BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan bantuan atau menerima bantuan, meskipun dengan cara dan maksud tertentu pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan. Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu bantuan yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah ini, hanya akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang dilakukan oleh setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak laain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga profesional yang dimaksud seperti perawat, psikolog, dokter, konselor, dan lainlain. Meski pada dasarnya, profesional atau tidaknya hubungan membantu tersebut sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara penanganannya. Dari sekian banyak hubungan membantu yang ada dan dilakukan oleh banyak orang, konseling merupakan salah satu bentuk hubungan membantu yang dilakukan oleh profesional, seperti yang telah dijelaskan di awal. Maka, melalui makalah ini, penulis akan menguraikan terlebih dahulu pengertian hubungan membantu dan langkah-langkah hubungan membantu. Dari pemahaman tentang hubungan membantu ini, semoga kita dapat menarik benang merah kaitannya dengan konseling sebagai hubungan yang membantu.
1
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian Helping Relationship? 2. Bagaimana Karakteristik dari Helping Relationship? 3. Bagaimana Ciri-ciri Helping Relationship? 4. Bagaimana Mengembangkan Helping Relationship? 5. Bagaimana Pelaksanaan Konseling Sebagai Helping Relationship? 6. Bagaimana Tujuan dari Komunikasi Terapeutik?
1.3 Tujuan 1. Untuk Mengetahui Pengertian Helping Relationship 2. Untuk Mengetahui Karakteristik dari Helping Relationship 3. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Helping Relationship 4. Untuk Mengetahui Mengembangkan Helping Relationship 5. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Konseling Sebagai Helping Relationship 6. Untuk Mengetahui Tujuan dari Komunikasi Terapeutik
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Helping Relationship A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan beberapa individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau masalahnya dan atau membantu perkembangan dan pertumbuhan salah seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF, 1991) George dan Christiani (1982) mengemukakan bahwa pemberian bantuan professional merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam agar tumbuh kedalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna. Rogers (1961) mengemukakan bahwa maksud hubungan tersebut adalah untuk
peningkatan
pertumbuhan,
kematangan,
fungsi,
cara
penanganan
kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan bantuan. 2.2 Karakteristik dari Helping Relationship George dan christiani mengemukakan enam karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling dibandingkan dengan hubungan membantu yang lainnya. Keenam karakteristik itu adalah: a. Afeksi Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif daripada sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang proses konseling, termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif klien. Hubungan yang penuh afeksi ini
3
dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dan klien lebih produktif. b.
Intensitas Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dan
klien yang intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan
mencapai
pada
tingkatan
yang
diharapkan.
Konselor
biasanya
mengupayakan agar hubungannya dengan klien dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan hubungan konseling. c.
Pertumbuhan dan Perubahan Hubungan konseling bersifat dinamis. Hubungan konseling terus
berkembang sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi pada konselor dan klien. Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi peningkatan hubungan konselor klien,pengalaman bagi klien, dan tanggungjawabnya. Dengan demikian pada klien terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya. d.
Privasi Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan
klien. Keterbukaan klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan akan meningkatkan kemauan klien membuka diri. e.
Dorongan Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive)
kepada klien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya untuk perubahan perilaku dan
4
memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi motivasi untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya. f.
Kejujuran Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan,
serta adanya komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun konselor harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka. Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling. 2.3 Ciri-ciri Helping Relationship 1.
Hubungan helping adalah penuh makna, dan bermanfaat.
2.
Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping.
3.
Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping.
4.
Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individuindividu yang terlibat.
5.
Saling-Hubungan yang terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan informasi, pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan perawatan dari orang lain.
6.
Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
7.
Struktur hubungan helping jelas atau gamblang.
8.
Upaya-upaya yang bersifat kerjasama menandai hubungan helping.
9.
Orang-orang dalam helping dapat dengan mudah ditemui atau didekati dan terjamin ajeg sebagai pribadi.
10.
Perubahan merupakan tujuan hubungan helping.
