukan penyesuaian-penyesuaian – yang kemungkinan hanya bersifat sementara – yang dituntut oleh situasi yang dihadapinya. Gaya kepemimpinan bisa nampak dari cara melakukan pekerjaan seperti cara memerintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara menegakkan disiplin, cara

melakukan control, cara meminta laporan, cara menegur bawahan, cara meminta pertanggung jawaban, dan lain-lain (Rivai, 2003). Dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan tipe kepemimpinan dengan mengacu pada Model Kepemimpinan Managerial Grid. Dalam model manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatantingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan Managerial Grid berpijak pada dua dimensi perilaku, yaitu concern to people (perhatian pada orang) dan concern to production (perhatian pada produksi). Kedua dimensi ini bisa kita perjelas sebagai berikut: 1. Concern to people; ini adalah tingkat di mana pimpinan memikirkan kebutuhan anggota timnya, apa ketertarikan mereka, dan bidang pengembangan personal. 2. Concern to production; tingkat di mana pimpinan memberikan penekanan pada objek nyata, efisiensi organisasi, dan produktivitas yang tinggi.

Untuk mengilustrasikan posisi masing-masing leadership pada kecenderungan antara concern to people dan concern to production, Blake Mouton menetapkan beberapa tipe kepemimpinan sebagai berikut : 1. Impoverished leadership (low production low people), tipe kepemimpinan ini sangat tidak efektif, tidak memiliki perhatian yang tinggi baik untuk menciptakan system bagi terlaksananya pekerjaan maupun untuk menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan dan memotivasi. Hasilnya adalah tempat kerja yang tidak terorganisasi, tidak terpuaskan, dan tidak harmonis. 2. Country Club leadership (high people low production), tipe kepemimpinan ini sangat memperhatikan kebutuhan, perasaan anggota atau bawahannya. Pimpinn dengan tipe seperti ini berasumsi bahwa selama bawahan atau anggota merasa aman dan sejahtera maka mereka akan bekerja keras, kepemimpinan ini cenderung menghasilkan lingkungan pekerjaan yang sangat santai dan riang, namun produktivitas buruk dikarenakan kurangnya kontrol dan arahan.

3. Task leadership (high production low people), kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti. Pegawai hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan ini memiliki

peraturan, kebijakan, dan prosedur kerja yang keras. Memandang sanksi merupakan alat yang efektif untuk memotivasi pegawai. 4. Middle of the road (medium production medium people), tipe ini nampak seimbang di antara dua dimensi, baik perhatian pada orangnya ataupun pada produksi. Pada awalnya, tipe ini akan Nampak sebagai kompromi yang ideal. Orang dengan tipe kepemimpinan ini menempati prestasi kerja rata-rata dan kebanyakan meyakini bahwa itulah yang bisa diharapkan oleh setiap orang. 5. Team leadership (high people high production), menurut model kepemimpian Blake Mouton, tipe kepemimpinan ini adalah puncak dari tipe kepemimpinan. Pimpinan tipe ini sama-sama memberikan penekanan pada kebutuhan produksi dan kebutuhan manusia pada porsi yang sama-sama tinggi. Dasar dari pemikiran ini adalah karena pegawai terlibat dalam memahami tujuan organisasi dan ikut menentukan kebutuhan-kebutuhan produksi. Ketika para pegawai telah berkomitmen, dan memiliki pertaruhan dalam kesuksesan organisasi, maka kebutuhan mereka dan kebutuhan produksi menjadi satu kesatuan. Hal ini akan membentuk sebuah lingkungan tim yang berdasarkan kepercayaan dan menghargai, yang akan membawa pada kepuasan dan motivasi yang tinggi, dan sebagai hasilnya ada produktivitas yang tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan degan mengambil lokasi di kantor Lembaga Kemasyarakatan Desa yang berlokasi di Desa Litamali Kecamatan Kobalima Kab. Malaka. . 3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian Mengacu pada sasaran yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Penulis ingin membangun fakta terkait hubungan antara kedua variabel sebagaimana tersebut di atas. 3.3

Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data penulis menggunakan kuisioner untuk menggali informasi terkait tipe kepemimpinan dan skala psikologi untuk menggali informasi terkait tipe kepemimpinan dari masing-masing responden. Namun dalam teknis pengumpulannya, masing-masing responden akan terlebih dahulu diberikan kuisioner tipe kepemimpinan untuk diisi, baru selang beberapa hari kemudian akan diberikan alat ukur skala psikologi untuk mengetahui tipe kepribadian responden. Hal ini dilakukan dalam rangka meminimalisir manipulasi jawaban responden. 3.4

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel



Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD).  Teknik Pengambilan Sampel yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah stratified random sampling (sampel secara random bertingkat) dengan model proporsional. Dalam hal ini penulis akan memilih semua pejabat struktural dan pegawai dengan pendidikan minimal strata 2 (S2) yang telah bekerja di lingkup pemerintahan minimal 5 (lima) tahun . 3.5 Instrument Penelitian 

Kuisioner yang dipakai oleh penulis dalam melihat tipe kepemimpinan dan kepribadian responden menggunakan pertanyaan terstruktur dengan model jawaban menggunakan Skala Pengukuran Sikap Likert, namun dalam penerapannya penulis hanya akan menggunakan 4(empat) pilihan jawaban, yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.



3.6

Secara umum metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah terstuktur dan terbuka. Responden akan diberikan penjelasan umum dari materi kuisioner yang diberikan.

Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis data yang akan terkumpul dari model skala yang dipakai dalam instrument, maka penulis akan menggunakan teknik analisis statistik parametrik, dengan rumus korelasi Pearson. Dengan alat ini, akan nampak hasil penelitian ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel. Korelasi yang terjadi bisa positif (searah), artinya jika variabel pertama besar maka variabel kedua juga semakin besar. Korelasi juga bisa bersifat negative (berlawanan arah), artinya jika variabel pertama besar maka variabel kedua semakin kecil atau sebaliknya. Patokan hasil perhitungan korelasi adalah sebagai berikut :  < 0,20 : hubungan dianggap tidak ada  0,20 – 0,40 : hubungan ada, tapi rendah  > 0,40 – 0,70 : hubungan cukup  > 0,70 – 0,90 : hubungan ada, dan tinggi  > 0,90 – 1,00 : hubungan ada, dan sangat tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Pervin, Lawrence A. dkk. 2010. Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian (terjemah oleh A.K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Group Siagian, Sondang P. 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakara: Raja Grafindo Persada Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Psikologi Pemilihan Karier (disadur dari The Psychology of Vocational Choice by John L. Holand). Jakarta: PT. Rineka Cipta Aprilia, Adriana dkk. Analisa Pengaruh Tipe Kepribadian dan Gaya Komunikasi Public Relations Manager Hotel ”X” Surabaya dalam Membangun Hubungan Baik dengan Media dan Meningkatkan Publisitas. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari www.puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/hot/article/viewFile/16514/16506 Septiani, Ratih Dwi. 2010. Pengaruh Tipe Kepribadian dengan Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Wanita Usia 30-50 Tahun di Puskesmas Gilingan Surakarta. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/9529/1/J210080107.pdf Norwanda, Ade. 2008. Pengaruh Tipe Kepribadian Locus of Control terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Perusahaan Kerajinan Perak. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari http://eprints.umm.ac.id/7130/1/x.pdf Wulansari, Ida. 2007. Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kreativitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS MAN I Surakarta Tahun 2007/2008. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari www.etd.eprints.ums.ac.id/10685/4/hal.depan.pdf Setiawan, Arif. Analisis Hubungan Tipe Kepribadian Pemimpin dengan Gaya Kepemimpinan yang Ditampilkannya Menurut Persepsi Bawahan. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/abstrakpdf Payauw, Wapannuri Julan. 2008. Gaya Kepemimpinan Efektif, Tak Akan Lepas dari Kepribadian Anda. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari www.wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan_efektif.html _____________, Blake Mouton Managerial Grid: Balancing Task- and People-Oriented Leadership. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari www.mindtools.com/pages/article/newLDR_73.htm

Related Documents


More Documents from "Dina Kurniawati"