BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok, atau masyarakat (Hidayat, 2009). Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan pembelaan dan perlindungan kepada klien. Dalam pelaksanaanya terdapat faktor yang menghambat dan mendukung peran advokat perawat. Peran advokasi perawat yang tindakan perawat untuk memberikan informasi dan bertindak atas nama klien. Pelaksanaan tindakam peran advokasi meliputi memberi informasi, menjadi mediator dan melindungi klien. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan pasien yang mengalami tekanan, yaitu klien keluarga dan teman sejawatnya (Potter perry, 2009). Instalasi Gawat Darurat tiap saat pada kasus kegawatan harus segera mendapatkan pelayanan dan perawatlah yang slalu kontak pertama kali dengan pasien 24 jam. Oleh sebab itu pelayanan profesional harus ditingkatkan karena pasien gawat darurat membutuhkan pelayanan cepat, tepat dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa cacat. Oleh karenanya perawat instalasi gawat darurat disamping mendapat bekal ilmu pengetahuan keperawatan juga perlu meningkatkan keterampilan yang
1
spesifik seperti, tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat ( PPGD ). (Mabruri, 2008). Komunikasi pada ruang instalasi Gawat Darurat berbeda dengan komunikasi yang terjadi di bangsal karena di Instalasi Gawat Darurat lebih memfokuskan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat kurang kegiatan kasus gawat darurat memerlukan sebuah sub sistem yang terdiri dari informasi, jaring koordinasi dan jaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem terpadu (PUSBANKES 118, 2012). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat? 2. Bagaimana Peran Perawat Sebagai Advokat Dalam Pelayanan Gawat Darurat? 3. Bagaimana Tinjauan Tentang Peran Perawat Sebagai Advokasi Dalam Keperawatan? 4. Bagaimana
Peran
dan
Fungsi
Komunikasi
Pada
Kasus
Kegawatadaruratan? 1.3 Tujuan 1. Untuk Mengetahui Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat 2. Untuk Mengetahui Peran Perawat Sebagai Advokat Dalam Pelayanan Gawat Darurat 3. Untuk Mengetahui Tinjauan Tentang Peran Perawat Sebagai Advokasi Dalam Keperawatan 4. Untuk
Mengetahui
Peran
dan
Fungsi
Komunikasi
Pada
Kasus
Kegawatadaruratan
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005). A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. 2. Sebagai advokat klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak pasien meliputi :
Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
Hak atas informasi tentang penyakitnya
Hak atas privacy
Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Sebagai educator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
3
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 4. Sebagai koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Sebagai kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan. 6. Sebagai konsultan Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. 7. Sebagai pembaharu Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
B. Fungsi Perawat 1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM. 2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
4
3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio - psiko - sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun
sakit
yang
mencakup
seluruh
daur
kehidupan
manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal. Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat - kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat - kiat itu adalah : 1.
Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur - unsur karatif yaitu : nilai - nilai humanistic - altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2.
Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
5
3.
Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
4.
Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5.
Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994).
6.
Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7.
Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8.
Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9.
Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya 11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien. 12. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya kemampuan. Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).
6
Peran Perawat Dalam Pelayanan Kegawat Daruratan . Misi UGD : Secara pasti memberikan perawatan yang berkualitas terhadap pasien dengan cara penggunaan sistem yang efektif serta menyeluruh dan terkoordinasi dalam : a. Perawatan pasien gawat darurat. b. Pencegahan cedera. c. Kesiagaan menghadapi bencana. Menanggulangi pasien dengan cara aman dan terpercaya : a. Evaluasi pasien secara cepat dan tepat. b. Resusitasi dan stabilisasi sesuai prioritas. c. Menentukan apakah kebutuhan penderita melebihi kemampuan fasilitas. d. Mengatur sebaik mungkin rujukan antar RS (apa, siapa, kapan, bagaimana). e. Menjamin penanggulangan maksimum sudah diberikan sesuai kebutuhan pasien.