5
2.4 Mengembangkan Helping Relationship Hubungan perawatn-klien tidak sekedar hubungan mutualis. Travelbee (1971) menyebutkan hubungan ini sebagai “a human to human relationship”. Kelemahan yang ada pada perawat dan klien akan menjadi hilang ketika masingmasing pihak yang terlibat interaksi mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat
menggunakan
keterampilan
komunikasi
interpersonalnya
untuk
mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang dapat meningkatkan iklim psikologis yang kondusif dan menfisilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri klien. Hubungan ini juga difokuskan pada tujuan utama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien. Kreasi dari lingkungan yang terapeutik dapat memacu kemampuan perawat untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikososial pada klien. Peran utama perawat adalah meyakinkan bahwa kebutuhan fisiologi pasien benar-benar terpenuhi. Misalnya perawat mengatur posisi pasien agar dapat bernafas dengan normal dan tidur dengan nyaman tanpa gangguan. Tindakan keperawatan dilakukan kepada pasien perlu mempertimbangkan keinginan klie, sehingga hubungan yang terjadi benar-benar sebagai hubungan mutualis dan sebagai sarana agar kebutuhan-kebutuhan klien terpenuhi. Helping Relationship antara perawat-klien tidak dapat begitu saja terjadi, namun harus dibangun secara cermat dalam melakukan tehnik komunikasi yang terapeutik. Carl Rogers (1961) adalah orang yang secara intensif melakukan penelitian tentang komunikasi terapeutik. Rogers berpendapat bahwa komunikasi terapeutik bukan tentang apa yang dilakukan seseorang, tetapi bagaimana seseorang itu melakukan komunikasi dengn orang lain. Rogers mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam mengembangkan hubungan yang saling membantu (Helping Relationship), yaitu: 1) pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang dirinya, 2) pembantu harus menunjukkan rasa empati, dan 3) individu yang di bantu harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala sesuatunya
6
tentang dirinya dalam menjalin hubungan. Dengan demikian ada tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu: Genuineness (keikhlasan), empathy (empati), dan warmth (kehangatan). Genuineness Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang pikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap
yang
dipunyai
klien
sehingga
mampu
belajar
untuk
mengkomunikasikannya secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien, hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang
perasaan
dan
nilai-nilai
yang
dimiliki
membutuhkan
pengenmbangan diri yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna. Emphaty Empati merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih bersifat subyektif dengan melihat “dunia
7
orang lain” untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang dialami seseorang. Empati cenderung bergantung pada pengalaman diantara orang yang terlibat dalam komunikasi. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri klien, jika perawat mempunyai pengalaman yang sama tentang nyeri. Hal ini sulit dilaksanakan kecuali bila ada kesamaan dan keseragaman pengalaman atau situasi yang relevan, meskipun terkadang perawat sulit untuk berperilaku empati pada semua situasi. Namun demikian, empati bisa dikatakan sebagai kunci sukses dalam berkomunikasi dan ikut memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakn klien. Sebagai perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada kondisi seperti ini, empati dapat di ekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang apa yang difikirkan perawat tentang klien, dan memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (impulsive judgement) tentang seseorang dan pada umumnya dengan empati dia akan menjadi lebih sensitif dan ikhlas. Warmth Hubungan
yang
saling
membantu
(Helping
Relationship)
dilakukan untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Sehingga klien dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan yang tenang,
8
suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih sayang perawat pada klien.
2.5 Pelaksanaan Konseling Sebagai Helping Relationship Kemampuan melaksanakan hubungan konseling sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh seorang konselor saja, namun semua pengajar termasuk di dalamnya guru mata pelajaran dan wali kelas seharusnya menguasai kemampuan melaksanakan hubungan konseling ini. Ketrampilan pelaksanaan hubungan konseling diperlukan bagi guru mata pelajaran untuk mengatasi masalah kesulitan belajar. Pemecahan masalah kesulitan belajar akan berjalan efektif jika guru mata pelajaran yang bersangkutanlah yang menyelesaikannya. Hal ini dimaksudkan agar guru mata pelajaran dapat bekerja secara terarah, efektif, dan efisien. Setiap mata pelajaran tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mulai dari bahan ajar, metode, tingkat kesukaran, kompetensi yang harus dicapai serta halhal mendasar lainnya yang berhubungan dengan kurikulum sebuah mata pelajaran. Hal ini tentu disikapi secara berbeda-beda oleh subyek didik. Dalam kondisi inilah tercipta sebuah interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dan ketika interaksi itu tercipta maka di sanalah seharusnya tercipta hubungan yang saling menguntungkan. Simbiosis mutualisma. Simbiosis mutualisma yang dimaksud dalam konteks ini adalah hubungan yang terjalin secara menguntungkan bagi subyek didik dan menguntungkan pula bagi pendidiknya. Ketika pendidik dengan penuh semangat menyampaikan uraian materi pelajaran, akan sangat diuntungkan jika subyek didik yang dihadapi memberikan tanggapan dengan sebaik-baiknya. Bila tolak ukurnya adalah tingkat ketuntasan, maka tanggapan terbaik siswa atas materi pelajaran yang diterimanya adalah menunjukan angka prosentase 100%. Tetapi, bagaimanakah jika kenyataan di lapangan menunjukan hal yang sebaliknya? Secara umum, bimbingan konseling bertujuan untuk memberi bantuan kepada individu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan mengptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu. Hubungan
9
konseling tidak hanya dilakukan oleh seorang konselor dan guru saja, namun masih ada beberapa bidang atau profesi yang melakukan hubungan konseling, bidang tersebut adalah sebagai berikut: dunia kedokteran atau kesehatan, perusahaan dan industri, serta bidang pendidikan. Pada umumnya, bidang pendidikan selalu berintikan pada kegiatan bimbingan. Bimbingan dilaksanakan agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Dengan kata lain, pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu anak. Hal-hal yang termasuk ke dalam perkembangan individu anak meliputi segala aspek dalam diri anak, yakni: intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional. Dan kegiatan bimbingan dan konseling adalah suatu upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis, dan sewajarnya. Selanjutnya diharapkan tercipta sebuah relasi, yakni relasi pendidikan antara pendidik dan subyek didik. Relasi pendidikan antara pendidik dan subyek didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi anak didik dan membantu subyek didik memecahkan masalahnya. Masalah yang dihadapi anak didik, hubungannya dengan mata pelajaran atau bidang studi adalah meliputi hal-hal sebagai berikut: tidak menyukai mata pelajaran tertentu, tidak menyukai guru tertentu, sulit memahami materi yang diajarkan, kurangnya konsentrasi pada waktu belajar, lingkungan kelas yang kurang mendukung, anggota kelompok yang tidak kooperatif dan sebagainya. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Harus dicari sebuah upaya untuk menanggulanginya. Dengan melaksanakan bimbingan konseling inilah upaya-upaya memecahkan masalah yang dihadapi siswa dapat dilakukan. Arthur J. Jones (1970) mengatakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai “ the help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems”. Pemberian bantuan kepada seseorang dalam memecahkan masalah-masalahnya. Sebuah pernyataan yang sangat sederhana tetapi sarat dengan makna. Ada dua unsur yang terlibat secara langsung dalam proses bimbingan tersebut, yaitu pembimbing (pendidik) dan terbimbing (subyek didik).
10
Sebagai langkah awal dalam kegiatan helping relationship adalah memahami klien. Klien adalah semua individu yang diberi bantuan secara profesional oleh seorang konselor (pembimbing) baik atas permintaan dirinya sendiri ataupun pihak lain. Hubungannya dengan yang sering kita temukan di lapangan adalah klien yang kita hadapi klien yang diberi bantuan bukan atas dasar permintaannya sendiri, melaikan atas permintaan orang lain terutama kita sebagai pengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Oleh sebab itu, kita sebagai guru mata pelajaran, harus memiliki keterampilan tertentu agar proses konseling berjalan secara kondusif, produktif, kreatif dan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain proses konseling berjalan dengan sukses. Menurut Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal, yakni: kepribadian klien, harapan klien, dan pengalaman/pendidikan klien. Kepribadian klien sangat berperan penting untuk menentukan keberhasilan proses konseling. Aspek-aspek kepribadian klien seperti: sikap, emosi, intelektual, dan motivasi perlu mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya. Seorang klien yang cemas ketika sedang berhadapan dengan konselor akan terlihat dari prilakunya. Seorang konselor yang baik tentu harus berusaha menentramkan kecemasan kliennya dengan berbagai cara. Dalam istilah konseling dikenal dengan sebutan teknik attending yaitu keterampilan menghampiri, menyapa, dan membuat klien betah dan mau berbicara dengan konselor. Ataupun bisa dengan cara mengungkapkan perasaan-perasaan cemas kliennya semaksimal mungkin dengan cara menggali atau mengeksplorasi, sehingga keluar dengan leluasa bahkan mungkin sampai klien tersebut mengeluarkan air mata, sehingga klien dapat mencurahkan semua permasalahan yang dihadapinya kepada konselor. Harapan klien. Dapat diartikan sebagai adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses konseling. Pada umumnya, harapan klien terhadap proses konseling adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban dan mencari solusi dari persoalan yang sedang dialami serta mendapatkan petunjuk dan arahan bgaimana dirinya menjadi lebih baik dan lebih berkembang. Sebagai konselor yang baik, tentu kita harus pandai dan terampil
11
mengarahkan dan memupuk harapan terbimbing (subyek didik) ke arah yang lebih realistis. Bahwa dengan melakukan bimbingan diharapkan dapat menjadi jalan merubah dirinya ke arah yang lebih baik. Pengalaman dan pendidikan klien. Pengalaman dan pendidikan klien merupakan faktor yang turut menentukan keberhasilan proses konseling. Dengan pengalaman dan pendidikan tersebut, klien akan lebih mudah menggali dirinya sehingga persoalannya makin jelas dan upaya pemecahannya makin terarah. Pengalaman klien dalam kegiatan konseling bisa digali melalui kegiatan berkomunikasi, seperti wawancara dan berdiskusi sehingga klien secara terbuka mau menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian konselor akan dapat terbantu dalam merumuskan dan menentukan langkah selanjutnya yang diperlukan oleh klien untuk menunjang keberhasilan proses konseling. Dari ketiga hal yang telah diuraikan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tahaptahap konseling dapat dilakukan seperti di bawah ini: 1) Tahap awal. Meliputi kegiatan attending (keterampilan menghampiri, menyapa, dan membuat klien betah dan mau berbicara dengan konselor), empati primer dan advance ( berempati terhadap masalah yang dihadapi klien), refleksi perasaan ( upaya untuk menangkap perasaan, pikiran, dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya kembali pada klien), eksplorasi perasaan, pengalaman dan ide, menangkap ide-ide/pesan-pesan utama, bertanya terbuka, mendefinisikan masalah bersama klien, dorongan minimal (minimal encouragement).
2) Tahap pertengahan. Teknik yang dibutuhkan pada tahap ini adalah: memimpin (leading), memfokuskan (focusing), mendorong (supporting), menginformasikan (informing), memberi nasehat (advising), menyimpulkan sementara (summarizing), dan bertanya terbuka (open question).