Petugas medis harus mengetahui : a. Konsep dan prinsip penilaian awal serta penilaian setelah resusitasi. b. Menentukan prioritas pengelolaan penderita. c. Memulai tindakan dalam periode emas. d. Pengelolaan ABCDE. 2.2 Peran Perawat Sebagai Advokat Dalam Pelayanan Gawat Darurat Salah satu peran perawat adalah pelaksana pelayanan keperawatan. Perawat kontemporer menjalankan fungsinya dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter & Perry, 2005). Peran perawat sebagai advokat adalah perawat sebagai pelindung hak-hak klien. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai peran perawat sebagai advokat dalam pelayanan gawat darurat.
7
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes R.I. 2006). Dalam memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau
pelindung.
Sebagai
pelindung,
perawat
harus
membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari kemungkianan efek yang tidak diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang diberikan.(Potter & Perry, 2005) Perawat sebagai advokat berperan melindungi hak klien dan membantu menyatakan
hak-haknya.
Contohnya
perawat
memberikan
informasi
tambahan untuk membantu klien dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan. Selain itu perawat juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan yang dapat membahayakan klien. (Kusnanto, 2004). Peranan advokasi berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki klien. 2.3 Tinjauan Tentang Peran Perawat Sebagai Advokasi Dalam Keperawatan A. Definisi Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
8
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain : a. Hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut : 1) Penyakit yang dideritanya; 2) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan; 3) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya; 4) Alternatif terapi lain beserta resikonya; 5) Prognosis penyakitnya; 6) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya; b. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur; c. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi; d. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent); e. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
B. Tanggung jawab perawat advokat Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
9
a.
Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
b.
Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
C. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu : a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara memelihara kesehatannya. Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
10
a. Bersikap asertif Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien. b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain. c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter. d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien. e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.
D. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien. a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien
diharapkan
akan
bekerja
sama
dengan
perawat
dalam
perawatannya. b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan
pilihan
dalam
pengobatannya.
Namun,
perawat
berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
11
c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai keinginannya. d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilainilai dan kepercayaan pasien. e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
E. Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat adalah pasien akan : a.
Mengerti hak-haknya sebagai pasien
b. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya c.
Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
d. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri e.
Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang
f.
Mendapatkan pengobatan yang optimal
g. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain h. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan i.
Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.
2.4 Peran dan Fungsi Komunikasi Pada Kasus Kegawatadaruratan Peran komunikasi merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam keadaan bencana karena dalam situasi tersebut kita harus melakukan penanganan yang cepat. Dan penanggulangan penderita gawat darurat yaitu
12
suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. A. Tujuan komunikasi pada gawat darurat Fungsi
komunikasi
terapeutik
adalah
untuk
mendorong
dan
menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994). Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
B. Teknik komunikasi pada gawat darurat a. Mendengarkan Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan
perasaan dan menjaga
kestabilan emosi klien. b. Menunjukkan penerimaan Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
13
c. Mengulang Pernyataan Klien Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. d. Klarifikasi Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi. e. Menyampaikan Hasil Pengamatan Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus
pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.
C. Prinsip Komunikasi Gawat Darurat Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap : a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan) b. Acceptance (menerima pasien apa adanya) c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya) d. Empaty (merasakan perasaan pasien) e. Trust (memberi kepercayaan) f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh) g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi i. Bahasa yang mudah dimengerti
14
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan Salah satu peran perawat adalah pelaksana pelayanan keperawatan. Dan dalam peran perawat sebagai advokat adalah perawat sebagai pelindung hakhak klien. Dalam memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung. Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari kemungkianan efek yang tidak diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang diberikan.(Potter & Perry, 2005). Dan juga peran perawat dalam hal komunikasi merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam keadaan bencana karena dalam situasi tersebut kita harus melakukan penanganan yang cepat. Dan Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal. 3.2 Saran Setelah membaca dan memahami makalah diatas, diharapkan kita sebagai perawat dapat mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan melaksanakan peran dan fungsi perawat sebagai advokat pada kegawatdaruratan dan dapat melakukan peranan komunikasi yang baik dalam kegawatdaruratan kepada pasien atau keluarga.
16