12
3) Tahap akhir. Tahap ini disebut tahap konseling (action). Teknik yang dapat digunakan pada tahap ini adalah: menyimpulkan, memimpin, merencanakan, mengevaluasi dan mengakhiri proses konseling. 2.6 Tujuan dari Komunikasi Terapeutik Pelaksanaan
komunikasi
terapeutik
bertujuan
membantu
pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya
pada hal hal yang
diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak,yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan proporsional dalam
rangka
membantu
menyelesaikan
masalah
klien.
Komunikasi
terapeutik juga mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif. Komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut ini : a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri. Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau bidan akan mampu menerima dirinya. Diharapkan perawat atau bidan dapat merubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa depannya sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya. b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon S., dalam Suryani, 2005) c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
13
Sebagian klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Tugas perawat dengan kondisi seperti itu adalah membimbing klien dalam membuat tujuan ayng realistis serta menignkatkan kemampuan klien memenuhi kemampuan dirinya. d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri. Identitas personal yang dimaksud adalah status, peran, dan jenis kelamin klien. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya. Perawat yang terampil tidak akan mendominasi interaksi sosial, melainkan akan berusaha menjaga kehangatan suasana komunikasi agar tercapai rasa saling percaya dan menumbuhkan rasa nyaman pada pasien. Dengan demikian proses interaksi dapat berjalan dengan baik. Tujuan personal yang realistis dari komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dilaksanakan dengan tujuan: 1.
Membantu pasien untuk memperjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan
2.
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya
3.
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan
4.
Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara professional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien.
14
Tujuan terapeutik akan tercapai jika Perawat memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Kesadaran diri terhadap nilai yang dianutnya
b. Kemampuan untuk menganalisa perasaannya sendiri. c.
Kemampuan untuk menjadi contoh peran
d. Altruistik e.
Rasa tanggung jawab etik dan moral
f.
Tanggung jawab
15
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa konseling sebagai hubungan yang bersifat helping relation adalah suatu hubungan yang terjalin karena adanya kesepakatan antara konselor dengan konseli. Konseli yang dihadapi adalah konseli yang sedang mengalami suatu masalah, selain membantu konseli dalam mengentaskan masalahnya, konselor juga membantu konseli dalam mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri konseli. komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal yang diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat
secara
profesional
dan
proporsional
dalam
rangka
membantu
menyelesaikan masalah klien. 3.2 Saran Masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan bantuan orang-orang di sekeliling kita. Maka dari itu jalinlah hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar kita.
16
NASKAH ROLLPLAY “Kisah Hidup Mawar”
NO.
TOKOH
PEMERAN
1.
Arie Ayu W.
Narrator
2.
Dia Nanda U.
Tetangga
3.
Elis Kusuma W.
Perawat 2
4.
Farida Rahmawati
Tetangga
5.
Ita Ismawati
Perawat 3
6.
Lailia Rizky R.
Perawat 1
7.
Murni Nur H.
Tetangga
8.
Norika Indri V.O.
9.
Resi Lisa A.
10.
Shinta Cipta A.
11.
Titin Mukarromah
12.
Ahmad Muthoharun
Pasien Adik Pasien Dokter Ibu Pasien Bapak Pasien
17
Alkisah dari seorang anak yang bernama Mawar, berusia 21 tahun, masuk ke Rumah Sakit diantar oleh teman kuliahnya dalam keadaan tidak sadar yang ditemukan tergelatak di WC kampusnya. Mengenai kehidupannya, Mawar adalah anak pertama dan mempunyai adik yang bernama Melati dari keluarga broken home, Ibu dan Bapaknya telah bercerai sejak 1 tahun yang lalu. Sejak peristiwa itu Mawar yang dahulunya seorang anak yang berbakti, baik dan pintar telah berubah 180º menjadi seorang yang keras, tempramental dan pemalas. Ia jarang tinggal di rumah dan mulai bergaul dengan teman-teman yang tidak benar. Ia sering membohongi dan membantah Bapaknya jika ditanya dan dilarang apa yang dilakukannya. Dia mulai sering bolos kuliah dan lebih memilih pergi bersenang-senang dengan temantemannya ketimbang pergi kuliah. Dan dalam pergaulannya inilah Mawar mengenal
dunia
yang
dianggapnya
sebuah
surga,tapi justru hal itulah yang menghantarnya ke neraka yang sesungguhnya.Ma war menjadi pecandu alkohol, narkotika serta ketergantungan obat-obat terlarang (narkoba). Sakau menjadi fenomena biasa dalam kesehariannya.
Tiba di rumah sakit, pasien segera mendapat pertolongan, mulai dari administrasi, pemeriksaan dan perawatan. Adegan I ( Pasien istirahat di tempat tidur, sementara Bapaknya duduk disamping kanannya)
Pasien
: (Dalam kondisi berbaring lalu berbicara kepada Bapaknya). “Bapak, maafkan aku...maafkan aku?”(tangannya menggapai tangan Bapaknya lalu digenggam erat-erat lalu diciumnya).
Bapak
: (Mengusap-usap kepala anaknya) ”anakku, sebelum kamu minta maaf, Bapak sudah maafkan” (tangannya terus mengusap kepala anaknya),“nak kamu jangan ulangi lagi yaa”? (kembali menatap anak yang sangat dikasihinya).
18
(Di luar kamar pasien, tampak seorang perawat sedang membawa peralatan untuk TTV. Tiba-tiba pintu kamar diketuk dan perawat masuk ke ruangan)
Perawat 1
: “Selamat pagi!”( sapanya dengan ramah sambil tersenyum )
Bapak dan Pasien :“Selamat pagi”,(jawab dua orang dalam ruangan itu serentak disertai dengan senyum juga). Perawat 1
: (Berjalan ke arah pasien dan tampak tersenyum manis di bibirnya)“Bapak,
Adek, nama
saya Perawat
Nani,
saya ditugaskan untuk merawat Adek selama di rawat disini. Saya bertugas dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang, jadi kalau ada yang dibutuhkan Bapak atau adik bisa memanggil saya. (Tangan menujuk keluar) “ruangan saya berada disebelah kanan dari kamar ini (ruangan perawat). (meletakkan alat TTV disisi tempat tidur pasien lalu memegang pundak pasien)“bagaimana
keadaanya dek?
keluhan apa yang dirasakan sekarang?”
Pasien
: “Badanku lemah sekali sus, kepalaku juga terasa berat dan kalau mau bangun pusing?”(sambil memegang kepalanya).
Perawat 1
: “Bapak… (memandang Bapak pasien dengan lembut), sekarang saya harus mengukur tanda-tanda vital anak Bapak”
Bapak
: “silahkan suster .(berdiri dan memberi ruang yang agak luas kepada perawat untuk melaksanakan tugasnya)
Perawat 1
: (Hanya tersenyum, lalu menyiapkan alat-alat yang akan digunakannya), “permisi ya adek, bisa saya ukur tekanan darah, nadi ,pernapasan dan suhunya sekarang?”.
Pasien
: “Iya suster, sus saya sering berkeringat, ndak enak sekali perasaanku”(keluhnya datar).
Bapak
: “Dia juga ndak mau makan sus, katanya ndak selera”
Perawat 1
: “Berkeringat banyak dan kurang nafsu makan adalah gejala dari suatu penyakit…tensinya 100/70 mmHg dan suhunya 38
19
0C, suhu tinggi membuat adik banyak berkeringat. “Bapak, ada air hangat ? sebaiknya sekarang Mawar dikompres untuk menurunkan panas”(jelasnya dengan sopan) Bapak
: “Iya suster, nanti saya yang mengompresnya”
Pasien
:“Suster, apa penyakitku? Sampai kapan saya akan berada disini? (ada nada cemas menyertai suaranya).
Perawat 1
:“Sampai
sekarang
belum
ada
kepastian,
kami
masih menunggu hasil lab adek (tersenyum) “kita sama-sama berdoa mudah-mudahan bukan penyakit serius”. “Sekarang adek istirahat ya, saya masih harus mengukur TTV pasien yang lain. Sekitar jam 8.00 pagi nanti saya atau teman saya akan kesini lagi untuk menyuntik obat adek ya..! :“Iya,terima kasih suster”( setelah pengukuran TTV dan
Pasien
dialog singkat itu, perawat A meninggalkan kamar pasien)
(Bapak mengompres pasien seperti anjuran perawat Nani tadi) (Tibatiba pintu diketuk lagi dan tampak perawat Nani melangkah masuk)
Perawat 2
: “Selamat pagi”(ucapannya dengan sopan dan ramah)
Bapak
: “Selamat pagi suster”
Perawat 2
: “Dengan adek Mawar ya ini?”
Pasien
: “Iya suster”
Perawat 2
: “Setelah di kompres, bagaimana keadaanya sekarang, agak lebih baikkan ?’
Pasien
: “Ya suster”
Perawat 2
: “Adek ini ada instruksi dari dokter untuk memberikan obat lewat injeksi,bagaimana adek, adek sudah siap untuk saya suntik ?”
Pasien
: “Suntik nya pelan-pelan ya sus”
Perawat 2
: (setelah menyuntik lalu melihat ke Bapak klien)“Bapak, orang tuanyakan?”
20
: “Iya sus, saya Bapaknya” “ada apa ya sus?(wajahnya
Bapak
tampak sedikitcemas). Perawat 2
:(menyadari perubahan diraut wajah Bapak)“begini Pak, tadi saya diminta oleh dokter untuk menyampaikan ke Bapak, agar bisa menemui dokter A di ruangannya”. : “Baik suster, tapi saya tidak tau dimana ruangan
Bapak
dokternya”? Perawat 2
: “Mari Bapak saya antarkan ( pamit pada pasien lalu berjalan keluar) : (Menoleh ke anaknya) “Mawar, kamu istirahat dulu ya,
Bapak
Bapak keruangan dokter sebentar” : “Iya Pak”
Pasien
(Bapak dan perawat 2 keluar ,sedangkan Mawar tampak menarik selimut dan tidur) Adegan II ( Perawat 2 mengetuk pintu, lalu masuki ke ruangan dokter diikuti oleh Bapak pasien)
Perawat 2
: “Selamat pagi dokter, Dok ini Bapaknya Sdr. Mawar,”
Dokter
:
“Silahkan
(Mengangguk)
duduk
Pak,”(
sambil
tersenyum)( Dokter tampak sedang membuka buku status dan matanya tertuju pada hasil pemeriksaan laboratorium ) Dokter
: “Begini Pak, ini kami sudah melakukan pemeriksaan yang sedetail mungkin terhadap anak Bapak, dan hasilnya sudah ada di tangan saya”? (memegang status).
Bapak
: ( Ekspresi cemas )“ Anakku sakit apa dok”?
Dokter
: “Bapak sabar ya, berdasarkan pemeriksaan kami, anak Bapak positif menderita penyakit HIV/AIDS” (tutur dokter dengan jelas dan datar).
Bapak
: ( Setengah berteriak dengan ekspresi terkejut)“ Ya..TUHAN, anakku, tidak mungkin…(air mata tampak mengalir ke pipinya)
21
: “Bapak tenang ya, Bapak harus sabar, kami paham perasaan
Dokter
Bapak sekarang” Perawat 2
: (memegang pundak Bapak)“Iya Pak, Bapak harus kuat demi anak Bapak” : “Saya memang sudah merasa kalau Mawar melakukan
Bapak
hal yang salah diluar sana, tapi saya tidak menyangka akan seperti ini, saya tidak sanggup untuk sampaikan hal ini ke Mawar’, dia pasti tidak bisa menerima,”“Ya..Tuhan kenapa kamu menghukum kami seperti ini”? (Air mata terus mengalir membasahi pipi Bapak setengah baya itu) Perawat 2
: “ Tenang ya Pak nanti saya bantu, nanti kita sama-sama kita sampaikan ke anaknya Bapak ya,”?
( Perawat dan Bapak lalu meninggalkan ruangan dokter dan menuju kekamar pasien) Adegan III (Bapak dan Perawat berjalan beriringan masuk)
Pasien
: “Bagaimana Pak apa yang dikatakan dokter”?(Tiba-tiba matanyatertuju pada mata Bapaknya yang merah dan sembab,)“ kenapa Pak?kenapa menangis’? apa kata dokter? Mawar sakit apa Pak?( pasien tampak semakin cemas dan tidak sabar)
Perawat 2
: ( menghampiri pasien lalu mengelus-elus kepalanya, dengan tatapanyang lembut dan perhatia n)“Dek tenang dulu yaa, apa adek sudah siap untuk mendengarnya”?(pertanyaan perawat semakin menegangkan suasana di kamar itu.)
Pasien
: “Saya siap suster, sakit apa yang saya derita?”(dengan suara yang lemah tapi gemetar)
Perawat 2
:
(menarik
napas
lalu
menghembusnya
perlahan)“ Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, adek positif menderita penyakit HIV/AIDS”
22
Pasien
:
(tersentak, tampak
seolah–olah tidak
percaya
lalu
berteriak)“Apa suster? HIV/AIDS? Aku tidak percaya, suster bohong..mustahil..”(sambil menangis dan memukul-mukul tempat
tidur,
lau
berteriak
lagi
)“
tidak’
tidak
mungkin,Bapak….’ bohongkah suster ini?(air matamengalir)
( Bapak pasien masih terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya terusmengalir)
Perawat 2
: “Tenang dek, istigfar. Masih ada Tuhan yang menentukan hidup manusia , berdoalah kepada-Nya, Mudah-mudahan ada keajaibannya” : “ Tuhan!! Tuhan tidak adil! Kenapa tidak henti-
Pasien
hentinya mengambil
kebahagiaannku!?Apa
salahku!?
Kenapa aku yang dihukum,..kenapa!!?( lalu menangis) Perawat 2
: “Jangan bilang begitu de’ tuhan itu Maha Adil dan Penyanyang. Dan hanya orang-orang yang mampu yang diberi cobaan seperti ini. Adik harus kuat menghadapinya. “ Mungkin adik, bisa merenung, apa sebenarnya yang telah adik lakukan
sehingga
penyakit
ini
menyerang
adik?“kehidupan dan pergaulan adik akhir -akhir ini, apa yang adik konsumsi dan kerjakan?”Ini bukan hukuman tapi konsekuensi dari perbuatan adek sendiri”!(jelasnya lembut). : “Ah.. sudahlah.. Tuhan Jahat..jahat!!!!
Pasien
(Pasien membelakangi perawat, menutup mukanya, lalu tangisnya bertambah keras.Pasien tidak mau melihat orang-orang yang ada disekitarnya).
Pasien
: “ Keluar semua dari ruangan ini..tinggalkan aku sendiri..tidak usah pedulikan saya.. pergi..pergi..pergi..”
23
Perawat
:
“Bapak
kita
keluar
dulu,
biarkan
Adik
Mawar
sendiri”(Perawat dan Bapak keluar dari ruangan dengan perasaan yang bercampur aduk{sedih, kecewa, marah, simpati dll})
Adegan IV(Di dalam kamar, tampak pasien masih menangis. Jelas terpancar rasa sakit hati dan penyesalan yang sangat dalam pada raut wajahnya).
Pasien
: “ lebih baik kuakhiri saja hidupku sekarang” ketusnya sendiri sambil terus teresak, “kan aku tetap akan mati, aku hanya membebankan Bapak dan membuatnya malu, ya aku harus mati sekarang”. ( Berusaha bangun dan mencapai pisau yang ada di atas meja) (kembali memperbaiki baringnya, air mata terus mengalir, saat pisau disentuhkan pada vena yang hendak
ditusuk, bayangan
yang selama
ini
Bapak
yang penyanyang
didurhakainya memenuhi
cakrawala pikirannya) Pasien
: “Bapak, maafkan aku… aku sudah menghancurkan segala harapanmu. Aku tidak layak menjadi anakmu”. “Lebih baik aku akhiri semuanya sekarang sebelum Bapak tambah menderita karena saya”. “tapi Bapak…….apa benar kamu akan bahagia kalau aku pergi tanpa pamit……Bapak (teriaknya dalam hati) (tiba-tiba hatinya sadar, ini hukuman tuhan baginya)“Ya..Allah akankah engkau mengampuni dosaku
ini???
Ah..
tidak mungkin,
engkau
hanya
bisamenghukumku tanpa henti..engkau ambil keluargaku, ayahku, baktiku terhadap Bapakku, senyuman Bapakku dan sekarang engkau bahkanmau mengambil nyawaku. Aku begini karena ingin mencari ketentraman di luar rumah sehingga aku mendekati narkoba cs..(tiba-tiba pisau yang ada
24
ditangannya dilayangkan ke dinding)“Arrgh…”( lalu pasien menelungkupkan mukanya ke bantal).
Adegan v (Tiba-tiba pada keesokan hari suster masuk kedalam ruangan) Perawat 3
:
“Selamat
siang,
bagaimana
keadaan
Mawar sekarang”?(Belum sempat Bapak menjawab, Pasien membuka matanya lalu menyapa perawat) : “Baik kok suster”(Kedua orang yang berada dalam kamar
Pasien
serentak menoleh ke pasien dan menunjukkan ekspresi kaget dengan perubahan respon yang ditunjukkan oleh pasien tersebut) Bapak
: (Memeluk anaknya)“kamu baik- baik saja kan nak?”
Pasien
: “Iya, Saya baik-baik aja”
Perawat 3
: (memegang tangan pasien)“ Jadi.. adik gimana kabarnya” (Belum sempat perawat melanjutkan kata-katanya.. langsung dipotongoleh pasien)
Pasien
: “Iya suster..saya sudah dapat menerima ini semua. Saya sadar bahwa semua yang terjadi ini adalah hukuman buat saya, atas segala kekhilafan yang telah saya lakukan” “Bapak, maafkan aku sudah menghancurkan semua harapan Bapak, Bapak aku akan mati!!
Bapak
: (secepat kilat menutup mulut anaknya dengan telunjuk), “jangan bicara seperti itu anakku, kamu adalah anugerah terindah dan cahaya buat Bapak. Bapak sangat sayang sama kamu.(memeluk anaknya)
Pasien
: “Maafkan aku Bapak,”
(Keheningan ruangan sejak tadi, dipecahkan oleh isak tangis mereka) (perawat berdiri kaku, laksana menyaksikan adegan sinetron yang menyayat hati antara Bapak dan anak). (Perawat berjalan mendekati mereka berdua)
25
Perawat 3
: “Bapak, adik, saya mengerti perasaan kalian, vonis penyakit seperti ini merupakan hal mengerikan yang tidak pernah terbayang oleh kita, tapi inilah garis kehidupan yang harus dijalani. pasti ada hikmahnya dan semua itu adalah rencana ALLAH SWT, walaupun sebenarnya manusialah yang mengundangnya.
Pasien
: “Berapa lama lagi saya akan hidup suster”? tanyanya dengan suara yang gemetar dan mata berkaca-kaca.
Bapak
: “Apa benar anakku sudah tidak ada harapan lagi?”
Perawat 3
: (melihat Bapak dan anak yang tampak tegang itu silih berganti)“untuk penyakit seperti ini, memang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, tapi jika adek
dapat dan bersedia mengikuti semua tindakan
perawatan yang diberikan dengan baik,perkembangannya dapat ditekan atau dihambat, sehingga adek masih dapat hidup lebih lama, walaupun kita tau bahwa ajal dan maut itu ada di tangan Tuhan” jelasnya dengan hati-hati. Pasien
: “saya akan turuti semuanya, suster”(menatap suster).
Perawat 3
:(melihat Bapak)“ sebagai orang terdekat, Bapak juga hendaklahwaspada terhadap penularan dari penyakit ade ini, karena ia dapat menular dengan cepat”
Bapak
: “jadi apa yang harus saya lakukan sus”?? tanyanya dengan suara terbata-bata.
Perawat 3
: “Bapak tidak boleh kontak langsung dengan darah Mawar, jangan berganti peralatan makan dan tidak terkena semua jenis caran yang keluar dari tubuh Mawar. Ini semua demi kebaikan bersama.
Pasien
:“ya alloh..”??
Perawat 3
: (Memegang bahu dan menatap klien dengan lembut)“Bapak bisa mengurusi adek seperi biasa, Cuma harus berhatihati terhadap hal yang telah saya sebutkan tadi” jelasnya dengan nada seakan-akan memujuk.
26
: “Saya paham sekarang sus” matanya melirik ke Bapaknya
Pasien
dengan raut wajah bersalah dan penuh penyesalan. (Perawat tersenyum
mendengar
kata-kata
yang
keluar
dari
mulut pasien tersebut. Perawat bersyukut pasien dapat menerima kondisinyawalaupun ia sangat pahit untuk ditelan. Perawat lalu menyuruh pasien istirahat dan pamit untuk keluar dari kamar itu). Perawat3
:“Sekarang adek istirahat ya, saya harus keluar sekarang. Jam dinas saya untuk hari sudah selesai. Saya akan digantikan oleh perawat
yang shif sore. Nanti mereka yang ,akan
membantu segala kebutuhan adik. Saya keluar dulu ya..(Sambil melihat ke Bapak dan Pasien) : “ Terima kasih suster”
Pasien
( Ucapan terima kasih dibalas perawat dengan senyum lalu melangkah meninggalkan kamar tersebut) Beberapa jam kemudian para tetanggapun datang untuk membesuk Mawar, dan Pak Romli sengaja menyembunyikan diagnosa anaknya dari para tetangga. Tetangga 123
: “assalamualaikum..”
Bapak
: “Waalaikumsalam. Ehh ibu-ibu, repot-repot saja datang kesini”
Tetangga 1
: “Tidak repot kok pak budi, kata pak RT si Mawar masuk rumah sakit waktu dia kuliah pak”
Bapak
: “Iya bu benar, pada waktu kuliah di antar teman-temannya ke rumah sakit lalu saya juga di tlfn sama pihak rumah sakit langsung saya berangkat kesini bu”.
Tetangga 2
: “Oh gitu ya pak, lalu si Mawar sakit apa pak kata dokternya?”
Bapak
: “Tipes ibu-ibu,soalnya dia sibuk banget di kampusnya, ngerjain tugas sampai larut malam terus lupa makan. Jadi ini hasilnya langsung drop bu”.
27
Tetangga 3
: “Oalah Mawar, kalau waktunya makan itu ya makan, tugasnya ditinggal sebentar. Kasihan bapakmu nanti nak”
Tetangga 1
: ”oh iya pak bu sumari sudah tau belum kalau ali dirawat dirumah sakit
Bapak
: “belum buu, ini mau dihubungin sama kaila.
Tetangga 2
: oh gitu ya pa, ya sudah kalau begitu kami pamit dulu
Bapak
: kok buru-buru sekali buu,
Tetangga 3
: iya pak, soalnya habis ini ada arisan di rumah ibu irma
Tetangga
: ya sudah pak, kalau begitu kami pamit dulu ya pak, Mawar cepet sembuh yaa...
Bapak dan Mawar : iya buu, terimakasih hati-hati dijalan
Setelah para tetangga pulang, kaila menghubungi ibunya..... Melati
: (Menelfon) Halo Assalamu’alaikum Bu...
Ibu
: iya walaikumsalam , iya ada apa nak
Melati
: itu buu, kaila mau ngasih kabar kalau kakak masuk rumah sakit dari kemarin, tapi aku baru sempet ngasih kabar ke ibu.
Ibu
:” loh, astagfirllah, Mawar kenapa nak...?
Mawar
: pokoknya kakak sakit bu, ibu langsung datang saja ke rumah sakit ini kamar kamboja 1b
Ibu
: iya nak, ibu segera kesana sekarang, asslamualaikum
Mawar
: walaikumsalam...
Beberapa menit kemudia ibunya datang, tampak tergesa-gesa dan wajah yang sangat cemas Ibu
: Asslamualaikum....
Bapak
: Walaikumsalam,
Ibu
: ya allah nak, kamu sakit apa nak (sambil menangis)
Mawar
: ( hanya terdiam, karena dirinya merasa jengkel karena masalah yang pernah menimpanya)
Ibu
: pak kenapa Mawar pak?
Bapak
: Mawar terkena HIV AIDS buu
28
Ibu
: ya allah nak, kok bisa jadi seperti ini nak..... maafkan ibu nak, ini semua gara-gara ibu... andai ibu dulu tidak berpisah dengan bapakmu, pasti semua ini tidak terjadi..... (sambil memeluk Mawar)
Mawar
: iya buu tidak apa-apa, semua ini juga sudah terjadi. Ku ingin ibu tetap perhatian dengan ku, seperti awal dulu buu... aku butuh perhatian ibuu
Ibu
: iya nak, ibu janji setelah ali keluar dari rumah sakit, ibu akan lebih memperhatikanmu nak... maafkan ibu nak.
Lalu keadaan kembali membaik dan terasa hangat lagi, disitu Mawar tampak bahagia, karena dia bisa kembali kepelukan ibunya untuk menemani masa-masa terakhirnya sebelum ali meninggalkan semuanya.
29